KARYA TULIS ILMIAH Ida [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN SENAM KAKI UNTUK PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUMULEK TAHUN 2020



HIDAYATUL AINI NIM. P07120117019



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN MATARAM TAHUN 2020



KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN SENAM KAKI UNTUK PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUMULEK TAHUN 2020 Diajukan Untuk enyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan Mataram



HIDAYATUL AINI NIM. P07120117019



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN MATARAM TAHUN 2020



PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tanngan dibawah ini: Nama



: Hidayatul Aini



NIM



: P07120117019



Program studi : DIII Keperawatan Mataram Institusi



: Politeknik Kesehatan Mataram Kementrian Kesehatan RI



Menyatakan dengan sebanarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulisan ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. ...............,...... ............... 2020 Pembuat Pernyataan



Hidayatul Aini NIM. P07120117019



Mengetahui, Pembimbing I



Pembimbing II



Akhmad Fathoni, S., KP.,M.Kes NIP.197208132000031001



H. Jubair, SKM,M.Kes NIP.196310161989032001



LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah oleh HIDAYATUL AINI NIM. P07120117019 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Senam Kaki Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyumulek



Tahun 2020” telah disetujui untuk diuji di depan



dewan penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020 pada tanggal:



Mengetahui, Pembimbing I



Pembimbing II



Akhmad Fathoni, S., KP.,M.Kes NIP.197208132000031001



H. Jubair, SKM,M.Kes NIP.196310161989032001



LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah oleh HIDAYATUL AINI NIM. P07120117019 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Senam Kaki Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyumulek Tahun 2020” telah dipertahankan di depan dewan penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020 pada: Hari



:



Tanggal



: Mengesahkan: Ketua Jurusan Keperawatan Mataram



Rusmini, S.Kep,Ns., MM NIP. 197010161989032001 Tim Penguji, 1. Drs. H. Zulkifli, S.Kep.,MMKes.,MM NIP. 19590629198103005



:



Penguji I



2. Akhmad Fathoni, S.Kp.,M.Kes NIP.197208132000031001



:



Penguji II



3. Jubair, SKM.,M.Kes NIP. 196310161989032001



:



Penguji III



KATA PEGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Senam Kaki Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pada pAsien Diabtes Melitus Tipe 2” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.



Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.



2.



Ibu Rusmini, S.Kep. Ns.,MM. selaku Ketua Jurusan Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.



3.



Bapak H. Moh. Arip, S.Kp.,M.Kes. Selaku Ketua Program Studi D.III Keperawatan Mataram di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.



4.



Bapak Drs. H.Zulkifli,S.Kep.,MMKes.,MM. Selaku penguji saya yang telah memerikan banyak masukan dan arahan untuk mengenai peneltian saya, yang selalu memotivasi untuk lebih baik kedepannya dalam Kaya Tulis Ilmiah ini.



5.



Bapak Akhmad Fathoni, S.kp.,M.kes. Sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan penuh kesabaran penuh kasih sayang dan memberikan motivasi serta saran-saran yang bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.



6.



Bapak Jubair, SKM.,M.kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan saran dan bimbingannya serta motivasi demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.



7.



Dosen-dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.



8.



Kedua orang tua tersayang terima kasih atas kasih sayang, do’a, dukungan dan pengorbanannya, sehingga penulis bisa tetap semangat dan terus maju dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.



9.



Semua teman-teman seperjuangan D.III Keperawatan Mataram angkatan 2019/2020



kelas A DIII, terima kasih atas suport dan dukungan dalam



penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahawa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Demikian, semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.



Mataram, Januari 2020 Penulis



ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN SENAM KAKI UNTUK PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUMULEK LATIHAN ABDOMINAL STRETCHING UNTUK MENURUNKAN NYERI PADA REMAJA PURTI DENGAN DISMINOREA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAKRA TAHUN 2020 Hidayatul Aini1, Akhmad Fathoni, S.Kp.,M.Kes2, Jubair, SKM.,M.Kes3 Mataram Jl. Kesehatan V/10 Mataram Telp. (0370) 621383 Email: [email protected]



Dismenorea membuat wanita tidak bisa beraktivitas secara normal dan memerlukan resep obat. Keadaan tersebut menyebabkan menurunnya kualitas hidup wanita, sebagai contoh mahasiswi yang mengalami dismenorea primer tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang dirasakan. Dismenorea primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalami dan 15% wanita diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latihan abdominal stretching terhadap penurunan skala nyeri disminorea pada remaja putri di wilayah kerja puskesmas sakra. Penelitian ini dilakukan terhadap satu responden. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus. Penelitian ini merupakan pengamatan atau pengambilan data mengenai penerapan latihan abdominal stretching pada remaja yang mengalami disminorea di wilayah kerja puskesmas sakra pada tahun 2020. Hasil penelitian ini intensitas nyeri menurun setelah melakukan latihan abdominal stretching sebanyak tiga kali yang dilakukan seminggu selebum menstruasi, nyeri responden menurun dari skala nyeri 7 (nyeri berat) menjadi nyeri skala 5 (nyeri ringan). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh latihan abdominal stretching terhadap penurunan nyeri disminorea remaja putri. Remaja putri yang mengalami disminorea hendaknya melakukan latihan abdominal stretching agar dapat mengurangi nyeri disminorea sehingga dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Kata kunci: Disminorea, Latihan Abdominal stretching, remaja 1Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram 2,3Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… A. Latar Belakang........................................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................................... C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................... D. Manfaat Studi Kasus ................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ A. Konsep Penyakit Diabetes Melitus............................................................ B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus...................................... C. Terapi Senam Kaki.................................................................................... D. Hubungan Senam Kaki dengan Penurunan Kadar Gula Darah................. BAB III METODE STUDI KASUS .................................................................. A. Rancangan Studi Kasus............................................................................. B. Subyek Studi Kasus................................................................................... C. Focus Studi................................................................................................ D. Definisi Oprasional Studi Kasus............................................................... E. Instrumen Studi Kasus............................................................................... F. Tempat dan Waktu ................................................................................... G. Pengumpulan Data..................................................................................... H. Penyajian data............................................................................................



I. Etika Studi Kasus...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... LAMPIRAN



Daftar Tabel Tabel 4.1



Observasi gerakan responden ..................................................



Grafik 4.1



Observasi nyeri menstuasi responden pada saat sebelum dan setelah dilakukan teknik latihan abdominal stretching.............. Daftar Grafik



Gambar 2.1



Cat



Gambar 2.2



Stretch................................................................................. Cat



Gambar 2.3



Stretch................................................................................. Cat



Gambar 2.4



Stretch................................................................................. Lower Truck



Gambar 2.5



Rotation................................................................ Lower Truck



Gambar 2.6



Rotation................................................................ Buttock/Hip



Gambar 2.7



Stretch.................................................................... Curl



Gambar 2.8



Up...................................................................................... Curl



Gambar 2.9



Up...................................................................................... Lower Abdominal



Gambar



Strertching.................................................... Lower Abdominal



2.10 Gambar



Strertching.................................................... The Bridge



2.11



Position...................................................................



Daftar Gambar



Daftar Lampiran Lampiran 1.



Penjelasan Sebelum Penelitian



Lampiran 2.



Lembar Persetujuan (Informed Consent)



Lampiran 3.



Panduan Dalam Latihan Abdominal Stretching



Lampiran 4.



Kuesioner Asuhan Keperawatan Dengan Latihan Abdominal Stretching Untuk Mengurangi Nyeri Pada Remaja Putri Dengan Dismenorea



Lampiran 5. Format Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Dismenorea



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada pembuluh basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arif Mansyoer, 1997 : 580). Diabetes milletus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan



berkembangnya



komplikasi



makrovaskuler,



mikrovaskuler,



dan



neurologis. Diabetes milletus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau hormonal karena gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C. Long, 1996:4) Menurut World Health Organization (WHO), diabetes melitus merupakan penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insulfisiensi fungsi insulin, yang dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Diabetes Melitus juga disebut dengan “Silent Killer” dikarenakan diabetes adalah penyakit yang dapat membunuh seseorang secara perlahan atau diam-diam. Diabetes bisa disebut pula dengan “Mother Of Disease” karena merupakan pembawa atau induk dari penyakit seperti jantung, stroke, hipertensi, gagal ginjal dan kebutaan. Diabetes Melitus merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia..



Diabetes melitus apabila tidak tertangani secara benar, maka dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Ada dua komplikasi pada DM yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi kronik terdiri dari komplikasi makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler. Penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer merupakan jenis komplikasi makrovaskular, retinopati, nefropati, dan neuropati merupakan jenis komplikasi mikrovaskuler (Nur, 2017) Dalam Nur 2017, Retinopati adalah terganggunya retina mata sehingga terjadi kebutaan secara parsial maupun permanen (Fox, dkk, 2010). Apabila retina terganggu, maka otak tidak dapat memproses gambar yang dilihat oleh mata. Retinopati sulit dideteksi karena gejalanya berjalan lambat. Keluhan yang timbul akibat kerusakan mata adalah sebagai berikut: pada penglihatan mata terlihat bayang jaring laba-laba, bayangan ke abu-abuan, pandangan kabur, tidak dapat membaca karena pandangan kabur, di tengah lapangan pandang terdapat titik gelap atau kosong, pada penglihatan seperti ada selaput merah, mata terasa nyeri, lingkaran terang mengelilingi obyek yang dilihat, terdapat perubahan garis vertikal yang terlihat, dan kebutaan (Tandra, 2008). Untuk mencegah diabetes, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan cara mengubah gaya atau pola hidup yang sehat sejak sekarang. Ada beberapa langkah yang dilakulan untuk memulai gaya hidup sehat, antara lain, mengatur berat badan, mengganti sanck dengan buah dan sayur, berhenti merokok dan berolahraga. Salah satu olahraga yang dapat dilakukan yaitu Senam kaki dimana dapat membantu memperbaiki sirkulasi



darah yang terganggu dan memperkuat otot-otot kecil pada pasien diabetes dengan neuropati. Selain itu dapat memperkuat otot betis dan otot paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya deformitas. Berdasarkan pengertian senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (S,Sumosardjuno,1986 dalam Widianti A & Artikah P, 2010). Senam kaki juga dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kak. Selain itu juga dapat meningkatkan kekuatan otot betis, oto paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Senam kaki yang konsisten dapat menghindari cedera fisik, mengurangi resiko ulkus kaki dan kemungkinan infeksi serta amput (Brasher,2014). Sebagaimana telah terbukti bahwa pencegahan dan pengelolaan yang baik dari kaki yang diabetik dapat mengurangi amputasi sekitar 49-85%, oleh karena itu sangat penting untuk senam kaki (Helmanu & Hurrahmani, 2015)



Menurut Internasional Diabetes Federasi (IDF, 2017) menyatakan bahwa 425 juta dari total populasi seluruh dunia, atau sekitar 8,8% orang dewasa berumur 20-79 tahun merupakan penderita diabetes. Pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta. Hampir 80% orang diabetes terdapat di negara berpenghasilan rendah dan menengah.



Di Indonesia sendiri, berdasarkan data terbaru Riset Kesehatan Dasar 2018, secara umum angka prevalensi diabetes mengalami peningkatan cukup signifikan selama lima tahun terakhir. Tahun 2018 angka diabetes melonjak menjadi 8,5%. Data tersebut juga mengungkapkan bahwa Indonesia menempati pringkat ke-6 sebagai jumlah penderita diabetes dewasa tertinggi di dunia dengan total lebih dari 10,3 juta orang. Angka ini diprediksikan akan terus mengalami peningkatan dan mencapai 16,7 juta pada tahun 2045. (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupeten Lombok Barat 2019 masyarakat yang terkena penyakit Diabetes Melitus estimasi umur diatas 15 tahun dimana perempuan lebih tinggi dibandingkan lelaki yaitu 4.408 jiwa, sedangkan laki-laki sekitar 4078 jiwa. Sehingga total jiwa yang terkena kasus Diabetes Melitus pada tahun 2019 sekitar 8.486 jiwa. Sementara data dari Puskesmas Banyumulek menyatakan bahwa penderita kasus diabetes mellitus pada tahun 2018 yaitu 597 jiwa. Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala puskesmas Banyumulek yang dilaksanakn pada tanggal



27 Desember 2019 menyatakan bahwa kasus



diabetes mellitus tiap tahun meningkat ungkapnya dan total pada tahun 2019 kasus Diabetes mellitus menjadi 612 jiwa yang terkena Diabetes Melitus. Penanganan pada diabetes melitus dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yaitu senam kaki yang dapat dilakukan pada pada daerah kaki. Senam kaki ini juga mudah dilakukan dan alat yang digunakan juga mudah didapat selain mudah, biaya yang dikeluarkan untuk senam kaki ini juga murah dan mudah



dijangkau untuk masyarakat ke yang ekoniminya ke bawah. Selama ini Penanganan diabetes melitus kepada pasien di Puskesmas Banyumulek ini dengan menggunakan terapi farmakologi dan



melaksanakan program senam



lansia yang dilaksanakan 1x dalam satu bulan. Seiring dengan berjalannya waktu program senam, masih banyak orang ditemukan mengeluh kesemutan, dan gula darahnya meningkat. Sedangkan untuk program senam kaki DM belum pernah diterapkan pada pasien Diabetes Melitus tipe II. Teknik ini merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan kadar gula darah sehingga perlu dilakukan penelitian senam kaki terhadap penurunan gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan dengan senam kaki untuk mengurangi kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Asuhan keperawatan dengan pemberian Senam Kaki untuk menurunkan kadar Glukosa Darah pada pasien Diabetes Melitus tipe II di puskemas Banyumulek Lombok Barat”. B. Rumusan Masalah Bagimanakah asuhan keperawatan dengan pemberian senam kaki terhadap penurunan gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II ?.



C.



Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum



Tujuan studi kasus pada karya tulis ini adalah “Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian senam kaki untuk penurunan kadar gula darah pada pasien deiabetes melitus tiper II di wilayah kerja Puskesmas Banyumulek.” 2. Tujuan Khusus a) Melakukan pengkajian pada pasien diabetes melitus tipe II di wilayah kerja puskesmas Banymulek. b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe II di wilayah kerja puskesmas Banymulek. c) Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe II di wilayah kerja puskesmas Banymulek. d) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe II di wilayah kerja puskesmas Banymulek.. e) Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe II di wilayah kerja puskesmas Banymulek.



3.



Manfaat Studi Kasus 1. Pasien/keluarga Pasien dan keluarga dapat melakukan senam kaki secara mandiri dirumah saat ada keluarga yang menderita diabetes milletus II.



2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan



Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan senam kaki dalam menurunkan kadar gula darah dalam darah pada pasien dengan diabetes milletus II. 3. Bagi instansi kesehatan Menambah informasi kepada tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan dedukasi dan kominkasi tentang senam kaki dalam menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus II. 4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data acuan pada peneliti selanjutnya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep Pemyakit Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II 1. Pengertian Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Brunner & Suddart 2013). Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai



kelainanmetabolik



akibat



gangguan



hormonal



yang



menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada pembuluh basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arif Mansyoer, 1997 : 580). 2. Klasifikasi menurut Brunner & Suddarth (2013) a. Tipe 1 (dulu disebut dengan Diabetes Melitus Tergantung Insulin) Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1. Tipe ini ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas, akibat faktor genetic, imonologis, dan mungkin juga lingkungan (misalnya virus). Injeksi insulin diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah. Awitan diabetes tipe 1 terjadi secara mendadak, biasanya sebelum usia 30 tahun. b. Tipe 2 (Dulu Disebut Dengan Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin)



Sekitar 90% sampai 95% pasien menyandang diabetes melitus diabetes tipe 2. Tipe ini disebebkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resitensi insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang diproduksi. Pertama-tama, diabetes tipe 2 ditangani dengan diet dan olahraga, dan juga dengan agens hipoglemik oral sesuai kebutuhan . Diabetes tipe dua sering dialami oleh pasien di atas usia 30 tahun dan pasien yang obes. 3. Etiologi a. DM tipe I Diabetes



yang



tergantung



insulin



ditandai



dengan



penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh : 1) Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I 2) Faktor imunologi (autoimun) 3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta b. DM tipe II Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan keluarga. Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 (Sudoyo Aru, dkk 2009) yaitu 200 mg/dL (11,1 mmol/L) b. Glikosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu c. Gejala klasik DM+glukosa plasma > 126 mg/dL (7,0 mmo/L). puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam d. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO < 200 mg/dL (11.1 mmo/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air.



6. Komplikasi a.



Akut 1) Ketoasidosis diabetic 2) Hipoglikemi 3) Koma non ketotik hiperglikemi hyperosmolar 4) Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari diikuti peningkatan rebound pada pagi hari ) 5) Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar glukosa pada pagi hari )



b.



Komplikasi jangka panjang



1) Makroangiopati a) Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis ) b) Penyakit vaskuler perifer c) Stroke 2) Mikroangiopati a) Retinopati b) Nefropati c) Neuropati diabetik. (Price and Wilson, 2000) 7. Penatalaksanaan menurut Brunner & Suddarth (2013) a. Penatalaksanaan medis Tujuan utama terapi adalah menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah guna mengurangi munculnya komplikasi vascular dan neropatik. Tujuan teapeutik pada setiap tipe diabetes adalah untuk mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa disertai hipglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Ada 5 komponen penatalaksanaan diabetes : nutrisi, olahraga, pemantauan, terapi farmakologis, dan edukasi. 1) Terapi primer untuk diabetes tipe 1 adalah insulin 2) Terapi primer untuk diabetes tipe 2 adalah penurunan berat badan 3) Olahraga penting untuk meningkatkan keefektifan insulin 4) Penggunaan agens hipoglikemik oral apabila diet dan olahraga tidak berhasil mengontrol kadar gula darah. Injeksi insulin dapat digunakan dikondisi akut.



5) Meningkatkan terapi bervariasi selama perjalanan penyakit karena adanya perubahan gaya hidup dan status fisik serta emosional dan juga kemajuan terapi, terus kaji dan S modifikasi rencana terapi serta lakukan penyesuaian terapi setiap hari. Edukasi diperlukan untuk pasien dan keluarga. a. Penatalaksanaan nutrisi 1) Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan darah dalam kisaran normal (atau seaman mungkin mendekati normal) dan profil lipid dan lipoprotein dan menurunkan resiko penyakit vaskuler; mencegah, atau setidaknya memperlambat, munculnya komplikasi kronik; memenuhi kebutuhan nutrisi individu; dan menjaga kepuasan untuk makan hanya pilihan makanan yang terbatas ketika bukti ilmiah yang ada mengindikasikan demikian. 2) Rencana makan harus mempertimbangkan pilihan makanan pasien, gaya hidup, waktu biasanya pasien makan, dan latar belakang etnis serta budaya pasien. 3) Bagi pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol kadar gula darah, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada sesi makan. 4) Edukasi awal membahas pentingnya kebiassan makan yang konsisten, keterkaitan antara makanan dan insulin, dan penetapan rencana makan individual. Selanjutnya, edukasi lanjut berfokus



pada keterampilan manajemen, seperti makan di restoran; membaca label makanan; dan menyesuaikan/mengatur rencana makan untuk olahraga, kondisi sakit, dan acara-acara khusus. b. Penatalaksanaan keperawatan Penatalaksanaan keperawatan untuk pasien penyandang diabetes dapat mencakup banyak macam gangguan fisiologis, bergantung pada kondisi kesehatan pasien atau apakah pasien baru terdiagnosis diabetes atau tengah mencari perawatan untuk masalah kesehatan lain yang tidak terkait. Karena semua pasien penyandang diabetes harus menguasai konsep dan keterampilan yang diperlukan untuk penatalaksanaan jangka panjang serta untuk menghindari kemungkinan komplikasi diabetes, landasan pendidikan yang solid mutlak diperlukan dan menjadi focus asuhan keperawatan yang berkelanjutan. B. Asuhan keperawatan pasien diabetes melitus Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang di dapat dari klien (sumber data primer), data yang di dapat dari orang lain (sumber data sekunder), catatan kesehatan klien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan orang yang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian dasar [ CITATION Hid12 \l 1033 ].



Pengkajian yang dialkukan menurut menurut Doengoes (2000) 1. Pengkajian.



a. Aktivitas/Istirahat. Gejala: Kelemahan,letih, sulit bergerak/berjalan. Kram otot, tonus otot menurunn. Gangguan tidur/istirahat. Tanda: Takikardia, dan takipnea pada keadaan isitirahat atau dengan aktiviats. Letargi atau disorientasi,koma. Penurunan kekuatan otot.



b. Sirkulasi Gejala: 1) Adanya riwayat hipertensi: IM akut. 2) Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ektremitas. 3) Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda: a) Takikardia. b) Perubahan tekanan darah postural: Hipertensi. c) Nadi yang menurun atau taka da. d) Disritmia. e) Krekels: DVJ (GJK). f) Kulit panas, kering, dan kemerahan: Bola mata cekung. c. Integritas ego Gejala: 1) Stress: tergantung pada orang lain.



2) Masalah pinansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda: a) Ansietas, peka rangsang. d. Eliminasi Gejala: 1) Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia 2) Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi). ISK baru atay berulang. 3) Nyeri tekan abdomen. 4) Diare. Tanda : a) Urina encer, pucat, kuning: poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat). b) Urine berkabut, bau busuk (infeksi). c) Abdomen keras, adanya asites. d) Bising usus lemah dan menurun: hiperaktif (diare). e. Makanan/cairan Gejala: 1) Hilang nafsu makan. 2) Mual atau muntah. 3) Tidak mengukuti diet: peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat.



4) Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu. 5) Haus. 6) Penggunaan diuretik (tiazid). Tanda: a) Kulit kering atau bersisik, turgor jelek. b) Kekakuan atau distensi abdomen, muntah. c) Pembesaran tiroid (peningkata kebutuhan metabilok dengan peningkatan gula darah ). d) Bau halitosis atau manis, bau buah (nafas aseton). f. Neurosensori Gejala: 1) Pusing atau pening. 2) Sakit kepala. 3) Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia. 4) Gangguan penglihatan. Tanda: a) Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor, koma (tahap lanjut). Gangguan memori (baru,masa lalu): kacau mental. b) Reflek tendon dalam (RTD) menurun (koma). c) Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA). g. Nyeri atau ketidak nyamanan Gejala:



1) Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat). Tanda: a) Wajah meringis dengan palpitasi: tampak sangat berhati- hati. h. Pernapasan Gejala: 1) Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulent (tergantung adanya infeksi atau tidak). Tanda: a) Lapar udara. b) Batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi). c) Frekuensi pernafsan. i. Keamanan Gejala: 1) Kulit kering, gatal : ulkus kulit. Tanda: a) Demam, diaporisis. b) Kulit rusak, lesi atau ulserasi. c) Menurutnya kekuatan umum atau rentang gerak. d) Parestesia atau paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan ( jika kadar kalium menuurn dengan cukup tajam). j. Sekualitas . Gejala:



1) Rabas vagina (cenderung infeksi). 2) Masalah inkoten pada pria: kesulitan orgasme pada wanita. k. Pembelajaran/penyuluhan Gejala: 1) Faktor risiko keluaraga: DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat. 2) Penggunaan obat seperti seteroid, diuretik (tiazid) : Dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). 3) Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. 4) DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 5,9 hari.



i. Pemeriksaan Diagnostik. 1) Glukosa darah: meningkat 200-100 mg/dl 2) Aseton Plasma (keton) :positif secara menyolok 3) Asam lemak bebas : Kadar Lipid dan kolestrol meningkat 4) Osmomalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 300 mOsm/I 5) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. 6) Kalium :Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler). selanjutnya akan menurun. 7) Fospor : Lebih sering menurun. 8) Hemoglobin Glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat.



9) Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan PH rendah dan penurunan



pada



HCO3



(Asidosis



Metabolik)



dengan



kompensasi Alkalosis respiratorik. 10) Trombosit darah : Ht mungkin



meningkat (dehidrasi),



leukositosis , hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stres atau infeksi. 11) Ureum/kreatinin:



Mungkin



meningkat/normal



(dehidrasi/penurunan fungsi ginjal). 12) Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari Diabtetes mellitus (Diabetik ketoasidosis). 13) Pemriksaan fungsi teroid: Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. 14) Urine: Gula dan Asetan positif, berat jenis dan osmomalitas mungkin meningkat. 15) Kultur dan sensitivitas: Kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, infeksi pernafasan, dan infeksi pada luka 1. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang bisa muncul menurut Dongoes (2000) a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Dieuretik osmotik ( dari hiperglikemia). Kehilangan gastrik yang berlebihan dan masukan yang dibatasi dengan ditandai adanya peningkatan haluraran urine, urine encer, kelemahan, penurunan berat badan dll.



b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme ditandai dengan adanya kurang minat terhadap makanan, penurunan berat badan, kelemahan, kelelahan dll. c. Kurang



pengetahuan



berhubungan



dengan



kurang



pemajanan/pengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi. Ditandai dengan pertanyaan/meminta informasi, mengungkapkan maasalah, ketidakakuratan megikuti instruksi, terjadinya komlikasi yang dapat dicegah. 2. Intervensi Keperawatan menurut Doengeoes (2000) a. Kekurangan volume cairan dapat berhubungan dengan : Diuresis osmotic (dari hiperglikemia), kehilangan gastrik berlebihan, diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental. Tujuan dan Kriteria Hasil



No 1



1)



Mendemonstrasikan hidrat adekuat dibuktikan oleh



2)



Tanda vital stabil.



3)



Nadi perifer dapat diraba.



4)



Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.



5)



Haluran urine tepat secara invidu.



6)



Kadar elektrolit dalam batas normal



Intervensi Rasional Dapatkan riwayat pasien/orang Rasional terdekat



sehubungan



lamanya/intensitas



dari



:



Membantu



dalam



dengan memperkirakan kekurangan volume gejala total. Tanda dan gejala mungkin



seperti muntah, pengeluaran urine sudah ada pada beberapa waktu yang sangat berlebihan



sebelumnya. Adanya proses infeksi mengakibatkan keadaan



demam



dan



hipermetabolik



yang



menignkat kehilangan air tidak 2



kasatmata. Pantau tanda-tanda vital, catat Hipovolemia adanya perubahan TD ortostatik



dapat



dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.



Perikaraan



berat



ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk.



3



Pola



nafas



pernafasan



seperti



adanya Paru-paru



mengeluarkan



asam



kusmaul



atau karbonat melalui pernafasan yang



pernafasan berbau keton



menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris



terhadap



ketoasidosis. berbau



keadaan



Pernafasan



keton



yang



berhubungan



pemecahan asam aseton-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus 4



terkoreksi. Frekuensi dan kualitas pernafasan, Koreksi hiperglikemia dan asidosis penggunaan otot bantu nafas dan akan



menyebabkan



pola



dan



adanya



periode



apnea



dan frekuensi



munculnya sianosis.



pernafasan



mendekati



normal. Tetapi peningkatan kerja pernafasan



dangkal,



cepat



munculnya



dan



pernafasan sianosis



mungkin merupakan indikasi dari kelelahan pernafasan dan/ munkin pasien



itu



kehilangan



kemampuannya untuk melakukan 5



Suhu,



warna



kulit



kompensasi pada asidosis. dan Meskipun demam, menggigil dan



kelembabannya



diaphoresis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan



kulit



yang



kemerahan,



kering mungkin sebagai cerminan 6



Kaji



nadi



kapiler,



dan dehidrasi. pengisian Merupakann indikator dari tingkat



perifer,



turgor



kulit,



dan dehidrasi, atau volume sirkulasi



membrane mukosa.



b. Nutrisi,



Perubahan:



yang adekuat.



Kurang



dari



kebutuhan



tubuh



dapat



berhubungan dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein atau lemak. Tujuan dan Kriteria Hasil 1)



Mencerna jumlah kalori /nutrient yang tepat



2)



Menunjukkan tinkat enegri biasanya.



3) Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya/ yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.



No 1



Intervensi Rasional Timbang berat badan setiap hari Mengkaji atau sesuai dengan indikasi



pemasukan



makanan



yang adekuat (termasuk absorpsi dan utilisasinya).



2



Tentukan program diet dan pola Mengindentifikasi kekurangan dan makan pasien dan bandingkan meyimpangan dengan



makanan



yang



dapat terapeutik



usus,



catat Hiperglikermia



dari



kebutuhan



dihabiskan pasien. 3



Auskultasi adanya



bising nyeri



kembung,



abdomen/perut keseimbangan



mual,



muntahan elektrolitdapat



makanan yang belum dicerna,



pertahankan



dan



gangguan



cairan



dan



menurunkan



sempat mortilitas/fungsi lambung (distensi keadaan atau ileus paralitik) yang akan



puasa sesuai dengan indikasi



memepengaruhi saluran pencernaan dan memerlukan pengobatan secara simptomatik.



4



Berikan



makanan



mengandung



zat



cair



yang Pemberian makanan melalui oral



makanan lebih baik jika psien sadar dan



(nutrient) dan elektrolit dengan fungsi gastrointestinal baik. segera jika psien sudah dapat mentoleransinya



melalui



pemberian cairan melalui oral. Dan



selanjutnya



mengupayakan



terus pemberian



makanan yang lebih padat sesuai dengan yang dapat ditoleransi 5



Identifikasi



makanan



disukai/dikhendaki kebutuhan etnik/kultural.



yang Rasional : Jika makanan yang termasuk disukai pasien dapat dimasukkan kedalam perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang.



6



Libatkan keluarga pasien pada Meningkatkan rasa keterlibatannya, perencanaan makan ini sesuai memberikan dengan indikasi



keluarga



informasi untuk



pada



memahami



kebutuhan nutrisi pasien.Catatan berbagai metode bermanfaat untuk perencanaan



diet



meliputi



pergantian daftar menu, sistem perhitungan kalori, indeks glikemia atau seleksi awal menu.



c. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar) Mengenal Penyakit, Proknosis, dan kebutuhan pengobatan. Dapat dihubungkan dengan: Kurang pemahaman / mengingat kesalahan interpretasi informasi. Tujuan dan kriteria hasil



1. Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit. 2. Mengidentifikasi



hubungan



tanda/gejala



dengan



proses



penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab. 3. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan 4. Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan. No 1



Intervensi Rasional Ciptakan lingkungan yang saling Menanggapi dan memperhatikan percaya dengan mendengarkan perlu diciptakan



sebelum pasien



penuh perhatian, dan selalu ada bersedia mengambil bagian dalam untuk pasien. 2



proses belajar.



Bekerja dengan pasien dalam Rasional menata



tujuan



belajar



diharapkan 3



:



Partisipasi



dalam



yang perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama pasien dengan



prinsip-prinsip yang dipelajari Pilih berbagai strategi belajar, Penggunaan cara berbeda tentang seperti teknik demonstrasi yang mengakses informasi meningkatkan memerlukan



keterampilan



dan pencerapan



pada invidu yang



biarkan



pasien belajar.



mendemonstrasikan



ulang,



gabungkan keterampilan baru ini kedalam rutinitas rumah seharihari 4



Demonstrasikan cara pemeriksaan Melakukan pemeriksaan gula darah gula darah dengan menggunakan oleh diri sendiri 4 kali atau lebih “finjer stick” dan beri kesempatan dalam



setiap



harinya



pasien untuk mendemonstrasikan memungkinkan fleksibilitas dalam kembali,



instruksikan



pasien perawatan



diri,



meningkatkan



untuk pemeriksaan keton urinenya kontrol dalam gula darah dengan jika glikosa darah lebih tinggi lebih 250/dL.



ketat



(misalnya,



mg/dL)



dan



60-150 dapat



mencegah/mengurangi perkembangan komplikasi jangka panjang.



5



Diskusikan tentang rencana diet, Kesadaran



tentang



pentingnya



penggunaan makanan tinggi serat kontrol diet akan membantu pasien dan cara melakukan makan diluar dalam rumah



merencanakan



makan/mentaati dapat



program.



memperlambat



Serat absorbs



glukosa yang akan menurunkan



fluktasi kadar gula dalam darah, tetapi



dapat



ketidaknyamanan cerna.



Flatus



menyebabkan pada



saluran



meningkat



mempengaruhi



dan



absorbs



vitamin/mineral. 6



Diskusikan



faktor-faktor



yang



Informasi ini akan meningkatkan



memegang peranan dalam kontrol pengendalian terhadap DM dan DM tersebut, seperti latihan fisik dapat



sangat



menurunkan



(aerobik, versus isumetrik), stress, berulangnya kejadian ketoasidosis. pembedahan dan penyakit tertentu



Catatan: Latihan aerobik (sepeeti berjalan, berenang) meningkatkan kefektifan penggunaan insulin yang menurunkan kadar gula darah dan



7



memperkuat sistem kardiovaskuler. Buat jadwal latihan/ aktivitas Waktu latihan/olahraga tidak boleh seperti olahraga/ senam kaki DM bersamaan waktunya dengan kerja dan identifikasi hubunga dengan puncak insulin. Makanan kudapan penggunaan insulin yang perlu harus menjadi perhatian.



diberikan



sebelum



atau



selama latihan sesuia kebutuhan dan



rotasi



injeksi



harus



menghindari kelompok otot yang akan digunakan untuk aktivitas (mis. Daerah abdomen lebih dipilih



daripada paha atau lengan sebelum melakukan



senam



kaki/jogging



serta berenang) untuk mencegah 8



percepatan ambilan insulin. pentingnya Mencegah/mengurangi komplikasi



Instruksikan



pemeriksaan secra rutin pada aki yang dan



perawatan



kaki



tersebut. neuropati



Demosntrasikan pemeriksaaan kaki



cara gangguan



berhubungan



dengan



perifer



dan/atau



sirkulasi



terutama



selulitis, ganggren, dan amputasi



.



3. Implementasi keperawatan Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi keperawatan dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: a. Independent, yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. b. Interdependent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerjasama dari tenaga kesehatan lainnya. c. Dependen, berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis/instruksi dari tenaga medis.[ CITATION Sua13 \l 1033 ] 4. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil



akhir yang teramati dan tujuan atau criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.[ CITATION Sua13 \l 1033 ] a. Pasien paham tentang penyakitnya dan bagaimana prosedur penanganan mandiri yang baik dan benar. b. Pasien sudah menjalani kehidupannya dengan lebih terbuka serta menerima kondisinya. c. Pasien tidak lagi mengalami mual muntah sehingga kebutuhan nutrisi dan berat badannya kini sudah kembali normal seperti sebelum-sebelumnya saat pasien merasa sangat bertenaga. d. Pasien dapat berbagi kecemasannya sehingga perasaannya selalu tenang, damai, dan merasa bahagia. e. Aktivitas pasien yang sempat tertunda sudah kembali berjalan normal karena pasien mengatasi gejala sakitnya dengan bik. f. Pasien patuh dalam menjauhi hal-hal yang dapat memperburuk kondisi tubuhnya. g. Pasien menjalani pola hidup bahagia banyak bersyukur sehingga emosi yang sering kali mengganggu kehidupan pasien hingga mengalami stress berat kini dapat dikendalikan dengan baik. h. Pasien menjalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi baik dan olah raga teratur. i. Pasien bisa berbagi pengalaman sakitnya hingga membuat keluarga atau orang-orang terdekat dilingkungannya mengikuti anjurannya untuk menjalani pola hidup sehat dan bahagia.



C. Terapi Senam Kaki untuk Pasien Diabetes Melitus 1. Pengertian Senam Kaki senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu



melancarkan



peredaran



darah



bagian



kaki



(S,Sumosardjuno,1986 dalam Widianti A & Artikah P,2010). Senam kaki juga dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu juga dapat meningkatkan kekuatan otot betis, oto paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Senam kaki yang konsisten dapat menghindari cedera fisik, mengurangi resiko ulkus kaki dan kemungkinan infeksi serta amput (Brasher,2014). Sebagaimana telah terbukti bahwa pencegahan dan pengelolaan yang baik dari kaki yang diabetik dapat mengurangi amputasi sekitar 4985%, oleh karena itu sangat penting untuk senam kaki (Helmanu & Hurrahmani, 2015) 2. Fungsi senam kaki Adapun fungsi senam kaki adalah sebagai berikut: a. Memperbanyak/ memperbaiki sirkulasi darah. b. Memperkuat otot-otot kecil. c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha. e. Membatasi keterbatasan gerak sendi. f. Meningkatkan kebugaran klien (Widianti, 2010).



3.



Manfaat Senam Kaki a. Memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. b. Meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha. c. Mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. (Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Hal: 119)



4. Indikasi senam kaki Senam kaki dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetes mellitus tipe 1 maupun tipe. Tetapi sebaiknya senam kaki ini disarankan kepada penderita untuk dilakukan semenjak penderita di diagnosis



diabetes



mellitus



sebagai



tindakan



pencegahan



(Widianti,2010) 5. Kontra indikasi a. Penderita mengalami perubahan fungsi fisiologi seperti dispneu atau nyeri dada. b. Orang yang defresi, khawatir atau cemas (Widianti,2010). 6. Tehnik prosedur senam kaki a. Persiapan alat 1) Kursi ( jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk). 2) 2 lembar Koran. b. Persiapan klien 1) Kontrak waktu dan topik. 2) Kontrak tempat. 3) Menjelaskan tujuan dilaksanakan senam kaki.



c. Persiapan lingkungan 1) Ciptakan lingkungan yang nyaman. 2) Jaga privacy pasien. d. Prosedur senam kaki 1) Persiapan alat Cuci tangan 2) Langkah 1 :. Posisikan klien duduk tegak dikursi dengan nyaman serta kedua kaki menyentuh lantai (Purwanto, 2014)



Gambar 1 posisi pasien tegak lurus 3) Langkah 2 : 1. Tumit 2. Ujung kaki/Jari kaki 2



1



Letakkan tumit dilantai, kemudian jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu di bengkokkan kembali kebawag seperti cakar ayam. Gerakan ini dilakukan sebanyak (2 Set 10 Revitasi)



Gambar 2 Tumit diletakkan dilantai



4) Langkah 3 :



2



1. Tumit 2. Ujung kaki/jari kaki 3. Telapak Kak Letakkan salah satu tumit dilantai, angkat telapak kaki ke atas, pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan dilantai kemudian tumit dinaikkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulaangi sebanyak (2 set 10 repitasi)



Gambar 3 Angkat telapak kaki ke atas 5) Langkah 4 1. Tumit 2. Jari kaki 3. Telapak kaki 2 3



1



Gambar 4 Ujung kaki di angkat



Tumit kaki diletakkan dilantai, Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakan kaki sebanyak (2 set 10 Repitasi)



6) Langkah 5:.



1 3



2



1. Ujung kaki 2. Tumit 3. Pergelangan kaki Jari- jari diletakn dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak ( 2 set 10 repitasi)



Gambar 5 tumit diangkat, buat gerakan memutar. 7) Lanhkah 6: 1. Jari Kaki Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut lalu gerakkan ujung kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali kelantai



1



Gambar 6 Luruskan pada salah satu kaki 8) Langkah 7: 1. Ujung kaki



1



Luruskan salah satu kaki diatas kemudian angkat kaki ttersebut lalu gerakkan ujung kaki menjauh dari wajah lalu turunkan kembali ke lantai.



9) Langkah ke 8 :



1



2



1. ujung kaki 2. Pergelangan kaki Angkat kedua kaki lalu luruskan, pertahankan posisi tersebut, Gerakan pergelngan kaki ke depan dan belakang. Ulangi pergerakan sebanyak (2 set 10 repitasi)



Gambar 8 angkat kedua kaki secara bergantian 10) Langkah 8:



1



1. ujung kaki luruskan kaki dan angkat, putar aki pada pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki angka 0-10 lakukan juga pada kaki kiri. Gambar 9 angkat kedua kaki membentuk angka



11) Langkah 9



1



1. Koran Bentuk Koran menjadi bola dengan kedua belah kaki, buka kembali dan robek koran menjadi 2 bagian dan kecil-kecil, pindahkan kumpulan sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekan pada koran yang utuh dan bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola. Gambar 10 Bentuk koran menjadi bola menjadi



kecil D. Pengaruh Pemberian Senam Kaki dengan Penurunan Kadar Gula Darah Salah Satu tindakan yang diberikan untuk menurunkan Gula Darah pada pasien diabetes adalah senam kaki, senam kaki ini sangat dianjurkan untuk pasien diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropathy di kaki, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan tubuh pasien. Gerakan dalam senam kaki diabetes seperti yang disampaikan dalam 3rd National Diabetes Educators Training Camp tahun 2005 dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah di kaki. Mengurangi



keluhan dari neuropathy sensorik seperti: rasa pegal, kesemutan, gringgingen di kaki. Penelitian yang di lakukan oleh Anggraini (2017), berpendapat bahwa senam kaki yang dilakukan oleh penderita DM berpengaruh pada penurunan kadar gula darah sewaktu. Pengaruh senam kaki terhadap kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe II terjadi karena senam kaki menyebabkan peningkatan kontraksi otot ektremitas bawah seperti otot fleksor hip, fleksor-ektensor knee dan utamanya otototot penggerak ankle (dorsal fleksor, plantar fleksor, invertor, dan evertor) serta otot intrinsik jari-jari kaki. Kontraksi otot tersebut menyebabkan peningkatan Ca2+, AMP, ROS, dan mekanis sementara insulin memberikan sinyal terhadap insulin receptor substrate dan PI 3-kinase yang menyebabkan kerjasama antara insulin dan latihan untuk memfosforilasi AS160 dan TBC1D1 dalam mengaktivasi translokasi GLUT4 sehingga dapat meningkatkan ambilan glukosa dalam otot. Peningkatan translokasi GLUT4 ini akan meningkatkan kapasitas ambilan glukosa dalam jaringan. Di dalam jaringan, glukosa akan diubah menjadi ATP (energi). Semakin banyak ekspresi GLUT4 maka jumlah glukosa dalam darah menjadi berkurang karena meningkatkan glukosa darah yang diangkut ke dalam jaringan (Stanford & Goodyear, 2014 cit Hikmasari, 2016). Peneliti melakukan pengukuran kadar gula darah sewaktu, kemudian peneliti mendemonstrasikan teknik senam kaki kepada responden, setelah itu peneliti mengintruksikan responden untuk melakukan senam kaki. Metode ini dilakukan selama 4 kali dalam 1



minggu dengan rentang waktu 30 menit setiap melakukan senam kaki, kemudian peneliti mengukur kembali kadar gula darah responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita kadar gula darah sewaktunya menurun. Penurunan kadar gula darah sewaktu ini sebagai salah satu indikasi terjadinya perbaikan diabetes melitus yang dialami. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Graceistin Ruben Dkk (2016), dimana metode yang diberikan yaitu senam kaki direkomendasikan dilakukan dengan intensitas moderat (60-70 maksimum heart rate), durasi 30-60 menit, dengan frekuensi 3-5 kali per minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam. Hasilnya dari responden yang melakukan senam kaki dengan baik dan benar secara teratur relatif memiliki nilai kadar gula darah