Karapan Sapi Otw Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“Keterkaitan Tradisi Karapan Sapi dengan Tujuh Unsur Universal Kebudayaan Menurut C. Kluckhohn dan Pancasila” Diajukan untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Sistem Sosial Budaya Indonesia



Dosen Pengampu : Drs. Sukanto, MS



Disusun Oleh : LOLA MIRANDA ZAUHARA 195030100111014



UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2019 1



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Indonesia adalah Negara multikultural yang terdiri dari ribuan suku yang



mendiami setiap daerah. Setiap pulau yang ada di Indonesia memiliki suku yang berbeda-beda. Suku-suku itu pun memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang memiliki karakteristik dan ciri khasnya masing-masing. Setiap adat istiadat dan kebudayaan yang ada di Indonesia memiliki kedudukan yang sama pentingnya di Indonesia. Kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang menduduki suatu daerah yang terjadi secara turun menurun. Salah satu kebudayaan yang tumbuh berkembang dan dilestarikan hingga saat ini di Indonesia adalah tradisi Karapan Sapi yang dilakukan oleh masyarakat Madura, Awal mula kerapan sapi dilatarbelakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian, akhirnya sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan mata pencahariannya sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang. Maksud awal diadakannya Karapan Sapi adalah untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah. Gagasan ini kemudian menimbulkan adanya tradisi karapan sapi. Karapan sapi segera menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya khususnya setelah menjelang musim panen habis. Karapan Sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi musik saronen. Diantara kebudayaan Indonesia yang beragam ini pun tentunya memiliki unsurunsur yang sama satu sama lainnya walaupun mempunyai praktik yang berbeda-beda serta memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Karena itulah dalam makalah ini saya akan menganalisis tujuh unsur kebudayaan menurut C. Kluckhohn serta hubungannya dengan pancasila dengan subjek analis yakni tradisi Karapan Sapi yang dilakukan oleh masyarakat Madura.



1



BAB II LANDASAN TEORI



2.1



Pengertian Tradisi Tradisi dalam Bahasa Arab disebut turath. Kata turath berarti segala warisan yang diturunkan dari kedua orang tuanya baik pangkat, status, harta, dan lain-lain. Kata turath dalam bahasa Prancis disebut dengan heritage yang bermakna warisan kepercayaan dan adat istiadat bangsa tertentu. Tradisi dipahami sebagai segala sesuatu yang turun temurun dari nenek moyang. Tradisi merupakan segala warisan yang berasal dari masa lalu, diturunkan kepada kita, dan diterapkan dalam kebudayaan yang saat ini masih dipraktekkan. Tradisi dapat dijadikan sebagai tolok ukur perilaku seorang dalam masyarakat. Tradisi berisi norma-norma, kaidah-kaidah, dan kebiasaankebiasaan yang mengatur tingkah laku. Tradisi juga merupakan seperangkat aturan bagi manusia dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar, kelompok manusia lain dan juga interaksi manusia dengan alam lain. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tradisi adalah warisan bangsa tertentu yang diturunkan dari orang terdahulu dan sampai sekarang masih diterapkan. Tradisi berisi norma dan nilai yang ini mengatur perilaku masyarakatnya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.



2.2



Kebudayaan Secara umum budaya sendiri budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang maknanya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan



2



kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat. 2.3



Unsur-Unsur Kebudayaan Menurut C. Kluckhohn (1953) ada tujuh unsur universal kebudayan. Disebut universal karena ketujuh unsur ini pasti ditemukan dalam setiap kebudayaan di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Tujuh unsur kebudayaan universal itu sebagai berikut: 1. Sistem Bahasa Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dengan berbahasa maka akan mudah untuk menciptakan kebudayaan dan menurunkan kebudayaan kepada generasi penerus. Selain itu, bahasa juga digunakan sebagai identitas dari suatu suku bangsa. 2. Sistem Pengetahuan Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. 3. Sistem Sosial Sistem sosial yang dimaksud adalah kedudukan seseorang secara hierarki. Posisi seseorang dalam masyarakat dapat meningkatkan status sosial orang tersebut. Makin tinggi posisinya, maka orang tersebut akan makin disegani. Sebagai contoh ketika seseorang menjadi raja yang notabene menempati hierarki paling atas, maka status sosial orang itu akan tinggi dan ia pun akan sangat disegani oleh rakyatnya. 4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Peralatan hidup dan teknologi dalam kebudayaan perannya penting sekali. Setiap kebudayaan di dunia pasti memiliki kedua hal ini. Peralatan hidup



3



dan teknologi diciptakan dengan tujuan untuk bertahan hidup dan mempermudah dalam menyelesaikan pekerjaan. 5. Sistem Mata Pencaharian Hidup Cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sistem mata pencaharian ini akan berbeda di tiap-tiap kelompok masyarakat tergantung kepada letak geografisnya. Masyarakat pegunungan akan berbeda mata pencahariannya dengan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. 6. Sistem Religi Setiap kelompok masyarakat memiliki sistem religi, namun sistem religi mereka tidak sama satu dengan lainnya. Religi tidak hanya berkaitan dengan agama dan kepercayaan saja, tapi juga meliputi nilai dan norma masyarakat, pola pikir, dan pandangan hidup. 7. Kesenian Kesenian merupakan hasil karya manusia yang memiliki nilai keindahan. Kesenian merupakan perwujudan ekspresi jiwa manusia. Kesenian diklasifikasikan menjadi seni tari, rupa, musik, 2.4



Pancasila Pancasila adalah ideologi dasar yang dijadikan pedoman bagi kehidupan



bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah : 1. Ketuhanan yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia



4



BAB III PEMBAHASAN



3.1



Pengertian Tradisi Karapan Sapi Karapan sapi merupakan budaya asli dari tanah Madura yang sudah dikenal



sejak abad ke-14 M. Pada zaman dahulu sapi merupakan satu-satunya alat transportasi tercepat yang ada di Madura dan banyak digunakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat elit atau kerajaan. Kerapan sapi ini merupakan salah satu contoh budaya dan hiburan bagi masyarakat Madura yang telah turun temurun dilaksanakan. Kerapan sapi dibuat untuk membantu masyarakat Madura dalam melakukan interakasi dan komunikasi dengan orang lain. (Kurnia Fahmi, dkk. Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 3 Tahun 2014, HAL 324-342) Pulau Madura, yang oleh sementara kalangan dipandang sebagai “ekor” kebudayaan Jawa, ternyata memiliki beberapa tradisi unik yang tidak ditemukan di Pulau Jawa, termasuk di pulau lainnya di Indonesia. Diantara tradisi unik tersebut adalah ‘kerapan sapi’. Pulau Madura tidak hanya dikenal sebagai penghasil garam, tetapi juga penghasil sapi-sapi pacuan yang berkualitas sangat baik. Perlakuan istimewa sapi-sapi tersebut terlihat dari seperti ada beberapa rumah yang menghiasi garasi yang ada di rumah bukan dipergunakan untuk kendaraan mobil tetapi malah digunakan dan ditempati oleh sapi tersebut yang berada di garasi rumah. Disebut karapan sapi karena dua pasang sapi jantan diadu cepat larinya sejauh jarak tertentu. Setiap satu pasang sapi dikendalikan seorang joki dengan memakai peralatan/perlengkapan berupa pangonong dan kaleles. Yang paling awal sampai ke garis finis dianggap sebagai pemenang. (Mohammad Kosim, Jurnal KARSA, Vol. XI No. 1 April 2007) Karapan Sapi di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September, dan akan di gelar lagi pada final di akhir bulan September atau Oktober.



5



Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit. Karapan Sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi



mengelilingi



arena



pacuan



dengan



diiringi gamelan Madura yang



dinamakan saronen. Babak pertama adalah penentuan kelompok menang dan kelompok kalah. Babak kedua adalah penentuan juara kelompok kalah, sedang babak ketiga adalah penentuan juara kelompok menang. Piala Bergilir Presiden hanya diberikan pada juara kelompok menang. 3.2



Makna Tradisi Karapan Sapi Makna tradisi karapan sapi yaitu merupakan ajang pesta rakyat yang diadakan



setiap tahunnya dan tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial karena sapi yang digunakan untuk pertandingan merupakan sapi sapi yang berkualitas sangat baik dan tentu dengan perlakuan yang istimewa pula . Bagi mereka yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melatih dan merawat sapi-sapi yang akan bertanding sebelumnya. Sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang saat akan diadu di arena karapan tujuannya agar stamina dan kekuatan sapi sapi tersebut terjaga. Dalam perayaan karapan sapi ini, harga diri para pemilik sapi dipertaruhkan. Jika mereka dapat memenangkan pertandingan, selain hadiah uang didapatkan biasanya hadiah dari pertaruhan juga akan mereka dapatkan. Jika pada akhirnya mereka kalah dalam pertandingan ini, harga diri pemilik akan jatuh dan uang yang mereka habiskan untuk perawatan sapi ini juga terhitung tidak sedikit. Karena biaya untuk perawatan sapi-sapi sebelum pertandingan yang mahal, biasanya mereka menyewa dukun agar menjaga sapinya yang akan bertanding selamat dari serangan jampi-jampi musuh mereka. Selain itu bagi masyarakat Madura, Kerapan dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Untuk saat ini, selain sebagai ajang yang



6



membanggakan pulau Madura, karapan sapi juga memiliki peran di berbagai bidang. Misalnya di bidang ekonomi, yaitu sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk berdagang, peran magis religious yaitu misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu. Terdapat seorang dukun sebagai tim ahli yang dipercaya untuk memenangkan perlombaan. 3.3



Keterkaitan Tradisi Karapan Sapi dengan Tujuh Unsur Kebudayaan



Menurut C. Cluckhohn dan Pancasila 3.3.1 Keterkaitan



Tradisi Karapan Sapi dengan Tujuh Unsur



Kebudayaan Menurut C. Cluckhohn Menurut C. Kluckhohn, tiap-tiap kebudayaan di masyarakat pasti memiliki tujuh unsur universal. Ketujuh unsur tersebut adalah sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi sistem, mata pencaharian hidup, serta sistem religi dan kesenian. Kebudayaan Karapan Sapi akan dikaitkan dengan unsur-unsur kebudayaan menurut C. Cluckhon. Namun tidak semua tujuh unsur tersebut dapat ditemukan dalam tradisi ini. Beberapa unsur yang dapat ditemukan dalam tradisi Karapan Sapi adalah sebagai berikut: 1. Sistem Bahasa Dalam tradisi kebudayaan Karapan Sapi yang merupakan ciri khas masyarakat Pulau Madura dan pastinya diikuti oleh warga lokal, sehingga bahasa yang digunakan yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan mereka yaitu bahasa Madura. 2. Sistem Sosial Jika seseorang yang memiliki sapi yang diperlombakan dan kemudian memenangkan perlombaan Karapan Sapi, maka orang tersebut akan merasa harga dirinya tidak dipermalukan dan memiliki sistem sosial yang tinggi karena uang yang mereka habiskan untuk perawatan sapi-



7



sapi tidak terbuang sia-sia dan nantinya jika sapi tersebut akan mereka jual maka sapi tersebut akan memiliki harga jual yang tinggi. 3. Sistem Mata Pencaharian Hidup Selain sebagai penghasil garam terbesar yang merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk, masyarakat Madura juga penghasil sapi-sapi pacuan untuk Karapan Sapi yang berkualitas sangat baik dan nantinya saat sapi tersebut dijual maka akan memiliki harga jual yang tinggi. 4. Kesenian Terlihat saat Karapan Sapi akan dimulai lalu didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi music gamelan Madura yang dinamakan saronen. Saronen adalah musik rakyat yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Madura. 5. Sistem Religi Unsur religi yang terdapat dalam kebudayaan Karapan Sapi adalah adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu. Dan adanya seorang dukun yang dipercaya sebagai tim ahli yang dipercaya untuk memenangkan perlombaan. 3.3.2 Keterkaitan Tradisi Karapan Sapi dengan Pancasila a) Pancasila menjadi pedoman terhadap hukum adat, tradisi, dan kebudayaan yang berlaku karena melestarikan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di setiap daerah yaitu salah satunya adalah tradisi Karapan Sapi adalah suatu hal yang wajib dan menjadi kewajiban seluruh warga Negara Indonesia, karena Indonesia adalah Negara yang memiliki ribuan pulau yang didalamnya terdapat keanekaragaman kebudayaan, ras, suku namun tetap satu kesatuan



8



Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini terimplementasi melalui pancasila sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia. b) Adat, tradisi, dan kebudayaan merupakan sumber kesejahteraan masyarakat karena hal ini merupakan karakteristik dan ciri khas yang sesuai dengan masing-masing kebudayan yang tumbuh dan berkembang di setiap daerah dan telah terjadi dan dilakukan secara turun temurun, salah satunya adalah tradisi Karapan Sapi. Hal ini menjadi dasar untuk penentuan hukum yang diatur dalam hukum adat, tradisi, dan kebudayaan tersebut dan terimplementasi dalam sila ke-5 yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia



9



BAB IV KESIMPULAN



4.1



Kesimpulan 1. Karapan Sapi adalah tradisi dan kebudayaan asli masyarakat Madura. Karapan Sapi adalah mengadu cepat lari dari dua pasang sapi jantan sejauh jarak tertentu. Setiap satu pasang sapi dikendalikan seorang joki dengan memakai peralatan/perlengkapan berupa pangonong dan kaleles. Yang paling awal sampai ke garis finis dianggap sebagai pemenang. Prosesi awal dari karapan sapi ini adalah dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura, yaitu Saronen. 2. Makna tradisi karapan sapi yaitu merupakan ajang pesta rakyat yang diadakan setiap tahunnya dan tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial karena sapi yang digunakan untuk pertandingan merupakan sapi -sapi yang berkualitas sangat baik dan tentu dengan perlakuan yang istimewa pula karena untuk membentuk tubuh sepasang sapi yang akan ikut karapan agar



sehat dan kuat sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang saat akan diadu di arena karapan. 3. Dalam tradisi Karapan Sapi tidak semua tujuh unsur kebudayaan universal menurut C. Kluckhohn dapat ditemukan. Unsur- unsur yang terdapat pada tradisi Karapan Sapi adalah : sistem bahasa yang ditemukan dalam bahasa Madura yang digunakan masyarakat lokal, sistem sosial adalah rasa kepercayaan diri saat sapi milik mereka memenangkan perlombaan, sistem mata pencaharian hidup adalah masyarakat Madura sebagai penghasil sapisapi yang berkualitas, sistem religi adalah kepercayaan pada dukun yang dipercaya dapat memenangkan perlombaan, dan pada kesenian adalah gamelan Madura yang dinamakan saronen saat mengarak sapi-sapi karapan mengelilingi arena pacuan. 10



DAFTAR PUSTAKA



Fahmi, Kurnia, dkk. BUDAYA KERAPAN SAPI SEBAGAI MODAL SOSIAL MASYARAKAT MADURA DI KECAMATAN SEPULU KABUPATEN BANGKALAN. Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 3



Tahun



2014,



HAL



324-342.



Dari



:



https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikankewarganegaraa/article/view/7788/3740 Kosim, Muhammad. KERAPAN SAPI; “PESTA” RAKYAT MADURA (Perspektif Historis-Normatif). Jurnal KARSA, Vol. XI No. 1 April 2007. Dari : http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/karsa/article/download/149/14 0 Universal



Categories of Culture dan terbit pada 1953, C. Kluckhohn. Dari :



https://zzzfadhlan.wordpress.com/2014/04/22/7-unsur-kebudayaan-universalmenurut-c-kluckhohn/



11