Karet Sintetis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, penggunaan karet sebagai produk untuk industri sudah banyak dipergunakan. Bahkan dalam kehidupan sehari hari pun karet sudah tidak asing lagi dimata masyarakat. Karena banyaknya penggunaan karet didunia, karet alami pun akhirnya tidak bisa mencukupi permintaan penggunaan karet. Maka itu diadakan penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kecukupan kebutuhan permintaan penggunaan karet. 1.2. Tujuan Dalam penyusunan makalah ini, beberapa tujuan yang akan kami capai, diantaranya: a. Mengetahui dan memahami proses pembuatan karet sintetis. b. Mengetahui dan memahami jenis jenis karet sintetis.. c. Memberikan informasi yang mendalam mengenai rubber. d. Memenuhi tugas mata kuliah Proses Manufaktur. 1.3. Sasaran Sasaran kami dalam penyusunan makalah ini adalah dapat membuat pembaca, umumnya masyarakat Indonesia dan khususnya Mahasiswa untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan rubber. . 1.4. Metode Penyusunan Dalam menyusun makalah ini, kami menggunakan beberapa literatur buku yang relevan dan buku–buku atau media yang mendukung kearah tercapainya tujuan dari penyusunan makalah ini seperti Browsing Internet, buku cetak, e-book, dan lain–lain. Selain itu, pendapat–pendapat atau opini–opini dan pemahaman dari personal penyusun kami jadikan sebagai ide penyusunan makalah ini.



Bab ll LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Singkat



Proses Manufaktur – Rubber



1



Sejarah karet bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1476. saat itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat memantul bila dijatuhkan ketanah. Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti bola. Pada 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut. seorang ahli dari Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Havea brasilienss yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil. Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet utama, dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini. Seorang ahli kimia dari Inggris pada tahun 1770 melaporkan bahwa, karet digunakan untuk menghapus tulisan dari pensil. sejak 1775 karet mulai digunakan sebagai bahan penghapus tulisan pensil, dan jadilah karet itu di Inggris disebut dengan nama Rubber (dari kata to rub, yg artinya menghapus), sebelumnya remah roti biasa digunakan orang untuk menghapus tulisan pensil. Pada dasarnya, nama ilmiah yang diberikan untuk benda yang elastis (menyerupai karet) ialah elastomer, tetapi sebutan rubber-lah lebih populer di kalangan masyarakat awam. Barang-barang karet yang diproduksi waktu itu selalu menjadi kaku di musim dingin dan lengket dimusim panas, sampai seorang yang bernama Charles Goodyear yang melakukan penelitian pada 1838 menemukan bahwa, dengan dicampurkannya belerang dan dipanaskan maka keret tersebut menjadi elastis dan tidak terpengaruh lagi oleh cuaca. Sebagian besar ilmuwan sepakat untuk menetapkan Charles Goodyear sebagai penemu proses vulkanisasi. Penemuan besar proses vulkanisasi ini akhirnya dapat disebut sebagai awal dari perkembangan industri karet. Pada waktu pendudukan jepang di Asia Tenggara dalam WWII, persediaan karet alam di negara sekutu menjadi kritis dan diperkirakan akan habis dalam waktu beberapa bulan. Pemerintah Amerika mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang sesudah Proses Manufaktur – Rubber



2



WWII berakhir pada 1945. Dalam jangka waktu 3 tahun sesudah berakhirnya WWII, sepertiga karet yag dikonsumsi oleh dunia adalah karet sintetik. Pada 1983, hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh dunia, sebaliknya, karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton dan terus bertambah hingga sekarang.



2.2. Pengertian Karet KARET karet merupakan bahan baku yang tidak terikat silang atau “cross linked” yaitu rantai polimer dengan sifat elastis pada suhu ruangan. Pada suhu lebih tinggi dan pengaruh tekanan akan enjadi lebih mudah mengalir, sehingga dapat dicetak. Bahan Proses Manufaktur – Rubber



3



baku karet ini dapat dijadikan elastomer, yaitu polimer yang elastis setelah ditambahkan bahan additive. ELASTOMER Elastomer merupakan bahan polimer yang telah diikat silang atau ter-vulkanisasi dan jika elastomer dipanaskan terus akan terdekomposisi. VULKANISASI Vulkanisasi merupakan proses perubahan struktur kimia karet dimana rantai polimer saling terikat. Akibat ikat silang, sifat elastis akan berubah menjadi lebih tidak terpengaruh oleh suhu. Vulkanisasi juga dapat merubah karet sehingga menjadi lebih kaku ELASTISITAS KARET Perbedaan sifat mekanik antara elastomer dengan temoplastik dan logam disebabkan oleh perbedaan mekanisme penyimpanan energi atau ‘energy storage mechanism’. Logam yang mengalami deformasi, kandungan energinya berubah sesuai dengan mekanisme perubahan jarak diantara atom-atomnya.



2.3. Jenis Karet Karet terbagi atas 2 jenis : 1. Karet alam 2. Karet sintetis Proses Manufaktur – Rubber



4



1. KARET ALAM Karet Alam atau Natural Rubber (NR) merupakan Karet yang mana berasal dari getah pohon karet yang berwarna susu yang merupakan cairan emulsi dari dispersi oil , lemak ,lilin , patipatian, dan protein Karet alam ialah jenis karet pertama yang ditemukan oleh manusia. setelah penemuan proses vulkanisasi yang membuat sifat karet menjadi tidak terpengaruh suhu, maka karet mulai degemari untuk digunakan, seperti sol sepatu, telapak ban, dll. salah satu sifat karet alam yang sampai saat ini sulit disaingi oleh sintetik ialah kepegasan pantul yang baik sekali, sehingga heat build up yang dihasilkan juga rendah, dan sifat ini sangat diperlukan untuk barang jadi karet (vulkanisat) yang kerjanya mengalami hentakan berulang-ulang, contok aplikasinya ialah ban truk dan ban pesawat terbang. Tetapi karet alam mempunyai kelemahan yang mengakibatkan mulai digemarinnya penggunaan keret sintetik, yaitu kurang tahan terhadap panas dan minyak. Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll. Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan ketahanan sobek. 2. KARET SINTETIS Jika karet didefinisikan sebagai bahan yang ditarik atau ditekan, kemudian beban dihilangkan, akan kembali ke bentuk semula dengan cepat, maka karet tidak hanya karet alam ada juga yang diperoleh dari sistetis. karet sintesis dimaksud disini adalah karret yang memerlukan vulkanisasi kimia. Sedangkan karet dengan vulkanisasi secara fisik disebut thermoplastic elasthomer. 2.4. Proses Pembuatan Karet Sintetis Tahapan proses pembentukan rubber :    



Compounding Mixing Shaping Vulkanisasi



Proses Manufaktur – Rubber



5



1) Compounding Compounding merupakan proses penambahan bahan tambah guna untuk menghasilkan bahan baku yang diinginkan. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam menentukan sifat2 tambahan dari suatu polimer/karet. Karena pada tahap inilah compounder meracik resepnya untuk menghasilkan bahan baku yang sesuai keinginannya/pesanan. Pengalaman dan pengetahuan compounder pada tahap ini sangat krusial untuk menghasilkan material yang berkualitas. 2) Mixing Proses pencampuran : a. ‘Open mill’ terdiri dari dua roll baja yang berdekatan mempunyai permuaan halus, diperkers, dan dipasang secara horizontal.kedua silinder ini bekerja berlawanan arah, bagian belakang berputar lebih cepat dri bagian yang depan untuk menciptakan gedekan dan penggilingan diantara mereka. Pencampuran dapat terjadi karena adanya gaya gesek yang ada diantara kedua silinder yang dapat diatur. b. ‘internal mixer’ merupakan ruang tertutup yang berisi dua rotor dengan jarak yang berdekatan demikian pula dinding bagian dalam. Rotor berptar berlawanan arah , pemanasan dan pendinginan diberikan oleh uap air atau air. Kelebihan dari cara ini adalah: diperolehnya dispersi bahan yang bagus serta waku pengadukan yang lebih singkat.



Proses Manufaktur – Rubber



6



3) Shaping / pembentukan Jenis Mesin Pembentuk Kompon Karet 1. Mesin Ekstruksi Karet (Ekstruder) Mesin ekstrusi karet / mesin ekstruder digunakan untuk membuat bentuk atau mencetak kompon karet menjadi panjang dengan profil bulat, empat persegi panjang, segitiga, dll, yang padat atau berongga. Bentuk akhir kompon sama dengan bentuk penampang rongga matris (die) yang digunakan. Kompon dilunakkan di dalam silinder (barrel) yang panas dengan menggunakan aksi mekanis sekrup yang berputar atau ram sehingga kompon mudah disemprotkan atau dikeluarkan melalui matris. Sekrup dan barrel merupakan unit penting (jantung) dari mesin ekstruder. Dinding barrel dan kadang-kadang bagian dalam sekrup mempunyai rongga yang dapat dialiri media pemanas dan pendingin. Unit-unit lain yang perlu diperhatikan pada mesin ekstruder, antara lain motor penggerak, unit pemanas dan pendingin, alat-alat transmisi, pengatur putaran, dan pelumasan, unit depan (screen, breaker plate, die), unit pemasukan kompon, dan bubuk (powder).



Proses Manufaktur – Rubber



7



Prinsip Screw Ekstrusion Bahan isian (kompon karet) dimasukkan ke dalam ekstruder melalui ”hopper” yang biasanya dilengkapi dengan ”feed roller”. Setelah memasuki sekrup melalui kantong umpan, bahan bergerak dan berputar melalui bagian-bagian sekrup, antara lain bagian umpan, kompresi, dan penglunakan. Ketinggian ulir pada bagian-bagian sekrup bervariasi, dan disesuaikan dengan perubahan fase bahan di dalam ”barrel” yang memuat volume ruang yang berbeda. Ulir paling tinggi terdapat pada bagian umpan dan ulir paling rendah terdapat pada bagian penglunakan. Bahan memperoleh energy panas dari pemanas barrel dan juga dari kerja mekanik sekrup yang berputar dan bergesekan dengan bahan di dalam barrel. 2. Mesin Kalender Karet Mesin kalender karet digunakan untuk: Membuat kompon karet yang panjang dan lebar (lembaran kompon), yang tebal dan tipis. Melapiskan kompon karet pada permukaan tenunan (coating). Memasukkan kompon karet ke dalam jaringan tenunan dengan cara menekan (frictioning). Melapiskan kompon karet pada permukaan tenunan yang telah difriksi



atau



tenunan berkaret (skimming). Melapis ganda lembaran karet atau tenunan berkaret (doubling). Membuat bentuk kompon karet (shaping) pada permukaan rol (profiling ataupun embossing). Cara pembentukan lembaran kompon karet adalah dengan menekan kompon karet atau tenunan berkaret di antara roll-roll dan mengatur arah dan besar putaran serta jarak roll. Putaran roll yang berbeda mengakibatkan friksi, dan putaran roll yang



Proses Manufaktur – Rubber



8



sama mengakibatkan sheeting (penekanan, pelapisan, dan penghalusan permukaan kompon karet).



3. Molding a. “Compression Molding” Membentuk benda dengan menempatkan karet yang belum tervulkanisasi pada cetakan. Kemudian cetakan ditutup dan ditekan dengan hidraulik dalam keadaan dipanaskan, maka akan mengalir memenuhi cetakan. Benda dibiarkan dalam keadaan tertutup untuk waktu dan suhu tertentu. Produk selanjutnya dilepaskan dari cetakan dan dibersihkan dari serpihan atau mold flash



b. “Transfer Molding” Berbeda dengan sistem kompresi, karet mentah ditransfer melalui lubang menuju ruang cetak. Aliran melalui lubang in akan menimbulkan panas sehingga mengurangi waktu tervulkanisasi



Proses Manufaktur – Rubber



9



c. “Injection Molding” Mirip dengan tarnsfer molding dimana karet mentah dialirkan dan ditekan melalui lubang nosel melalui ruang cetak. Karet mentah dimasukkan kedalam silinder panas dan diaduk dengan ulir menuju cetakan melalui nosel. Hasilnya produk dapat tervulkanisasi dengan lebih cepat biasanya dalam waktu 30-60 detik. Kelebihan lain adalah lebih hemat dalam penggunaan bahan baku karena lebih sedikit serpihan yang harus dibuang. Namun proses ini memerlukan biaya investasi mahal.



4) Teknik Vulkanisasi Setelah ‘green stock’ dibentuk sesuai dengan kebutuhan, bahan kemudian dikonversi menjadi benda yang diharap mempunyai sifat elastis. Biasanya vulkanisasi dilakukan dengan pemanasan dan tekanan dengan berbagai cara. untuk proses vulkanisasi ini sering dipakai senyawa belerang (sulfur) sebagai pengikat polimer karet tersebut.



Proses Manufaktur – Rubber



10



Vulkanisasi dengan tekanan, terdiri dari dua atau lebih plat, yang dapat dipanasi dengan listrik atau uap. Produk mold akan mengerut jika didinginkan ke suhu ruanagan. Koefisien termal ekspansi dari karet 10 kali lebih besar dibandingkan baja. Sedang koefisien termal ekspansi pada karet dipengaruhi oleh adanya filler. Pada umumnya akan memerlukan biaya besar untuk memperoleh ukuran yang tepat pada benda karet. Proses molding biasanya dapat berupa: compression, transfer atau injection molding. Vulkanisasi terbuka dilakukan dengan udara panas, sangat tidak efesien karena udara mempunyai koefisien perpindahan panas rendah, suhu yang tidak boleh terlalu tinggi karena akan ada oksidasi atau ‘aging’ pada karet. Selain itu dipergunakan pula uap air yang dilakukan dalam autoclave. Uap air lebih efisien, suhu dapat tinggi tanpa takut oksidasi, sehingga waktu vulkanisasi lebih cepat. Vulkanisasi kontinyu, karet dibentuk dan diikat silang dalam satu urutan operasi. Media ikat silang dapat berupa cairan, udara panas, uap, mikrowave, dan infra merah. Vulkanisai dingin, dipergunakan untuk benda tipis dilakukan pada suhu ruangan dikenakan dengan uap S2CL2 sulphur monochloride. Tetapi ‘curing agent’ ini telah diganti dengan ‘ultra accelerator’ yang menyebabkan vulkanisasi terjadi pada suhu ruangan.



2.5.



Macam-macam karet sintesis



1. Polisoprene rubbers , IR IR sintetis ini digunakan seperti halnya denagn NR, namun memerlukan bahan tambahan lebih banyak asam lemak, untuk memperoleh kecepatan vulkanisasi yang sama dengan NR.



Proses Manufaktur – Rubber



11



Produk vulkanisasi IR mempunyai sifat kurang terkristalisasi dibanding NR, sehingga lebih bagus untuk dipergunakan pada suhu rendah. Ketahanan terhadap bahan kimia dan pengusangan sama. 2. Styrene Butadiene Rubbers, SBR SBR diperlukan karena karet akan lebih tahan rusak, dan lebih keras. Produk vulkanisat dari SBR mempunyai kuat tarik lebih rendah dibanding NR. Hal ini karena tidak adanya kristalisasi ketika ditarik. Ketahanan dingin kurang jika dibanding dengan NR, tetapi ketahanan panas lebih bagus. 3. Polybutadiene Rubbers, BR BR sulit diproses dibanding NR dan SBR, sehingga biasanya BR digunakan bersama karet lain seperti NR, IR, atau SBR. Penambaha dipergunakan untuk memperbaiki ketahanan terhadap abrasi, kekenyalan dan fleksibilitas pada suhu rendah. Contoh : ditambahkan pada SBR sebagai ukiran pada ban dan untuk benda yang akan menerima beban mekanik dan pada suhu rendah. 4. Polynorbornene Rubber Untuk memperbaiki ketahanan terhadap ozon dan cuaca polynobernene harus ditambahkan atau dicampur dengan EPDM 5. Butyl Rubber, IIR Dalam bentuk tervulkanisasi mempunyai sifat : permeabilitas gas dan air rendah, isolasi listrik yang bagus, tahan ozon, tahan uap air, tahan bahan kimia, tahan minyak dan gas. Karet ini dapat digunakan untuk beban statik sedangkan kekuatan mekanik kurang jika dibandingkan NBR dan NR. Kegunaan IIR untuk ban dalam, bagian dalam dari bola, seal dan membrane, kabel, roll untuk printing, penutup bahan farmasi. 6. Ethylene-Propylene Rubber, EPM dan EPDM Sifat hasil vulkanisasi : tahan minyak rem non-petrolium, tahan air, panas/uap air, tahan asam basa, tahan silikon, alkohol, kurang tahan terhadap minyak mineral, hidrokarbon sintetis, pelumas organikester, dan bahan bakar hidrokarbon. Penggunaan pada berbagai jens produk seperti O-ring, gasket, seal jendela –pintu, isolasi kabel, penutup roller, ‘belt conveyor’, selang, pelapis anti air. 7. Acrylonitrile-Butadiene Rubber, NBR NBR mempunyai ketahanan terhadap petroleum, namun kurang tahan terhadap ozon. Agar tahan terhadap ozon NBR harus dicampur dengan PVC. Sifat tahanan listrik kurang namun akan tetap dipergunakan jika kabel memerlukan jaket yang tahan akan petroleum. Kurang tahan terhadap : cairan hidraulikdari ester posfat, minyak rem yang bukan berdasarkan petroleum, hidrokarbon aromatik, hidrokarbon terProses Manufaktur – Rubber



12



halogenasi, ketone, ester dengan berat molekul rendah, asam kuat dan bahan oksidator. Banyak digunakan untuk : bahan bersentuhan bahan bakar petroleum sebagai seal, gasket, diapragma, pipa karet, dan jaket kabel. 8. Hydrogenated Acrylonitrile-Butadiene Rubber, HNBR Sifat dalam keadaan tervulkanisasi : lebih tahan ozon, tahan air panas, tahan asam, dan tahan inhibitor korosi dari jenis amina. Penggunaan HNBR banyak dilapangan minyak, yang mempunyai kondisi sangat keras, dimana NBR, FPM konvensional dapat terdegradasi pada keadaan tersebut. 9. Chloroprene Rubbers, CR Sifat yang menonjol dari CR tervulkanisasi adalah :  Tahan ozon, penuaan, dan bahan kimia  Tidak mudah terbakar, tahan akan pelumas ester, silikon, dan ‘grease’  Mudah mengkristal pada suhu dingin sehingga memerlukan kombinasi  



polimer yang sesuai Dapat dipergunakan antara suhu -40 hingga 100 0C Sifat tahanan listrikkurang tetapi dapat dipergunakan sebagai jaket







kabel Tidak tahan terhadap bahan bakar petroleum, ester pospat,



hidrokarbon aromatik dan terkhlorinasi Penggunaan CR untuk : perakat, pipa karet, V-belt, pelapis tekstil, jaket kabel, bagian samping ban luar, gasket & seal,yang digunakan kontak dengan refrigeran, bahan kimia lunak, dan ozon diudara. 10. Chlorinated Polyethylene Rubber, CM Sifat setelah vulkanisasi, material menjadi tahan : oon, cuaca, korosif dan oksidator kimia. Kestabilan warna, tahan panas, tahan minyak, tidak mudah terbakar. Kekurangannya : rendahnya ‘compression set’ dan kurang fleksibel pada suhu rendah. Digunakan untuk isolasi kabel yang tahan kimia, tahan ozon dan tidak mudah terbakar. Penggunaan lain sebagai selang dan peralatan otomotif. 11. Chlorosuphonated Polyethylene Rubber, CSM Dalam keadaan tervulkanisasi mempunyai sifat : tahan ozon, tahan cahaya matahari, tahan sinar UV, tahan ‘silicon grease’. Permeabilitas gas rendah. Banyak dignakan untuk keperluan listrik seperti jaket kabel yang tahan panas, tidak mudah terbakar, tahan korosi, dan tahan minyak. Juga dupergunakan untuk membran, selang, roller, pelapis tangki. 12. Poliacrylate Rubber, ACM Sifat setelah tervulkanisasi : tahan panas, tahan ozon, oksigen, dan minyak pemanas industri. Proses Manufaktur – Rubber



13



Dipergunakan untuk gasket, O-ring, seal yang tahan panas minyak dan additif. 13. Ethylene-Acrylic Rubber, AEM Sifat tervulkanisasi : tahan panas, kuat tarik tinggi, tetap fleksibel hingga -300C. Kelebihan polimer ini tidak mengandung halogen Dipergunakan untuk pemakaian pada suhu rendah , sebagai seal, gasket, selang, jaket kabel untuk sistem pengapian. 14. Ethylene-Vinyl Acetate Rubber, EAM Sifat setelah tervulkanisasi : tahan ozon, cuaca, ‘compression set’ rendah pada suhu tinggi, dapat digunakan hingga suhu 150 0C dalam waktu singkat, tahan minyak, sebagai isolator listrik, fleksibilitas rendah pada suhu dingin EAM banyak digunakan untuk isolasi kabel bagian luar yang tahan terhadap : ozon, tahan cuaca, panas yang kering dan minyak 15. Fluorocarbon, FPM Sifat tervulkanisasi sangat bagus terhadap panas, tahan terhadap minyak, bahan bakar, minyak pelumas berbasis ester organik, cairan silikon, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon terhalogenasi. Kurang tahan terhadap pelarut polar, asam formiat, asam asetat, minyak pelumas berbasis glikol, amoniak & amina anhidros. Kurang bagus digunakan pada suhu rendah. Penggunaan FPM untuk : keadaan kritis pada suasana minyak, bahan kimia dan suhu tinggi, biasanya digunakan sebagai pada kondisi ekstrim : O-ring, seal, gasket, pipa bahan bakar, diapragma, jaket kabel. 16. Perfluorocarbon Rubbers, FFKM FFKM elastomer sangat mahal dan dipergunakan untuk pabrik kimia, kilang minyak, lapangan minyak dan instrumen analisis kimia. 17. Tetrafluoroethylene-Propylene Rubber, TFE/P Sifat hasil vulkanisasi mirip dengan FPM, tahan terhadap anti korosi amine, tahan air panas dan uap, minyak asam, petrolium oil & grease. Tidak tahan terhadap hidrokarbon aromatik, keton, ether, asam cuka, senyawa organik cuka. Digunakan untuk O-ring, seal pada operasi lapangan minyak, industri kimia. Penggunaan lain untuk rolller, pelapis selang, jaket kabel. 18. Silicon Rubbers, Q Vulkanisat dari karet-karet tersebut mempunyai sifat tahan minyak, bahan bakar, pelarut. Tahansuhu tinggi. Tahan terhadap bakteri, fungi, dan tanah. Permeabilitas terhadap gas merupakan tertinggi diantara elastomer. Kurang tahan terhadap degradasi yang disebabkan oleh asam, alkali dan uap air. Penggunaan sebagai isolasi listrik, kabel pengapian, gasket, O-ring, seal statik,pelindung oksigen, kontak dengan makanan, alat kedokteran, dan pelindung roller. Proses Manufaktur – Rubber



14



19. Polyurethane Rubbers, AU/EU Sifat vulkanisasi polyurerhane adalah:  Kuat tarik tinggi, tahan sobek, tahan abrasi paling baik dibanding 



elastomer lainnya Untuk jenis AU tahan degradasi disebabkan oksigen, ozon,karena ikatan jenuh, tetapi dapat terdegradasi untuk penggunaan diluar ruangan terutama daerah tropis, karena hidrolisis oleh bakteri atau



   



mikroba lainnya . Suhu pemakaian antara -25 hingga 1000C Permeabilitas terhadap gas rendah sebanding dengan IIR Tahan minyak, dan grease Mudah terhidrolisis dengan katalis asam atau alkali, pada suasana







alkalis karet ini dapat terkorosi walaupun pada suhu ruangan Polyurethane elastomer tidak disarankan untuk penggunaan pada cairan minyak rem berbasis glycols, cairan hidraulik ester pospat, hidrokarbon aromatik, hidrokarbon terkhlorinasi, keton seperti aseton,



MEK dan cyclohexanone Dipergunakan biasanya untuk aplikasi yang memerlukan ketahanan abrasi, ketahanan minyak dan pelarut atau keduanya. Digunakan dalam bentuk seal hidraulik , gasket, diapragma, selang, jaket kabel, ‘belt conveyor’, roda ‘roller skate’, sol sepatu berkualitas tinggi, dan pelapis kain. Pada penggunaannya harus memperhatikan masalah bahaya hidrolisis dan ketahanan akan panas. 20. Epichlorohydrin Rubber. CO, ECO, GECO Sifat vulkanisat bervariasi dengan tipe polimer.  CO mempunyai permeabilitas udara yang rendah kurang dari separuh 



dari IIR. Sulit terbakar lebih bagus dibanding ECO CO dan ECO tahan minyal dan hidrokarbon alifatik. Sifat tahanan







elektrik kurang bagus Suhu penggunaan CO antara -150C hingga 1300C dan ECO -400C







hingga 1200C GECO mirip dengan ECO, tetapi ketahanan panas dan compression







set lebih rendah Epichlorohydrin elastomer tidak tidak direkomendasikan untuk digunakan pada: aromatik, hidrokarbon terkhlorosi, ketone, ester,



minyak rem berbasis glikol, gasohol, gasoline asam, air panas. Digunakan untuk seal, gasket, diapragma, pipa karet, belt, jaket kabel listrik, pelapis tekstil, ‘prinying roll’. Penggunaaan kontak dengan logam harus memperhatikan bahwa polimer ini dapat bersifat korosif. Proses Manufaktur – Rubber



15



21. Propylene Oxide Rubber, GPO Sifat vulkanisasi menunjukkan: sangat kenyal atau ‘high’ resilence, tahan ‘flex-crack’, fleksibilitas pada suhu rendah bagus. Dipergunakan pada suhu antara -500 hingga 1200C. Untuk berbagai hal mempunyai sifat sama dengan NR tetapi mempunyai kelebihan dalam hal: tahan ‘heat aging’ dan ozon, lebih tahan terhadap minyak bumi dan hidrokarbon alifatik. Tetapi GPO tidak disarankan bersentuhan dengan bahan hidrokarbon aromatik, hidrokarbon terkhlorinasi, alkohol, ketone dan ester. GPO digunakan seperti jenis karet NR yaitu pada beban dinamis. 22. Polysulphide Rubbers, T  Ketahanan akan minyak dan grease bagus namun akan menurun pada   



suhu diatas 700C Ketahanan berbagai pelarut tergantung dari kandungan belerang. Tahan oksidasi, ozon, cahaya matahari dan cuaca pada umumnya Permeabilitas gas dan uap rendah tergantung dari kandungan



belerang  Suhu penggunaan antara -35 hingga 80 0C  Kekurangan: bau tak enak, sifat fisik buruk, ‘compression set’ buruk. Penggunaan elastomer polisufit: untuk pipa karet bahan bakar gasoline, dan aromatik, ‘printing roll’, diapragma, O-ring, sealant, ‘putties’, ‘paint spray’, gasket, kertas berlapis dan pengikat tutup botol(gabus). Jika kekurangan pada sifat tersebut diatas dapat teratasi, aplikasi akan berpotensi lebih besar. 23. Polyphosphazene Rubber, FZ dan PZ Sifat yang jelas dari FZ adalah sebagai berikut:  Daerah pengoperasian yang luas  Tahan oksigen, ozon, dan tidak mudah terbakar  Tahan ‘compression set, flex fatique, & damping, tear, abrassion’.  Tahan berbagai cairan pelarut  Tidak dapat dipergunakan pada suhu 175 0C pada waktu panjang. Dipergunakan untuk: O-ring, gasket, ‘shaft seal’, selang, peredam kejut untuk pesawat terbang, alat militer, lapangan minyak, petrokimia. Kebutuhan akan bahan ini akan meningkat tetapi harga bahan ini mahal. 24. Thermoplastic Elastomer, TPE Kelebihan :  Tidak memerlukan komponding, sehingga memrlukan biaya proses      



lebih rendah Siklus injeksion molding sangat cepat, juga akan menurunkan biaya Kebanyakan TPE mempunyai densitas rendah Konsistensi bahan lebih bagus dari pada karet tervulkanisasi Dapat diproduksi dengan dimensi yang teliti Tidak menimbulkan asap beracun selama proses Mempunyai ‘compression set’ dan ketahanan akan suhu yang tinggi



Proses Manufaktur – Rubber



16



Kekurangan : karena memiliki titik leleh, maka membatasi penggunaan hanya pada sekitar suhu servis. Kekerasan rendah dan terbatas. Memerlukan pengeringan sebelum diproses ,hal yang tidak umum untuk tarik biasa. 25. Thermoplastic polyurethane elastomer ,YAU dan YEAU Kestabolan panas dan kompresionset dari TPE ini kurang bagus dibandingkan dengan type yang terikat silang, namun sifat dasar lain sama.penggunaan TPE ini sama dengan karet AU , EU yang terikat silang 26. Ether-ester blok kupolimer, YBPO Sifat dari YBPO dapat diurutkan sebagai berikut  Kekerasan tinggi  Mempunyai sifat mekanik bagus  Tahan degredasi oleh oksigen dan ozon tetapi terdegredasi karena 



sinar UV Tahan minyak bumi,hidrocarbon alifatik,kurang tahan hidrolisis pada



suhu tinggi  Tidak direkomendasikan untuk cairan hidraulik ester pospat Penggunaan YBPO untuk selang, seal,gasket,berbagai benda cetak,jaket kabel,benda berlubang tipis,dan sol sepatu olahraga. 27. Ether-amide blok kopolimer Digunakan untuk selang, kabel sebagai jaket dan benda cetak.biasanya digunakan untuk keadaan khusus mengingat harganya yang mahal 28. Styrene-Dien blok kopolimer ,YSBR,YSIR Digunakan sebagai sol sepatu, selang, isolasi kabel, sebagai jaket, perekat berbasis pelarut dan panas, sealant,alat olahraga, dan mainan. 29. Styrene –etylene butylene blok kopolimer ,SEBS Mempunyai sifat lebih tahan terhadap ozon dan oksigen dan lebih kuat pada suhu lebih tinggi 30. Elastomer berbasis paduan polyolefin Mempunyai ketahanan akan panas dan minyak bagus, sehingga dapt dipergunakana untuk selang, kabel, alat otomotif, seal, gasket,pelapis tekstil, dan lembaran.



Dengan berkembangnya kebutuhan disebabkan berkembangannya ilmu pegetahuan dan teknologi, terasa bahwa penggunaan karet-karet yang ada saat ini mempunyai keterbatasan tertentu, sehingga dapat diramalkan bahwa akan banyak jenis karet baru yang akan tersedia dimasa mendatang dengan berbagai keunggulannya masing-masing. Setiap jenis karet mempunyai sifat yang kadang tidak ditemukan pada jenis karet Proses Manufaktur – Rubber



17



yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada jenis karet yang paling baik, semua tergantung penggunaannya.



Bab lll KESIMPULAN



Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Teknologi karet sendiri semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari industri ini. Ada dua jenis karet yang biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam (natural rubber) merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang merupakan polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Saat ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam jauh di bawah karet sintetis. Kedua jenis karet ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Karet alam memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik, tidak mudah panas dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Karet sintetis lebih tahan terhadap berbagai bahan kimia dan harganya relatif stabil. Contoh karet sintetis yang banyak digunakan yaitu styrene butadiene rubber (SBR) Untuk mengubah sifat fisik dari karet dilakukan proses vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses pembentukan ikatan silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, meningkatkan elastisitas dan menurunkan plastisitas. Suhu adalah faktor yang cukup penting dalam proses vulkanisasi, namun tanpa adanya panas pun karet tetap dapat divulkanisasi. Proses Manufaktur – Rubber



18



Daftar Pustaka



1.



A Nnasiri S Johan, karet, tangerang, sentra teknologi polimer, 2008.



2.



Ullman’s encyclopedia of industrial chemistry, editor elvers, B, et.al., vol A23, 1993. VCH



3.



Encyclopedia of polimer science and engineering, 14, john wiley & sons, second edition.



4.



Rubber as engineering material. Nangdi, K., hansier



5.



www.google.com/RUBBER/a1pengolahan%20karet%20_%20Habibie's%20P ersonal%20Blog.htm



6.



www.google.com/RUBBER/a164-jenis-karet.htm



7.



http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/vulkanisasi_karet/



Proses Manufaktur – Rubber



19