Karawitan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I SENI SUARA



A. Suara Manusia di



dalam kehidupan



sosialnya



selalu



berkomunikasi dengan manusia lainnya. Adapun bentuk penyampaian maksudnya itu bermacam-macam, antara lain: 1. Yang bisa dilihat (visuil)  Warna  Gerak  dsb 2. Yang bias didengar (auditief)  Suara  Bahasa  dsb



Bentuk auditief (yang bias didengar) dalam hal ini suara, adalah salah satu bentuk cara penyampaian yang paling mudah dan efektif jika dibandingkan dengan bentukbentuk cara penyampaian yang lain, sedangkan bahasa melalui mulut manusia adalah mengandung pengertianpengertian tertentu sehingga berbagai bangsa memiliki bahasanya masing-masing. Hal ini dapat dibuktikan bahwa seorang yang cacat penglihatannya (buta) lebih cepeat berkomunikasi daripada orang tuli.



B. Pembagian Seni Suara Secara garis besarnya maka suara itu dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:



1. Suara yang ditimbulkan oleh mulut manusia (vocal), contohnya: nyanyian, tembang, kawih, kekawen, dan sebagainya. 2. Suara



yang



ditimbulkan



dari



alat



bunyi-bunyian



(instrumental) contohnya: gamelan, kacapi, gitar, dan sebagainya. Dari seluruh bentuk cara penyampaian maksud seseorang itu dapat diubah ke dalam bentuk kesenian seperti:  Warna menjadi seni rupa  Gerak menjadi seni tari  Bahasa menjadi seni sastra  Suara menjadi seni suara yang meliputi vocal dan instrumental. Dari uraian di atas kita dapat menarik kesimpulab atau batasan, bahwa: Seni Suara adalah suatu bentuk kesenian yang materinya mempergunakan suara (vocal dan instrumental). Seni suara ini adalah pelipur lara yang paling murah dan muah dilakukan, teteepi nilaii dan keggunaanya sangat besar.sesuai dengan lingkungan dan alam sekitarnya, tiap bangsa mempunyai bahasa, adat istiadat, kepercayaan yang berbeda-beda. Demikian halnya dengan kehidupan seni suara, tiap bangsa mempunyai cara-cara, istilah-istilah,dan alat-alatnya sendiri. Musik dan karawitan adalah mempunyai bentuk tersendiri tetapi merupakan bagian daripada seni suara (lihat gambar).



Seni Suara Vokal dan Instrumental Karawitan



Sunda



Jawa



Musik



Bali



Barat



Timur



Di atas telah dikatakan bahwa tiap bangsa mempunyai cara-cara, istilah-istilah dan alat-alatnya masing-masing. Untuk membedakannya antara musik dan karawitan, di bawah ini penulih cantumkan cirri-cirinya. a. Gaya atau setailnya (style) Musik bergaya barat sedangkan karawitan bergaya timur. b. Macam larasnya Musik bertangga nada diatonic atau chromatic sedangkan kawrawitan bertangga nada pentatonis. c. Alat-alat bunyinya Musik: piano, gitar, biola, dsb Karawitan: gamelan, kecapi, suling, dsb. d. Penggarapnya Ahli musik disebut Musikoloog sedangkan ahli karawitan disebut Pangrawit. e. Cara memainkan alat Hal ini bermacam-macam ragamnya menurut bentuk alat dan fungsinya.



BAB II TEORI DASAR KARAWITAN



I.



Pengertian Karawitan Istilah karawitan dapat dikatakan istilah yang belum lama, belum kaprah digunakan oleh masyarakat, meskipun lahirnya mungkin sudah sejak dahulu kala. Oleh karena itu pantaslah kalau dikatakan bahwa saat ini masih banyak diantara massyarakat kita yang belum mengetahui arti dan isi daripada



karawitan,



lebih-lebih



terhadap



ilmu



pengetahuaanya, walaupun dalam pergaulan sehari-hari wujud daripada benda itu sering kita jumpai. Lain halnya dengan ilmu pengetahuan lainnya, sebab di samping banyak para pendukungnya dan tahu akan jaminannya, juga telah banyak sumbernya. Kalau kita tinjau daripada wujudnya, maka karawitan kita pun sebenarnya telah lama hidup di dunia ini, hanya penghidangnya dalam bentuk tulisan jarang sekali kita jumpai, memang orang Jawa Barat akan mengerti istilah seni suara, gamelan, dan gending karaasmen daripada istilah karawitan. Kalau begitu apakah karawitan itu, dan sejak kapan karawitan lahir? Baiklah penulis akan kemukakan beberapa batasan tentang karawitan dari para ahli karawitan.



A. Menurut Ki Sindoe Sawarno ( seorang ahli karawitan Jawa) Karawitan berasal daripada ka- rawit- an. Ka dan an adalah awalan dan akhiran. Rawit berarti halus. Jadi karawitan adalah kumpulan segala hal yang halus dan indah. Juga



karawitan



dapat



diartikan



kesenian



yang



mempergunakan bunyi-bunyian dan seni suara. Tegasnya, karawitan= seni suara= musik. Tetapi kata musik sudah terlanjur menimbulkan gambaran-gambaran lain karawitan dalam



arti



yang



khusus



berarti



seni



suara



yang



mempergunakan alat-alat gamelan yang menggunakan laras Pelog dan Salendro. Dari uraian di atas kita melihat bahwa Ki Sindoe Sawarno membuat batasan dalam dua pengertian, yaitu: 1) Pengertian karawitan secara luas adaalah sama dengan pengertian musik sehingga music Barat, China, Jepang dan sebagainya dapat disebut Karawitan. 2) Pengertian karawitan secara sempitnya menyebutkan bahwa



karawitan



adalah



seni



suara



yang



mempergunakan gamelan Pelog dan Salendro.



B. Menurut R.M.A Kusumadinata (seorang ahli karawitan Sunda) Beliau selain sependapat dengan yang di atas juga menjelaskan, bahwa kata rawit berasal dari akar kata ra= sinar matahari= cahaya= seni; wit= weda= pengetahuan. Jadi Karawitan adalah pengetahuan kesenian yang meliputi seni tari, seni rupa, seni suara, seni padalangan, seni drama, seni sastra, dan sebagainya.



C. Menurut Udjo Ngalagena, dkk Menyebutkan bahwa menurut pengertian ilmu bahasa karawitan berasal dari ka- rawit- an. Ka dan an dalah awalan dan akhiran. Rawit berarti: 1. Cabai kecil, tapi cukup pedas; 2. Halus, indah, seni. Dalam arti yang luas karawitn sama



dengan kehalusan atau kesenian, meliputi: seni tar, seni padalangan, seni rupa dan seni sastra. Dalam yang khusus, karawitan sama dengan seni suara daerah yang berlaras Pelog atau Salendro.



D. Pengertian Umum Karawitan adalah seni suara daerah di Indonesia yang berlaras Pelog atau Salendro.



Dengan uraian di atas kiranya cukup apa yang dimaksud karawitan itu. Sekarang pertanyaan yang kedua: Sejak kapankah karawitan itu lahir? Untuk menjawab pertanyaan ini tidaklah mudah apalagi kalau harus dihubungkan dengan angka tahunnya. Hanya perlu dicatat bahwa pada dasarnya karawitan atau music suatu bangsa itu lahir bersamaan degan lahirnya bangsa itu sendiri, dan pada bangsa-bangsa di dunia ini karawitan sekar (vocal) lebih dahulu lahir daripada karawitan gendingnya (instrumental). Karawitan sekar dan karawwitan gendingini sejak kelahirannya telah mengalami proses perkembangan yang panjang dan berangsur- angsur, dari mulai yang paling sederhan sampai kepada yang paling sempurna.



2. Pembagian Karawitan Ditinjau dari



bentuk



penghidangannya,



karawitan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:



maka



a. Karawitan sekar (vokal) b. Karawitan gending (instrumental) c. Karawitan campuran (sekargending).



a. Karawitan Sekar (vokal) Karawitan sekar adalah seni suara yyang dibawakan atau dihidangkan dengan suara mulut manusia, seperti: tembang dan kawih. b. Karawitan Gending (instrumental) Karawitan gending ialah seni suara yang dibawakan dan dimainkan



dengan



alat-alat



bunyi-bunyian.



Dalam



penghidangannnya karawitan sending ini dapat dibedakan dalam dua bagian itu, yaitu: - Gending Maat Bebas : Gending yang tidak terikat tempo, seperti masieupan, dsb. - Gending Tandak : Gending yang bertempo ajeg, seperti: lagu Gendu, Banjaran, Panglima, dan sebagainya. Selain itu ada gending bebas yang dijadikan tandak. Biasanya terbentuk karena fungsinya, yaituu mengiringi sekar, seperti dalam mengiringi kakawen dan sebagainya. c. Karawitan Campuran (sekargending) Karawitan campuran ialah seni suara campuran antara sekar dengan gending. Dalam cara penghidangannya dapat digolongkan sebagai berikut: ~ Sekaran,



merupakan



menonjolkan



sekarnya



karawitan sala,



campuran



misalnya:



yang



kiliningan,



celempungan, dsb. ~ Sekargending, merupakan karawitan campuran dimana dalam hidangannya sekar dengan gendingnya seimbang.



Selain di atas, gending juga bertugas mengiring tarian atau wayang, oleh sebab itu ada istilah gending tari, gending wayang,



gending



ilustrasi



(dalam



drama,



film,



dan



sebagainya).



Ciri-ciri gending tari: 1. Peralihan



maat



bias



secara



mendada



berdasarkan



kebutuhan daripada tarian 2. Peralihan gending kadang-kadang dari aturan yang telah ditentukan dalam komposisi lagu.. 3. Bunyi gending harus dinamis (tampak perubahan keras aua lemahnya) berdasarkan gerak tarian. 4. Motif- motif pukulan kendang selalu harus mengisi erakangerakan tari, dan member keluwesan pada gerak yang halus serta lelincahan pada gerak yang lenyap dan sebagainya. 5. Fungsi rebab dalam gending tari hanya membantu atau memberri situasi dan keharmonisan pirigan. 6. Fungsi kecrek sangat berat, yaitu harus menjadi jembatan antara penari dan juru gending, terutama juru kendang sebagi komandonya.



Ciri-ciri gending wayang: 1. Peralihan maat berdasarkan ketentuan dalam tata gending. 2. Keras lemahnya gending diatur menurut kebutuhan.. 3. Tabuhan cenpala dan kecrek berfungsi sebagai tanda atau aba-aba dari komando (dalang). 4. Ketika wayang sedang menari, kendang berfungsi sebagai pengiring gerak atau tari wayang, yaitu suaranya harus keras atau lemah berdasarkan kepada gerak wayang yang ditarikan. 5. Peranan rrebab sangat meninjol pada waktu gending sekaran. 6. Gambang dan rebab berperan pada waktu gending ilustrasi. 1. Titilaras Sebelum membahas pokok masalah (Teori Menabuh Gamelan), alangkah baiknya kita tahu apa yang disebut Titillaras, sebab titilaras merupakan sarana dalam pembahasan tersebut. Titilaras adalah suatu sistem dan merupakan bagian daripada ilmu karawitan yang di dalamnya terdapat ilmu menabuh: bertugas untuk mendokumenter lagu-lagu, baik lagu yang sudah lama, maupun lagu yang masih baru. Selain itu juga berguna untuk suatu metode mengajar karawitan. Tanpa itu seorang pendidik atau pelatih akan mendapat kesukaran yang sulit diatasinya. Di kalangan tembang Sunda, memang sudah sejak zaman dahulu, apabila pelatih akan memberikan pelajarannya. Caranya



cukup dengan sistem meniru secaraberulang-ulang. Hal ini disebabkan karena umumnya para pengajar atau pelatih temnbang Sunda belum mengetahui titilaras. Mereka sring mempergunakan titilaras “cacing” berupa garis yang melingkarlingkar. Sistem tradisi ini yang telah mendarah-daging, sebaiknya kita hilangkan dan menggantinya dengan sistem yang lebih baik. Sebab setelah itu kita akan merasa mudah karena masyarakat bisa mempelajarinya sendiri dan mendokumenter lagu-lagunya.



Arti Titilaras Banyak sekali sebutan-sebutan yang menunjukkan daripada titilaras itu, diantaranya: serat lagu, tulisan lagu, not, enut, dan sebagainya. Arti daripada istilah-istilah di atas adalah notasi atau solminasi atau serat kenayagan (sebutan yang diberikan oleh R.M.A Kusumadinata). Sedangkan menurut sumber yang diperoleh oleh Atik Soepandi BA, istiah titilarasnya diberikan oleh GPH Prabuwinoto (adik kandung Sri Susuhunan Pakoeboewono ke X di Surakarta) . Ditinjau dari segi bahasa, titilaras terjadi dari kata titi yang berarti tangga, tanda, aturan; dan laras adalah nada. Dalam hal ini dimaksudkan adalah titinada atau tanda nada yang dipergunakan untuk menuliskan lagu. Dengan demikian kita dapat menarik batasan, bahwa: Titilaras adalah suatu sistem untuk mengubah suara ke dalam bentuk tulisan atau gambar. Berbagai daerah karawitan memiliki titlaras sendiri-sendiri:



Karawitan



Titilaras



Penciptanya



Daminatila Sunda



1 2



3



R.M.A



4 5



Kusumadinata



Da mi na ti la Kepatihan Jawa



1 2 3 4



5



6 7



Ji ro lu pat mo nem



Patih Ki Wreksodiningrat di Surakarta



pi Dongding Bali



o



e



u



a



i



Dong deng dung dang



Atik Soepandi (saudara Rembang



ding



guru Sekar Bali)



Di samping itu di Sunda terdapat juga titilaras buhun, yaitu titilaras yang diwujudkan dengan huruf-huruf yang merupakan huruf-huruf pertama daripada nama bilah Saron, kccuali nada chromatis yaitu dengan huruf hidup. Diantaranya: S kependekan dari Singgul



= 5 = la



G kependekan dari Galimer = 4 = ti (disebut juga Bem) P kependekan dari Panelu



= 3 = na



U kependekan dari Bungur



= 3- = ni



L kependekan dari Loloran



=2 = mi (disebut juga kenong)



T kependekan dari Tugu



= 1 = da (disebut juga Barang)



O kependekan dari Sorog



= 5+ = leu.



Pada umumnya titilaras di atas hanya untuk menuliskan lagu-lagu yang digarap oleh waditra- waditra kelompok arkuh lagu saja dan untuk mempermudah di dalam teori karawitan.



2. Laras Istilah ini adalah istilah karawitan Jawa yang diambil dan disemaikan dalam karawitan Sunda oleh R.M.A Kusumadinata melalui karya lagu-lagunya dan buku teori karawitannya. Di Jawa Barat, kecuali di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) dan Institut Kesenian Indonesia (IKI), istilah ini belum biasa digunakan oleh para nayaga, sebab mereka menggunakan istilah-istilah surupan dan pasieupan untuk laras itu. Istilah laras ini di dalm musik disebut tangga nada atau skala nada, dengan pengertian bahwa Laras adalah rangkaian atau deretan nada-nada yang tertentu jumlahnya dan swarantaranya dalam satu gombyang (oktaf). Di dalam karawitan Sunda ada beberapa laras, diantaranya:  Laras Salendro  Laras Pelog  Laras Madenda  Laras Degung  Laras Rindu



Gembyang (oktaf) Setiap seni suara mengenal pengertoian gembyang atau oktaf atau beulit (Sunda) dan kwint atau kempyung. Interval gembyang (oktaf) adalah antara 1 (da) sampai 1 (da) berikutnya, atau antara 1 (do) sampai 1 (do) ulangannya. Sedangkan interval kempyung (kwint) adalah antara 1 (da) sampai 4 (ti) atau antara 1 (do) sampi 5 (sol).



Satu embat di Bali = satu gembyang. Istilah menggembyang di Jawa Tengah = istilah kemprang di Jawa Barat, yang artinya memukul 2 nada yang berjarak 1 gembyang (oktaf) secara bersamaan.



3. Surupan Sebenarnya istilah surupan di kalangan nayaga di Sunda seperti dengan istilah laras di Jawa, yaitu rangkaian atau deretan nada-nada yang disusun berurutan baik naik maupun turun, dimulai dari suatu nada hingga ulangannya, baik pada gembyang atau beulit atau oktaf alit maupun ageng, dengan jumlah nada dan interval tertentu. Tetapi di SMKI Bandung, yang dimaksud dengan kata surupan disini adalah penentuan nada-nada pokok (murda swara) di dalam laras. Dengan kata lain, surupan adalah yang menentukan nada dasar suatu laras, sehingga kalau kita menabuh gamelan dengan lagu Gendu dalam laras Pelog tanpa disebutkan surupannya, maka kita akan mendapat kesukaran, apakah lagu tersebut bersurupan Jawar, Sorog, atau Liwung. 4. Swarantara Swarantara berasal dari kata swara (suara) dan antara, yang berartijarak antara suatu suara (nada) ke suara (nada) yang lain. Dalam istilah musik dsebut interval. Swantara ini penting sekali artinya, karena menentukan nada pada laras, juga menentukan watak daripada laras. Seorang ahli Ilmu Pasti yang bernama Dr.J.A Ellis (18041911) telah menemukan jarak suara dengan perhitungan atuan centnya, yaitu bahwa: tangga nada chromatik dalam satu oktaf nada ada 12 nada, dan 12 nada ini pasti mempunyai 12 antara.



Tiap antara ditetapkan 100 cent. Jika tiap oktaf mempunyai 12 jarak, maka 1 oktaf itu berarti: 12x100 cent = 1200 cent. Di dalam karawitan pun telah pula ditetapkan jarak setiap nadanya pada setiap lars (dalam hal ini laras Pelog tidak sama dengan laras Salendro). a. Sebagai contoh swarantara dalam laras Salendro Padantara (mempunyai jarak sama) adalah 80 cent S • • P • • G • • L • • T • • S 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 = 1200 cent b. Sedangkan dalam laras Salendro Bedantara (terdapat dalam sekar dan gamelan sehari-hari), swantaranya adalah: S • • P • • G • • L • • T • • S 212



212



282



212



282



= 1200 cent



c. Begitu pula dalam laras Pelog sembilan suara, swarantaranya ditentukan, yaitu 133 1/3 cent. T



O



Pm



S



G



P



Ps



U



L



T



x



x



x



x



x



x



x



x



x



Keterangan: x = 133 1/3 cent. Selain penentuan susunan interval di atas oleh R.M.A Kusumadinata, juga interval-intervalnya diberi nama sebagai berikut: Nama-nama interval pada Salendro Padantara S - S = 0 cent disebut Tanpantara S - Gu = 80 cent disebut Nyampar alit S - Si = 160 cent disebut Nayampar S - G = 240 cent disebut Nyampar ageng S - Pu = 320 cent disebut Adumanis S - Gi = 400 cent disebut Adumanis alit S - P = 480 cent disebut Adularas



S - Lu = 560 cent disebut Adularas ageng S - Pi = 640 cent disebut Kempyung kirang S - L = 720 cent disebut Kempyung S - Tu = 800 cent disebut Adusari alit S - Li = 880 cent disebut Adusari S - T = 960 cent disebut Salah Gumun S - Su = 1040 cent disebut Salah Gumun ageng S - Ti = 1120 cent disebut Gembyang kirang S - S = 1200 cent disebut Gembyang



Nama-nama interval pada salendro Badantara S - S = 0 cent disebut Tanpantara S - Gu = 70 10/17 cent disebut Nyampar alit S - Si = 141 cent disebut Nyampar S - G = 212 cent disebut Nyampar ageng S - Pu = 282 cent disebut Adumanis alit S - Gi = 353 cent disebut Adumanis S - P = 424 cent disebut Adumanis ageng S - Ps = 494 cent disebut Adularas alit S - Pi = 564 cent disebut Adularas S - Psi = 636 cent disebut Adularas ageng S - Tu = 776 cent disebut Adusari alit S - Li = 847 cent disebut Adusari ageng S - T = 918 cent disebut Salah Gumun alit S - Oi = 988 cent disebut Salah Gumun S - Ti = 1059 cent disebut Salah Gumun ageng S - O = 1130 cent disebut Gembyang kirang S - S = 1200 cent disebut Gembyang Nama-nama interval pada Pelog Sembilan suara



T-T



=



0



cent disebut Tanpantara



T-O



=



133 1/3 cent disebut Nyampar



T - Pm = 2 x 133 1/3 cent disebut Adumanis alit T-S



= 3 x 133 1/3 cent disebut dumanis ageng



T-G



= 4 x 133 1/3 cent disebut Adularas



T-P



= 5 x 133 1/3 cent disebut Kempyung



T - Ps = 6 x 133 1/3 cent disebut Adusari alit T-U



= 7 x 133 1/3 cent disebut Adusari ageng



T-L



= 8 x 133 1/3 cent disebut Salah Gumun



T-T



= 9 x 133 1/3 cent disebut Gembyang



Keterangan: u



= turun (malang)



i



= naik (miring)



0



= Sorog



Pm



= Pamirig



Ps



= Panangis



U



= Bungur.



BAB III PENGERTIAN GAMELAN SUNDA



A. Arti Gamelan Kata gamelan berasal dari kata gamel + an. An di sini adalah akhiran. Gamel artinya tabuh: digamel = ditabuh atau dipukul. Jadi gamelan = tabuhan atau pukulan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar alat bunyibunyian yang terdapat dalam gamelan, cara membunyikannya adalah dengan jalan ditabuh atau dipukul. Jadi gamelan dapat diartikan sebagai alat seni suara yang ditabuh dan dipukul. Sudah barang tentu alat bunyi-bunyian yang terdapat pada gamelan bukan hanya sekedar benda atau alat yang dapat dipukul saja, akan tetapi alat-alat tersebut juga memiliki macam dan bentuk serta suara yang tertentu pula nada-nadanya atau larasnya. Mempelajari seni gamelan pada hakekatnya bukan hanya untuk memahami ilmunya ataupun tehnik menabuhnya saja, akan tetapi yang lebih penting adalah untuk melatih pribadi di dalam dua segi, yakni: a) Memperhalus perasaan b) Mempertajam pendengaran c) Menyadari adanya keindahan nilai-nilai suara d) Membuka perasaan untuk berkreasi. Betapa



besar



manfaat



daripada



karawitan



pembentukan pribadi dan memperkaya rohani.



untuk



1. Perlengkapan Gamelan Sunda Umumnya yang biasa dipakai pada pagelaran wayang golek, kilingan, dan tari-tarian cukup dengan gamelan yang perlengkapannya sebagai berikut: a. 2 buah saron



g. 1 buah kendang



b. 1 buah demung atau panerus



h. 2 buah kulanter



c. 1 buah peking



i. 1 buah kempul



d. 1 buah bonang



j. 1 buah gong



e. 1 buah gambang



k. 1 buah kecrek



f. 1 buah rebab Jadi cukup dengan 10 juru gending ditambah dalang dan juru sekar. Hal ini disebabkan karena: 1) Gamelan yang lengkap tidak banyak, hanya terbatas pada tempat-tempat tertentu saja seperti di Keraton Cirebon, Musium Yayasan Pangeran Sumedang, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, RRI dan di ASTI Bandung. 2) Memerlukan tempat atau panggunng yang luas, angkutan yang khusus, pemain yang lebih banyak dan pembiayaan yang lebih besar.



Sedangkan gamelan Sunda yang lengkap (yang terdapat pada SMKI Bandung, diantaranya), baik laras Pelog maupun laras Salendro adalash sebagai berikut: a) 2 buah saroni



i) 2 buah kulanter



b) 1 buah demung atau panerus



j) 1 buah kenong



c) 1 buah pekingk



k) 1 buah selentem



d) 1 buah bonang



l) 1 buah bedug



e) 1 buah rincik



m) 1 buah ketuk



f) 1 buah gambang



n) 1 buah kempul



g) 1 buah rebab



o) 1 buah gong



h) 1 buah kendang



p) 1 buah kecrek



Ditambah dalang dan juru sekar serta juru alok.



2. Susunan Gamelan (Sunda) Sering kali soal susunan gamelan menjadi problem dan kesulitan, ini disebabkan terbentur soal tempat dan ruangan, sehingga susunannya pun sangat darurat. Seandainya ruangan mengizinkan, maka susunan untuk gamelan sunda adalah seperti gambar 1.



(Susunan Gamelan Sunda) 3. Uraian Singkat Setiap Instrumen a. Saron Nada-nada pada Saron ditimbulkan oleh bilah-bilah perunggu



atau



besi



tanpa



tabung



resonator,



tetapi



resonatornya oleh kotak-kotak tumpuan daripada bilah. Saron ini terdiri dari 2 buah (Saron I dan Saron II) yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda, tetapi merupakan parthner yang kompak. (Lihat gambar 2)



(Saron I dan Saron II) b. Demung atau Panerus Bilah-bilahnya sesuai atau serupa dengan Saron, hanya ukurannya lebih besar, begitu pula nadanya. Oktafnya lebih rendah daripada Saron. (Lihat gambar 3)



(Demung atau Panerus)



c. Peking Saron yang paling kecil dan nada-nadanya tinggi, tugasnya adalah melipatkan pukulan Saron sekali-sekali membawakan melodi sederhana. Di Jawa, Peking ini lebih populer dengan sebutan Saron Panerus. (Lihat gambar 4)



(Peking) d. Bonang Bonang adalah satu macam alat atau waditra gamelan yang nadanya berbentuk penolon, terdiri atas 14 buah (Pelog) dan 12 atau 10 buah untuk laras Salendro. (Lihat gambar 5)



(Bonang) e. Rincik Penclon-penclonnya sesuai atau serupa dengan Bonang, hanya bentuknya lebih kecil, begitu pula nada-nadanya lebih tinggi satu oktaf dari Bonang. (Lihat gambar)



(Rincik)



f. Gambang Nada-nada pada Gambang ditimbulkan oleh bilah-bilah yang terbuat dari kayu berjumlah ±20 buah. Tugasnya ialah mengisi kekosongan-kekosongan dengan lilitan-lilitan dan hiasan-hiasannya. (Lihat gambar 6)



(Gambang)



g. Rebab Salah satu instrumen yang digesek dalam kelompok karawitan, yang bentuknya mirip dengan biola dalam musik adalah Rebab. Hampir semua bentuk seni suara Asia memiliki alat yang menyerupai Rebab. Alat ini mempunyai 2 buah kawat yang direnggangkan, yang masing-masing kawatnya ditala (disurupkeun, Sunda), ialah kawat pertama dalam nada Tugu atau Barang dan kawat kedua dalam nada Galimer atau nada Bem.(Lihat gambar 7)



(Rebab) h. Kendang Dua buah membran yang ditegangkan pada tabung kayu dengan rotan atau kulit (rarawat), menimbulkan suara yang nyaring. Fungsinya adalah sebagai pengatur irama atau maat. (Lihat gambar 8)



(Kendang) i. Kulanter Sesuai atau serupa dengan Kendang, hanya ukurannya lebih kecil dan nadanya lebih nyaring. Terdiri dari 2 atau 3 buah. (Lihat gambar 8)



(Kulanter) j. Kenong Berbentuk penolon yang besar, sehingga menimbulkan suara yang keras dan berat. Fungsinya ialah membantu irama dan membatasi wiletan demi wiletan.(Lihat gambar 9)



(Kenong) k. Selentem Nadanya terdiri dari 6 atau 7 nada pada bilah yang memiliki tabung resonator. Fungsingya sebagai balunganing gending (arkuh lagu) dan memiliki otaf yang lebih rendah daripada Demung atau Panerus. (Lihat gambar 10)



(Selentem)



l. Bedug Sering kita jumpai di mesjid-mesjid. Bentuknya seperti Kendag, hanya ukurannya lebih besar dan bundar. Fungsinya memberi tekanan-tekanan yang berat dan maat. (Lihat gambar 11)



(Bedug)



m. Ketuk Sebuah penclon yang ukurannya lebih besar dari Bonang. Fungsinya membantu irama, memberi anggeran wiletan atau memberikan batasan-batasan wiletan demi wiletan. (Lihat gambar 12)



(Ketuk)



n. Kempul Bentuknya penclon bear dan digantung sehingga menimbulkan suara yang keras dan panjang. Fungsinya membagi maar dan membantu irama, sebagai penghias lagu. (Lihat gambar 13)



(Kempul)



o. Gong Sebuah alat terbesar berbentuk penclon yang digantung berhadapan dengan Kempul, diameternya ±1 meter. Jika dipukul menimbulkan suara yang berat sekali, dan merupakan akhir daripada suatu lagi, juga berfugsi sebagai anggeran wiletan. (Lihat gambar 14)



(Gong)



p. Kecrek Berbentuk



rentengan



plat



(dari



logam)



yang



menimbulkan suara ribut seperti halnya ssynbal pada musik. Dipergunakan pada tarian dan wayang. (Lihat gambar 15)



(Kecrek)



BAB IV TUGAS DAN FUNGSI WADITRA



Dari sejumlah alat-alat bunyi pada gamelan Sunda (yang lengkap), mempumyai pembagian tugas sebagai berikut: A. Anggeran Wiletan Anggeran Wiletan ialah yang memberi anggeran dalam susunan pergantian tekanan atau mmberi batasan-batasan demi wiletan (matra). Waditranya adalah: Ketuk, Kempul, Kenong, dan Gong. Jadi dalam tiap wiletan yang pada umumnya terdiri dari wiletan atau matra 4/4, maka waditra di atas jatuh bergiliran dengan susunan sebagai berikut: |



T



P



T



N/G



|



Keterangan: T = Ketuk P = Kempul N = Kenong G = Gong. Jika diteliti pergantian suara waditra-waditra di atas, dengan mudah kita dapat mengetahui pukulan mana yang mempunyai tekanan ringan, sedang, dan berat.



1. Balungan Gending Balung artinya tulang atau kerangka. Jadi Balungan Gending berarti kerangka gending yang menjadi pola dari suatu lagu. Waditra-waditranya adalah: Saron, Demung, Bonang, dan Selentem. Ke empat waditra tersebut mempunyai susunan nada yang lebih lengkap atau banyak disbanding waditra yang berfungsi sebagai anggeran wiletan, serta terdiri dari satu



gembyang dan dua gembyang. Nada-nada yang terdapat pada Saron, Demung, dan Selentem serta bonang adalah seperti gambar dalam lampiran. 2. Murda Lagu Murda Lagu artinya yang membuat lagu. Oleh karena itu maka waditra yang membawakannya adalah yang mempunyai nada-nada yang lengkap, harus mampu membat lagu dari nada yang paling tinggi sampai kepada nada-nada paling rendah. Lazimnya pada gamelan Salendro atau Pelog yang ditugaskan adalah Rebab, dan kadang-kadang juga Gambang, atau bergantian. Jika Rebab menggarap lagu maka Gambang menghiasi lagu tersebut. 3. Hiasan Gending Hiasan Gending dimaksudkan supaya gending lebih indah dan semarak, dengan adanya lilitan-lilitan atau hiasanhiasan



yang



terutama



mengisi



kekosongan-kekosongan



(lolongkrang). Hal ini tidak mutlak adanya, namun justru cara menabuh waditra ini diperlukan kecakapan tertentu yang kadang-kadang diselingi improvisasi menabuhnya. Waditra yang membawakannya adalah Gebang dan Peking. 4. Wirahma Wirahma bertugas



mengatur wiletan, tempo



dan



dinamika, sehingga watak menghentikan dan melanjutkan gending. Tugas ini dipegang oleh Kendang (termasuk Bedug). Peranan Kendang ini sangat menonjol, apalagi dalam mengiringi gerak-gerak tari, sama halnya dengan seorang konduktor dengan music barat.



BAB V ISYARAT-ISYARAT DAN TANDA-TANDA KARAWITAN



Istilah-istilah



dalam



tanda-tanda



karawitan



dapat



dilakukan dengan: 1. Sasmita Gending Sebenarnya ini tidak termasuk kepada bentuk susunan gending, tetapi hanya merupakan isyarat saja serta mempunyai lagam khusus yang diucapkan oleh dalang atau sinden, namun ada hubungannya dengan gending yang khusus diminta oleh lagam yang diucapkan oleh Ki Dalang atau Juru Sinden tadi. a. Dengan ucapan kalimat seperti:  “Pamedalipum Raden Gatotkaca kadta Binendrong” (maksudnya meminta lagu Bendrong)  “Pamedalna



Raden



Radea



kadya



kuda



ditoloronngkeun”” (maksudnya meminta lag Gawil) b. Yang merupakan rumpaka dari pangkat atau bawa sekar seperti:  “Yo Wendan – yo wendan ………” (maksudnyya meminta lagu Bendrong)  “Sinjang



kirut



sajatining



wayang



………”



(maksudnyya meminta lagu Macan Ucul).



2. Pangkat dan Bawa Sekar Pangkat adalah gending yang pendek sebagai tanda atau isyarat bahwa lagu akan mulai dimainkan. Dilakukan oleh waditra-waditra seperti: Saron, Gambang, Rebab, Peking, atau Kendang.



Bawa Sekar ialah pangkat yang berupa sekar, dibawakan oleh Juru Sekar atau Dalang. Pangkat atau Bawa Sekar mengandung isyarat mengenai; laras, surupan, irama, gerakan, dan sebagai keseluruhan cirri dari sebuah lagu.



3. Isyarat Gending Oleh karena di dalam gending-gending Sunda banyak sekali pangkat yang sama atau hamper sama, maka untuk membeakannya, adalah gending pangkat itu diberi tabuhan tuntunan satu goongan yang member isyarat dari sesuatu lagu tertentu. Tabuhan ini disebut tabuh atau gending pangjadi. Contoh dalam gending atau lagu Angle: Pangkat Saron: P



3



N



13 21 25 1



P



1 N



13 21 25 1



NG



2



4



3



2



P



P



P



NG



1



51 53 21 5 ∙ 2 21 23 2



∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙(untuk seterusnya dengan pirigan biasa).



4. Isyarat Kendang Dimaksudkan untuk menaikkan dan menurunkan irama, misalnya dari irama 4 witet dinaikkan ke irama 2 witet, dinaikkan lagi ke irama 1 witet, dan akhirnya dinaikkan ke irama kering atau cepat. Atau



sebaliknya,dari



irama



kering



diturunkan



menjaadi irama 1 wilet atau langsung ke irama 2 wilet/4 wilet. Untuk pelaksanaannya ini, harus diberi isyarat oleh kendang.



5. Isyarat Rebab Dimaksudkan untuk member laras atau surupan yang akan dipakai dalam lagu tersebut, sehingga dengan mudah dapat diteruskan oleh Sinden.



6. isyarat Gending Tatalu Dimaksudkan untuk atau sebagai: a. mengundang penonton b. isyarat kepada penonton bahwa pertunjukan akan segera dimulai c. mencoba laras dalam gamelan, nada-nada mana yang sumbang d. melatih ketangkasan penabuhnya sendiri e. mencoba gamelan apakah baik atau tidak, misalnya letak bilahan Saron pada landasannya, oleh karena pakunya bengkok sudah barang tentu nada atau bilah yang dipukulnya tidak akan baik.



BAB VIBENTUK LAGU



Pada garis besarnya bentuk lagu-lagu gemelan terdiri atas 4 bentuk yaitu: 1. Bentuk Gurudugan atau Kering Gerakan dari lagu bentuk ini adalah cepat, berirama 2/4. Ini digunakan terutama dalam gendingan. Contoh: - Kebo Jiro - Gending Perang 2. Bentuk Rerenggongan Tanda-tanda daripada lagu-lagu bentuk ronggeng: a. Banyaknya kempul tiap goongan 4 pukulan, ditambah 1 kempul tangara atau isyarat untuk menghadapi gong, jadi berjumlah 5 pukulan kempul. b. Banyaknya wiletan (matra) merupakan bilangan yang genap. Misalnya: 2 wiletan, 4 wiletan, 8 wiletan. Bentuk renggong ini terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu: Renggong Alit dan Renggong Ageng. Renggong Alit terbagi lagi 2 bagian, yaitu: Renggong Alit 1 wilet dan Renggong Alit 2 wilet.



Fungsi daripada Renggong: 1) Lagu-lagu Renggong Alit 1 wilet (sekartandak atau lagulagu pokok), biasa dipakai untuk mengiringi tarian, kiliningan, kawih dang ending karesmen. Contoh: lagu Gendu, Banjaran, Panglima, dan sebagainya. 2) Lagu-lagu Renggong Alit 2 willet (8 Kenongan), biasa dipakai dalam kilingan atau seni suara hiburan. Contoh lagu: sama seperti dalam lagu-lagu Renggong Alit 1 wilet.



Lagu-lagu bentuk REnggong Alit 2 wilet adalah merupakan kelipatan daripada lagu bentuk Renggong Alit 1 wilet. 3) Lagu-lagu Renggong Ageng biasa untuk mengiringi tari Lenyepan dan kilingan. Contoh: Lagu Udan Emas, Banjarmasinom, Renggong Bandung, dan sebagainya.



3. Bentuk Gending Tengahan Tanda-tanda gending tengahan: a. Banyaknya wiletan dalam tiap goongan lebih dari 4 wiletan tetapi kurang dari 16 wiletan, sepeti: 6 wiletan, 10 wiletan, dan 14 wiletan serta tidak termasuk wiletan-wiletan bentuk renggong. b. Gong antara tidak sama jaraknya, kadang-kadang jauh kadang-kadang dekat seperti pada lagu-lagu: Rumiang, Gawil, dan sebagainya. c. Banyak menggambil lagu-lagu Ketuk Tilu.



4. Bentuk Gending Ageng Ini adalah merupakan bentuk lagu yang sangat panjang, diukur dari panjangnya lagu atau jarak gong antara. Banyakya wiletan tiap-tiap goongan dari 16 wiletan sampai tidak terbatas.



BAB VII MAAT ATAU GERAKAN



Maat dalam karawitan Sunda adalah cepat lambatnya sebuah lagu, dalam istilah lain yang lebih popular adalah gerakan (dalam music = tempo). Misalnya: dari maat/gerakan 1 wilet ke ½ wilet atau sebaliknya. Menurut istilah Atik Soepandi BA, maat adalah embat, yaitu penyempitan atau pelebaran ruang wiletan atau matra. Jelasnya: Penyempitan ruang matra 1 wilet



! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! Menjadi:



½ wilet



! ● ● ● ● ! ● ● ● ● !



garis wiletan



Pelebaran ruang matra 1 wilet



! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! Menjadi:



2 wilet



! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● !



Keterangan: 1 wilet



: yang mempunyai 4 mantra atau wiletan dan 16 ketukan, atau yang mempunyai 5 garis wiletan dan 16 ketukan.



Garis wiletan: garis yang membatasi not lagu dalam tiap wiletan, atau garis yang membatasi wiletan atau matra.



Tingkatan maat atau gerakan Di Jawa Barat terdapat tingkatan maat atau gerakan sebagagai berikut: 1. Keing III 2. Kering II 3. Kering I atau setengah wilet atau satu wilet gancang 4. Satu wilet 5. Satu wilet kendor atau satu setengah wilet 6. Dua wilet 7. Dua wilet kendor 8. Empat wilet atau lalamba Tingatan-tingkatan tersebut jika kita gambarkan adalah seperti gambar 16 pada lampiran buku ini.



BAB VIII DINAMIK



Dalam karawitan Sunda yang dimaksud dengan dinamik adalah perubahan-perubahan penting dalam penghidangan gending atau sekaran yang disebabkan: 1. Tehnik Hidangan Yaitu keras lemahnya pukulan suatu gending atau keras lemahnya pengeluaran suara. Dengan adanya Pergantian keras dan lemah akan menimbulkan dinamik. 2. Perpindahan Laras atau Surupan Missalnya dari laaras Salendro ke laras Pelog atau sebaaliknya. Akan menimbulkan dinamis. Begitu pula dari laras Pelog surupan Jawar ke laras Pelog surupan Serog atau Liwung, akan menimbulkan dinamis. 3. Perubahan Gending Misalnnya dari gending Kawitan ke Badaya atau Batarubuh, juga akan menimbulkan dinamis. 4. Perubahan Maat atau Gerakan Misalnya dari cepat ke lambat (turun) atau dari lambat ke cepat (naik), juga akan menimbulkan rasa yang lain.



Tanda-tanda dinamik Tanda-tanda dinamik dalam karawitan Sunda sampai sekaarang, alam penulisannya sama dengan music, misalna: crescendo, decressendo, legatostaccatto, dan sebagainya.



BAB XI TEHNIK MENABUH TIAP-TIAP WADITRA



Berbagai



daerah



karawitan



yang



mempunyai



alat



perlengkapan seperti gamelan (Jawa dan Bali), di dalam tehnik menabuhnya adalah berbeda-beda dan mempunyai tehnik menabuh spesifik daerah masing-masing. Begitu



pula



ha;lnya



dengan



daerah



Sunda,



adalah



mempunyai tehnik menabuh gamelan yang khas Sunda, Untuk tabuhan masing-masing waditra yang terdapat dalam gamelan Sunda (dalam hal ini penulis batasi dengan gamelan Salendro atau Pelog saja), di bawah ini penulis akan terangkan satu per satu. 1. Cara Menabuh Ketuk Ketuk ditabuh tepat di tengah-tengah penclonnya dan pada ketukan ganjil (bilangan pertama, ke tiga,



dari tiap-tiaap



matra). Contoh: !



T







T







! T







T







T



!



2. Cara Menabuh Kempul dan Gong Kempul ditabuh pada ketukan-ketkan ke 2, 6, 10, 12 dan 14, sedangkan Gong pada aakhir lagu. Contoh: ! ● P ● ● ! ● P ● ● ! ● P ● P ! ● P ● G !



3. Cara Menabuh Kenong Kenong ditabuh pada setiap akhir matra (ketukan ke 4 tiap matra) Contoh: ! ● ● ● N ! ● ● ● N ! ●



● ● N ! ● ● ● N!



4. Cara Menabuh Saron Tangan kanan memegang pemukul dan tang kiri siap untuk menengkep agar suaranya tidak terlalu panjang (ngahiung, Sunda). a. Pada umumnya tiap tabuhan Saron I, pukulannya selalu bersamaan dengan jatuhnya ketukan. Contoh: ! m m m m ! m m m m ! b. Sedangkan cara menabuh Saron II, jatuhnya pukulan adalah diantara pukulan Saron I, kecuali pada ketukan akhir setiap matra adalah bersamaan, namun hal ini tidaklah mutlak. Contoh: ! ● n ● n ● n n ! ● n ● n ● n n ! c. Sedangkan Saron I ada yang mempergunakan satu bilah atau nada, ada juga yang mempergunakan 2 atau 3 bilah atau nada, dengan catatan bahwa setiap mumukul bilah atau nada Saron yang mempergunakan 2 atau 3 bilah atau nada, harus diberi jarak satu bilah atau nada. Begitu pula dengan Saron II, hanya bedanya terletak dalam bilahan atau nada yang dipukulnya saja, yaitu bilah atau nada yang berdekatan dengan bilah atau nada yang dipukul oleh Saron I, dalam istilah populernya disebut dicaruk. Misalnya: Jika Saron I memukul nada 5 (S), aka Saron II memukul nada yang berdekatan dnan pukulan Saron I nya, mana yang lebih dulu dipukul, asal berurutan dengan nada yang dipukul pertama kali oleh Saron I. Contoh:



Pukulan satu bilah atau nada



Saron I



5



Saron II



●4



5



5



5



●4 ●4 5



5



5



5



5



●4 ●4 ●4 5



Pukulan dua bilah atau nada



Saron I



5



Saron II



●4



5



3



5



5



●2 ●4 5



5



3



5



●4 ●2 ●4 5



Pukulan tiga bilah atau nada Saron I



5



Saron II



●4



5



3



5



2



●2 ●4 5



1



3



5



●5 ●2 ●4 5



Atau Saron I



3



Saron II



●2



1



3



5



3



●2 ●4 5 4



1



3



5



●4 ●2 ●4 5



d. Selain tabuhan di atas, Saron juga dapat berfungsii sebagai melodi gending seperti dalam gending Karawitan Gancang, gending Langit Ceudeum atau gending-gending wanda anyar lainnya. Contoh: (sebagian dari gending Langit Ceudeum karya Mang Koko) | 1 3



2 3 1 3



4 | 1 3



2 3



1 3



4 1 |



| 5 1



5 2 3 4 5 4| 3 4



5 1



2 3



4 |



e. Dalam tabuh Saron ada dua istilah yaitu: 1. Tabuh lancer, yaitu tiap wiletan 4 pukulan. 2. Tabuh rangkap, yaitu tiap wiletan 2x4 pukulan = 8 pukulan Contoh: Lancar (salancar)



Rangkep



5



5



3



5



● 4



● 2



● 4



5



05



5∙3∙



5∙3∙



5∙3∙



5



004



2∙4∙



2∙4∙



2∙4∙



5



f. Beberapa nama tabuhan Saron Tabuh Saron Punten Nun 5 1 5 0



1



5 1 5 02



1



3



1



●5 ●4 ●2 1



5 1 5 0



2



5 1 5 03



2



5



2



●1 ●3 ●1 2



Tabuh Saron Cocol Pindang 1 1 4 5 05



●2 1 4 52



1



1



3



1



●5 ●4 ●2 1



Tabuh Saron Ciaseman 05



15 3 5 15 25



15 35 15 24



05



1 5 ●2●2 1 5 2 5



1 5 ●2●2 1 5 2 4



32 5 5 32 42



32 55 32 4



3 2 ●4●4 3 2 4 2



3 2 ●4●4 3 2 4



Tabuh Saron Nyonya Nangis 5



3



5



3



4



04 ●4 ●4 ●5



●5



3



2



3



4



3



2



3



41



5 ●1



4



4



1



●5 ●5



1



5



5



2



●1 ●1



2



3



2



3



4



3



2



3



41



1



2



5



1



1



2



5



13



1



2



5



1



1



2



5



13



●3



4



5 04



3



5



3



●4



●4



●5



5 ●1



2 ●3



2



●5



5



5



2



●1 ●1



2



2



2



4



●3 ●3



4



2



2



4



●3 ●3



4



4



4



1



●5 ●5



1



5. Cara Menabuh Demung atau Panerus Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam cara menabuh Demung atau Panerus. a. Tabuhan Demung atau Panerus yang mempergunaan 3 bilah -3 bilah secara berurutan. Menabuhnya dimulai dari nada yang menjadi tujuannya. Di samping itu cara memukul bilahan yang pertama, kedua dan ketiga adalah masingmasing jatuh: diantara ketukan, pada ketukan, dan diantara ketukan lagi. Contoh: 0 3 ! 2 1 0 1 2 3 0 3 ! 2 1 0 1 2 3 0 ! b. Tabuhan Demung atau Panerus dapat juga menggunakan 2 bilah atau nada (diutamakan dalam lagu atau gending yang berirama kering), dengan tehnik menabuhnya seperti bagian (contoh) a di atas. Contoh: 0 1 ! 3 1 0 2 3 2 0 2 ! 3 2 0 1 3 1 0 !



c. Tabuhan Demung atau Panerus sebagai balunganing gending. Pukulannya jatuh pada ketukan genap. Contoh: !







3







5



!







3 ●



5 !



!







3







5



!







3 ●



4 !



d. Tabuhan Demung atau Panerus yang dicaruk dengan Bonang. Motif carukan sama dengan carukan Saron I dengan Saron II, hanya penempatan: pukulan pada bilah ditukar. Jelasnya: pukulan Demung atau Panerus sama dengan pukulan Saron I, yaitu jatuh pada ketukan, tetapi nada atau bilah yang dipergunakan sama dengan Saron II. Dengan demikian nada yang dituju, ditabuh permulaan oleh Bonang, dan pada akhirnya bersamaan. Pukulan pertama Demung atau Panerus, bilah atau nada yang dipergunakannya adalah di bawah bilah atau nada pukulan pertama Bonang. Misalnya: pukulan pertama Bonang adalah nada G, maka pukulan pertama Demung atau Panerus adalah nada S. Contoh: !



5 3 5 3 ! 5 3 5 4



nada yang dituju



6. Cara menabuh Bonang dan Rincik Bonang dan Rincik dipukul dengan dua pemukul yang masing-masing dipegang tangan kiri dan tangan kanan, sehingga dengan banyaknya nada-nada yang dimilikinya (2 gembyang) dan kecekatan penabuhannya untukmembuat variasi tabuhan menimbulkan improvisasi-improvisasi, apalagi setiap penabuh memiliki slah sendiri-sendiri. Walaupun demikian, ada beberapa teknik yang dapat dijadikan pegangan, tetapi sebelumnya agar mengenal dulu susunan nada-nada pada Bonang atau Rincik. (lihat gambar pada halaman 12).



- Bonang memiliki nada-nada sedang; oktaf tinggi = oktaf rendah pada Rincik, atau jika kita dengar nada-nadanya maka:  Oktaf tinggi = nada-nada pada Saron  Oktaf rendah = nada-nada pada Demung atau Panerus - Rincik mempunyai nada-nada tinggi(kecil). Nada-nadanya:  Oktaf tinggi = nada-nada pada Peking  Oktaf rendah = nada-nada pada Saron



Beberapa tehnik menabuh Bonang dan Rincik a. Dikemprang atau digembyang, Dikemprang atau digembyang adalah memukul 2 buah nada bersamaan berjarak satu gembyang atau oktaf. Contoh: 4



-



4



-



4/4



2



-



2



-



2/2



1



-



1



-



1/1



Tabuhan Bonang di atas umumnya terletak pada ketukan ganjil setiap matra, kecuali apabila gamelannya tidak lengkap (tidak ada Demung atau Panerus, Selentem dan Kenong), juga dapat memukul nada pancer pada ketukan ke empat. Sedangkan tabuhan Rincik adalah: 2 kali lipat tabuhan Bonang. Contoh: ●



Rincik



04/4 04/4 04/4 01/1



01/1 01/1 01/1 01/1



1/1



4/4



1/1



5/5



5/5



1/1







1/1







4/4







4/4







Bonang



4/4







01/1 01/1 01/1 04/4 04/4 04/4 04/4 04/4



b. Dilagukan (melodi) Hal ini umumnyya terdapat dalm gending-gending tertentu, misalnya dalam gending Jiro, gending Perang dan sebagainya atau dalam gending-gendng wanda anyar. Tentu saja hal ini memerlukan keterampilan penabuhnya.



c. Dicaruk Jika tabuh dikemprang yang menjadi patokan itu swarantara gembyang, maka dalam tabuhan dicaruk (carukan), yang menjadi patokan itu adalah swarantara adularas, seperti: ~ Tugu dengan Galier alit ~ Loloran dengan singgul ait ~ Panelu dengan Tugu ~ Galimer dengan Loloran ~ Singgul dengan Panelu Jatuhnya pukulam Bonang adalah diantara pukulan Demung, kecuali pada ketukan akhir matra adalah bersamaan (ketukan ke 4). Begitu pula Rincik dicaruk dengan Peking, banyaknya dalah dua kali lipat carukan Bonang dengan Demung atau Panerus. Contoh: Bonang Demung



04



●2 ●4 ●4 4 4 5



7. Cara menabuh Selentem



B 5



4



●2 ●4 ●4 4 5



3



5



4



Alat ini jarang terdapat pada susunan gamelan Sunda, kecuali gamelan buatan Jawa yang didatangkan ke daerah Sunda. Selentem yaitu alat semacam gender tetapi hanya satu gembyang,. Bilahannya digantung dengan tali dan mempunyai resonator dari seng. Pada gamelan Sunda yang tidak lengkap, tabuhan ini bias digarap oleh Demung atau Panerus. Cara menabuhnya sederhana sekali, yaitu mengisi pukulan pada tekanan atau ketukan ke dua dan ke empat pada setiap matra. Pukulan ke dua diisi dengan nada Pangaget, pukulan ke empat diisi dengan nada Pancer atau Kenongan menurut ketentuan wiletan, apakah wiletan Pancer atau wilean Kenongan (lihat Bab X Papatet dan Fungsi Nada). Contoh: Lagu Gendu Patet Nem. !







3







5







!



wiletan pancer !







3







5



3







1



!



wiletan kenongan !







wiletan pancer



3







4



!



wiletan kenongan



8. Cara menabuh Ganbang Menilik cara menabuh Gambang itu dengan cara dipukul oleh kedua belah tangan, maka ada beberapa macam pukulan atau tehnik pukulan yang oleh Pak Juju Sain Martadinata alm telah diberi nama, antara lain: a. Digembyang Tangan kiri



0123



Tangan kanan 0 1 2 3



. . . . .: :: : : 4512 3451 2345 . 4512 3451 2345



b. Digumek (melodi) . . . . 44 12



. 15 44



44 53



4444 1122 1155 4444 . .



45



. . 11



4444 5533 4455 1111



. . . .



. . . .



. . . .



. . . .



. . . .



c. Dicewak . 52



0 04



. . . . . 4 ∙4 ∙5 4 2



5123 44 4 3 43



2



d. Dipuruluk 1 2 ∙5∙5∙5∙5



05 0 55



∙5∙5 2



2



1122 5∙5∙5∙5∙ 5∙5∙ 2 2



2



e. Dirajek



4 0 44



43 0



0 03 4



4 44 4 21



51 2 4



f. Dicaruk (sering dipergunakan dalam mengiringi sekar)



1.



2.



33∙4



0 01



54



51



0 11



5511 0 11 5511



0



3 ∙1



54



4



333∙



5555 5554 0



34



1



3. 04



04



55∙5



5



4



04



04



54



0



9. Cara Menabuh Peking Umumnya tabuhan Peking adalah membawakan melodi dengan improvisasi penabuhnya sendiri berdasarkan kenongan tabuhnya. Tetapi ada pula yang menggunakan tabuhan seperti Demung atau Panerus dengan satu nada atau bilah yang dipergunakan, dan berada serta brtolak dari nada yang ditujunya. Contoh: 01 ! 11 01 11 01 ! 11 01 11 01 ! Di sampping itu pula dapat dicaruk dengan Rincik seperti halnya carukan Demung dengan Bonang. Cara carukannya saama dengan Demung, hanya lebih cepat 2 kali (doble). Contooh: 05 ! 35 35 35 45 ! 35 35 35 45 !



10. Cara Menabuh Kendang Kendang ditabuh atau dimainkan dengan kedua belah tangan disertai kaki (untuk menengkep), sehingga meenimbulkan bermacam-macam bunyi. Untuk menimbulkan warna bunyi Kendang dengan jelas, doperlukan tehnik menabuh dengan cermat. Pengenalan bunyi Kendang, akan menghasilkan bunyi-bunyi tunggal sebagai berikut: a. Bidang Gedug - Bunyi dong, ditabuh ooleh seluruh telapak tangan kena pada bidang. Menabuhnya di “los” (tidak ditekan).



- Bunyi deng, ditabuh oleh sebagian telapak tangan kena pada bidang. Menabuhnya disentuh dan dibantu oleh tekanan tumit pada bidang, tinggi rendahnya nada bergantung pada kuat lemahnya tekanan tumit pada kulit bidang. - Bunyi ting, istilahnya “sentug” ditabuh oleh seluuruh telapak tangan kena pada bidang. Menabuhnya disentuh. Bunyi ini kadang dibantu oleh tekanan tumit pada kulit bidang. - Bunyi dedede……d, ditabuh oleh sebagian telapak tangan kena pada bidang. Menabuhnya disentuh dan digetarkan sertaa dibantu oleh tekanan tumit pada kulit bidang. - Bunyi du……t, ditabuh oleh sebagian telapaak tangan kena pada bidang. Menabuhnya disentuh dan dibantu oleh tekanan tumit pada kulit bidang, dari tekanan lemah menuju tekanan kuat, sehingga dalam satu pukulan terdapat lebih dari satu nada yang menyambung dari nada rendah ke nadaa tinggi.



b. Bidang Kemprang (Kempyang) - Bunyi pang, ditabuh oleh setengah telapak tangan kena pada bidang. Menabuhnya di “los”. - Bunyi pong, ditabuh oleh sebagian jari kena pada bidang. Menabuhnya disentuh pada pinggir bidang dekat wengku. - Bunyi plak, ditabuh oleh setengah telpak tangan kena pada bidang. Menabuhnya ditekan. - Bunyi ping, ditabuh oleh sebagian jari kna pada bidang. Menabuhnya disentuh.



- Bunyi ngu……k, ditabuh oleh ujung jari kena pada bidang. Menabuhnya “disorodotkeun” (berpindah tempat dari pinggir ke tenga bidang).



c. Bunyi Katipung - Bunyi tung, ditabuh oleh sebagian jari kena pada bidang. Menabuhnya di “los”.



d. Bunyi Kutiplak - Bunyi poung, ditabuh oleh sebagian jari atau telunjuk saja. Mennabuhnya di “los”. - Bunyi pak, ditabuh oleh sebagian telapak tangan. Menabuhnya ditekan.



Catatan: lihat gambar bunyi-bunyi tunggal dalam kendang.



11.Cara Meemainkan Rebab Rebab merupakan waditra yang paling rumit, maka di bawah ini penulis akan uraikan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempelajarinya. a. Batas garapan rebab, yaitu dari lubang kawat di atas sampai tumpang sari di bawah. b. Cara menyetem (nyurupkeun, Sunda) kawat Rebab: - Kawat I (sebelah kiri) disamakan dengan suara Tugu atau Barang. - Kawat II (sebelah kanan) disamakan dengan suara Galimer atau Bem. Disurupkeun dengan nada-nada tersebut pada waditra yang dipakai mengiringi waktu itu.



c. Ciricir jari yang digunakan untuk menekan (nengkep, Sunda): - A = telunjuk - B = jari tengah - C = jari manis - D = kelingking Gambar: (lihat gambar 17) d. Tepatnya jari yang menekan pada kawat: Hal ini bergantung pada ibu jari yang memegang tiang Rebab, yaitu dengan tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah, serta pergelangan tangan tidak boleh bengkok tetapi harus lurus. e. Tempat untuk jari menekan, yaitu pada suara atau da menurut laras yang diambil. Tetapi oleh karena di dalam kawat atau tiang Rebab tidak ada cirri yang menentukan suatu nada, maka hal ini harus dicarri dengan imbangan rasa dan tajamnya pendengaran. f. Nama-nama posisi tangan pada Rebab (lihat gambar 18). - Posisi I disebut Tilambara dengan nada-nada Gaalimer Ageng sampai Loloran Ageng pada kawat ke II, dan Tugu Ageng sampai Loloran pada kawat ke I. - Posisi II disebut Nalendra dengan nada-nada Panelu sampai Singgul Alit pada kawat ke I. - Posisi III disebut Jaladara dengan nada-nada Tugu sampai nada yang paling bawah. - Posisi IV disebut Santikara atau Malihwarni, ini merupakan perpindahan-perpindahan jari di luar posisiposisi jari yang tiga di atas.



1) Posisi I atau Talambara Kawat I Nada



:T S G P L



Jari



:L 5 4 3 2



Kawat II Nada



:G P L



Jari



:L A B



Keterangan: L = Ligar, yaitu menggesek kawat Rebab kedua-duanya dengan dilepas (los, tanpa ditengkep) 2) Posisi II atau Nalendra Kawat I Nada



:P L T S



Jari



:A B C D



3) Posisi III atau Jaladara Kawat I Nada



:T S G P L T S



Jari



: A B C D D1 D2 D3



4) Posisi IV atau Sartikara atau Maliwarni Contoh dalam lagu: Kawat I Lagu : 2 1 2 3 Jari



3



:B C BB B



12. Cara Memegang Penggesek (tangan kanan) Gelung penggesek dihimpit oleh ibu jari dan jari tengahh, kemudian letak telunjuk pada ujung gelung penggesek seperti yang menunjuk dan jari manis serta kelingking bertugas untuk menarik tali penggesek supaya tegang atau kencang (lihat gambar 18).



BAB X PAPATET DAN FUNGSI NADA



Apabila kita sedang mendengarkan sebuah lagu atau gending, maka akan terdengarlah suara-suara atau nada-nada yang tersusun sedemikian rupa sehingga enak terdengarnya. Nada-nada yang tersusun itu satu sama lain saling mempengaruhi. Dengan sendirinya kekuatan pengaruh tersebut ada yang kuat dan ada yang lemah. Karena perbedaan tersebut, maka timbulah tingkatan atau tahapan nada, dan untuk menentukan tahapan-tahapan itu tergantung patet. Jadi yang dimaksed dengan Patet atau Papatet adalah letaknya tahapan-tahapan nada dari suatu laras atau surupan, yang diduduki oleh nadanada dari laras atau surupan tersebut. Di Jawa Barat terdapat 5 macam patet, yaitu : 1. Petet Nem 2. Patet Loloran 3. Patet Majyura 4. Patet Sanga 5. Patet Singgul Patet-patet tersebut di atas adalah untuk laras Salendro dan Laras Pelog Surupan Jawar. Sedangkan Laras Pelog Surupan Sorog adalah sebagai berikut : 1. Petet Nem 2. Patet Loloran 3. Patet Majyura 4. Patet Sanga 5. Patet Sorog (Singgul diganti dengan Sorog)



Dan pada laras Pelog Surupan Liwung adalah sebagai berikut : 1. Patet Nem 2. Patet Loloran 3. Patet Bungur ( Panelu diganti dengan Bungur) 4. Patet Sanga 5. Patet Singgul. Pada kenyataannya Patet merupakan penentuan fungsifungsi/tahapan-tahapan nada yang tersusun pada murda suara (member fungsi pada nada-nada murda suara). Fungsi-fungsi/ tahapan-tahapan nada itu sesuai jumlahnya dengan nada0nada murda suara, yaitu ada lima yang sebutansebutannya adalah : ~ Patokaning laras



ditulis dengan angka I



~ Panglangen



ditulis dengan angka II



~ Pangaget



ditulis dengan angka III



~ Pangrena atau Renaning laras



ditulis dengan angka IV



~ Pancer



ditulis dengan angka V



Dalam gending yang lima tahap itu ( I – II – III – IV – V ), dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Nada Kenongan Yang menjadi nada kenongan yaitu ke I – II dan IV. Ketiga nada ini sangat indah dan enak sekali serta cocok untuk mencurahkan perasaan, sebab ketika tahap ini saling mempunyai hubungan kempyung. Untuk jelasnya : a. I – kempyung – IV kempyung -



II



1



2



3



4



5



1



2



I



II



III



IV



V



I



II



b. I



II



-



IV



-



-



II



1



2



3



4



5



1



2



c. I



II



-



IV



Keterangan :



I - IV = swarantara kempyung IV – II = swarantara kempyung



Wataknya : - Lagu yang mempunyai gong ppenutup pada IV akan menimbulan rasa puas - Lagu



yang



mempunyai



gong



penutup



pada



I



akan



menimbulkan rasa enak, tetapi seakan-akan kita masih minta diteruskan aatau ditambah - Lagu



yang



mempunyai



gong



penutup



pada



II



akan



menimbulkan rasa senang (tidak membosankan).



2. Nada Pangaget Yaitu pada tingkat ke III,. Ini merupakan nada yang tidak enak dan justru bukan tidak enak saaja tetapi juga mengejutkan atau mengagetkan, atau yang mendenra mungkin menyangka ada kesalahan tabuh (untuk mengagetkan).



3. Nada Pancer Yaitu nada tingkat ke IV. Merupakan penghubung atau perantara dari nada kenongan sesuatu lagu, serta letaknya di tengah antara kenongan dengan kenongan. Kalau skema patet dan fungsinya itu kita tulis dengan nada relatifnya, maka akan tampak seperti gambar berikut ini :



FUNGSI-FUNGSI/TAHAPANTAHAPAN NADA NAMA PATET



I



II



III



IV



V



NEM



1



2



3



4



5



LOLORAN



2



3



4



5



1



MANYURO



3



4



5



1



2



SANGA



4



5



1



2



3



SINGGUL



5



1



2



3



4



BAB XI KENONGAN



A. Pengertian Kenongan Setiap lagu mempunyai kenongan-kenongan tersendiri menurut melodi akhir lagu tersebut. Adapun engertian dari kenongan itu sendiri adalah sebagai berikut : a. Berasal dari kata kenong + an. Kenong adalah sebuah waditra yang besar berbentuk penolon. Fungsinya membantu irama dan membatasi wiletan demi wiletan. Pukulannya jatuh pada ketukan ke empat seiap wiletan. b. Kenongan adalah jatuhnya nada atau suara akhir daripada lagu pada wiletan-wiletan tertentu, misalnya : - Pada lagu irama 1 wilet jatuh pada wiletan ke 2 keyukan ke 8, dan pada wiletan ke 4 ketukan ke 16. - Pada lagu irama 4 wilet jatuh pada wiletan ke ketukan ke 16, dan pada wiletan ke 8 ketukan ke 32. Untuk jelasnya : Irama 1 wilet ! ● ● ●



! ● ● ● N !



! ● ● ● ● ! ● ● ● N ! Irama 2 wilet ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● N ! ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● N !



2. Kenongan Pancer Merupakan penghubung atau perantara dari nada kenongan sesuatu lagu dan juga dapat menunjukkan patet dari sesuatu lagu serta letaknya di tengah antara kenongan



dengan kenongan, pada wiletan pertama dan ketiga (ketukan akhir). Wiletan pertama dan ketiga merupakan wiletan pancer, dan wiletan ke 2 dan ke 4 dalah wiletan kenongan. Untuk jelasnya : ! ● ● ● 5 ! ● ● ● N ! ● ● ● 5 ! ● ● ● N ! Wiletan pancer wil. kenongan pancer wil. Kenongan Dengan mengetahui pancernya 5, maka dengan mudah kita dapat mengetahui/mentebutnya bahwa lagu di atas adalah Patet Nem.



3. Kenongan Lagu Kenongan lafu adalah nada atau suara akhir dari sebuah lagu pada wiletan-wiletan tertentu dengan menyebut nada-nada relatifnya. Contoh : - Kenongan lagu dari lagu Gendu Laras Salendro adalah da (1) dan ti (4). - Kenongan lagu dari lagu Gendu Laras Madenda Surupan 4 = T adalah ti (4) dan mi (2). - Kenongan lagu dari lagu Gendu Laras Degung Surupan 2 = T adalah mi (2) dan la (5).



4. Kenongan Tabuh Kenongan Tabuh adalah nada atau suara dari sebuah lagu pada wiletan-wiletan tertentu dengan menyebut nadanada mutlaknya (purwa suara). Contoh :



- Kenongan tabuh lagu Gendu



adalah T - G



- Kenongan tabuh lagu Banjaran



adalah T-L-T-G



- Kenongan tabuh lagu Panglima



adalah G-T-G-L



- Kenongan tabuh lagu Kulu-kulu Barang



adalah G - T



- Kenongan tabuh lagu Kulu-kulu Bem



adalah L - G



- Kenongan tabuh lagu Cirebonan



adalah L-F-L-S



BAB XII RUMUS ARKUH LAGU



Arkuh lagu ialah sama dengan balunganing gending di Jawa. Ini merupakan kerangka dari sebuah lagu. Fungsinya digarap terutama oleh Selentem atau Demung (kalau tidak ada Selentem). Dengan adanya rumus arkuh lagu, maka kita dapat membuat atau mengetahui nada-nada yang menjadi arkuh lagu dengan jalan mempergunakan skema patet. Misalnya rumus arkuh lagu posisi Gendu adalah sebagai berikut: !



.



III



.



V



!



.



III



.



I



!



!



.



III



.



V



!



.



III



.



IV



!



Maka nada-nada yang menjadi arkuh lagunya dalam Patet Nem adalah: !



.



3



.



5



!



.



3



.



1



!



!



.



3



.



5



!



.



3



.



4



!



Rumus arkuh lagu ini ada bermacam-macam, yaitu : 1. Posisi Gendu Rumus arkuh lagunya adalah seperti tersebut di atas. a. Patet Nem, lagunya : Macan Ucul (Gendu). NG Pangkat Saron : 4 3 2 1 11 5 1 2 4 2 3 4 Selentem



.



3



.



5



Bonang



4/4



.



4/4



5/5



Rineik



04/4 04/4 04/4 01/1



01/1 01/1 01/1 01/1



Demung



32



02



23



03



Saron I



5



5



3



5



1



1



3



1



Saron II



.4



.2



.4



5



.2



.4



.2



1



34 01



.



3



.



1



1/1



.



1/1



.



21 01



Kenong



.



.



.



5



.



.



.



1



Peking



54



32



34



5



15



12



32



1



Kempul/G



.



P



.



.



.



P



.



.



Selentem



.



3



.



5



.



3



.



4



Bonang



1/1



.



1/1



5/5



4/4



.



4/4



.



Rineik



01/1 01/1 01/1 04/4



04/4 04/4 04/4 04/4



Demung



23



03 21



04



32



Saron I



5



5



3



5



4



4



2



4



Saron II



.4



.2



.4



5



.3



.1



.3



4



Kenong



.



.



.



5



.



.



.



4



Peking



54



32



34



5



43



41



23



4



Kempul/G



.



P



.



P



.



P



.



NG



02 34



04



Dari tabuhan di atas, untuk memudahkan penulisannya dapat disingkat menjadi : ! ------ 3 ------ 5 ! ------ 3 ------ 1 ! ------ 3 ------ 5 ! ------ 3 ------ 4 ! Begitulah, untuk penulisan selanjutnya pun penulis akan mengunakan cara-cara yang barusan (disingkat).



b. Patet Loloran, lagunya : Catrik. NG Pangkat Saron : 3 2 1 5 3 4 5 ! ---- 4 ---- 1 !------ 4 ------ 2 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 5!



c. Patet Manyuro, lagunya Sorong Dayung/Sinjang Gebang. NG



Pangkat Saron : 0 5 1 5 1 5 1 2 3 4 3 2 3 2 5 2 1 ! ---- 5 ------ 2 !------ 5 ------3 !------ 5 ------ 2 !------ 5 ------1!



d. Patet Sanga, lagunya : Cangkurileung/Pucuk ti girang. NG Pangkat Saron : 3 1 3 4 3 1 3 2 ! ---- 1 ------ 3 !------ 1 ------4 !------ 1 ------ 3 !------ 1 -----2 !



e. Patet Singgul, lagunya : Mitra. NG Pangkat Saron : 1 4 1 5 1 2 4 3 !---- 2 ---- 4 !------ 2 ------ 5 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 3 ! 2. Posisi Kulu – Kulu. Rumus arkuh lagunya adalah : ! . III . V ! . III . ! . III . V ! . III . IV ! a. Patet Nem, lagunya : Kulu-kulum Bem/kulu-kulu Gancang. NG Pangkat Saron : 3 1 2 1 3 1 4 ! ---- 3 ---- 5 !------ 3 ------ 2 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 4!



b. Patet Loloran. NG Pangkat Saron : 2 4 2 3 5 3 4 5 ! ---- 4 ---- 1 !------ 4 ------3 !------ 4 ------ 1 !------ 5 ------ 1!



c. Patet Manyuro, lagunya : Kulu-kulu Barang. NG



Pangkat Saron : 3 5 3 4 3 5 3 1 ! ----- 5 ----- 2 !----- 5 ----- 4 !------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1!



d. Patet Sanga, lagunya : Kulu-kulu Kenong. NG Pangkat Saron : 4 3 5 2 4 3 2 ! ----- 1 ----- 3 !----- 1 ------ 5 !------ 1 ------ 3 !------ 1 ------ 2



e. Patet Singgul. NG Pangkat Saron : 1 2 1 2 3 1 2 3 ! ----- 2 ------ 4 !----- 2 ----- 1 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 3!



3. Posisi Bendrong. Di dalam posisi ini ada pertukaran tempat antara Pangaget ( III ) dengan Paneer ( V ). Hal ini disesuaikan dengan ketentuan tabuh yang sudah lazim di masyarakat/wiyaga Sunda. Tekhnik tabuhan ini terutama digunakan dalam gerakan sawilet?setengah wilet. Dengan demikian, maka rumus arkuh lagunya adalah : ! . V . I! .



V . I! . V .



III! . V



! . V . II ! . V . I I ! . V . III!



. V



. II ! . I!



Pangkat tiap patet jatuh pada Patokaning laras ( I ). a. Patet Nem, lagunya : Bendrong. NG Pangkat Saron : 4 3 2 2 4 3 2 4 3 2 1 ! ----- 5 ----- 1 !------ 5 ------ 1 !------ 5 ------ 3 !------ 5 ------ 2 ! ! ----- 5 ----- 2 !------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 !------ 5 ------ 1 ! b. Patet Loloran.



NG Pangkat Saron : 2 1 2 3 5 4 3 2 ! ------ 1 ----- 2 !------ 1 ------ 2 !------ 1 ------ 4 !------ 1 ------ 3 ! ! ------ 1 ----- 3 !------ 1 ------ 3 !------ 1 ------ 4 !------ 1 ------ 2 ! c. Patet Manyuro, lagunya : Waled. NG Pangkat Saron : 1 2 1 5 1 2 1 3 ! ------ 2 ----- 3 !------ 2 ------ 3 !------ 2 ------ 5 !------ 2 ------ 4 ! ! ------ 2 ----- 4 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 5 !------ 2 ------ 3 ! d. Patet Sanaga, lagunya : Bendrong Gede. NG Pangkat Saron : 5 2 1 5 1 2 3 4 ! ------ 3 ----- 4 !------ 3 ------ 4 !------ 3 ------1 !------ 3 ------ 5 ! ! ------ 3 ----- 5 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------1 !------ 3 ------ 4 ! e. Patet Singgul. NG Pangkat Saron : 3 2 3 1 2 3 4 5 ! ------ 4 ------ 5 !------ 4 ------ 5 !------ 4 ------ 2 !------ 4 ------ 1 ! ! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 2 !------ 4 ------ 5 ! 4. Posisi Banjaran. Rumus arkuh lagunya adalah : ! . III . V ! . III . I ! . III . V ! . III . II ! ! . III . V ! . III . I ! . III . V ! . III . II ! Pangkat tiap patet jatuh pada Renaning Laras ( IV ), kecuali dalam patet Sanga pangkat jatuh pada Panglangen ( II ). a. Patet Nem, lagunya : Banjaran. NG



Pangkat Saron : 2 3 5 1 4 5 3 4 ! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ----- 1 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 2 ! ! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ----- 1 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 4 ! b. Patet Loloran, lagunya : Cirebonan. NG Pangkat Saron : 2 3 2 1 5 3 4 5 ! ------ 1 ------ 2 !----- 1 ------ 2 !------ 1 ------ 4 !------ 1 ------ 3 ! ! ------ 1 ------ 3 !----- 1 ------ 3 !------ 1 ------ 4 !------ 1 ------ 2 ! c. Patet Manyuro, lagunya : Rancag. NG Pangkat Saron : 3 1 2 4 3 2 1 ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 ! ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 ! d. Patet Sanaga, lagunya : Bungur. NG Pangkat Saron : 3 3 4 4 3 3 4 5 3 4 5 ! ------ 3 ------ 4 !------ 3 ------ 4 !----- 3 ------1 !------ 3 ------ 5 ! ! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 5 !----- 3 ------1 !------ 3 ------ 4 ! e. Patet Singgul, lagunya : Banjaran Sanga. NG Pangkat Saron : 1 2 1 2 3 1 2 3 ! ------ 2 ----- 4 !------ 2 ------ 5 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 ! ! ------ 2 ----- 4 !------ 2 ------ 5 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 3 !



5. Posisi Panglima. Rumus arkuh lagunya adalah : ! . III . V ! . III . IV ! . III . V ! . III . II ! ! . III . V ! . III . IV ! . III . V ! . III . I ! Pangkat tiap patet jatuh pada Patokaning Laras ( I ).



a. Patet Nem, lagunya : Panglima / Senggot. NG Pangkat Saron : 5 5 4 4 5 4 3 3 5 5 1 ! ------ 3 ------ 5 !----- 3 ------ 4 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 2 ! ! ------ 3 ------ 5 !----- 3 ------ 4 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 1 ! b. Patet Loloran, lagunya : Senggot Gede. NG Pangkat Saron : 3 4 5 2 4 3 2 ! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ----- 5 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 3 ! ! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ----- 5 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 2 ! c. Patet Manyuro, lagunya : Sinyur. NG Pangkat Saron : 1 2 5 1 3 5 4 3 ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 ! ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 ! d. Patet Sanaga, lagunya : Barlen Gede. NG Pangkat Saron : 2 1 5 4 2 3 4 ! ------ 1 ------ 3 !------ 1 ------ 2 !----- 1 ------3 !------ 1 ------ 5 ! ! ------ 1 ------ 3 !------ 1 ------ 2 !----- 1 ------3 !------ 1 ------ 4 ! e. Patet Singgul. NG Pangkat Saron : 4 3 2 5 3 4 5 ! ------ 2 ------ 4 !------ 2 ----- 3 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 ! ! ------ 2 ------ 4 !------ 2 ----- 3 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 5 !



6. Posisi Karang Nunggal. Rumus arkuh lagunya adalah :



! . III . V ! . III . II ! . III . V ! . III



. IV !



! . III . V ! . III . II ! . III . V ! . III



. I!



Pangkat tiap patet jatuh pada Patokaning Larang ( I ). a. Patet Nem, lagunya : Karang Nunggal. NG Pangkat Saron : 3 1 2 4 3 2 1 ! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 2 !----- 3 ------ 5 !------ 3 ------ 4 ! ! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 2 !----- 3 ------ 5 !------ 3 ------ 1 ! b. Patet Loloran. NG Pangkat Saron : 4 2 3 2 5 1 2 ! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 3 !----- 4 ------ 1 !------ 4 ------ 5 ! ! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 3 !----- 4 ------ 1 !------ 4 ------ 2 ! c. Patet Manyuro, lagunya : Karang Nunggal Manyuro. NG Pangkat Saron : 2 5 1 3 5 4 3 ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 ! ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 ! d. Patet Sanaga, lagunya : Karang Nungal Sanga. NG Pangkat Saron : 2 1 5 4 2 3 4 ! ------ 1 ------ 3 !------ 1 ----- 5 !------ 1 ------3 !------ 1 ------ 2 ! ! ------ 1 ------ 3 !------ 1 ----- 5 !------ 1 ------3 !------ 1 ------ 4 ! e. Patet Singgul. NG Pangkat Saron : 4 2 3 5 3 4 5 ! ------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 3 ! ! ------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 5 ! 7. Posisi Samarangan.



Di dalam posisi ini da pertukaran tempat antara Pengaget ( III ) dengan Panoer ( V ). Hal ini disesuaikan dengan ketentuan tabuh yang sudah lazim di masyarakat / wiyaga Sunda. Ini terutama banyak digunakan dalam gerakan satu wilet / setengah wilet. Dengan demikian, maka rumus arkuh lagunya adalah : ! . V . II ! . V . II !



. III . V ! . III . IV !



! . V . IV ! . V . IV ! . III . V ! . III . II ! Pangkat tiap patet jatuh pada Panglangen ( II ), kecuali dalam patet Loloran pangkat jatuh pada Renaning Laras ( IV ). a. Patet Nem, lagunya : Samaran / Laraskonda.



NG Pangkat Saron : 3 2 1 2 4 3 2 ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ----- 2 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 4 ! ! ------ 5 ------ 4 !------ 5 ----- 4 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 2 ! b. Patet Loloran, lagunya : Jipang Lontang. NG Pangkat Saron : 2 2 3 3 2 2 3 5 3 4 5 ! ------ 1 ------ 5 !------ 1 ------ 5 !----- 4 ------ 1 !------ 4 ------ 3 ! ! ------ 1 ------ 3 !------ 1 ------ 3 !----- 4 ------ 1 !------ 4 ------ 5 ! c. Patet Manyuro, lagunya : Cala-culu / Mojang Geulis. NG Pangkat Saron : 3 2 1 4 2 3 4 ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 ! ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 !



d. Patet Sanaga, lagunya : Bendrong Petiti / Jipang Prawa. NG



Pangkat Saron : 3 2 1 5 4 5 5 ! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ----- 5 !------ 1 ------3 !------ 1 ------ 2 ! ! ------ 3 ------ 2 !------ 3 ----- 2 !------ 1 ------3 !------ 1 ------ 5 ! e. Patet Singgul, lagunya : Cawadan / Uceng. NG Pangkat Saron : 4 3 2 1 5 1 1 ! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ----- 1 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 3 ! ! ------ 4 ------ 3 !------ 4 ----- 3 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 ! Catatan : perlu diketahui bahwa dalam iringan gamelan Degung, cara tabuhan untuk posisi di atas ada perbedaan. 8. Puisi Angle. Rumus arkuh lagunya adalah : ! . V . I! !. V .



II !



. V . I ! . III . V ! . III . II ! . V . II ! . III . V ! . III . IV !



! . V . IV ! . V . IV ! . III . V ! . III . I ! Pangkat Patet Nem dan Loloran jatuh pada Patokaning Laras ( I ). Pangkat patet Manyuru jatuh pada Renaning Laras ( IV ). Pangkat patet Sanga dan Singgul jatuh pada Panglangen ( I ).



a. Patet Nem, lagunya : Angle / Renggong Jalan. NG Pangkat Saron : 1 1 5 2 4 3 2 1 ! ------ 5 ------ 1 !------ 5 ------ 1 !------ 3 ----- 5 !------ 3 ------ 2 ! ! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 2 !------ 3 ----- 5 !------ 3 ------ 4 ! ! ------ 5 ------ 4 !------ 5 ------ 4 !------ 3 ----- 5 !------ 3 ------ 1 ! b. Patet Loloran. NG



Pangkat Saron : 5 4 3 2 5 1 2 ! ------ 1 ------ 2 !------ 1 ----- 2 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 3 ! ! ------ 1 ------ 3 !------ 1 ----- 3 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 5 ! ! ------ 1 ------ 5 !------ 1 ----- 5 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 2 ! c. Patet Manyuro. NG Pangkat Saron : 4 5 4 3 2 4 5 1 ! ------ 2 ------ 1 !------ 2 ------ 1 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 ! ! ------ 2 ------ 3 !------ 2 ------ 3 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 ! ! ------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 4 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 !



d. Patet Sanga, lagunya : Angle Sanga / Renggong Gede / Saripolo. NG Pangkat Saron : 2 1 2 3 5 3 4 5 ! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 5 !----- 1 ------ 3 !----- 1 ------ 2 ! ! ------ 3 ------ 2 !------ 3 ------ 2 !----- 1 ------ 3 !------ 1 ------ 4 ! ! ------ 3 ------ 4 !------ 3 ------ 4 !----- 1 ------ 3 !------ 1 ------ 5 !



e. Patet Singgul. NG Pangkat Saron : 3 4 5 1 3 2 1 ! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 1 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 3 ! ! ------ 4 ------ 3 !------ 4 ------ 3 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 5 ! ! ------ 4 ------ 5 !------ 4 ------ 5 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 !



9. Posisi Renggong Gancang ( 2 patet ). Posisi Renggong Gancang ini adalah mempergunakan dua patet, yang masing-masing patetnya – yaitu patet yang pertama dan patet yang kedua – terselang oleh satu patet (berjarak satu patet), misalnya : papatet Nem (yang pertama) dengan patet Manyuro (yang kedua), dan seterusnya. Pangkat tiap patet jatuh pada Patokaning Laras ( I ). Rumus arkuh lagunya adalah : Patet yang ke dua ! ● III ● V ! ● III ● I ! ● III ● V ! ● III ● II !



Patet yang pertama ! ● III ● V ! ● III ● II ! ● III ● V ! ● III ● I !



a. Patet Nem = Manyuro, lagunya: Renggomg Gancang/ Bayubayu. Pangkat Saron :



NG 3



1



2



4



3



2



1



! ------ 5 ----- 2 !------ 5 ------ 3 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 ! ! ------ 3 ----- 5 !------ 3 ------ 2 !----- 3 ------ 5 !------ 3 ------ 1 !



(Keterangan : setelah pangkat Saron, maka patet yang digunakan adalah patet yang berikutnya atau patet yang kedua).



b. Patet Loloran +Sanga Pangkat Saron :



NG 3



4



5



4



3



1



2



! ------ 1 ----- 3 !------ 1 ------ 4 !----- 1 ------ 3 !------ 1 ------ 5 ! ! ------ 4 ----- 1 !------ 4 ------ 3 !----- 4 ------ 1 !------ 4 ------ 2 !



c. Patet Manyuro + Singgul, lagunya : Sanga Gancang Pangkat Saron :



NG 3



2



1



3



5



4



3



! ------ 1 ----- 3 !------ 1 ------ 4 !----- 1 ------ 3 !------ 1 ------ 5 ! ! ------ 4 ----- 1 !------ 4 ------ 3 !----- 4 ------ 1 !------ 4 ------ 2 !



d. Patet Sanga + Nem Pangkat Saron :



NG 1



3



2



4



2



3



4



! ------ 3 ----- 5 !------ 3 ------ 1 !----- 3 ----- 5 !------ 3 ------ 2 ! ! ------ 1 ----- 3 !------ 1 ------ 5 !----- 1 ----- 3 !------ 1 ------ 4 !



e. Patet Singgul + Loloran Pangkat Saron :



NG 2



3



4



3



2



1



5



! ------ 4 ----- 1 !------ 4 ------ 2 !----- 4 ----- 1 !------ 4 ------ 3 ! ! ------ 2 ----- 4 !------ 2 ------ 1 !----- 2 ----- 4 !------ 2 ------ 5 !



10. Posisi Belenderan (2 Patet) Di dalam posisi ini patet yang digunakan sama dengan posisi Renggong Gandeng di atas, hanya jalannya lagu berbeda dan fungsi Pangaget (III) dengan PAncer (V) pada patet yang ke dua bertukar tempat.



Pangkat tiap patet jatuh pada Panglangen (II) patet yang ke dua. Rumus arkuh lagunya adalah : Patet yang pertama ! ● III ● V ! ● III ● I ! ● III ● V ! ● III ● II !



Patet yang kedua ! ● V ● III ! ● V ● I ! ● V ● III ! ● V ● II !



a. Patet Nem + Manyuro, lagunya : Belenderan Pangkat Saron :



NG 03



13



22



33



4



! ------ 3 ----- 5 !------ 3 ------ 1 !----- 3 ------ 5 !------ 3 ------ 2 ! ! ------ 2 ----- 5 !------ 2 ------ 3 !----- 2 ------ 5 !------ 2 ------ 4 !



b. Patet Loloran + Sanga Pangkat Saron :



NG 3



2



1



2



3



4



5



! ------ 4 ----- 1 !------ 4 ------ 2 !----- 4 ------ 1 !------ 4 ------ 3 ! ! ------ 3 ----- 1 !------ 3 ------ 4 !----- 3 ------ 1 !------ 3 ------ 5 !



c. Patet Manyuro + Singgul Pangkat Saron :



NG 4



3



5



2



4



3



2



! ------ 1 ----- 3 !------ 1 ------ 4 !----- 1 ------ 3 !------ 1 ------ 5 ! ! ------ 5 ----- 3 !------ 5 ------ 1 !----- 5 ------ 3 !------ 5 ------ 2 !



d. Patet Singggul + Loloran Pangkat Saron :



NG 1



2



1



23



12



3



! ------ 2 ----- 4 !------ 2 ------ 5 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 ! ! ------ 1 ----- 4 !------ 1 ------ 2 !----- 1 ------ 4 !------ 1 ------ 3 !



11. Posisi Ombak Banyu Pada posisi ini tiap kenongan atau goongan diulang dua kali dua kali pangkat tip patet jatuh pada Renaning Laras (IV). Rumus arkuh lagunya adalah : ! ! : ● III ● V ! ● III ● II ! ● III ● V ! ● III ● IV: ! ! ! ! : ● III ● V ! ● III ● I ! ● III ● V ! ● III ● IV: ! !



a. Patet Nem, lagunya : Ombak Banyu Pangkat Saron : 05



15



NG 15



43



2 22 1 2



34



23 s



4