KATARAK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATARAK



Oleh: Eliza Fitria Handayani 18311019



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI PEKANBARU 2018



PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan karunia-Nya. Sehingga penulis



dapat



menyelesaikan



makalah



dengan



mengambil



pembahasan “KATARAK”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Tanpa dukungan dari berbagai pihak, makalah ini tidak bisa selesai tepat waktu. Pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.



Pekanbaru, 13 November 2018



Penulis



DAFTAR ISI Halaman Judul PRAKATA....................................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................... ii BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2 1. Tujuan Umum.................................................................... 2 2. Tujuan Khusus................................................................... 2



BAB II



TINJAUAN MASALAH A. Pengertian Katarak ................................................................... 3 B. Jenis-jenis Katarak.................................................................... 3 C. Penyebab Katarak ..................................................................... 5 D. Patofisiologi Katarak................................................................. 5 E. Tanda dan Gejala Katarak......................................................... 6 F. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 7 G. Penatalaksanaan Katarak .......................................................... 8



BAB III PENUTUP A. Simpulan .................................................................................. 9 B. Saran ......................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Namun, gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan berat yang dapat mengakibatkan kebutaan (Kemenkes, 2013). Katarak merupakan salah satu penyakit yang menyerang mata dan salah satu jenis penyakit mata tentang menurunnya ketajaman penglihatan (visus) secara perlahan. Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Mansjoer dkk, 2008). Kata katarak berasal dari bahasa Latin, Cataracta, atau dalam bahasa Yunani, Kataraktes, yang berarti terjun seperti air. Istilah ini dipakai orang Arab sebab orang-orang dengan kelainan ini mempunyai penglihatan yang seolah-olah terhalang oleh air terjun. Menurut American Academy Ophtalmology, Lensand Cataract. Basic and Clinical Sciencey Course, Section, (2006) Katarak dapat menimbulkan gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur, penglihatan bagian sentral hilang sampai menjadi buta setelah 10-20 tahun dari mulai terjadinya kekeruhan lensa (Price, Sylvia Anderson, 2005). WHO (World Health Organization) memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan didunia, dimana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Angka kebutaan di Indonesia tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara (Depkes, 2003). Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 menunjukan bahwa angka kebutaan sebesar 1,5%. Penyebab kebutaan adalah katarak sebesar 0,78%, glaucom 0,2%, kelainan refraksi sebesar 0,14%, dan penyakit lain yang berhubungan lanjut usia sebesar 0,38%. Jumlah buta katarak di Indonesia,



terdapat 16% buta katarak pada usia produktif (40



sampai 54 tahun), padahal sebagai penyakit degenerative buta katarak umumnya terjadi pada usia lanjut (Ilyas, Sidarta. 2004). Menurut data Survei Kesehatan



Rumah Tangga–Survei Kesehatan Nasional (SKRT SUSENAS) tahun 2001, prevalensi katarak di Indonesia sebesar 4,99%. Prevalensi katarak Jawa dan Bali sebesar 5,48% lebih tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2007 dan 2013, penduduk yang menderita katarak termasuk katarak senilis di Indonesia sebesar 1,8% (Kemenkes RI, 2007). Pada tahun 2013, prevalensi katarak semua umur sebesar 1,8% atau sekitar 18.499.734 orang. Sementara perkiraan insidensi katarak sebesar 0,1% per tahun. Selain itu, penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis (Kemenkes RI, 2013). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis membahas tentang ”Bagaimana Katarak?” C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Katarak. 2. Tujuan Khusus 1. Memahami pengertian Katarak. 2. Memahami jenis-jenis Katarak. 3. Memahami penyebab Katarak. 4. Memahami patofisiologi Katarak. 5. Memahami tanda dan gejala Katarak. 6. Memahami pemeriksaan penunjang Katarak. 7. Memahami Penatalaksanaan Katarak



BAB II TINJAUAN MASALAH A. Pengertian Katarak Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa menjadi keruh, atau berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksi pada retina yang merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Smeltzer, C Suzanne. 2001). Menurut Nugroho (2011) Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata, akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa dimana mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina (Kadek dan Darmadi, 2007). B. Jenis-jenis Katarak 1. Katarak Konginetal Katarak konginetal merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intraterin. Katarak konginetal terbagi atas: a. Katarak remetar dan zonular Permulaan perkembangan serat lensa normal dan kemudian menjadi gangguan perkembangan serat lensa. b. Katarak polaris posterior Katarak terjadi akibat arteri siloid yang menetap pada saat tidak dibutuhkan lagi oleh lensa untuk metabolismenya. c. Katarak polaris anterior Katarak akibat gangguan perkembangan lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa. d. Katarak sentral Katarak halus yang terlihat pada bagian nucleus embrional.



2. Katarak Senile Katarak senile adalah katarak yang semua kekeruhan lensa terdapat pada usia lanjut yaitu usia di atas 30 tahun, katarak senile terbagi atas: a. Katarak insipiens Katarak yang timbul akibat proses degenerasi lensa kekeruhan, akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. b. Katarak imatur Katarak pada stadium ini lensa yang degenerative mulai terserap cairan mata kedalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. c. Katarak matur Katarak timbul pada proses degenerasi lanjut lensa dimana terjadi kekeruhan seluruh lensa. 3. Katarak Traumatika Katarak terjadi akibat trauma lensa mata, serta robekan pada kapsul sebagai akibat trauma dari benda tajam. 4. Katarak Juvenile Katarak terlihat setelah usia 1 tahun, dapat terjadi karena: a. Lanjutan katarak konginetal yang semakin nyata. b. Penyulit penyakit lain, katarak komplikata yang dapat menjadi akibat: penyakit lokal pada mata seperti glaukoma dan penyakit sistemik seperti diabetes. 5. Katarak Komplikata Katarak yang terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa, faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. 6. Katarak Diabetika Katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes (Ilyas, 2004).



C. Penyebab 1. Degeneratif (Usia) Biasanya dijumpai pada katarak senile dikarenakan proses degenerasi atau kemungkinan serat lensa karena proses penuaan dan kemungkinan besar menurunnya penglihatan. 2. Trauma Contohnya terjadi pada katarak traumatic, seperti trauma tembus pada mata yang disebabkan oleh benda tajam atau tumpul, radiasi (terpapar oleh sinar-X atau benda-benda radioaktif). 3. Penyakit sistemik diabetes mellitus Contohnya terjadi pada katarak diabetika dikarenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum dan di retina sehingga mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh darahnya. 4. Efek kongenital Salah satu kelainan pewarisan sebagai akibat infeksi virus prenatal dan katarak developmentasi terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan sebagai akibat dari defek konginetal. Kedua bentuk ini mungkin disebabkan oleh faktor heredriter, toksis, nutrisional, dan proses peradangan (Ilyas, 2004). D. Patofisiologi Lensa yang



normal adalah struktur posterior yang jernih (bening),



transparan terbentuk seperti kantung baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung 3 kompenen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Bertambahnya usia nukleus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opositas tedapat densitas seperti di anterior dan anterior nucleus. Opositas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi perubahan pada serabut halus multiple (zanula) yang memanjang dari badan silier ke daerah luar lensa misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga



mengakibatkan menghambat pandangan dan jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa terjadi disertai influx air kedalam lensa. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam lensa dari degenarasi, jumlah enzim akan menurun dan tidak ada pada pasien yang menderita katarak (Ilyas, 2004). E. Tanda dan Gejala 1. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain: a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsi yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan. b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. 2. Gejala objektif biasanya meliputi: a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup. b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan-akan bertambah putih. c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benarbenar putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif. 3. Gejala umum gangguan katarak meliputi: a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. b. Gangguan penglihatan bisa berupa : 1) Peka terhadap sinar atau cahaya. 2) Dapat melihat ganda pada satu mata (diplobia). 3) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.



4) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. 5) Kesulitan melihat pada malam hari. 6) Melihat



lingkaran



disekeliling



cahaya



atau



cahaya



terasa



menyilaukan mata. 7) Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari). 4. Gejala lainnya adalah: a. Sering berganti kaca mata. b. Penglihatan sering pada salah satu mata. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata (glukoma) yang bisa menimbulkan rasa nyeri (Priska, 2008). F.



Pemeriksaan Penunjang 1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik. 2. Lapang penglihatan: penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. 3. Pengukuran tonografi: mengkaji intraokuler (TIO) (Normal 12-25 mmHg). Pengukuran gonioskopi: membantu membedakan sudut terbuka atau sudut tertutup glaukoma. 4. Tes provokatif: digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma bila TIO normal atau hanya meningkat ringan. 5. Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atropi lepeng optik, papiledema, pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan pemeriksaan katarak.



6. Darah



lengkap,



laju



sedimentasi



(LED):



menunjukkan



anemia



sistemik/infeksi. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan arterosklerosis, PAK. 7. Tes toleransi glukosa/FBS: menentukan adanya/kontrol diabetes (Smeltzer, C Suzanne. 2001). G. Penatalaksanaan Katarak Belum ada terapi obat untuk katarak dan tidak dapat diambil dengan pembesaran laser, namun masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru TE dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memiliki penglihatan akut. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Teknik pembedahan katarak: 1.



Teknik ekstraksi intrakapsuler Teknik yang tidak akan menimbulkan katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada katarak senile yang matur dan zanula zhin telah rapuh, namun tidak bisa dilakukan pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun.



2.



Teknik ekstraksi ekstrakapsuler Teknik yang paling umum digunakan dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemerahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dilakukan melalui robekan tersebut namun dengan teknik ini dapat timbul penyakit katarak sekunder (Dongoes, Marilynn E. 2000).



3.



Fakoemulsifikasi Teknik operasi katarak modern menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan sayatan 3 mm pada sisi kornea. Fakoemulsifikasi adalah teknik operasi katarak terkini. Teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3



mm)



dan



lensa Intra



Ocular



(IOL)



yang



dapat



dilipat



dan



dimasukkan melalui irisan tersebut. Memungkinkan dengan cepat kembali melakukan aktifitas sehari-hari (Priska, 2008).



BAB III PENUTUP A. Simpulan Dari pembahasan makalah ini penulis dapat menyimpulkan: 1. Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa, dimana lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan berkurang. 2. Jenis-jenis Katarak seperti: katarak konginetal, katarak senile, katarak traumatika, katarak juvenile, katarak komplikata, dan katarak diabetic. 3. Katarak disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: umur (degeneratif), trauma, penyakit sistemik diabetes mellitus, dan bawaan lahir (konginetal). 4. Proses katarak dimana nukleus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. 5. Tanda dan gejala katarak, penurunan ketajaman penglihatan dan silau. 6. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan tes seperti: tajam penglihatan (visus), tonografi dan ofthalmoskopi. 7. Penatalakasaan katarak dengan pembedahan menggunakan teknik ekstraksi intrakapsuler, ekstrakapsuler dan fakoemulsifikasi. B. Saran Saran untuk makalah selanjutnya adalah: 1. Katarak dapat terjadi dengan bertambahnya usia. Ada baiknya saat melakukan



sesuatu



yang



dapat



membuat



mata



trauma



dengan



menggunakan pelindung mata. 2. Masyarakat terutama yang memiliki faktor risiko terjadinya katarak terkait usia dan pekerjaan untuk memperhatikan penerapan prosedur K3



(Keselamatan dan Keseharan Kerja) terutama yang bekerja diluar ruangan seperti petani maupun buruh. 3. Penderita yang memiliki riwayat penyakit seperti Diabetes Melitus disarankan olahraga yang teratur, banyak mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, A, dan E. 4. Melakukan pemeriksaan mata berkala setiap 1 tahun sekali, untuk mengetahui kesehatan mata. 5. Sebagai Tim kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan tentang Katarak dan pemecahan masalah yang efektif, serta memberikan informasi atau pendidikan kesehatan terutama kepada para lansia.



DAFTAR PUSTAKA Dongoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (I Made Kariasa, dkk, penerjemah). Jakarta: EGC. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: CV. Sagung Seto. Kadek dan S. Darmadi. 2007. Gejala rubela bawaan (kongenital) berdasarkan pemeriksaan serologis dan RNA virus. Surabaya RSUD Soetomo: Indonesian Journal of Clonical Pathology and Medical Laboratory, Vol.13 No.2. Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta. Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medica Aesculpalus, FKUI. Price,



Sylvia



Anderson.



2005. Phathophysiologi



Clinical



Contect



Of



Disease Processe. Edisi 2. (Peter Anugrah, penerjemah). Jakarta: EGC. Priska,



Dewi



Kusuma.



2008.



Perbedaan



Tajam



Penglihatan



Pasca



Operasi Katarak Senilis di RSUP dr. Kariadi Semarang Periode 1 Januari 2007 – 31 Desember 2007. Semarang: eprint.undip.ac.id di akses pada tanggal 10 Desember 2012. Smeltzer, C Suzanne. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. (H. Kuacara, dkk, penerjemah). Jakarta: EGC.