Kadar Abu Makalah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIK “KADAR ABU”



Disusun Oleh: Kelompok 5 Farmasi (B)



Elmi N.Sari



15101105096



Esther Tandayu



15101105107



Alya Tamimi



15101105122



Walen Oeiyano



15101105125



Tekla Kalalo



15101105135



Priscilia Tumiwa



15101105150



Jeremi Jelio Hohakay



15101105158



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………….…………………………….………………..i DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…………………ii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang...........…………………………………………………………………1 1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………….....1 1.3 tujuan………………………………………………………………………………....1 BAB II. ISI 2.1 definisi kadar abu…………………………………………………………………….2 2.2 fungsi kadar abu………………………………………………………………………2 2.3 klasifikasi kadar abu…………………………………………………………………5 2.4 metode analisis kadar abu…………………...…..........................................................6 BAB IIII. PENUTUP 3.1 kesimpulan……………………………………………………………………………8 3.2 Saran……………………………………………….………………………………….8 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...……10



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah analisis makanan dan kosmetik ini yang berjudul “kadar abu”. Kami sangat berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai materi di bidang farmasi terlebih khusus mengenai struktur , kelarutan dan aktifitas obat,semoga makalah ini dapat berguna untuk para pembacanya dan juga tentunya untuk kami sendiri. Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih belum bisa dikatakan sempurna dan kami mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini.Maka dari itu kami berharap adanya kritik dan saran yang dapat membuat kami jauh lebih baik lagi.



Manado, 9 september 2017



Penyusun



I.



PENDAHULUAN



.1 Latar Belakang Dalam bahan pangan tentu banyak terkandung mineral yang umumnya berasal dari golongan logam. Adanya mineral atau logam dapat menentukan tingkat gizi suatu bahan pangan, karena bahan pangan yang baik tentunya mengadung mineral-mineral esensial yang berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk itu perlu dilakukan sebuah pengujian terhadap jumlah mineral dalam suatu bahan pangan. Analisa kadar abu adalah salah satu metode pengujian sederhana untuk menentukan jumlah dari mineral maupun logam yang tuidak terabukan selama proses pengabuan. Analisa kadar abu termasuk ke dalam salah satu analisa gravimetri, dimana prinsipnya adalah isolasi dan penimbangan zat murni. Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Selain untuk menentukan tingkat gizi suatu bahan, analis kadar abu pun dapat menunjukan Kadar abu dari bahan menunjukkan , kadar mineral, kemurnian dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Mineral yang terdapat dalam bahan pangan merupakan mineral esensial yang terdiri dari minerla makro dan mikro.. .2 Rumusan Masalah 1. Apakah definisi dari kadar abu ? 2. bagaimana analisis kadar abu? 3. Bagaimanakah contoh kasus kadar abu beserta perhitungannya? .3 Tujuan 1.



Untuk mengetahui definisi kadar abu



2.



Untuk mengetahui analisis kadar abu



3.



Untuk mengetahui contoh kasus kadar abu beserta perhitungannya



II.



PEMBAHASAN



2.1 definisi kadar abu Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara mengabukan komponen-komponen organik dalam bahan pangan. Jumlah dan komposisi abu dalam mineral tergantung pada jenis bahan pangan serta metode analisis yang digunakan. Abu dan mineral dalam bahan pangan umumnya berasal dari bahan pangan itu sendiri (indigenous). Tetapi ada beberapa mineral yang ditambahkan ke dalam bahan pangan, secara disengaja maupun tidak disengaja. Abu dalam bahan pangan dibedakan menjadi abu total, abu terlarut dan abu tak larut. (Puspitasari, et.al, 1991) 2.2 fungsi pengujian kadar abu  Menentukan baik tidaknya suatu pengolahan Dalam penggilingan gandum, misalnya apabila masih banyak katul atau lembaga yang terikut maka tepung gandum tersebut akan memiliki kadar abu yang tinggi.  Mengetahui jenis bahan yang digunakan Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan dalam marmalade atau jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit vinegar (asli) atau sintesis.  Penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan



2.3 klasifikasi kadar abu Kadar abu suatu bahan ditetapkan pula secara gravimetri. Penentuan kadar abu merupakan cara pendugaan kandungan mineral bahan pangan secara kasar. Bobot abu yang diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisi abu dan cawan kosong. Apabila suatu sampel di dalam cawan abu porselen dipanaskan pada suhu tinggi sekitar 650°C akan menjadi abu berwarna putih. Ternyata di dalam abu tersebut dijumpai garam-garam atau oksida-oksida dari K, P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn, dan Cu, disamping itu terdapat dalam kadar yang sangat kecil seperti Al, Ba, Sr, Pb, Li, Ag, Ti, As, dan lain-lain. Besarnya kadar abu dalam daging ikan umumnya berkisar antara 1 hingga 1,5 %.



2.4 metode analisis kadar abu 2.4.1 metode langsung a.



Pengabuan kering



Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 – 600 oC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Pengabuan dilakukan melalui 2 tahap yaitu : -



Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi



kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis. -



Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan



maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba.  Beberapa kelemahan maupun kelebihan yang terdapat pada pengabuan dengan cara langsung. Beberapa kelebihan dari cara langsung, antara lain :  Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian, serta digunakan untuk sample yang relatif banyak,  Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air, serta abu yang tidak larut dalam asam, dan  Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan tidak menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya.  Sedangkan kelemahan dari cara langsung, antara lain :  Membutuhkan waktu yang lebih lama,  Tanpa penambahan regensia,  Memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan  Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu tinggi (Apriantono, 1989) b.



Pengabuan basah Pengabuan basah memberikan benerapa keuntungan. Suhu yang digunakan tidak dapat



melebihi titik didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur daripada menggunakan cara pengabuan kering. Cara pengabuan basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud menghindari kehilangan mineral akibat penguapan.



Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga mempercepat proses pengabuan.  Pengabuan basah memberikan beberapa keuntungan, yaitu:  Suhu yang digunakan tidak dapat melebihi titik didih larutan  Pada umumnya karbon lebih cepat hancur daripada menggunakan cara pengabuan kering. 2.4.2 metode tidak langsung  Konduktometri  Pertukaran ion



2.5 contoh perhitungan kadar abu Penetapan Kadar Abu (Aoac 2005)  Prosedur Percobaan Prosedur praktikum penetapan kadar abu dilakukan dengan metode AOAC 2005/pengabuan kering.Adapun, prosedurnya sebagai berikut : Dikeringkan cawan dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam



Didinginkan cawan selama 15 menit dalam desikator, dan ditimbang



Dimasukkan sampel 1.5-2 gram, kemudia dimasukkan ke dalam tanur yang suhunya 600°C selama 3 jam



Didinginkan di luar tanur sampai suhu ±120°C, dimasukkan dalam desikator



Cawan dan abu ditimbang sehingga didapat berat konstan



Dilakukan perhitungan kadar abu



III. PENUTUP 3.1 kesimpulan Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara mengabukan komponenkomponen organik dalam bahan pangan.Selain untuk menentukan tingkat gizi suatu bahan, analis kadar abu pun dapat menunjukan Kadar abu dari bahan menunjukkan , kadar mineral, kemurnian dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan.pada analisis kadar abu mengunakan 2 metode yaitu secara langsung seperti pengabuan kering dan pengabuan basah kemudian metode tidak langsung seperti konduktometri dan pertukaran ion.dan pada contoh perhitungan analisis kadar abu lebih banyak menggunakan pengabuan kering. 3.2 saran



DAFTAR PUSTAKA



Puspitasari, et.al. 1991. Teknik Penelitian Mineral Pangan. Bogor: IPB-press. Kartika, Eka Yulli. (tanpa tahun). Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu, Jurnal Penelitian. Jurusan Pendidikan Kimia. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh : Jakarta Widodo, Didik S. dan Retno A. L. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif Dasar Penguasaan Aspek Eksperimental. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty dan PAU Pangan dan Gizi UGM. Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia; Jakarta. Sudarmadji. 2003. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID):Liberti