Kasus Dishidrosis [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rosy
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS CASE REPORT



Seorang Anak Perempuan Berusia 11 Tahun Dengan Dyshidrotic Eczema Dermatitis



Penyusun Rosy Syajarotudduroh , S.Ked,



J510185125



Pembimbing dr. Retna Ika Suryaningrum, Sp.KK



PRODI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA OKTOBER 2019



HALAMAN PENGESAHAN Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS CASE REPORT Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta



Judul



: Seorang Anak Perempuan Berusia 11 Tahun Dengan Dyshidrotic Eczema Dermatitis



Penyusun



: Rosy Syajarotudduroh , S.Ked,



J510185125



Pembimbing : dr. Retna Ika Suryaningrum, Sp.KK



Ponorogo, 29 Oktober 2019 Penyusun,



Rosy Syajarotudduroh, S.Ked Menyetujui, Pembimbing



Dr. Retna Ika Suryaningrum, Sp.KK Mengetahui, Kepala Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran UMS



Dr. Iin Novita N.M, M.Sc, Sp.PD



ii



SEORANG ANAK PEREMPUAN BERUSIA 11 TAHUN DENGAN DYSHIDROTIC ECZEMA DERMATITIS Rosy Syajarotudduroh1, Retna Ika Suryaningrum2 1



Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2 Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Hardjono S. Ponorogo



ABSTRAK Dishidrosis eksema atau dermatitis dishidrosis atau pomfoliks merupakan dermatitis tipe vesikular pada jari, telapak tangan dan kaki. Prevalensi pomfoliks di Amerika Serikat adalah 5% dari seluruh penyakit eksema pada tangan. Insidensi puncak penyakit ini terjadi pada pasien usia 20-40 tahun, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi pada usia remaja ataupun pada usia lebih tua. Berdasarkan beberapa penelitian penyakit ini lebih sering terkena pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 2 : 1. Mekanisme mengenai terjadinya pomfoliks atau dermatitis dishidrosis sendiri masih belum jelas. Hipotesis paling awal mengemukakan bahwa lesi-lesi vesikel yang timbul pada dermatitis dishidrosis disebabkan oleh ekskresi keringat yang berlebihan (excessive sweating). Seorang pasien anak perempuan usia 11 tahun menderita pomfoliks atau dermatitis dishidrosis. Gejala klinis yang ditemukan berupa gatal yang dirasakan di sela jari pada kedua kaki. UKK pada pasien ini berupa makula hipopigmentasi batas tegas dengan krusta, pus dan eksoriasi diatasnya.. Penatalaksanaan diberi pengobatan oral dengan kombinasi cefadroxil 500mg dan lameson 4mg diracik menjadi sediaan kapsul serbuk terbagi dengan aturan minum 2x/hari selama 7 hari dan mebhydroline sirup 2x/hari. Pasien di anjurkan untuk kontrol setelah satu minggu dari kunjungan awal. Kata kunci: dermatitis dishidrosis, UKK



1



yang timbul pada dermatitis dishidrosis tidak berkaitan dengan saluran kelenjar keringat. Walaupun demikian, hiperhidrosis (keringat berlebihan) merupakan salah satu tanda yang terlihat secara khas pada 40% penderita dermatitis dishidrosis (istilah dishidrosis datang dari gejala berkeringat banyak/salah berkeringat).



PENDAHULUAN Dishidrosis eksema atau dermatitis dishidrosis atau pomfoliks merupakan dermatitis tipe vesikular pada jari, telapak tangan dan kaki. Penyakit ini merupakan dermatosis yang dapat dalam keadaan akut, rekuren, dan kronik, yang dikarakteristikan dengan adanya vesikel “tapioca-like” yang gatal dengan onset tiba-tiba, dan pada keadaan lanjut dapat ditemukan fisura dan likenifikasi. Penggunaan istilah dermatitis dishidrosis pada penyakit ini sebenarnya tidak tepat karena dishidrosis mengindikasikan adanya gangguan pada kelenjar keringat yang tidak dijumpai pada penyakit ini. Pengunaan istilah tersebut didasarkan oleh gejala klinis berupa telapak tangan yang berkeringat.



Dermatitis dishidrosis dikaitkan dengan riwayat atopi, dimana sekitar 50 % penderita dermatitis dishidrosis juga menderita dermatitis atopik. Faktor- faktor eksogen seperti: (1) kontak terhadap nikel, balsam, kobalt, (2) sensitivitas terhadap besi yang teringesti, (3) infeksi oleh dermatofita dan (4) infeksi bakteri juga dapat memicu dermatitis dishidrosis. Antigen-antigen ini dapat bertidak sebagai hapten dengan afinitas spesifik terhadap protein di stratum lusidum daerah palmar dan plantar. Ingesti ion metal seperti kobalt akan menginduksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4, serta mengaktivasi limfosit T melalui jalur independen antigen leukosit. Pengikatan hapten tersebut terhadap reseptor jaringan dapat menginisiasi munculnya vesikelvesikel di daerah palmar/plantar.



Prevalensi pomfoliks di Amerika Serikat adalah 5% dari seluruh penyakit eksema pada tangan. Insidensi puncak penyakit ini terjadi pada pasien usia 20-40 tahun, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi pada usia remaja ataupun pada usia lebih tua. Berdasarkan beberapa penelitian penyakit ini lebih sering terkena pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 2 : 1. Mortalitas tidak pernah dilaporkan sehubungan dengan pomfoliks tetapi dalam keadaan berat penyakit ini dapat menganggu aktivitas. Suatu penelitian di Turki menunjukkan adanya prevalensi pomfoliks yang lebih tinggi pada musim panas.



Diagnosa pomfoliks ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran ruam, dimana penyakit ini terjadi selama beberapa minggu dengan gejala adanya rasa gatal pada vesikel baru dan rasa nyeri pada fisura dan lesi sekunder akibat infeksi. Gambaran ruam pada onset awal adalah vesikel berukuran kecil (1 mm). Bulla kadangkadang dapat dijumpai. Pada onset lanjut, dijumpai papul, likenifikasi, fisura yang nyeri, dan erosi akibat pecahnya vesikel. Lesi sekunder akibat infeksi dikarakteristikkan dengan pustul, krusta, selulitis, limfangitis, dan limfadenopati yang sangat nyeri. Distribusi dari ruam adalah 80



Mekanisme mengenai terjadinya pomfoliks atau dermatitis dishidrosis sendiri masih belum jelas. Hipotesis paling awal mengemukakan bahwa lesi-lesi vesikel yang timbul pada dermatitis dishidrosis disebabkan oleh ekskresi keringat yang berlebihan (excessive sweating). Namun sekarang hipotesis ini sudah tidak digunakan lagi karena lesi-lesi vesikular



2



% pada tangan dan kaki, dimana tempat predileksi dimulai dari bagian lateral jarijari, telapak tangan, telapak kaki dan pada keadaan lanjut pada bagian dorsal jari-jari.



Kelamin RSUD Dr. Hardjono Ponorogo pada tanggal 28 oktober dengan keluhan utama bintil-bintil kecil merah disertai rasa gatal pada kedua kaki sejak ± 4 hari yang lalu. Empat hari yang lalu, lesi berupa bintil-bintil kecil pasien mengeluh rasa gatal. Pasien menggaruk karena tidak tahan dengan rasa gatal tersebut, akibatnya bintil bintil tersebut menjadi lecet.



Berdasarkan gambaran klinis, pomfoliks dapat didiagnosis banding dengan dermatitis kontak alergi yang biasanya mengenai permukaan dorsal bukannya permukaan volar, dan dengan dermatofitosis yang dapat dibedakan dengan pemeriksaan KOH akar vesikel dan pembiakan yang tepat.



Keluhan ini pernah dialami pasien pada bulan April 2019 dan sudah di obati dan sembuh. Namun 4 hari ini tiba tiba muncul kembali dan tidak diketahui sebabnya. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.



Untuk penatalaksanaan pomfoliks, pengobatan yang diberikan dimulai dengan kompres dingin yang dapat membantu mengeringkan vesikel dan bula, diikuti dengan pemberiaan kortikosteroid topikal potensi tinggi (contoh: clobetasol propionate). Berdasarkan dua penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa penggunaan imunosupresan dapat membantu keberhasilan pengobatan (metotreksat, mofetil mikofenolat). Pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan jika dicurigai adanya infeksi. Selain pemberian obat-obatan, pasien harus diberitahu akan kemungkinan kambuh dan harus melindungi tangan dan kakinya dari keringat yang berlebihan, bahan kimia, sabun keras, dan perubahan cuaca.



Pada pemeriksaan keadaan umum pasien tampak baik, vital sign dalam batas normal, dan status generalis pasien semua dalam batas normal. Pada status dermatologis didapatkan UKK makula hipopigmentasi batas tegas dengan krusta, pus dan eksoriasi diatasnya. Pasien didiagnosa sementara dengan pomfoliks.



Pomfoliks merupakan penyakit yang sering kambuh tetapi dapat terjadi remisi spontan dalam 2-3 minggu. Interval serangan bisa terjadi dalam minggu atau bulan. Pada beberapa orang pomfoliks dapat menjadi kronik. LAPORAN KASUS Seorang anak perempuan, berusia 11 tahun, pekerjaan pelajar, suku jawa, datang berobat Ke Poliklinik Kulit dan



Pasien didiagnosa banding dengan pomfoliks dengan infeksi sekunder, dermatitis kontak alergi dengan infeksi



3



sekunder. Diagnosis kerja adalah pomfoliks dengan infeksi sekunder.



merah disertai rasa gatal pada kedua kaki sejak ± 4 hari yang lalu.



Dalam mendiagnosis ekzema palmoplantar vesikular, pemeriksaan pertama adalah untuk menilai kaki untuk mengeluarkan kemungkinan diagnosis dermatofit dan tes patch digunakan untuk mengeluarkan kemungkinan diagnosis dermatitis kontak atau reaksi sistemik untuk kontak allergen. Pemeriksaan KOH mungkin berguna dalam mengesampingkan infeksi tinea primer.



Pada beberapa literatur dijumpai bahwa pomfoliks lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria dengan insidensi puncak pada usia 20 – 40 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan kasus ini dimana pasien berjenis kelamin pria dan berusia 11 tahun. Tetapi berdasarkan literatur lain oleh Sadegh Amini dijumpai bahwa angka kejadian pomfoliks pada pria dan wanita adalah sama dan pomfoliks dapat mengenai usia 4 – 76 tahun.



Pasien selanjutnya diberi pengobatan oral dengan kombinasi cefadroxil 500mg dan lameson 4mg diracik menjadi sediaan kapsul serbuk terbagi dengan aturan minum 2x/hari selama 7 hari dan mebhydroline sirup 2x/hari. Pasien di anjurkan untuk kontrol setelah satu minggu dari kunjungan awal.



Pada kasus, keluhan utama bintil-bintil kecil merah disertai rasa gatal pada kedua kaki sejak ± 4 hari yang lalu. Empat hari yang lalu, lesi berupa bintil-bintil kecil pasien mengeluh rasa gatal. Pasien menggaruk karena tidak tahan dengan rasa gatal tersebut, akibatnya bintil bintil tersebut menjadi lecet. Berdasarkan literatur, pomfoliks merupakan penyakit yang dapat akut, kronik, maupun rekuren, pada kasus ini dijumpai adanya pomfoliks rekuren.



PEMBAHASAN Pomfoliks atau dermatitis dishidrosis merupakan dermatitis tipe vesikular pada jari, telapak tangan dan kaki. Penyakit ini merupakan dermatosis yang dapat dalam keadaan akut, rekuren, dan kronik, yang dikarakteristikan dengan adanya vesikel “tapioca-like” yang gatal dengan onset tibatiba, dan pada keadaan lanjut dapat ditemukan fisura dan likenifikasi.



Keluhan ini pernah dialami pasien pada bulan April 2019 dan sudah di obati dan sembuh. Namun 4 hari ini tiba tiba muncul kembali dan tidak diketahui sebabnya. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Pada pemeriksaan keadaan umum pasien tampak baik, vital sign dalam batas normal, dan status generalis pasien semua dalam batas normal. Pada status dermatologis didapatkan UKK makula hipopigmentasi batas tegas dengan krusta, pus dan eksoriasi diatasnya. . Pada onset lanjut, dijumpai papul dan erosi akibat pecahnya vesikel. Lesi sekunder akibat infeksi dikarakteristikkan dengan pustul, krusta. Pada pasien ini dijumpai adanya krusta, pustul, ekskoriasi, dan skuama.



Pada kasus ini, diagnosis pomfoliks ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis. Berdasarkan anamnesis, Seorang anak perempuan, berusia 11 tahun, pekerjaan pelajar, suku jawa, datang berobat Ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Hardjono Ponorogo pada tanggal 28 oktober dengan keluhan utama bintil-bintil kecil



4



Adanya pustul pada kasus ini menunjukkan adanya infeksi sekunder. Sebanyak 80% tempat predileksi pomfoliks adalah tangan dan kaki, dimulai dari bagian lateral jari-jari, telapak tangan, telapak kaki dan pada keadaan lanjut pada bagian dorsal jari-jari.



ini berupa makula hipopigmentasi batas tegas dengan krusta, pus dan eksoriasi diatasnya.. Penatalaksanaan diberi pengobatan oral dengan kombinasi cefadroxil 500mg dan lameson 4mg diracik menjadi sediaan kapsul serbuk terbagi dengan aturan minum 2x/hari selama 7 hari dan mebhydroline sirup 2x/hari. Pasien di anjurkan untuk kontrol setelah satu minggu dari kunjungan awal. Komunikasi, informasi dan edukasi sebagai upaya penanggulaan kembali kepada pasien.



Pasien didiagnosis banding dengan dermatitis kontak alergi dengan infeksi sekunder. Diagnosis kontak alergi dapat disingkirkan karena biasanya dermatitis kontak alergi mengenai permukaan dorsal bukannya permukaan volar.



DAFTAR PUSTAKA Pada pasien ini diberikan penatalaksanaan berupa pengobatan sistemik. Pengobatan sistemik yang diberikan adalah mebhydroline yang merupakan antihistamin karena pasien lesi yang timbul disertai rasa gatal yang mengganggu. Pada pasien ini juga diberikan oral dengan kombinasi cefadroxil 500mg dan lameson 4mg merupakan gabungan antara antibiotik dengan kortikosteroid sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pengobatan yang diberikan pada pomfoliks adalah kortikosteroid potensi tinggi dan pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan jika dicurigai adanya infeksi.



1. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Suurmond D. Color atlas and synopsis of Clinical Dermatology. New York. United States of America: Mc Graw-Hill Medical Publishing Division; 2008. 2. Janniger, Camila K. Pediatric Dyshidrotic Eczema. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/9 10946-overview. Updated terakhir tanggal 11 Agustus 2010 3. Lane, Al dan Gary L. Darmstadt. Eksema. Dalam: Waldo E.Nelson, Richard E. Behrman, Robert M Kliegman, Ann M. Arvin, editor. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15. Jakarta: EGC. h.2261. 4. Menaldi, SLSW, Bramono, K, Indriatmi, W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2015. 374-377p. 5. Amini, S. Dyshidrotic Eczema. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1 122527--overview. Updated terakhir tanggal 28 April 2017. 6. Leung, AKC, Benjamin, B, Kam, LH. Dyshidrotic Eczema. Diunduh dari: www.enlivenarchive.org. Update terakhir tanggal 16 September 2014.



Secara keseluruhan prognosis dari pomfoliks adalah baik. Pomfoliks merupakan penyakit yang sering kambuh tetapi dapat terjadi remisi spontan dalam 2-3 minggu dengan interval serangan bisa terjadi dalam minggu atau bulan. Pada beberapa orang pomfoliks dapat menjadi kronik. Kesimpulan Seorang pasien anak perempuan usia 11 tahun menderita pomfoliks atau dermatitis dishidrosis. Gejala klinis yang ditemukan berupa gatal yang dirasakan di sela jari pada kedua kaki. UKK pada pasien 5



7. Pitelkow, MR., Mazen SD. Vesicular Palmoplantar eczema. In: Klaus W, Lowell AG, Sephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 9th Ed. New york: McGraw Hill, 2008; p. 161-66.



6