14 0 345 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SIROSIS HEPATIS
Oleh: KAHITA SRI ARIYANI NIM 203.0059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2020
HALAMAN PERSETUJUAN Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa: Nama
: Kahita Sri Ariyani
NIM
: 2030059
Program Studi
: Profesi Ners
Judul
: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Sirosis Hepatis
Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui bahwa Laporan pendahuluan ini dinyatakan layak. Mahasiswa :
KAHITA SRI ARIYANI NIM. 2030059
Surabaya, 7 Desember 2020 Pembimbing
Dedi Irawandi, S.Kep., Ns., M.Kep NIP. 03050
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SIROSIS HEPATIS
A. Konsep Sirosis Hepatis 1) Pengertian Sirosis berasal dari bahasa Yunani, Kirros yang berarti oranye atau kuning kecoklatan dan osis berarti kondisi (Cheney, 2012). Sirosis didefinisikan secara anatomis sebagai proses difus dan fibrosis, pembentukan nodul dan merupakan hasil akhir dari fibrinogenesis yang terjadi karena cedera hepar kronis (Mc Cormick, 2011). 2) Etiologi Etiologi sirosis hepatis diantaranya virus hepatitis (B,C,dan D), alkohol, kelainan
metabolik,
hemakhomatosis,
penyakit
Wilson,
defisiensi
Alphalantitripsin, galaktosemia, tirosinemia, kolestasis, sumbatan saluran vena hepatika, sindroma Budd-Chiari, payah jantung, gangguan imunitas, toksin dan obat-obatan, operasi pintas usus pada obesitas, kriptogenik dan malnutrisi.Berdasarkan morfologi, Sherlock membagi sirosis hati atas 3 jenisyaitu mikronodular, makronodular dan campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular). 3) Klasifikasi Secara fungsional sirosis terbagi atas Sutadi (2003) dalam jurnal Danastri, CN. (2013): a. Sirosis Hati Kompensata Sering disebut dengan laten sirosis hati. Pada tipe kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata, tekanan vena porta belum terlalu tinggi dan masih terdapat sel-sel hati yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tubuh. b. Sirosis Hati Dekompensata Dikenal dengan aktifsirosis hati. Pada stadium ini terlihat gejala yang sudah jelas, misalnya ascites, edema dan ikterus.Pada hati terjadi gangguan arsitektur hati yang mengakibatkan kegagalan sirkulasi dan kegagalan
parenkim hati yang masing-masing memperlihatkan gejala klinis berupa spider nevi, alopesia pectoralis, ginekomastia, kerusakan hati, ascites, rambut pubis rontok, eritema palmaris, atropi testis, kelainan darah (anemia,hematom/ mudah terjadi perdarahan) dan koma. 4) Anatomi Fisiologi
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme, di inferior oleh fissure dinamakan dengan ligamentum teres dan di posterior oleh fissure dinamakan dengan ligamentum venosum. Lobus kanan hati enam kali lebih besardari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadrates. Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul glisson dandibungkus peritorium pada sebagian besar keseluruhan permukaannnya. Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : Vena porta hepatica yang berasal darilambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam
amino, monosakarida, vitamin yanglarut dalam air, dan mineral dan Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen 5) Web Of Caution (woc)
6) Manifestasi Klinis Tanda dan gejala ada 2 macam yaitu : a. Tanda dan gejala paling umum di tahap awal 1) Lesu 2) Nafsu makan sedikit atau tidak ada 3) Mual 4) Kehilangan berat badan 5) Pembesaran hati 6) Telapak tangan merah b. Tanda dan gejala di tahap akhir 1) Mata dan kulit menguning 2) Urin coklat atau kuning gelap 3) Rambut rontok
4) Perubahan pembuluh darah di kulit dan di sekitar pusar 5) Pertumbuhan payudara pada pria 6) Mudah memar dan berdarah 7) Muntah darah atau BAB hitam seperti aspal 8) Gangguan mental berupa kebingungan 9) Perut bengkak dari akumulasi cairan dan kaki bengkak 10) Limpa membesar 11) Koma
7) Komplikasi Komplikasi sirosis hepatis yang utama adalah hipertensi portal, asites, peritonitis
bakterial
spontan,
pendarahan
varises
esofagus,
sindrma
hepatorenal dan kanker hati (Nurdjana, 2014). Komplikasi sirosis hepatis dapat terjadi secara fungsional, anatomi ataupun neoplastik. Kelaianan fungsi hepato-selular disebabkan gangguan kemampuan sintesis, detoksifikasi ataupun kelainan sistemik yang sering melibatkan organ ginjal dan endokrin. Kelainan anatomis terjadi karena pada sirosis terjadi perubahan bentuk parenkim hati, sehingga terjadi penurunan perfusi dan menyebabkan terjadinya hipertensi portal, dengan perubahan alur pembuluh darah balik yang menuju viseral baik intra maupun ekstra hepatal. Sirosis yang dibiarkan dapat berlanjut dengan proses degeneratif yang neoplastik dan dapat menjadi karsinoma hepato-selular. Komplikasi dari sirosis dapat berupa kelainan ginjal berupa sindroma hepatorenal, nekrosis tubular akut. Juga dapat terjadi ensefalotapi porto-sistemik, perdarahan varises, peritonitis bakterialis spontan (Jurnalis, 2014). 8) Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Labolatorium 1) Urine (kurang dari 4 meq/L) 2) Feses (ekskresi pigmen empedu rendah) 3) Darah (normostic normokronik anemia ringan) 4) Tes faal hati
b. Sarana penunjang 1) Radiologi 2) Ultrasonografi 3) Peritonokopi (laparoskopi) 9) Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut Nurdjana (2014) adalah: a. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggikalori tinggi protein, lemak secukupnya. b. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti : 1) Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunannya. 2) Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori (300 kalori),kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untukmenghambat perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D penicillamine dan Cochicine. 3) Hemokromatis Dihentikan
pemakaian
preparat
yang
mengandung
besi/
terapikelasi (desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak 500cc selama setahun.c. 4) Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid c. Terapi terhadap komplikasi yang timbul 1) Asites Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram/ hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respons diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/ hari dengan adanya edema kaki. Pemberian spironoklaton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid bisa ditambah
dosisnya bila tidak ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/ hari. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin. 2) Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesisdengan melena atau melena saja) a) Lakukan
aspirasi
cairan
lambung
yang
berisi
darah
untukmengetahui apakah perdarahan sudah berhenti atau masih berlangsung. b) Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100mmHg, nadi diatas 100 x/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian dextrose/salin dan tranfusi darah secukupnya. c) Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500cc D5% ataunormal salin pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Sirosis Hepatis Asuhan
keperawatan
adalah
proses
menemukan
pemecahan
kasus
keperawatan secara ilmiah yang dipakai untuk mengidentifikasi masalah pasien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakan dengan cara mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. 1) Pengkajian Keperawatan a. Data Subjektif 1) Riwayat Penyakit Sekarang 2) Riwayat Penyakit Dahulu 3) Riwayat Penyakit Keluarga b. Data Objektif 1) Aktivitas dan istirahat 2) Sirkulasi 3) Eliminasi
4) Nutrisi 5) Neurosensori 6) Nyeri 7) Respirasi 8) Keamanan 9) Seksualitas c. Pemeriksaan B1-B6 a) B1 (Breathing) Sesak , keterbatasan ekspansi dada karena hidrotoraks dan asites b) B2 (Blood) Pendarahan, anemia c) B3 (Brain) Kesadaram dan leadaan umum pasien (sadar-tidak sadar), berat ringannya prognosis penyakit pasien d) B4 (Bladder) Urin warna kuning tua dan berbuih. Bilirubin tak terkonjugasi. Sehingga bilirubin dalam urin dan ikterik serta pruritus. e) B5 (Bowel) Anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, vena gastrointestinal menyempit, terjadi inflamasi hepar. f) B6 (Bone) Keletihan, metabolisme tubuh meningkat, produksi energi kurang.
2) Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada diagnosa fraktur collum femur berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017): a.
Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun. SDKI 2017 D.0032 (kategori : fisologis subkategori : nutrisi dan cairan)
b.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot. SDKI 2017 D.0056 (kategori : fisiologis subkategori : aktivitas dan istirahat).
c.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma. SDKI 2017 D.0005 (kategori : fisiologis subkategori : respirasi).
d.
Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan pembuluh darah pecah. SDKI 2017 D.0036 (kategori : fisologis subkategori : nutrisi dan cairan)
e.
Ansietas berhubungan dengan muntah darah. SDKI 2017 D.0080 (kategori : psikologis subkategori : integritas ego).
3) Rencana Keperawatan N O 1
2
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun. SDKI 2017 D.0032 (kategori : fisologis subkategori : nutrisi dan cairan)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot. SDKI 2017 D.0056
TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme membaik 3x24 jam
INTERVENSI
a. BHSP (Bina hubungan saling percaya) b. Monitor hasil pemeriksaan labolatorium c. Monitor asupan makan d. Monitor adanya mual muntah
KH : a. Porsi makan yang dihabiskam meingkat b. Verbalisasi keinginan meningkatkan nutrisi c. Mual muntah menurun d. Berat badan membaik e. Nafsu makan membaik Setelah dilakukan tindakan keperawatan respon fisiologis terhadap aktivitas yang
e. Anjurkan klien makan porsi kecil tapi sering f. Sajikan makanan dalam keadaan hangat g. Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat dan kepatuhan diit h. Kolaborasi pemberian antiemetik
a. BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) b. Monitor TTV
RASIONAL
a. Meningkatkan hubungan antara perawat dan klien b. Hasil labolatorium mengidentifikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi c. Menilai keberhasilan tindakan keperawatan d. Menilai hal yang membuat mual muntah e. Menilai hal yang meningkatkan nafsu makan f. Makanan hangat dapat meningkatkan nafsu makan g. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutisi klien h. Antiemetik mengurangi mual, diit TKTP
a. Meningkatkan hubungan perawat dan klien b. TTV mengidentifikasi sistem seluruh tubuh
N O
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(kategori : fisiologis subkategori : aktivitas dan istirahat).
3
TUJUAN
membutuhkan tenaga meningkat dalam 3x24 jam
KH : a. Klien menunjukan kekuatan otot meningkat b. TTV dalam batas normal TD 110/70-120/80 RR 20x/menit Nadi 80x/menit Spo2 95-100% Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan berhubungan dengan tindakan keperawatan penekanan diafragma. inspirasi dan/atau SDKI 2017 D.0005 ekspirasi yang (kategori : fisiologis memberikan ventilasi subkategori : respirasi). adekuat membaik dalam 3x24 jam. KH : a. Pasien tidak menunjukan reaksi sesak nafas
INTERVENSI
c. Dukungan ambulasi d. Anjurkan klien mika-miki e. Jelaskan pentingnya latihan fisik f. Kolaborasi pemberian diit TKTP
a. b. c. d. e.
Pantau TTV Pengaturan posisi Terapi otot relaksasi progresif Jelaskan pencegahan aspirasi Kolaborasi pemberian obat
RASIONAL
c. Menilai kekuatan otot d. Menghindari resiko dekubitus dan memperlancar peredaran darah e. Menilai aktivitas yang dapat dilakukan f. Menilai kebutuhan nutrisi untuk kekuatan otot
a. b. c. d. e.
Identifikasi sistem regulasi tubuh Menilai hal yang membuat sesak Menilai kepatenan jalan nafas Menilai proses menelan Menilai hal yang dapat melegakan pernafasan
N O
5
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan pembuluh darah pecah. SDKI 2017 D.0036 (kategori : fisologis subkategori : nutrisi dan cairan)
TUJUAN
b. Klien menunjukan jalan nafas yang paten (tidak merasa tercekik) c. TTV dalam batas normal TD 110/70-120/80 RR 20x/menit Nadi 80x/menit Spo2 95-100% Setelah dilakukan tindakan keperawatan ekuilibrium antara volume cairan di ruang intraseluler dan ekstraseluler tubuh meningkat dalam 3x24 jam KH : a. Turgor kulit klien membaik b. Intake output klien dalam batas normal (1cc/kg BB) c. TTV dalam batas
INTERVENSI
a. b. c. d.
Pantau TTV Pantau intake – output cairan Jelaskan pencegahan syok Kolaborasi manajemen medikasi
RASIONAL
a. b. c. d.
Identifikasi sistem regulasi tubuh Menilai tingkat dehidrasi Menilai resiko syok Menilai hal yang dapat meningkkatkan balance cairan
N O
6
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan dengan muntah darah. SDKI 2017 D.0080 (kategori : psikologis subkategori : integritas ego).
TUJUAN
normal TD 110/70-120/80 RR 20x/menit Nadi 80x/menit Spo2 95-100% Setelah dilakukan tindakan keperawatan kondisi emosi dan oengalaman subjektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang, memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman menurun dalam 3x24 jam KH : a. Klien tidak menunjukan wajah tegang (gelisah) b. TTV dalam batas normal TD 110/70-120/80 RR 20x/menit
INTERVENSI
a. Pantau TTV b. Ajarkan teknik distraksi c. Ajarkan terapi relaksasi otot progresif d. Bantu konseling e. Dukungan emosi
RASIONAL
a. Identifikasi sistem regulasi tubuh b. Menilai tingkat nyeri c. Menilai hasil relaksasi, pengurangan nyeri d. Menilai manajemen diri e. Menilai tingkat ansietas
N O
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
Nadi 80x/menit Spo2 95-100% c. Kontak mata baik d. Wajah tidak terlihat pucat
INTERVENSI
RASIONAL
4) Implementasi Keperawatan Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi menutup kemungkinan akan menyimpang dari rencana yang ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi pasien. 5) Evaluasi Keperawatan Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai sebagaian atau timbul masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA Cheney, C.P, Goldberg, E.M & Chopra, S. (2012). Cirrhosis and portal hypertension : an overview. In : Friedman, L.S, Kheffe, E.B. Hardbook liver disease. Philadhelphia : Elsevier inc, 136-148. Jurnalis, dkk. (2014). Sisosis Hepatis Dengan Hipertensi Porta Dan Pecahnya Varises Esofagus. Majalah kedokteran andalas, 31 (2). ISSN 0126-2092. Mc Cormick, P.A. (2011). Hepatic Cirrhosis. In Dooley, J.S, Lok, ACF, Burrhough, A.K & Heathcote, E.J. Sherlock Disease Of The Liver And Billiary Sytem, 12th Ed. USA : Wiley Blackwill publishing, inc, 103-120. Nurdjana, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Sirosis Hati. Indonesia : Interna Publishing. 6th ed.P.1978. SDKI, T. P. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Sherlock, S. (2011). Disease Of The Liver And Billiary System. USA : Wiley Blackwell. 12th ed. P.103-120.