Karakteristik Bahan Hasil Pertanian (Bentuk Dan Ukuran) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri penanganan hasil pertanian diperlukan ilmu untuk mengukur dan menganalisa bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian untuk mengklasifikasinya kedalam keseragaman bentuk, karena bahan-bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam. Salah satu komponen penting dalam proses pasca panen penanganan ini dapat dilakukan dengan teknik grading atau sortase, selain itu dalam penanganan hasil pertanian dibutuhkan juga beberapa alat dan mesin yang bisa mempermudah proses penanganan. Mesin-mesin yang akan di buat berdasarkan karakteristik dari bahan itu sendiri khususnya memperhatikan karakteristik hasil pertanian dari sisi bentuk. Konsumen tertentu memiliki penerimaan tertentu mempertimbangkan karakteristik fisik. Bentuk dan ukuran berat dan warna yang seragam menjadi pilihan konsumen. Untuk mencegah kerusakan seminimal mungkin, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik watak sifat teknik bahan hasil pertanian yang berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan termis. Oleh sebab itu, pada praktikum kali akan dibahas mengenai karakteristik fisik bahan hasil pertanian untuk klasifikasi standar bentuk dan ukuran produk hasil pertanian. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan praktikum kali ini diantaranya : 1. Menentukan bentuk suatu hasil pertanian berdasarkan ukuran, kebundaran, dan kebulatan. 2. Menentukan hubungan antara suatu bentuk bahan hasil pertanian dengan volume dan kuas permukaannya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Bentuk dan Ukuran Bahan Dalam proses pengolahan suatu bahan hasil pertanian, bentuk dan ukuran



suatu komoditi merupakan parameter yang penting didalam penilaian. Bentuk dan ukuran merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan pada suatu obyek. Pada umumnya bentuk dan ukuran ini digunakan untuk menggambarkan obyek secara visual. Dalam penggolongan tingkat mutu (grading) biasanya ukuran dan bentuk merupakan faktor mutu yang pertama kali di lihat. Beberapa kriteria yang termasuk ukuran adalah: 1. Bobot Bobot suatu bahan dapat diukur dengan berbagai jenis neraca sejak yang halus sampai kasar, tergantung kepada tingkat ketelitian pengukuran yang dikehendaki. Dimana bobot suatu bahan tersebut dapat dicatat sebagai bobot total, bobot rata-rata, dan bobot persatuan tertentu. 2.



Volume Pengukuran volume ada dua pengertian yaitu: volume nyata (volume



bahan tesebut dalam suatu wadah tertentu) dan volume mutlak (suatu bahan adalah volume bahan itu sendiri). 3.



Panjang, Lebar dan Diameter Panjang, lebar dan diameter suatu bahan dapat di ukur dengan



menggunakan berbagai alat pengukur seperti penggaris, mikrometer, dan vernier caliper. 4.



Kerapatan Kerapatan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kerapatan nisbi



(perbandingan antara kerapatan suatu bahan pada suatu suhu tertentu dengan kerapatan standar), nyata (perbandingan antara massa suatu bahan pada suhu tertentu dengan massa air pada suhu yang sama) dan kerapatan mutlak (perbandingan antara bobot dengan volume bahan).



5. Luas bidang Sebagian besar semua hasil pertanian memiliki ukuran yang tidak beraturan. Pengukuran luas bidang dari bahan yang tak beraturan dilakukan dengan dua cara yaitu penimbangan dan simpon’s rule. Sedangkan yang termasuk ke dalam bentuk adalah: a. b. c.



Oval Simetri Melengkung Bentuk komoditas produk pangan dapat dikelompokkan sebagai bentuk



umum dan bentuk normal. Bentuk umum komoditas menyatakan bentuk yang dapat dideskripsikan dan diukur secara fisik. Dalam pengawasan mutu produk bentuk komoditas padat yang bersifat umum dapat dinyatakan seperti ketiga bentuk dasar atau bentuk turunannya yaitu bulat, lonjong, silinder, kerucut, kubus, bundar dan lain-lain (Thumi, 2010). Bentuk dan ukuran ini juga dapat memudahkan dalam proses pengemasan. Semakin kecil bentuk dan ukuran suatu bahan hasil pertanian maka akan memudahkan dalam proses penyimpanan dan pengemasan (Liza,2010). Bentuk dan ukuran adalah dua karakteristik yang tidak dapat dipisahkan. Dalam hal objek dan fisik bahan keduanya diperlukan untuk pendeskripsian karakteristik suatu bahan secara jelas. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian yaitu :



2.1.1 Bentuk Acuan (charted standard) Dalam metode ini, permukaan dari potongan memanjang dan melintang sampel atau bahan diukur dan kemudian dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang sudah ada pada bentuk acuan.



2.1.2



Kebundaran (roundness) Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu benda



padat. Nilai kebundaran suatu bahan berkisar 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar. Rumus mencari nilai kebundaran (roundness): 2



Roundness =



r1 r 22



Dimana: r 12 diameter dalam dan



r2



2



diameter



luar.



Gambar: Contoh Bentuk Kebundaran yang dibantu dengan OHP



2.1.3 Kebulatan (sphericity) Sphericity dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara diameter bola yang mempunyai volume sama dengan objek dengan diameter bola terkecil yang



dapat mengelilingi objek. Seperti halnya nilai kebundaran, nilai kebulatan suatu bahan juga berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebulatan suatu bahan hasil pertanian mendekati 1 maka bahan tersebut mendekati bentuk bola (bulat). Rumus mencari kebulatan (sphericity): Sphericity =



(a b c ) a



1 3



Dimana: a = sumbu terpanjang (sumbu mayor) b = sumbu terpanjang normal ke a (sumbu intermediate) c = sumbu terpanjang normal ke a dan b (sumbu minor). Rumus ini hanya berlaku jika asumsi bahan berbentuk elips. 2.1.4 Pengukuran Dimensi Sumbu Untuk



objek-objek



yang



berukuran



kecil



seperti



biji-bijian,



garis besar proyeksi dari setiap sampel dapat diukur dengan menggunakan sebuah alat photo pembesar (photographic enlanger), namun secara sederhana dapat pula dilakukan dengan metode proyeksi dengan menggunakan OHP (Over Head Projector) (Daminik, 2009). 2.1.5 Kemiripan Terhadap Benda-Benda Geometri Selain membandingkan dengan bentuk standar, penentuan bentuk bahan hasil pertanian dapat juga ditentukan dengan melihat kemiripan dengan bendabenda geometri tertentu, seperti bulat memanjang (prolate spheroid), bulat membujur (oblate spheroid), dan kerucut berputar atau silinder. Adapun definisi dari masing-masing bentuk tersebut adalah sebagai berikut : 1.



Bulat memanjang (prolate spheroid) adalah bentuk yang terjadi apabila sebuah bentuk elips berputar pada sumbu panjangnya. Salah satu contoh



2.



dari bentuk ini adalah buah lemon (sejenis jeruk sitrun). Bulat membujur (oblate spheriod) adalah bentuk yang terjadi apabila sebuah elips berputar pada sumbu pendeknya. Salah satu contohnya adalah



3.



buah anggur. Kerucut berputar atau silinder adalah bentuk yang menyerupai kerucut atau silinder (tabung). Contohnya adalah wortel.



2.1.6 Istilah dan Deskripsi Objek dari Bentuk Acuan. Dalam bentuk acuan dikenal beberapa istilah yang dapat digunakan untuk memeriksa suatu objek. Adapun istilah objek dari bentuk acuan dapat dilihat di tabel 1. Bentuk



Deskripsi



Bundar (Round)



Menyerupai bentuk bulatan (spheroid). Datar pada bagian pangkal dan pucuk atau



Oblate



puncak.



Kerucut (Conic) Bujur telur (Ovate) Berat sebelah atau miring (Lopsided) Bujur telur terbalik (Obovate) Bulat panjang (Elliptical)



Meruncing ke arah bagian puncak. Bentuk seperti telur dan melebar pada bagian pangkal. Poros yang menghubungkan pangkal dan puncak tidak tegak lurus melainkan miring. Seperti telur terbalik. Menyerupai bentuk elips (bulat panjang).



Kerucut terpotong (Truncate) Kedua ujungnya mendatar atau persegi. Tidak seimbang (Unequal) Ribbed



Separuh bagian lebih besar daripada yang lain. Pada potongan melintangnya sisi-sisinya menyerupai sudut-sudut.



Teratur (Regular) Tidak teratur (Irregular)



Bagian horizontalnya menyerupai lingkaran. Potongan horizontalnya sama sekali tidak menyerupai lingkaran.



Sumber: (Mohsenin,1980). 2.2



Over Head Projector (OHP) OHP merupakan jenis perangkat keras yang sangat sederhana, terdiri atas



sebuah kotak dengan bagian atasnya sebagai landasan yang luas untuk meletakkan transparansi. Cahaya yang amat terang dari lampu proyektor amat kuat menyorot dari dalam kotak kemudian dibiaskan oleh sebuah lensa khusus, yaitu lensa fresnel, melewati sebuah transparan ukuran 20 x 25 cm yang ditempatkan di atas landasan tersebut. Sebuah sistem pemantul cahaya dari cermin dan lensa, yang



ditempatkan diatas kotak landasan, menghasilkan berkas cahaya berbelok 90 o. Dengan



lampunya



yang



amat



terang



dan



sistem



optiknya



yang



efisien,menghasilkan banyak sekali cahaya sehingga memungkinkan untuk dipergunakan diruangan biasa tanpa penggelapan. Adapun cara penggunaan pengukuran dimensi sumbu menggunakan OHP adalah sebagai berikut: 1. Bahan diletakan di atas OHP untuk diproyeksikan. 2. Kertas milimeter blok dipasangkan pada layar, sehingga proyeksi bahan berada di atas kertas milimeter blok tersebut. 3. Buatlah pola pada kertas milimeter blok sesuai dengan batas garis tepi dari bahan. 4. Setelah dilakukan penjiplakan pola (tracing) maka sumbu a, b, dan c dari bahan dapat diukur. Sumbu a adalah sumbu terpanjang (sumbu mayor), sumbu b adalah sumbu pertengahan (sumbu intermediate) dan sumbu c adalah sumbu terpendek (sumbu minor). 2.3 Jenis-Jenis Kerusakan Bahan Hasil Pertanian Bahan-bahan hasil pertanian sering mengalami kerusakan baik di lahan maupun dalam proses penanganan pascapanen. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya: 2.3.1 Kerusakan Fisiologis Kerusakan fisiologis adalah kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan atau oleh enzim-enzim yang terdapat didalamnya secara alamiah sehingga terjadi proses autolysis yang berakhir dengan kerusakan dan pembusukan. Penyebab kerusakan fisiologis umumnya terjadi akibat reaksi enzimatik pada sayur, buah, daging, ayam dan pangan. Tanda-tanda kerusakan fisiologis adanya perubahan kekenyalan pada produk-produk daging dan ikan, disebabkan pemecahan struktur daging oleh berbagai bakteri. 2.3.2 Kerusakan Mekanis Kerusakan mekanis adalah kerusakan yang disebabkan karena adanya benturan-benturan mekanis selama pasca panen, pengemasan, pengangkutan (tertindih atau tertekan) dan penyimpanan pangan. Tanda-tanda kerusakan mekanis adanya memar tersobek atau terpotong pada permukaan kulit dan jaringan pangan akibat benturan mekanis sehingga dapat memicu kerusakan lebih lanjut akibat tumbuhnya mikroorganisme. 2.3.3 Kerusakan Mikrobiologis



Kerusakan mikrobiologi merupakan bentuk kerusakan yang banyak merugikan hasil pertanian dan berbahaya terhadap kesehatan manusia,karena racun yang diproduksinya terkonsumsi oleh manusia. Kerusakan mikrobiologis dapat terjadi pada bahan lain atau kebahan pertanian lain, bahan baku, produk setengah jadi atau produk jadi. Penyebab kerusakan mikrobiologis adalah bermacam-macam



mikroba



seperti



kapang,



khamir



dan



bakteri.



Cara



perusakannya dengan menghidrolisa atau mendegradasi makromolekul yang menyusun bahan tersebut menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil. Misalnya karbohidrat menjadi gula sederhana atau asam organik; protein menjadi peptida, asam amino dan gas amonia; lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Terurainya makromolekul ini menyebabkan penurunan pH, penyimpangan bau dan rasa bahkan dapat menghasilkan toksin/racun yang berbahaya bagi manusia seperti racun yang dihasilkan mikroba patogen antara lain Salmonella, Clostridium botulinum, Listeria dan lain-lain. Tanda-tanda kerusakan mikrobiologis yang disebabkan oleh beberapa khamir yaitu dapat mengakibatkan perubahan warna pada susu kental manis yaitu pada Aw 0,9; atau roti pada Aw 0,91; bahkan ada yang dapat tumbuh pada sirup yang mempunyai Aw 0,78. Bebarapa jenis ragi penyebab kerusakan antara lain Torulla, Rhodotorulla dan Hansenull. 2.3.4



Kerusakan Fisik Kerusakan Fisik adalah kerusakan yang disebabkan oleh perlakuan fisik



yang digunakan. Tanda-tanda kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan fisik contohnya adalah case hardening pengerasan lapisan luar (kulit) pangan yang dikeringkan; kulit kering pada makanan beku dan “gosong” pada makanan yang digoreng pada suhu tinggi.



2.3.5



Kerusakan Kimia Kerusakan yang disebabkan perlakuan kimia biasanya saling terkait



dengan jenis kerusakan lainnya. Misalnya adanya panas yang tinggi pada pemanasan minyak mengakibatkan rusaknya beberapa asam lemak yang disebut thermal oxidation. Pencetus kerusakan pangan yang menyebabkan perubahan kimia pangan dapat dipengaruhi suhu selama reaksi berlangsung; oksigen yang mempercepat reaksi oksidasi; reaksi biologis seperti enzimatik; pH yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna dan adanya logam yang menjadi prekursor reaksi. 2.3.6 Kerusakan Biologis Kerusakan biologis kerusakan yang disebabkan oleh serangga dan binatang pengerat, burung dan hewan lain seperti tikus, anjing dan lain-lain. Tanda-tanda kerusakan biologis adanya ulat pada petai bagian dalam.



BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu : 1. Jangka 2. Jangka sorong 3. Kertas milimeter block 4. Over Head Projektor (OHP) 5. Penggaris 6. Planimeter 7. Spidol warna 3.1.2 Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.



Mentimun Telur Tomat Kentang Wortel



3.2 Prosedur Percobaan Prosedur yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah : 1.



Menentukan Kemiripan Bahan dengan Bentuk Geometri.



a.



Mentimun (BMB) 1) Menyiapkan jangka sorong. 2) Menghitung panjang mentimun dengan posisi horizontal. 3) Melihat angka yang tertera pada jangka sorong dengan teliti, selanjutnya ukuran panjang tersebut dicatat sebagai a. 4) Menghitung panjang mentimun dengan posisi vertikal. 5) Melihat angka yang tertera pada jangka sorong dengan teliti, kemudian ukuran panjang tersebut dicatat sebagai b.



b.



Kentang (BMP) 1) Menyiapkan jangka sorong. 2) Menghitung panjang kentang dengan posisi horizontal. 3) Melihat angka yang tertera pada jangka sorong dengan teliti, selanjutnya ukuran panjang tersebut dicatat sebagai a. 4) Menghitung panjang kentang dengan posisi vertikal. 5) Melihat angka yang tertera pada jangka sorong dengan teliti, kemudian ukuran panjang tersebut dicatat sebagai b.



c.



Wortel (KB)



1) Menyiapkan jangka sorong. 2) Menghitung diameter wortel terbesar, yaitu pada bagian pangkal wortel. 3) Melihat angka yang tertera pada jangka sorong dengan teliti, selanjutnya diameter tersebut dicatat sebagai jari-jari 1 (r1). 4) Menghitung diameter wortel terkecil, yaitu pada bagian ujung wortel. 5) Melihat angka yang tertera pada jangka sorong dengan teliti, selanjutnya diameter tersebut dicatat sebagai jari-jari 2 (r2). 6) Menghitung tinggi wortel, selanjutnya mencatat hasil pengukurannya sebagai h. 2.



Menentukan Kebundaran (roundness) suatu bahan. a.



Menggunakan buah tomat sebagai sampel, dan OHP sebagai alat pengukur.



b.



Meletakkan buah tomat ke dalam OHP, sehingga terlihat jelas proyeksinya.



c.



Meletakkan kertas milimeter block, memposisikan tepat pada proyeksi sehingga buah tomat dapat tertangkap di kertas tersebut.



d.



Menggambar bentuk buah tomat yang sudah diproyeksikan dalam kertas milimeter block tersebut dengan dua lapis garis, garis pertama yaitu bentuk yang paling luar dari buah tomat dengan hasil proyeksi lebih terang, dan garis kedua adalah dari batas proyeksi berwarna hitam pada gambar buah tomat tersebut.



e.



Membuat lingkaran pada gambar buah tomat tersebut dengan menggunakan jangka. Lingkaran pertama dibuat tepat di dalam buah tomat/tidak keluar dari gambar buah tomat hasil proyeksi. Lingkaran kedua dibuat di luar gambar tomat hasil proyeksi. Semua lingkaran dibuat sedekat mungkin dengan garis pada gambar buah tomat hasil proyeksi.



f.



Mengukur diameter lingkaran pertama sebagai diameter dalam (d1) dengan menggunakan penggaris. Selanjutnya mengukur diameter lingkaran kedua sebagai diameter luar (d2).



3.



Menentukan Kebulatan (sphericity) suatu bahan. a.



Menggunakan telur sebagai sampel, dan jangka sorong sebagai alat pengukur.



b.



Mengukur telur dengan posisi vertikal dengan menggunakan jangka sorong, melihat angka yang tertera dengan teliti, dan tetapkan hasil pengukuran tersebut sebagai a.



c.



Mengukur diagonal telur dengan menggunakan jangka sorong, melihat angka yang tertera dengan teliti, dan tetapkan hasil pengukuran tersebut sebagai b.



d.



Mengukur telur dengan posisi horizontal dengan menggunakan jangka sorong, melihat angka yang tertera dengan teliti, dan tetapkan hasil pengukuran tersebut sebagai c.



BAB IV HASIL 4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pengamatan (Bahan) Roundness (Tomat)



r1 (mm) 40,5



r2 (mm) 57



Sphericity (Telur) BMP



Kemiripan Benda Geomtri



BMB KB



Pengamatan (Bahan) Roundness (Tomat)



18,545



10,03 5



Rd



Sp



0,5050



0,9037



a (mm)



b (mm)



c (mm)



58,05 54 90,02 55,07 5 112,05 30,05



46,05



260 V (m3)



S (m2)



BMP



0,0019



2,0779



BMB



0,0015



0,1023



KB



0,0001



0,0233



Sphericity (Telur) Kemiripan Benda Geomtri



4.2 Perhitungan Kelompok II : Rd



= Tomat



Sp



= Telur



BMP = Kentang BMB = Mentimun KB



= Wortel



Rumus : 2



Roundness = Sphericity = (a b c ) a



1 3



r1 2 r2



( π3 ) h( r



KB : v =



h (mm)



2 1



+r 1 ∙ r 2 +r 22 )



s=π (r 1+r 2) [ h2 + ( r 1−r 2 )



1 2 2



]



v=



BMP :



4 ( π a2 b ) 3 2 1/ 2



[ ( )]



b e= 1− a



s



BMB :



= 2 π



sin-1 e4 v=



3



+ 2 π



b2



( π a2 b ) 2 1/ 2



[ ( )]



b e= 1− a



s=2 π a2 +2 π



2



b 1+ e ln e 1−e



( )



BMP : Kentang BMP = v = =



4 ( π a2 b) 3



4 ( π ( 90,025 ) 2 × 55,07 ) 3 = 1869519,269 mm3 = 0,0019 m3 2 1/ 2



[ ( )] [ ( )]



b e= 1− a



2 1 /2



55,07 ¿ 1− 90,025



= 0,7910751579 s =2 π



2



b



+2 π



= 2π (55,07)2 + 2π = 2077913,934 mm2 = 2,077913934 m2



ab e



sin-1 e



(90,025 x 55,07) 0,7910751579❑



sin-1 0,7910751579



BMB : Mentimun BMB = v = =



4 ( π a2 b) 3



4 ( π ( 112,05 ) 2 x 30,05 ) 3 4 (1185272,833) 3



=



= 1580362,833 mm3 = 0,0015 m3 2 1/ 2



[ ( )]



b e= 1− a



[ (



30,05 ¿ 1− 112,05



2 1 /2



)]



= 0,96336775 2



b 1+ e ln e 1−e



s=2 π a2 +2 π



( )



30,05 2 1+ 0,96336775 ¿ 2 π 112,05 +2 π ln 0,96336775 1−0,96336775



(



2



= 78886,66388 + 23447,798 = 102334,4619 mm2 = 0,1023 m2 KB : Wortel



( π3 ) h( r +r ∙ r +r ) π ¿ ( ) 260 ( (18,545) +(18,545)(10,035)+(10,035) ) 3 π = ( )260 ( 343,917025+186,099075+100,701225 ) 3 π = ( )260 ( 630,717325 ) 3 π = ( )( 163986,5045 ) 3



KB = v =



2



1



2



1



2



2



2



= 171.726,26594168 mm3 = 0,0001 m3



2



)



s=π (r 1+r 2) [ h + ( r 1−r 2 ) 2



1 2 2



]



(18,545+10,035) ¿ 2



1 2



( 260) +¿ ¿ ¿ π (18,545+10,035) ¿ 1



= π ( 28,58 ) [ 67,600+72,4201 ] 2 = π ( 28,58 )( 260,1392321 ) = 23357,04789 mm2 = 0,0233 m2 Roundness : Tomat (r1 = 4,3 cm, r2 = 5,4 cm) R =



r 12 2 r2



=



(40,5)2 (57)2



=



1640, 25 3249



= 0,5050 Sphericity : Telur ( a = 58,05 mm, b = 54 mm dan c = 46,05 mm) 1



S=



(a b c ) 3 a 1



= =



(58,05 .54 . 46,05)3 58,05 0,9037



BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan praktikum diperoleh hasil yang menunjukan bahwa suatu bahan hasil pertanian dari suatu komoditi mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena komoditas hasil pertanian merupakan komoditas yang hidup (makhluk hidup) yang memiliki sistem metebolisme dan pemecahan sel yang berbeda-beda di setiap buahnya sehingga dalam penanganannya sebaiknya dilakukan sistem sortasi sebelum bahan hasil pertanian itu ditangani selanjutnya. Hasil praktikum menentukan kebundaran (roundness) oleh kelompok I, II, III, IV dan V dari tomat dan telur yang menunjukan bahwa tomat memiliki nilai kebundaran diantaranya 0,634 (kelompok I), 0,5050 (kelompok II), 0,6430 (kelompok IV) dan nilai kebundaran telur diantaranya 0,4929 (kelompok III), 0,4213 (kelompok V). Menurut litelatur nilai kebundaran maupun kebulatan suatu bahan berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu bahan mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar. Dari hasil praktikum diperoleh nilai kebundaran yang paling tinggi adalah tomat dengan nilai 0,6430 (kelompok IV) untuk tomat, dan nilai kebundaran telur dengan nilai 0,4929 (kelompok III). Meskipun demikian, nilai tertinggi dari kedua bahan tersebut masih belum mendekati kebundaran (roundness). Hal ini disebabkan karena besar kecilnya nilai kebundaran suatu bahan dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dari bahan. Begitupun besarnya jari-jari dalam dan luar suatu bahan juga menentukan kebulatan dari bahan itu sendiri. Untuk data pengukuran kebulatan (sphericity) menunjukan perbandingan nilai kebulatan bahan yang memiliki nilai sphericity yang mendekati 1 adalah tomat berdasarkan hasil pengamatan kelompok III yaitu sebesar 0,9403. Sementara bahan yang memiliki nilai kebulatan terkecil adalah telur berdasarkan pengamatan kelompok I yaitu sebesar 0,8476. Namun dalam hal ini, kedua bahan tersebut dapat dikatakan mendekati kebulatan (sphericity) karena kedua nilai diatas sangat mendekati angka 1. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kebulatan atau sphericity dari suatu bahan adalah dalam menentukan



harga koefisien b dan c, dimana nilai dari koefisien c harus selalu lebih kecil dari koefisien b. Walaupun praktikan mengira bahwa nilai perhitungannya adalah b tetapi ketika dilakukan pengukuran kembali tetapi nilai yang sudah diukur adalah lebih kecil, maka asumsi pertama nilai c menjadi nilai b. Dalam menentukan volume dan luas permukan, hal yang harus dilakukan adalah menentukan koefien a, b, dan c untuk rumus sphericity, BMP dan BMB. Sedangkan untuk menentukan koefisien r1, r2 dan h. Kemudian menentukan kemiripan bahan terhadap bentuk goemetri setelah diperoleh nilai koefisien a, b, dan c, serta koefisien r1, r2 dan h kedalam persamaan masing-masing bahan. Data pengukuran kemiripan terhadap benda-benda geometri memiliki bentuk acuan kerucut (conic), yaitu meruncing ke arah bagian puncak. Sedangkan mentimun mempunyai bentuk acuan standar bulat membujur. Serta kentang memiliki bentuk bulat melintang. Dari hasil praktikum beberapa kelompok menunjukkan antara wortel, mentimun dan kentang yang memiliki volume terbesar adalah mentimun yaitu sebesar 0,0029 m3 (kelompok IV) sedangkan yang memiliki volume terkecil adalah wortel yaitu sebesar 0,000171 m3 (kelompok II).



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan 1. Nilai kebundaran suatu bahan berkisar antara 0–1 artinya jika nilai roundness mendekati 1 maka bentuk bahan tersebut semakin bundar, begitu juga halnya dengan sphericity, apabila nilai sphericity suatu bahan mendekati 1 maka bentuk bahan tersebut semakin bulat. 2. Hal yang membedakan antara roundness dan sphericity adalah dimana roundness itu merupakan 2 dimensi atau bundarnya bahan, sedangkan sphericity itu 3 dimensi atau kemiripan dengan bola (bulat). 3. Volume dan luas permukaan suatu bahan hasil pertanian dapat ditentukan dengan melihat kemiripan dengan benda-benda geometri tertentu antara lain: bulat memanjang (prolate spheroid), bulat membujur (oblate spheroid), dan kerucut berputar atau silinder (tabung) yang memiliki persamaan yang telah ditentukan. 4. Tomat memiliki nilai roundness paling besar yaitu 0,6430 dan sphericity yaitu 0,9430. 5. Mentimun memiliki volume terbesar yaitu 0,0029 m3 dibandingkan dengan wortel dan kentang. 6. Wortel memiliki bentuk acuan kerucut (conic), kentang mempunyai bentuk bulat melintang, sedangkan mentimun memiliki bentuk bulat membujur. 6.2 Saran



1. Sebelum memulai praktikum, praktikan disarankan untuk membaca materi yang akan dilaksanakan sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar. 2. Dalam pembacaan jangka sorong memperhatikan ketelitian jangka sorong. 3. Dalam perhitungan hasil harus teliti dan tidak tergesa-gesa karena akan mempengaruhi hasil pengamatan.



DAFTAR PUSTAKA Alekawa. 2010. Karakteristik Fisik Bahan Hasil Pertanian Bentuk Ukuran. Available at : https://id.scribd.com/doc/25572153/Karakteristik-FisikBahan-Hasil-Pertanian-Bentuk-Ukuran (diakses pada tanggal 03 Oktober 2016 pukul 20:35 WIB) Daminik, A. 2009. Pengukuran Termal Bahan Hasil Pertanian. Available at : http://scribd.com (diakses pada tanggal 03 Oktober 2016 pukul 23:11 WIB) Erizka.



2014. Teknologi Hasil Pertanian. Available at : https://prezi.com/qi6xyuwvv8z2/teknologi-hasil-pertanian/ (diakses pada tanggal 28 September 2016 pukul 19:55 WIB)



Erliana. 2014. Jenis-jenis Kerusakan Bahan Pangan dan Tanda-tanda Kerusakan. Available at : https://www.academia.edu/10255128/Jenis_jenis_kerusakan_bahan_panga n_dan_tanda-tanda_kerusakan (diakses pada tanggal 28 September 2016 pukul 20:05 WIB) Liza.



2010. Bentuk dan Ukuran. Available at : http://liza_bentuk_ukuran_multiply.com (diakses tanggal 03 Oktober 2016 pukul 23:22 WIB)



Mohsein NN. 1980. Physical Properties of plant and Animal Materials. Gordon and Breach, Science Publisher, Inc. New York. Thumi. 2009. Sifat Fisik Bahan. Available at : http://smkn1namlea.blogspot.com (diakses tanggal 03 Oktober 2016 pukul 23:25 WIB) Zain, Sudaryanto., Ujang Suhadi, Sawitri dan Ulfi Ibrahim. 2005. TeknikPenanganan Hasil Pertanian. Pustaka Giratuna, Bandung.