Kajian Media Sosial (Facebook, Instagram, Twitter) Dalam Pembelajaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Pemanfaatan Media Sosial (Facebook, Instagram, Twitter) dalam Pembelajaran Dosen pengampu: Rafiudin, M. Pd.



Disusun Oleh: Ahmad Jayadi



(1910130210030)



Alexander Surya Gunawan



(1910130310005)



Rizki Himawan



(1910130210025)



Mata Kuliah: Kajian Media Pembelajaran



PROGRAM STUDI (S1) TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2021



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1 B. Rumusan Masalah...........................................................................................3 C. Tujuan Penelitian............................................................................................3 D. Manfaat Penelitian..........................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5 A. Pemanfaatan Media Pembelajaran..................................................................5 B. Media Sosial dalam Pembelajaran..................................................................6 C. Karakteristik Media Sosial dalam pembelajaran............................................8 D. Fungsi Media Sosial dalam pembelajaran ...................................................11 E. Tipe Media Sosial dalam pembelajaran........................................................12 F. Belajar...........................................................................................................14 G. Pengertian Belajar.........................................................................................14 H. Belajar Sebagai Suatu Proses.......................................................................15 I. Kemampuan Belajar.....................................................................................16 J. Teori Difusi Inovasi......................................................................................17 BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................20 A. Jenis Penelitian.............................................................................................20 B. Waktu dan Lokasi Penelitian........................................................................20 C. Subjek Penelitian .........................................................................................20 D. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................21 E. Teknik Analisis Data ...................................................................................22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................24 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................24 B. Hasil Penelitian ............................................................................................26 C. Pembahasan .................................................................................................28 BAB V PENUTUP................................................................................................30 A. Simpulan.......................................................................................................30 B. Saran.............................................................................................................31



ii



iii



BAB 1 PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Media pembelajaran merupakan wahana dan penyampaian informasi atau pesan pembelajaran pada siswa yang dapat membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa. Media pembelajaran selalu mengalami perkembangan seiring perkembangan teknologi. Jenis penelitian ini adalah kajian pustaka (library research) dengan mengumpulkan sumber informasi dan data dari dokumen tertulis berupa artikel, jurnal, buku-buku, catatan dan dokumen-dokumen lain. Selain itu penulis juga mengambil sumber penelitian ini dari pengalaman pribadi sebagai pengguna media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya. Penggunaan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam kegiatan pembelajaran telah menjadi trend saat ini. Media sosial facebook, instagram, dan twitter tentu membantu para guru atau dosen untuk menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Secara umum dikatakan bahwa penggunaan media sosial tersebut mampu secara tidak langsung menarik minat peserta didik karena pembelajaran listening ketika guru atau dosen menggunakan media audio karena memotivasi mereka untuk lebih memperhatikan di kelas dan mereka dapat menghubungkan pemahaman mereka dengan kehidupan nyata. Oleh karenanya, penggunaan media audio dapat membantu proses pembelajaran dikelas baik untuk guru maupun peserta didik. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era global saat ini telah mengkondisikan hampir setiap orang dapat dengan mudah mengakses internet. Dari orang tua, remaja, hingga anak kecil pun sudah mengenal internet. Hal ini didukung dengan menjamurnya smartphone dan paket internet/ provider yang berlomba-lomba menawarkan layanan memadai dengan kapasitas akses yang cepat serta harga terjangkau. Seiring perkembangan teknologi tersebut, masyarakat pun makin ramah



1



dengan berbagai situs media sosial yang berbasis internet seperti Facebook, Instagram, hingga Twitter dan aplikasi media sosial lainnya. Dalam memanfaatkan media sosial seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, yaitu dapat mendatangkan manfaat atau keuntungan jika digunakan secara benar dan dapat mendatangkan masalah serta pengaruh buruk jika digunakan secara keliru. Sebagai contoh, media sosial tidak hanya dimanfaatkan oleh para pengguna untuk berinteraksi dengan teman (komunikasiinterpersonal), akan tetapi ada pula yang memanfaatkannya sebagai media untuk menyampaikan informasi, memperoleh hiburan, mempromosikan produk, sekedar menyampaikan aktivitas keseharian Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peran media sosial dalam memfasilitasi guru dan peserta didik dalam pembelajaran serta membantu guru dalam mengelola kelas agar lebih dinamis. Di era modern, berbagai inovasi telah dilakukan dalam pembelajaran untuk keluar dari pendekatan pengajaran tradisional. Mengajar bukanlah tugas yang mudah karena diperlukan teknik-teknik serta inovasi untuk membuat kelas menjadi menarik dan tidak monoton. Untuk alasan ini, guru cenderung menyesuaikan teknik yang berbeda untuk mengajar dengan pendekatan yang lebih efektif dan lebih menarik. Dengan pertumbuhan yang cepat serta ketersediaan teknologi, guru perlu menggabungkan berbagai sumber dan media belajar sehingga membuat tugasnya menjadi lebih mudah dan dinamis. Guru yang mengajarakan mencoba untuk memanfaatkan penggunaan media sosial dalam menyampaikan materi dan mengajarkan listening kepada para mahasiswa serta untuk membuat kelas itu menarik dan kontekstual. Namun, pertanyaannya adalah, apakah penggunaan media sosial facebook, instagram, dan twitter di kelas dapat membantu pengajaran dan bagaimanakah pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan? Apa sajakah manfaat yang diperoleh oleh guru dan peserta didik dengan penerapn media sosial facebook, instagram, dan twitter ini? Oleh karena itu, analisis ini berfokus pada bagaimana kelas yang menggunakan media sosial dalam pembelajaran menjadi dinamis dan efektif dengan penerapan media sosial facebook, instagram, dan twitter. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis manfaat yang diperoleh oleh guru, serta peserta didik, dari penggunaan media sosial facebook, instagram, dan



2



twitter dalam pembelajaran. Penelitian ini memberikan pandangan yang jelas tentang alasan penggunaan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh dari perspektif guru dan peserta didik. Meskipun, penggunaan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pengajaran telah menjadi trend umum bagi para guru namun banyak dari mereka mungkin tidak menyadari manfaat dari media sosial ini. Oleh karena itu, analisis ini berusaha untuk memberikan wawasan kepada para guru yang menggunakan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam memfasilitasi keterampilan peserta didik. Diharapkan bahwa temuan pada analisis ini akan membantu para pembaca untuk mengetahui lebih baik tentang keefektifan pengguaan media sosial facebook, instagram, dan twitter di kelas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran? 2. Bagaimana pengaruh pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter terhadap hasil belajar? 3. Apa sajakah manfaat yang diperoleh oleh guru dan peserta didik dengan adanya pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menahami implementasi pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran 2. Memahami pengaruh pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran terhadap hasil belajar 3. Memahami manfaat yang diperoleh oleh guru dan peserta didik dengan adanya pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran



3



D. Manfaat Penelitian Dengan disusunnya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita mengenai pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran, pengaruh pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran terhadap hasil belajar, dan manfaat yang diperoleh oleh guru dan peserta didik dengan adanya pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. Berdasarkan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka makalah ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Secara teoritis analisis ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pijakan dan referensi yang berkaitan dengan pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran, pengaruh pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran terhadap hasil belajar, dan manfaat yang diperoleh oleh guru dan peserta didik dengan adanya pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi Mahasiswa FKIP Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan referensi yang berkaitan dengan pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. b. Bagi Guru Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memahami dan mengenali pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. c. Bagi Pembaca



4



Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan menjadi bahan rujukan pembaca dalam memahami pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pemanfaatan Media Pembelajaran Media pembelajaran secara umum adalah alat peraga atau alat bantu dalam proses belajar dan mengajar. Media pembelajaran dapat berupa buku, suara, gambar video dan sebagainya. Media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Arsyad (2017:3) mengemukakan bahwa “pengertian media dalam proses belajar mengajar adalah alat-alat untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi yang disampaikan. Dalam pengertianmini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media pembelajaran”. Zhamarah dan Zain (2012:120) menjelaskan bahwa “media pembelajaran merupakan alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyampai informasi belajar atau penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu dosen atau guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu”. Penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”. Dari pernyataan-pernyataan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran terdiri atas dua unsur penting, yaitu perangkat dan unsur pesan yang dibawanya. Perangkat adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan bahan ajar atau pesan. Unsur pesan adalah informasi atau bahan ajar yang akan disampaikannkepada peserta didik. Media pembelajaran digunakan untuk memberikan kemudahan kepada mahasiswa dalam memahami materi. Proses pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata dosen, sehingga mahasiswa tidak merasa bosan dan dosen tidak kehabisan tenaga.



5



Menurut Rusman (2012:172), salah satu fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran akan lebih menarik perhatian mahasiswa sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar dan materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami dan memungkinkan mahasiswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik. Sanjaya (2012:70) menjelaskan bahwa media pembelajaran bermanfaat untuk menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu yang dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio kemudian disimpulkan dan dapat digunakan saat diperlukan. Susilana dan Riyana (2009:13) menyebutkan beberapa manfaat media pembelajaran secara umum adalah untuk memperjelas pesan, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera dan menimbulkan gairah belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran adalah untuk memudahkan dosen atau fasilitator memberikan materi, menarik perhatian mahasiswa dan menciptakan proses belajar mengajar yang lebih menarik. B. Media Sosial Facebook, Instagram, dan Twitter dalam pembelajaran Media sosial merupakan sarana interaksi antara sejumlah orang melalui “sharing” informasi dan ide-ide melalui jaringan internet untuk membentuk semacam komunitas virtual (Ahlqvist, dkk dalam Liliweri, 2015). Media sosial merupakan sekelompok aplikasi berbasis internet yang dibentuk berdasarkan ideologi dan teknologi Web 2.0 yang memungkinkan orang secara mobile dapat menciptakan dan bertukar konten, disebut user generated content (Kaplan, dkk dalam Liliweri 2015). 1.



Definisi Media Sosial Cohen dalam Liliweri (2015) mengatakan definisi media sosial terus berubah/ berkembang seiring dengan perkembangan penggunaan media sosial itu sendiri. Hal ini lantaran didukung oleh fakta bahwa media sosial berkaitan dengan teknologi dan platform yang memungkinkan pembuatan konten pada web interaktif sehingga terjadinya kolaborasi dan pertukaran pesan secara



6



bebas antara para pengguna. Mengingat sifat dinamis media sosial ini maka Cohen menampilkan beberapa ‘’makna definisi’’ media sosial sebagai berikut: a. Media sosial adalah media yang tidak bicara tentang apa yang orang lakukan atau orang katakan tetapi tentang apa yang orang lakukan dan katakana “bersama-sama” tentang sesuatu di dunia dan dipertukarkan ke seluruh dunia, atau media yang dapat mengkomunikasikan sesuatu pada saat yang sama ke segala arah karena dukungan oleh teknologi digital (Michelle Chmielewski). b. Media sosial adalah pergeseran cara kita mendapatkan informasi melalui cara lama seperti membaca koran sambil minum kopi di pagi hari, menelepon kawan dari rumah ke komunikasi dengan cara baru yang dimana kita menciptakan jaringan sosial untuk menemukan orang-orang dengan minat yang sama dan membangun persahabatan dengan mereka (Gini Dietrich). c. Media sosial adalah media yang mengubah pasar media dari komunikasi monologis menjadi komunikasi dialogis, ini terjadi karena di media sosial menyediakan platform online bagi pengguna untuk berpartisipasi aktif secara interaktif. Media sosial membantu orang untuk memahami apa yang orang katakan tentang merek, produk atau layanan tertentu. Melalui media sosial maka para pengguna dapat berpartisipasi aktif interaktif secara terbuka untuk menyampaikan, menerima dan mendiskusikan ide-ide baru sebagai dasar pembuatan keputusan bisnis yang lebih baik. (Sally Falkow). d. Media sosial merupakan platform yang memungkinkan para pengguna web berinteraksi dan berpartisipasi dalam pembuatan konten lalu berkomentar sesuai dengan keberadaan mereka maupun masyarakat umum. Contoh ‘’Wikipedia’’ sebagai media sosial yang dengan teknik komunikasi web dan mobile sangat mudah diakses dan scalable telah mengubah komunikasi menjadi semacam dialog interaktif. e. Dalam arti luas, media sosial merupakan salah satu bentuk platform online dimana para pengguna dapat memindahkan konten yang bersumber dari WordPress, Sharepoint, Youtube, Facebook. Dalam artian sempit, media



7



sosial meliputi saluran user-generated content yang memandang media sosial sebagai teknologi sosial. Contoh, Youtube, Facebook, dan Twitter adalah media sosial sedangkan Wordpress, Sharepoint, dan Lithium adalah teknologi sosial (Joe Cothrel). C. Karakteristik Media Sosial dalam Pembelajaran Semua manusia mempunyai kebutuhan untuk terhubung dan berinteraksi dengan satu sama lain. Media sosial sebagai media komunikasi dikembangkan untuk membantu orang untuk memenuhi kebutuhan itu. Kehadiran media sosial membuat manusia dapat berbagi perspektif, wawasan, pengalaman, dan opini yang satu dengan yang lain melalui Blog, Wiki, papan pesan, dan video. Di sini partisipasi dari komunitas orang-orang dan masyarakat pada umumnya telah memberikan dorongan bagi pemenuhan kebutuhan dimaksud, dan lebih jauh dari itu membentuk jaringan media sosial. Pertama,



karakteristik



media



sosial



sebagai



‘’media



baru’’



dapat



dibandingkan dengan media lama; (1) orang dapat berkomunikasi secara dialogis dengan media sosial sebagai media baru dan mulai mengabaikan komunikasi yang monologis, (2) para pengguna media sosial adalah individu, atau individu yang mewakili komunitas, kelompok atau organisasi, (3) inti dari media sosial adalah kejujuran dan transparansi, (4) semua media sosial umumnya lebih merupakan faktor penarik dan daripada faktor pendorong, dan (5) media sosial mengemban tugas distribusi konten bukan sentralisasi konten. Kedua, ketika dunia bisnis memanfaatkan media sosial sebagai penghubung dengan pengguna maka para pengguna internet selalu mengajukan pertanyaan pertama ‘’siapa pemilik konten?’’ Pertanyaan ini muncul dan harus dijawab melalui pemahaman tentang lima hal yang berbeda dari media sosial, yaitu; (1) media sosial sebagai alat strategis untuk mengungkapkan wawasan bisnis, (2) media sosial bertindak sebagai pengendali yang mengendalikan ‘’percakapan’’ sekitar merek tertentu, (3) media sosial berfungsi sebagai ‘’’marketing’’ karena memberikan nilai tambah dari suatu produk, (4) media sosial merupakan proses untuk merawat para



8



pelanggan, dan (5) media sosial mengubah organisasi dari yang semula tertutup ke suatu situasi yang transparan sehingga memengaruhi harapan para pelanggan. Ketiga, dari segi aplikatif maka media sosial mempunyai beberapa karakteristik, bahwa media sosial: 1. Meliputi berbagai format konten termasuk teks, video, foto, audio, PDF dan Power Point, artinya para pengguna dapat memilih variasi media sosial dalam rangka pembentukan konten. 2. Memungkinkan interaksi yang melintasi satu atau lebih platform melalui social sharing, e-mail, dan berbagi feed. 3. Melibatkan berbagai tingkat keterlibatan peserta yang dapat membuat komentar atau mengintai melalui jaringan media sosial. 4. Memfasilitasi peningkatan kecepatan dan luasnya penyebaran informasi. 5. Menyediakan komunikasi one-to-one,one-to-many, and many-tomany. 6. Memungkinkan komunikasi dilakukan secara real time atau asynchronous dari waktu ke waktu. 7. Sebagai ‘’device indifferent’’ dengan bantuan komputer (termasuk laptop dan netbook), tablet (termasuk iPads, iTouch dll) dan Ponsel (khususnya smartphone). 8. Memperluas keterlibatan pengguna untuk bersama-sama menciptakan peristiwa secara real-time, juga untuk memperluas interaksi online/ offline atau menambah acara secara live online. Keempat, dari segi keunggulan maka media sosial mempunyai karakteristik yang disebut evolusi, revolusi dan kontribusi. Media Sosial disebut; (1) evolusi karena dia menunjukkan perkembangan baru dari cara seseorang berkomunikasi misalnya dengan e-mail, (2) revolusi, karena untuk pertama kali dalam sejarah komunikasi, kita semua memiliki akses yang sangat bebas, komunikasi dapat dilakukan secara instan dan mengglobal, dan (3) sebagai kontribusi karena kehadiran media sosial dapat membedakan kemampuan setiap orang untuk berbagi dan berkontribusi pesan kepada sasaran. Kelima, berdasarkan beberapa karakteristik tersebut di atas maka para ahli strategi media sosial merumuskan secara akademis karakteristik media sosial, yaitu:



9



1. Engaging. Media sosial mempunyai karakter ‘’melibatkan’’, karena dia tidak saja berorientasi pada layanan bagi pelanggan tetapi melibatkan pelanggan untuk melayani orang lain, saling melayani di antara pelanggan. Dengan ‘’melibatkan’’ maka setiap orang yang menggunakan media sosial dapat berbagi cara terbaik untuk memenuhi keinginan dan kebutuha mereka. Dalalm dunia bisnis, media sosial tidak saja dijadikan sebagai ajang promosi produk tetapi dia memberikan nilai sosial bagi para pengguna, pelanggan dan konsumen untuk berbagi cara memenuhi kebutuhan sosial. 2. Empati. Komunikasi sosial yang efektif memerlukan kemampuan untuk menempatkan diri dalam hati dan benak orang lain. Seorang komunikator yang berempati adalah seseorang yang mempunyai kemampuan menyediakan peluang bagi orang lain untuk menemukan dirinya sendiri. Media Sosial selalu mencoba dan terus mencoba untuk menempatkan orang lain sebagai bagian terutama dari komunikasi saya. Media Sosial menempatkan saya sebagai seorang komunikator untuk tidak menjadikan diri saya sebagai “I” dan mengatakan “You” kepada orang lain, media sosial mengajarkan satu nilai empati dengan orang lain karena dia menghubungkan “I” dan “You” ke dalam “We” 3. Trustworthy. Simaklah raksasa ritel Walmart, perusahaan global sekelas itu, setelah mengalami beberapa masalah dalam bidang pemasaran, masih terus belajar untuk memahami masalah mereka dan menyelesaikannya melalui pemanfaatan media sosial. Walmart kemudian bangun kembali menjadi besar karena menerapkan inti dari media sosial yaitu, kejujuran, transparansi, dan orisinalitas. 4. Unique. Media Sosial itu unik. Keunikan media sosial itu terletak pada “kebersamaan” antara sumber dan penerima dalam membentuk konten. Media Sosial menerapkan strategi komunikasi sesungguhnya karena dia memberikan atau menambahkan “nilai tambah” pada konten demi membaharui dan memberi isi pada gagasan yang dipercakapkan. Salah satu akibatnya adalah para sumber dan



10



penerima dalam komunikasi bermedia sosial telah menciptakan sebuah media menjadi “media sosial”, atau mengubah “media sosial” menjadi “lebih sosial”. 5. Analytical. Media sosial mendorong sesama pengguna untuk bersama-sama berpikir tentang sesuatu ide secara analitis. Pemikiran analitis itu disadari sepenuhnya tidak dihasilkan oleh seorang pengguna saja tetapi bersama-sama dengan pengguna lain melalui proses diskusi, dialog, debat yang alot untuk menghasilkan suatu “ide sementara” yang disepakati. Disebut “ide sementara” karena media sosial tidak pernah berhenti diskusi, dialog, dan debat karena selalu membaharui ide-ide ke arah yang mendekatkan kebenaran tertentu. D. Fungsi Media Sosial dalam pembelajaran Menurut Kietzmann dalam Liliweri (2015) menerangkan fungsi media sosial itu ibarat “sarang lebah” yang membentuk kerangka jaringan yang terdiri dari ‘’blokblok’’ yang berhubungan satu sama lain, sebagai berikut: 1. Identity-identitas sebagai sebuah blok dari media sosial merinci bagaimana para pengguna mengungkapkan identitas diri dia di tengah-tengah koneksi dengan pengguna lain. Beberapa informasi penting tentang identitas adalah, nama, usia, jenis kelamin, profesi, dan lokasi. 2. Conversations adalah blok yang berisi aktivitas pengguna berkomunikasi dengan pengguna lain. Banyak situs media sosial yang dirancang untuk memfasilitasi percakapan antarpersonal maupun antara personal dengan kelompok atau komunitas lain. Ada beberapa alasan orang melakukan percakapan, misalnya sekedar “tweet, blog” atau menampilkan diri melalui “facebook” untuk menyampaikan



status,



mencari



informasi



tentang



orang



lain.



Dalam



“percakapan” inilah para pengguna dapat mendapatkan kawan baru, membangun harga diri, menemukan cinta, menyajikan ide-ide baru, atau mendorong diskusi tentang topik yang sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. 3. Sharing-media sosial membantu para pengguna melakukan “sharing” yakni melakukan distribusi pesan, menerima pesan, dan bertukar pesan, bahkan lebih penting dari itu di mana para pengguna melakukan “sharing” atas pesan untuk



11



mendapatkan “konten” dalam makna bersama. Karena itu maka istilah ‘sosial’ dalam “media sosial” selalu disiratkan sebagai pertukaran pesan antara manusia secara online. 4. Presence-media sosial berfungsi untuk menyadarkan kita tentang kehadiran para pengguna baik sebagai pribadi maupun sebagai individu dari mana pengguna berasal. Presensi dalam media sosial berfungsi menjelaskan posisi seseorang, “inilah -saya, saya adalah... saya ada di sini... Anda siapa? Anda ada di mana? Apakah saya bisa berkoneksi dengan Anda?”. Media sosial berfungsi membantu para pengguna agar mereka membuka akses dengan mudah melalui dunia maya dan sepakat untuk berkomunikasi secara langsung. 5. Relationships-Blok hubungan menunjukkan sejauh mana pengguna dapat berhubungan dengan pengguna lain. Dengan “berhubungan” berarti bahwa dua atau lebih pengguna memiliki beberapa bentuk hubungan yang membawa mereka untuk berkomunikasi, berbagi objek sosialitas, bertemu, atau hanya berkenalan, dan mendaftarkan identitas satu sama lain sebagai teman. 6. Reputation-blok



yang



menunjukkan



sejauh



mana



pengguna



dapat



mengidentifikasi status sosial orang lain, termasuk menyatakan status diri mereka sendiri. Reputasi dapat memiliki arti yang berbeda pada platform media sosial. Dalam kebanyakan kasus, reputasi berkaitan



dengan masalah



kepercayaan, dan dalam kasus teknologi informasi kebanyakan media sosial masih menentukan kriteria yang sangat kualitatif, misalnya apakah perangkat keras atau lunak yang tersedia secara otomatis menjamin kepercayaan di antara para pengguna. 7. Groups-blok kelompok dalam media sosial secara fungsional menunjukkan sejauh mana para pengguna dapat membentuk komunitas, kelompok atau bahkan masyarakat baru. Jaringan yang terbentuk tersebut akan menjadi lebih ‘’sosial’’ hanya jika melibatkan makin banyak orang, dan lebih dari itu “makin tinggi semangat kebersamaannya”.



12



E. Tipe Media Sosial dalam pembelajaran Beberapa tipe utama media sosial yang dijelaskan dalam Liliweri (2015) bahwa media sosial itu mengintegrasikan teknologi, interaksi sosial, dan penciptaan informasi melalui connect online. Melalui media sosial, orang atau sekelompok orang menciptakan, mengorganisasikan, meng-edit, memberikan komentar, dan meng-share-kan konten semunya dalam proses untuk mencapai misi tertentu. Berikut ini beberapa contoh dari media sosial adalah sebagai berikut: 1. Wikis, Website yang membolehkan siapa saja untuk mengisi atau mengedit informasi di dalamnya, berlaku sebagai sebuah dokumen atau database komunal. Misalnya Wikipedia. 2. Microblog, situs jejaring sosial dikombinasi blog, yang memberikan fasilitas bagi penggunanya untuk mengirimkan ‘’update’’ secara online melalui SMS, pesan instan, e-mail, atau aplikasi. Contohnya Twitter. 3. Konten, komunitas yang mengorganisir dan berbagi isi jenis tertentu. Misalnya : Flickr untuk foto-foto, Youtube untuk video, SlideShare untuk presentasi, kompasiana untuk tulisan, Scribd untuk dokumen, instagram untuk foto. 4. Situs Jejaring Sosial, aplikasi/ situs yang mengizinkan dan memberi fasilitas kepada penggunanya untuk membangun halaman web pribadi dan kemudian terhubung dengan teman-temannya untuk berbagi konten dan komunikasi. Contohnya : MySpace, Facebook, Linkendln, dan Bebo. 5. Virtual Game World, dunia virtual, di mana mengreplikasikan lingkungan 3D, di mana user bisa muncul dalam bentuk avatar yang diinginkan untuk berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contohnya game online. 6. Virtual Social World, dunia virtual di mana penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama seperti virtual game world mengarahkan pengguna berinteraksi dengan orang lain. Bagi penggemar Virtual Social World ternyata lebih bebas menikmati kehidupan dunia nyata, contohnya Social life. 7. Podcasts, berupa file-file audio dan video yang tersedia atau dapat diakses dengan cara berlangganan (subscribe) e-mail, melalui Apple iTunes. 8. Forum, sebuah area untuk diskusi online, seputar topik dan minat tertentu. Forum sudah ada jauh sebelum media sosial popular yang menjadi elemen yang kuat dan



13



populer di kalangan komunitas online. Contoh : kaskus, forum komas, forum viva. 9. Integrasi media sosial, Sebuah situs yang mengintegrasikan semua media untuk satu aktivitas sehingga tidak perlu repot untuk posting di beberapa media. F. Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. G. Pengertian Belajar Esensi yang dianggap oleh masing-masing ahli mungkin dapat sama, tetapi dalam memberikan formula batasannya sukar untuk mencapai kesamaan yang mutlak. Cukup banyak definisi mengenai belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli. Seperti yang dikemukakan oleh Skinner dalam Walgito (2010) yang menyatakan bahwa ‘’Learning is a process of progressive behaviour adaptation’’. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya. Pengertian belajar menurut Lyle, dkk dalam Mustaqim (2008); ‘’Learning as a relatively permanent change in behaviour traceable to experience and practice’’ artinya belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan. Sejalan dengan hal tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sanjaya (2012) pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi yang melibatkan guru sebagai sumber informasi, pesan pembelajaran atau yang kita kenal sebagai materi pelajaran, dan penerima pesan itu sendiri yakni siswa. Konsep lama yang banyak dipegang orang menganggap bahwa belajar adalah proses menambah



14



informasi. Seperti yang dijelaskan dalam American Heritage Dictionary bahwa belajar adalah ‘’To gain knowledge, comprehension, or mastery through experience study’’. Konsep ini memandang belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan (materi pelajaran) melalui pengalaman. Dimyati dan Mudjiono (2006) Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial. Djamarah dan Zain (2010) Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Hamalik (2010) Belajar adalah bukan suatu tujuan tetapi merupakan proses untuk mencapai tujuan. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Hamzah (2006) Belajar merupakan suatu proses yang sistematis yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan anak didik. Belajar sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karekteristik seseorang sejak lahir. Menurut Ahmad Mudzalir (1997: 33) Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan. H. Belajar Sebagai Suatu Proses Para ahli melihat belajar itu sebagai suatu proses. Prosesnya sendiri tidak menampak, yang tampak adalah hasil dari proses. Karena 37 belajar merupakan suatu proses, maka dalam belajar adanya masukan, yaitu yang akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut. Dari bagan tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan karena latihan atau pengalaman, dan hal ini menimbulkan perubahan dalam perilaku. Ini berarti bahwa proses belajar merupakan intervening variable yang merupakan penghubung atau pengkait antara independent variable dengan dependent variable.



15



Sebagai segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Masrun & Martaniah (1973) mengemukakan pengertian belajar sebagai proses perubahan baik lahir maupun batin. Perubahan tersebut bersifat positif, yaitu perubahan menuju ke arah perbaikan. Perbuatan belajar ditandai oleh adanya perubahan-perubahan



secara



relatif



permanen



yang



disebabkan



oleh



pengalaman/latihan. Pavlov (dalam Slavin, 1986) mengemukakan suatu teori mengenai belajar, yaitu teori belajar classical conditioning. Dalam pembagian aliran psikologi, Pavlov termasuk dalam aliran behavioristik. Aliran ini mengutamakan perilaku/perubahan tingkah laku organisme melalui hubungan stimulus respon (S- R). Dengan demikian belajar hendaklah mengkondisikan suatu stimulus, sehingga menimbulkan respon. Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terus menerus yang timbul akibat dari pensyaratan kondisi. Sifatnya adalah membentuk hubungan antara stimulus dengan respon. Hal ini berarti belajar dengan tingkah laku tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian akan jelas bahwa proses belajar itu sendiri terdapat dalam diri individu yang belajar, yang kemudian menghasilkan perubahan dalam perilakunya (Walgito, 2010). I. Kemampuan Belajar Kemampuan lain yang dimiliki manusia terkait dengan teori kognitif sosial adalah ‘’kemampuan belajar’’ (vicarious capacity), yaitu kemampuan untuk belajar dari sumber lain tanpa harus memiliki pengalaman secara langsung. Kemampuan ini biasanya mengacu pada penggunaan media massa, baik secara positif maupun negatif. Kemampuan mengamati memungkinkan orang belajar berbagai hal positif dan bermanfaat dengan cara membaca media cetak atau menonton televisi yang menunjukkan berbagai perilaku yang bersifat mendukung masyarakat (pro-sosial). Namun sebaliknya, orang juga dapat menyaksikan dan belajar perilaku negatif yang ditolak masyarakat (anti-sosial) melalui media yang mereka konsumsi (Morissan, 2013).



16



Gagne mengkaji masalah belajar yang kompleks dan menyimpulkan bahwa informasi dasar atau keterampilan sederhana yang dipelajari mempengaruhi terjadinya belajar yang lebih rumit. Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu a) Keterampilan intelektual atau kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing dengan penggunaan lambang. Kemampuan ini meliputi: 1. asosiasi dan mata rantai (menghubungkan suatu lambang dengan suatu fakta) 2. diskriminasi (membedakan suatu lambang dengan lambang lain) 3. konsep (mendefinisikan suatu pengertian atau prosedur) 4. kaidah (mengkombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara) 5. kaidah lebih tinggi (menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan suatu masalah) b) Strategi/siasat kognitif yaitu keterampilan peserta didik untuk mengatur proses internal perhatian, belajar, ingatan dan pikiran c) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan d) Keterampilan motorik, yaitu keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan tepat waktu e) Sikap, yaitu keadaan dalam diri peserta didik yang mempengaruhi (bertindak sebagai moderator atas pilihan untuk bertindak). Sikap ini meliputi komponen afektif, kognitif dan psikomotorik.Jenis Media Audio Radio secara umum ada dua yaitu radio dan kaset radio Contoh Media Audio Radio seperti kaset radio, siaran radio, CD dan telepon. J. Teori Difusi Inovasi Difusi inovasi adalah pemikiran yang melihat bahwa media massa berkontribusi atas seluruh pembaruan dan inovasi yang berkembang dalam masyarakat. Difusi inovasi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat memahami dan menyadari masalah kemajuan dalam masyarakat itu sendiri. Dengan



17



memanfaatkan kekuatan media massa sampai pada taraf tertentu, proses komunikasi juga melibatkan jaringan antarpribadi yang akan memperkuat tingkat adopsi seseorang atas sesuatu inovasi (Vera,2016). Definisi difusi dari Rogers (1995) adalah ‘’The process by which an innovation is communicated througt certain channels overtime among the members of a social system’’ (proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem). Empat tahap proses difusi inovasi adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan; kesadaran individu akan adanya inovasi dan pemahaman tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. 2. Persuasi; individu-individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. 3. Keputusan; individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi. 4. Konfirmasi; individu akan mencari pendapat yang menguatkan keputusan yang telah diambilnya, namun ia dapat berubah dari keputusan yang telah diambil sebelumnya jika pesan-pesan mengenai inovasi yang diterimanya berlawanan satu sama lain. Tahapan dalam proses difusi inovasi tersebut menurut Rogers (1995), media massa terlihat lebih efektif pada tahap pengetahuan. Sedangkan tahap selanjutnya lebih efektif menggunakan saluran komunikasi antarpribadi. Penjelasan tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh Rogers (1995) mengenai tahapan individu untuk dapat mengadopsi teknologi baru yang meliputi awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption. Proses tersebut kemudian mengotak-kotakkan masyarakat ke dalam beberapa segmentasi yang membedakan satu dan lainnya berdasarkan keputusan yang mereka ambil terhadap inovasi yang ditemui. Terdapat lima segmentasi dalam masyarakat dalam kaitannya dengan waktu yang diperlukan untuk dapat menggunakan teknologi seperti yang dikemukakan oleh Ryan dan Gros (dalam Vera, 2016) yaitu; Innovators, Early adopters, Early majority, Late majority, dan Laggards.



18



Teori Difusi Inovasi muncul pada tahun 1903, oleh sosiolog Perancis, Gabriel Tarde yang memperkenalkan kepada publik Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini menjelaskan bahwa suatu inovasi dilakukan oleh seseorang diperhatikan melalui dimensi waktu. Dalam kurva tersebut terdapat dua buah sumbu yakni sumbu yang menjelaskan tingkat adopsi dan sumbu yang menjelaskan dimensi waktu. Rogers mendefisinikan difusi inovasi sebagai proses sosial yang mengkomunikasikan informasi tentang ide baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi dengan demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial. Rogers mengemukakan bahwa terdapat 4 karakteristik inovasi yang yang dapat mempengaruhi tingkat adobsi dari individu maupun kelompok sosial tertentu. 1. Keuntungan Relatif (Relative Advantage) Keuntungan relatif adalah bagaimana suatu inovasi yang baru ini dapat dikatakan lebih baik dari inovasi sebelumnya atau justru tidak lebih baik dari inovasi sebelumnya. Tolak ukuranya adalah bagaimana seorang adopter merasakan langsung dampak dari inovasi tersebut yang menjadikanya puas ataupun tidak puas pada sebuah inovasi. 2. Kesesuaian (compatibility) Kesesuaian berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu dapat dikatakan sesuai dengan kondisi masyarakat, kebudayaan dan nilai-nilai dalam masyarakat tersebut, serta tentu saja apakah sesuai dengan kebutuhan yang ada. 3. Kerumitan (complexity) Kerumitan berkaitan dengan seberapa rumit suatu inovasi dapat dipahami dan dijalankan oleh adopter. Semakin rumit tentu saja akan semakin sulit untuk diadopsi begitu pula sebaliknya semakin mudah dipahami maka inovasi tersebut akan semakin mudah untuk diadopsi. 4. Dapat diuji coba (triability) Suatu inovasi akan lebih mudah diadopsi manakala inovasi tersebut dapat di uji cobakan dalam kondisi sebenarnya. Bahwa suatu inovasi tersebut, sesuai atau tidaknya dapat segera diketahui manakala dapat dilihat melalui suatu uji coba.Jenis Media Audio Radio secara umum ada dua yaitu radio dan kaset



19



radio Contoh Media Audio Radio seperti kaset radio, siaran radio, CD dan telepon.



BAB III METODE PENELITIAN



A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian ini dapat di klasifikasikan ke dalam metode penelitian deduktif yaitu metode dalam penelitian dengan berpikir secara dari hal hal khusus ke umum serta



menarik



kesimpulan



dengan



pengamatan



terlebih



dahulu.



Menurut



Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007:15) penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya, dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan. Adapun kesimpulan yang akan dinalar adalah berdasarkan penggunaan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam kegiatan pembelajaran di SMAN 1 Kandangan. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan di SMAN 1 Kandangan yang beralamat di Jalan Batuah Nomor 31, Desa Tibung Raya Kec. Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai



20



Selatan, Kalimantan Selatan, adapun waktu pelaksanaan nya berlangsung pada tanggal 4-5 Januari 2021. C. Subjek Penelitian Subjek dala penelitian ini adalah Siswa dan guru di SMAN 1 Kandangan yang diambil secara acak yaitu dari kelas XI-XII baik dari jurusan IPA maupun IPS yang mana masing-masing ada sekitar 5 siswa pada saat pelaksanaan simulasi pembelajaran tatap muka sesuai protokul kesehatan. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data untuk kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai macam metode. Berikut ini metode yang digunakan. 1. Observasi Metode ini adalah proses langsung mengamati subjek dan objek penelitian secara langsung. Dengan metode ini, peneliti dimungkinkan melihat serta mengamati sendiri, kemudia mencatat perilaku serta kejadian yang telah terjadi sebenarnya. Pada dasarnya, melalui metode ini memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan oleh objek penelitian pada waktu itu sehingga tidak menutup kemingkinan



apabila



peneliti



menjadi



sumber



data.



Memungkinkan



pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong, 2010:175). 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Kriyantono, 2009:98). Pedoman dari pengumpulan data dari metode ini tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, melainkan sebuah garis besar tentang data dan informasi apa saja yang ingin didapatkan dari informan. Pada penelitian ini, kegiatan wawancara dilakukan dengan jenis wawancara mendalam (in-depth interview). Dengan melakukan wawancara



21



secara mendalam, peneliti ingin mendapatkan data dan informasi yang lebih spesifik dan detail. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai murid dan guru secara langsung di SMAN 1 Kandangan. 3. Studi Pustaka Melalui metode ini, informasi dan data diperoleh dari penelitian serupa sebelumnya yang memiliki kesamaan latar belakang, fokus masalah ataupun subjek dan objek yang diteliti. Metode ini juga memungkinkan peneliti mendapatkan informasi dari artikel atau jurnal yang mengangkat topik serupa. E. Teknik Analisis Data Dalam menganalis data dan informasi yang diperoleh dari penelitian di lapangan. Peneliti menggunakan analisis interactive model yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1994) dalam Pawito (2007:104). Teknik analisis ini memiliki tiga komponen yaitu: 2.



Reduksi Data Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.



3.



Penyajian Data Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian



22



data kualitatif bisa berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan maupun bagan. 4.



Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.



23



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Yang dimaksud dengan gambaran umum obyek penelitian adalah gambaran yang menerangkan tentang keberadaan situasi dan kondisi atau keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1.



Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Kandangan Menyadari akan pentingnya pengembangan pendidikan di daerah ini maka oleh satu yayasan yang bernama Yayasan Kesejahteraan Pelajar Daerah (IKPD) yang dikelola oleh para pejabat daerah antara lain: Bpk. H. Djahri (Bupati Kepala Daerah Tk. II Kabupaten HSS), Bpk. Hamsi (Sekretaris Daerah Kabupaten HSS), maka didirikan sebuah sekolah swasta yang berlokasi di Desa Tibung Raya Kandangan, tahun 1956. Cukup besar keikutsertaan masyarakat terhadap pendirian sekolah ini baik dalam bentuk dana maupun tenaga. Para siswa tingkat SMTP seperti SMP, sekarang SLTP, ST, SGB dan SKP Kandangan bersama masyarakat membersihkan lokasi dari pepohonan, akar-akaran dan sebagainya menggunakan peralatan yang sederhana.



2. Penamaan dan Penegrian



24



Berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 14 Agustus 1958, Nomor: 360 / III, SMA Swasta Kandangan dinegerikan menjadi SMA Negeri Kandangan, terhitung mulai tahun Ajaran 1957/1958. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah jenjang SMA se Banua Lima pada waktu itu, karena itu para siswanya terdiri dari warga masyarakat se-Banua Lima pula. Setelah didirikan SMA Negeri Kandangan di Gambah, tahun 1983, maka didirikan tanda pengenal SMA Negeri Kandangan yang berlokasi di Tibung Raya ini dengan angka 1(satu), sehingga menjadi SMA Negeri 1 Kandangan. Kemudian berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 41007/A.A5/OT/1997, diubah lagi menjadi SMU Negeri 1 Kandangan. 3. Tenaga Guru Dalam penyediaan tenaga pendidik dan pengajar sekolah ini pernah mendapat Tenaga Mahasiswa yang disebut Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM) sekitar tahun 1960-an. Mereka itu antara lain: Bpk. Muhammad Arlan, (Mantan Bupati Kabupaten HSS), dengan nama lengkap H. Muhammad Arlan, SH, Akhmadsyah (Mantan Bupati Kabupaten HST), dengan nama lengkap Drs. H. Akhmadsyah, Kusairi BA, Yusera BA. Sedangkan Tenaga Guru-Guru berstatus honorer antara lain Ir. H. Muhammad Said (Mantan Gubernur provinsi Kalsel), H. Kaspul Anwar (Mantan Bupati Kabupaten HSS) 4. Alumni Para aalumni sekolah ini sudah tersebar di seluruh wilayah RI, terdiri dari keturunan kakek, nenek, anak dan cucu dalam kurun waktu lebih 50 tahun. Sebagian alumni telah menjadi Pejabat, PNS, TNI/POLRI, Wiraswasta dan lainlain, sebagian masih mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, sebagian lagi masih berusaha mencari kerja dan menciptakan lapangan kerja sendiri. 5. Visi  dan Misi Sekolah   Visi Membudayakan Prestasi menuju Sekolah Efektif yang Bernuansa Imtaq Dan Iptek, serta berwawasan Global.



25



Misi 1. Mengembangkan Pengelolaan Pembelajaran/ Bimbingan yang efektif. 2. Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan Imtaq. 3. Mengembangkan Manajemen Partisipatif berbasis Komitmen dan Kinerja 4. Mengembangkan Ketenagaan, sarana Prasarana, dan Partisipasi Masyarakat. 5. Mengembangkan Tata Lingkungan yang Bersih dan Hijau 6. Profile Singkat SMAN 1 Mekarsari Nama Sekolah



: SMA Negeri 1 Kandangan



Nomor Pokok Sekolah Nasional



: 30301783



Nomor Statistik Sekolah



: 30 1 15 03 03 019



Akreditasi Sekolah



:A



Alamat Sekolah



: Jl. Batuah No. 31



Telepon



: 051721098



Email



: [email protected]



Didirikan Tahun



: 1956



7. Letak Geografis Obyek Penelitian Letak SMAN 1 Kandangan adalah di Jl. Batuah No. 31 Desa Tibung Raya Kec. Sungai Raya Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. lokasi cukup strategis dan mudah saja di temukan karena berada di jalan utama Kota yang akses jalan nya sudah cukup layak, nyaman dan mudah untuk di jangkau kendaraan. B. Hasil Penelitian Media sosial sebagai media komunikasi merupakan produk media baru yang dikembangkan untuk membantu orang dalam memenuhi kebutuhan itu. Kehadiran media sosial membuat manusia dapat berbagi perspektif, wawasan, pengalaman, dan opini yang satu dengan yang lain melalui Blog, pesan, video dan lain sebagainya. Di sini partisipasi dari komunitas orang-orang dan masyarakat pada umumnya telah memberikan dorongan bagi pemenuhan kebutuhan dimaksud, dan lebih jauh dari itu membentuk jaringan media sosial.



26



Begitu banyak aplikasi media sosial dengan beragam fitur yang ditawarkan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, terkait keuntungan dan kerugian yang menyertai kehadirannya. Sebagaimana yang umum diketahui perihal penggunaan media sosial selama ini banyak digunakan hanya sekedar untuk mencari informasi melalui twitter, kemudian menyampaikan kegiatan yang mereka lakukan melalui facebook. Hal ini kemudian dapat menimbulkan masalah ketika pengguna media sosial di kalangan pelajar hanya ditujukan untuk mengekalkan gaya hidup hedonisme semata, serta digunakan sebagai ruang untuk menebar kebencian ‘’hate speech’’ dan berita bohong ‘’hoax’’. Sementara itu, masih banyak fasilitas media sosial dengan beragam fitur yang dapat digunakan sebagai sarana penunjang proses pembelajaran namun belum begitu difungsikan. Di sinilah peran uses and gratification dalam pemanfaatan jenis dan konten media sosial yang akan digunakan, agar lebih terarah pemanfaatannya untuk peningkatan atau mengoptimalkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini para siswa (informan) memiliki kebebasan memilih jenis media sosial dari sekian banyak aplikasi media sosial yang tersedia, berdasarkan asas manfaat yang dianggap lebih memberi kontribusi dalam menunjang proses pembelajarannya. Pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran akan Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di SMAN 1 Kandangan karena untuk era sekarang media sosial merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran sebagian besar dipengaruhi oleh media. Namun, pendidik atau yang sering disebut guru juga merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam pendidikan karena guru bertanggung jawab terhadap peserta didiknya atas pendidikan yang berlangsung, keduanya saling berkaitan. Untuk menunjang profesinya sebagai guru harus mempunyai beberapa kompetensi salah satunya kompetensi profesional. Guru dalam mengajar harus



27



mampu memanfaatkan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. Selain itu guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan



sesuai



dengan



bidang



yang



ditekuninya,



memiliki



kemampuan



berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus. Hal-hal tersebutlah yang nantinya sangat menentukan keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Adapun dalam praktiknya pemanfaatan media pembelajaran dalam mendukung proses pembelajaran lewat penggunaan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: Sejauh ini pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran oleh tenaga pendidikan di SMAN Kandangan yaitu dengan menggunakan metode penugasan yang memanfaatkan media sosial facebook, instagram, dan twitter. C. Pembahasan Kesimpulan berdasarkan interpretasi data diatas, selanjutnya dilakukan pembahasan atas hasil analisis, hal-hal yang dapat disajikan dari pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Implementasi penggunaan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran di SMAN 1 Kandangan adalah dengan penugasan dengan menggunakan



perangkat



android



atau



computer



masing-masing



untuk



mengupload ataupun mengakses sumber belajar dan diskusi di dalamnya. 2. Pengujian kedua tentang pengaruh pengaruh penggunaan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran di SMAN 1 Kandangan terhadap hasil belajar. Dari hasil analisis, terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari yang sebelumnya tidak menggunakan media sosial dan setelah menggunakan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dari penggunaan media media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. Hal ini dapat dimengerti karena beberapa alasan sebagai berikut:



28



a) Media sosial facebook, instagram, dan twitter sebagai salah satu sumber belajar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam meningkatkan minat belajar yang membuat siswa lebih kuat motivasi belajarnya. b) Media media sosial facebook, instagram, dan twitter dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. c) Informasi media sosial facebook, instagram, dan twitter cenderung lebih update 3. Pengujian ketiga tentang manfaat yang diperoleh oleh guru dan peserta didik dengan penerapn media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. Dari hasil analisis, hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut: a) Pembelajaran dengan pemanfaatan media sosial dibarengi tumbuhnya semangat dan motivasi belajar akan mendatangkan kesan yang mendalam dibenak siswa, sehingga ingatannya akan terpelihara dengan baik, hal ini sesuai pendapat Amir Hamzah Sulaiman (1981: 18) bahwa media sosial facebook,



instagram,



dan



twitter



dalam



pembelajaran



tidak



saja



menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang singkat, tetapi apa yang diterima melalui hal yang disenangi oleh mereka akan lebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan. b) Ketertarikan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran secara tidak langsung memberi dorongan motivasi baik secara intrinsik maupun ektrinsik, sehingga di luar kelas pembelajaran siswa masih teringat peristiwa pembelajaran, artinya secara tidak sadar siswa telah melakukan pengulangan atau latihan-latihan sendiri, hal ini yang menjadikan prestasi belajar siswa menjadi lebih baih. Sesuai pendapat Mulyati, (2005: 5) dikatakan Selain itu belajar mempunyai pengertian suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.



29



BAB V PENUTUP



A. Simpulan Memperhatikan hasil analisis data memutuskan hasil pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran di SMAN 1 Kandangan adalah dengan penugasan oleh guru kepada peserta didik dengan membuat ringkasan materi kamudian di posting di media sosial dan juga dengan melakukan penarian materi atau informasi terkait materi pelajaran di media sosial masing-masing 2. Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaa media sosial dalam pembelajaran di SMAN 1 Kandanga dengan menggunakan media sosial facebook, instagram, dan twitter dibandingkan tidak sama sekali menggunakan media berikut 3. Manfaat yang diperoleh oleh guru dan peserta didik dengan penerapn media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran. Dari hasil analisis, hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut: a) Pembelajaran dengan pemanfaatan media sosial dibarengi tumbuhnya semangat dan motivasi belajar akan mendatangkan kesan yang mendalam dibenak siswa, sehingga ingatannya akan terpelihara dengan baik. Media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam pembelajaran tidak saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang singkat, tetapi apa yang diterima melalui hal yang disenangi oleh mereka akan lebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan.



30



b) Ketertarikan media sosial secara tidak langsung memberi dorongan motivasi baik secara intrinsik maupun ektrinsik, sehingga di luar kelas pembelajaran siswa masih teringat peristiwa pembelajaran, artinya secara tidak sadar siswa telah melakukan pengulangan atau latihan-latihan sendiri. B. Saran Dari hasil analisis tersebut di atas dan beberapa temuan perlu dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah a) Senantiasa mendorong seluruh siswa dan tenaga kependidikan baik guru maupun staf Tata Usaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti teknologi informatika komputer. b) Memberikan sarana prasarana pendidikan yang cukup termasuk pengadaan wifi untuk kemudahan mengakses media sosial untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. c) Menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif agar peningkatan prestasi belajar dapat tercapai. d) Memberikan reward atas keberhasilan peningkatan prestasi belajar agar motivasi belajar terus tumbuh dan berkembang lebih baih. 2. Guru a) Mengingat



ada



pengaruh



yang



signifikan



pembelajaran



dengan



menggunakan media sosial terhadap kegiatan pembelajaran, diharapkan guru dapat memanfaatkan media sosial facebook, instagram, dan twitter dalam setiap melakukan proses belajar mengajar. b) Guru diharapkan dapat berkreasi membuat pembelajaran mata pelajaran menjadi menarik dan diminati siswa, melalui pemanfaatan media sosial facebook, instagram, dan twitter proses belajar mengajar menjadi sangat menarik, mempesona, dan menyenangkan sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. c) Bagi siswa yang memilki motivasi belajar rendah perlu diberikan bimbingan khuusus agar dorongan untuk maju dan berprestasi dapat terwujud.



31



d) Guru senantiasa berupaya meningkatkan profesionalismenya melalui kegiatan seminar, pelatihan, lokakarya, dan workshop dalam rangka memperluas wawasan tentang pemanfaatan sumber-sumber pembelajaran seperti pemanfaatan media audio dalam pembelajaran listening pada Bahasa Inggris. 3. Siswa a) Siswa diharapkan aktif mengikuti proses belajar mengajar, mengerti instruksi guru, memahami kebutuhan intelektualnya dengan menanyakan hal-hal yang belum dipahami. b) Siswa diharapkan memahami tugas dan kewajibannya dalam belajar agar dorongan motivasi belajar meningkat, sebab siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar memenuhi tugas dan kewajibannya dalam belajar.



32



DAFTAR PUSTAKA



Arysad, A. (2017). Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Dimyati dan Mudjiono, (2002) Belajar dan Pebelajaran, Jakarta: Penerbit Kerjasama Pusat Perbukuan Depdiknas dan PT Rineka Cipta Liliweri, A. (2015). Komunikasi antarpersonal. Jakarta: Pernamedia Gruop Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamzah (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis dibidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Kriyantono, (2009). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Penerbit Bonoma Masrun dan Martaniah, S.M. 1973. Studi Mengenai Kemandirian Pada Penduduk di Tiga Suku (Jawa, Batak dan Bugis). Laporan Penelitian. Yogyakarta: Kantor Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Fakultas Psikologi UGM.Prenada Media Mudzalir, A. (1997). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Setia Mustaqim. 2008. Metode Evaluasi Kualitatif. Semarang: Pustaka Pelajar. Morissan. (2013). Teori komunikasi: individu hingga massa. Jakarta: Kencana. Moleong, (2010). Media pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Pawito (2007). Teori-Teori Belajar, Bandung, IKIP Bandung Rusman. (2012). Model-model pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press Sanjaya, W (2012). Media komunikasi pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Shofiah, (2007). Macam-macam Metode Penelitian Ilmiah dalam Tataran Sosial. Jakarta: Media Group Slavin, Robert (1986). Social studies in elementary education. Seventh edition. New York: Macmillan Publishing.



33



Rogers (1995) Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Ditjen PT. PAUUT Vera (2006). International Journal of Social Science and Humanity Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi. Winkel, (2005) Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Penerbit Media Abadi Zhamarah, B.A., & Zain, A. (2012). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.



34