Ke Assyafiahan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KE AS-SYAFIAAHAN “KH. ABDULLAH SYAFI’IE”



DI SUSUN OLEH :



 ODIE NABELLA (1520170033)



JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IAH



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Ke-Asyyafi’ahan judul “KH. ABDULLAH SYAF’IE” Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Jakarta , Agutus 2019



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Peran pendidikan Islam sangat penting dalam meningkatkan akhlak peserta didik pada zaman modern sekarang. Karena pendidikan yang dikehendaki oleh Islam adalah pendidikan yang mampu membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsanya. Penyebaran pendidikan Islam di Indonesia tidak lepas dari peran para ulama dan cendekiawan Muslim, sehingga pendidikan Islam bisa terus berkembang sampai saat ini. Sejarah bangsa telah mengukir berbagai peran yang dimainkan para ulama. Kerukunan umat beragama telah berhasil dan terbina dengan baik berkat dukungan ulama, sehingga kerukunan dapat mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa yang menjadi modal pembangunan negara dan bangsa selama ini. Salah satu ulama yang berperan dalam memberikan kontribusi pada dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di daerah Jakarta, melalui lembaga pendidikan yang didirikan dan diasuhnya di Balimatraman Jakarta Selatan yang kemudian berkembang sampai memiliki perguruan tinggi Islam di salah satu ulama yang berperan dalam memberikan kontribusi pada dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di daerah Jakarta, melalui lembaga pendidikan yang didirikan dan diasuhnya di Balimatraman Jakarta Selatan yang kemudian berkembang sampai memiliki perguruan tinggi Islam di daerah Pondok Gede Jatiwaringin Bekasi, adalah KH. Abdullah Syafi’i. Ia telah mempelopori pembaharuan pendidikan pada zamannya, dikenal sebagai ulama tawadlu, sering menyebut dirinya berasal dari orang pinggiran, namun ia tidak canggung untuk bertukar pikiran dengan semua lapisan masyarakat, baik dengan kalangan awam, maupun dengan kalangan cendikiawan. KH. Abdullah Syafi’i adalah seorang ulama asal betawi, yang dikenal sebagai singa podium dizamannya, dan juga pendiri pesantren Asy Syafi’iyah di Jakarta.



Lahir di Bali Matraman Jakarta Selatan, pada 10 Agustus 1910 M. Pendidikan formalnya hanya kelas 2 SR (sekolah rakyat). Sejak kecil ia bercita-cita untuk menjadi ahli pidato dan juru da’wah. Karena itu ia kemudia belajar kepada ulama-ulama besar baik di Jakarta maupun Jawa barat. Diantaranya beliau belajar kepada Kyai Jauhari bin Sulaiman (tebet), Kyai Muanif (menteng atas), Kyai Marzuki (cipinang), Habib ali al Habsyi (Kwitang), Habib ali bin Husein (bungur) serta Habib Alwi bin Thohir (bogor). Ayahandanya bernama H. Syafi’i bin Sairan yang bekerja sebagai pedagang buah-buahan. Sedangkan ibunya bernama Nona binti Sya’ari yang selain memiliki hobi berdagang juga memiliki keterampilan membuat kecap untuk dipasarkan dari rumah ke rumah. Dari pasangan suami istri itulah lahir KH. Abdullah Syafi’i dan dua orang saudara perempuannya, yaitu Rukoyyah dan Aminah. Pada usia 13 tahun, Abdullah Syafi’i bersama orang tuanya telah melaksanakan ibadah haji ke Makkah selanjutnya pada usia 18 tahun ia sudah menikah dengan Siti Rogayah binti KH. Ahmad Mukhtar, seorang wanita terpelajar dan pernah menjadi pembaca Al-Qur’an di Istana Negara di hadapan Presiden Sukamo pada tahun 1949. Dari pernikahannya ini, KH. Abdullah Syafi’i memiliki lima orang anak yang bernama Muhibbah, Tutty Alawiyah, Abdur Rasyid, Abdul Hakim dan Ida Farida. Pada tahun 1951, Siti Rogayah, isteri KH. Abdullah Syafi’i meninggal dunia. Kemudian pada tahun 1958, putrinya yang tertua, Muhibbah juga dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Terdorong oleh kebutuhan teman pendamping dalam rangka memperjuangkan cita-citanya untuk memajukan masyarakat, maka atas restu dari keluarganya, ia menikah lagi dengan seorang gadis yang bernama Salamah. Dari perkawinan yang kedua ini, ia dikaruniai sepuluh orang anak, yaitu Mohammad Surur, Syarif Abdullah, Mohammad Zaki, Elok Khumaira, Ainul Yaqin, Syafi’i Abdullah, Nufzatul Tsaniyah, Muhammad, Thuhfah, dan Laila Sakinah. KH. Abdullah Syafi’i yang sehari-harinya dipanggil dengan nama Dulloh, sebenarnya memiliki bakat berdagang sebagai mana orang tuanya. Ketika ia menuntut ilmu agama di berbagai daerah, ia telah berdagang barang-barang keperluan masyarakat, seperti kain batik dan



songkok. Ia dikenal sebagai ulama yang energik, berbagai kegiatan ia lalaikan, mulai dari memberikan ceramah pengajian di beberapa majlis ta’lim, mendirikan dan mengelola pendidikan agama yang kemudian berkembang secara luas, dengan tidak meninggalkan profesinya dalam bidang perdagangan. KH. Abdullah Syafi’ie wafat pada tanggal 3 September 1985 hari Selasa.



B. RUMUSAN MASALAH Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana pemikiran pendidikan yang dilakukan oleh KH. Abdullah Syafi’i? C. MANFAAT PENULISAN Mahasiswa/i mampu memahami biografi dan perjuangan sosok KH. ABDULLAH SYAFI’IE dalam pendidikan.



BAB II PEMBAHASAN



Pada usia 18 tahun KH. Abdullah Syafi’i mendirikan sekolah yang diberi nama Madrasah Islamiyah, tepatnya pada tahun 1928. Madrasah tersebut menempati bekas kandang sapi yang disulap menjadi ruangan dengan cara ruangan tersebut disekat-sekat pakai bambu, sehigga memungkinkan untuk proses belajar-mengajar. Selain itu ia juga bergiat melakukan dakwah keliling dari satu tempat ke tempat lain di Jakarta dengan mengendarai sepeda. Semangat dan dorongan untuk mendirikan madrasah ini didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut: Pertama, ia melihat bahwa bangsa Indonesia terutama etnis Betawi masih banyak yang bodoh sehingga secara sosial terpinggirkan. Kedua, untuk kalangan masyarakat Betawi, madrasah lebih diminati ketimbang pesantren. Ketiga, masyarakat Betawi yang umumnya beragama Islam yang taat lebih memilih madrasah sebagai sarana pendidikan anak mereka, sementara untuk dapat masuk ke sekolah Belanda amat sangat sulit. Keempat, berdirinya madrasah pada waktu itu dapat dinilai sebagai respons dari adanya modernisasi yang terjadi di Batavia serta pengaruh dari Timur Tengah, khususnya Mesir. Kelima, sebagai orang yang dibesarkan di tengah komuitas Betawi yang religius atau agamis, tentu saja KH. Abdullah Syafi’i lebih memilih pendidikan yang bernuansa Islami. KH. Abdullah Syafi’i tidak sekedar memikirkan aktivitas agama, karena ia sadar saat itu menggantungkan penghidupan sebagai seorang guru agama saja tidak mencukupi, maka KH. Abdullah Syafi’i membuka usaha konveksi, di mana pegawainya adalah anak-anaknya sendiri dan masyarakat di lingkungan kampung Bali Matraman Jakarta Selatan. Ketika usianya menginjak 23 tahun, tepatnya tahun 1933, KH. Abdullah Syafi’i memprakarsai berdirinya masjid yang berlokasi di Kampung Bali Matraman, Manggarai, Jakarta selatan. Perjuangan membangun masjid tersebut diawali dengan membeli sebidang tanah milik H. Jairin, kemudian di atas tanah tersebut didirikan Masjid yang sederhana yang diberi nama al-Barkah. Pada saat itu masjid di Jakarta belum ada yang diberi nama, biasanya masjid dikenal dengan nama kampung tempat masjid tersebut berada. Pembangunan masjid tersebut menggunakan dana sendiri dan sumbangan para murid-muridnya, namun karena dana yang dibutuhkan cukup banyak, KH. Abdullah Syafi’i pergi ke Cikarang menemui pengusaha batu bata. Dari para



pengusaha tersebut diperoleh bantuan batu bata. Di waktu yang lain ia pergi ke pabrik genteng di Sukabumi untuk membeli dengan harga yang lebih murah, sehingga pada tahun itu juga masjid tersebut dapat digunakan. Masjid tersebut selain digunakan untuk tempat shalat, juga dipakai untuk berbagai aktivitas, baik untuk kegiatan pengajian yang kemudian dipopulerkan dengan istilah majelis taklim. Majelis taklim kaum bapak dikelola oleh KH. Abdullah Syafi’i, sedang majelis taklim kaum ibu dibantu istrinya Hj. Rugayah. Pada tahun 1957, ketika usianya menginjak 47 tahun, madrasah Islamiyah yang didirikannya 30 tahun sebelumnya berganti nama menjadi madrasah AsSyafi’iyah. Pemberian nama As-Syafi’iyah dimaksudkan untuk mengenang jasa ayahnya H. Syafi’i. Madrasah As-Syafi’iyah yang dikelolanya makin lama makin berkembang, dan karena lahan di kampung Bali Matraman sudah tidak mencukupi, maka pada tahun 1977, KH. Abdullah Syafi’i membeli tanah seluas 12 hektar di Jatiwaringin, Pondok Gede Bekasi, yang diperuntukkan untuk sarana, prasarana pendidikan, dan untuk menampung murid maupun program pendidikan yang diasuhnya. Pada lahan tersebut, didirikan lembaga pendidikan agama, Pesantren Putra dan Pesantren Putri, Pesantren Tradisional, dan Pesantren Yatim. Kemudian dia juga mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai perguruan tinggi agama, setelah itu dikembangkan pula pendidikan umum, mulai Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), SLTP, SMA, sampai Perguruan Tinggi yaitu Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA). Di samping itu, KH. Abdullah Syafi’i juga mendirikan pemancar radio As-Syafi’iyah yang tergabung dalam persatuan Siaran Radio Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) yang berfungsi sebagai sarana dakwah dan hiburan. Uraian di atas menunjukkan, bahwa pada awalnya KH Abdullah syafi’i berupaya menyebarluaskan dakwahnya secara non-formal dengan cara berkeliling dari satu kampung ke kampung lain di Jakarta. Setelah itu usaha dakwahnya dilakukan melalui lembaga formal, yaitu dengan mengajar di madrasah. Namun Abdullah Syafi’i masih meluangkan waktu untuk berdakwah di majelis taklim di Jakarta. Upaya dakwah yang dilakukan beliau makin diperluas dengan penyiaran dakwahnya melalui siaran radio. Melalui media ini, dakwah disiarkan secara langsung (on-air), setiap selesai shalat Shubuh.



Popularitas KH. Abdullah Syafi’i ternyata bukan hanya di kawasan Asia Tenggara, bahkan sampai ke Timur Tengah, tepatnya di negaranegara Arab. Hal tersebut diketahui ketika musim haji, KH. Abdullah Syafi’i, selain menunaikan ibadah haji, juga menyempatkan diri mengadakan ceramah dan juga mengadakan pendekatan dengan penguasa setempat, baik mengenai pelaksanaan ceramah, menjalin kerjasama antar lembaga maupun permintaan bantuan studi bagi peningkatan sumber daya manusia di Perguruan As-Syafi’iyah. Kegiatan lain KH. Abdullah Syafi’i adalah berkecimpung dalam organisasi kemasyarakatan, hal ini dibuktikan dengan prakarsa mendirikan Majelis Ulama Indonesia bersama HAMKA dan KH. Syukri Ghazali. Pemikiran KH. Abdullah Syafi’i mengenai Pendidikan Menggunakan Buku Karangan Pribadi KH. Abdullah Syafi’i dalam pengajarannya berpegang teguh kepada al-Qur’an dan hadits. Hal ini sebagaimana diketahui bahwa ia banyak menulis dan menerjemahkan berbagai buku yang dipergunakan untuk menjadi bahan materi pelajaran yang ia ajarkan. Seperti dalam buku yang ia karang dengan judul “Durusul alMahfudhat” diperuntukkan untuk kalangan madrasah. Buku ini berisikan hadits-hadits Rasulullah mengenai perihal-perihal kehidupan di masyarakat. Diperuntukan untuk murid-murid mempelajari bahasa Arab melalui hadits-hadits nabi. Yang penyajian dalam buku tersebut yaitu hadits-hadits dikelompokkan ke dalam tematema kehidupan, selanjutnya diartikan kata-perkata dan kalimat-perkalimat ke dalam bahasa Indonesia. Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan manusia. Hal ini dipahami betul oleh KH Abdullah Syafi’i ke dalam bentuk pengajarannya dalam pendidikan dengan menulis sebuah kitab yang bertujuan untuk mempelajari bagaimana cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, hal ini sebagai dasar seorang murid untuk dapat mempelajari dan memahami al-Qur’an dikemudian hari. Buku tersebut diberi judul “Pelajaran Mengeja Huruf al-Qur’anul Adzim”. Sebagai pendidik sekaligus seorang Ulama, KH Abdullah Syafi’i juga mengajarkan kepada murid-muridnya mempelajari bahasa Arab, dimana bahasa Arab merupakan bahasa yang dipakai dalam al-Qur’an dan Hadits, sebagai bentuk metode pengajarannya ia mengarang buku mengenai cara belajar bahasa arab dengan metode muhadatsah/ percakapan, yang diberi judul “Durusul Muhadatsah”. Hal ini tentu memudahkan ia dalam penyampaian materi pelajaran dimana salah satu metode belajar yang baik adalah seorang guru dapat menguasai materi yang akan diajarkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan benar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.



BAB III PENUTUP



Kebesaran KH. Abdullah Syafi' ie pada akhir hayatnya tidak dimulai dengan usaha membangun berbagai fasilitas pendidikan di Jatiwaringin, pada tahun 1975. Tetapi merup akan sejarah perkembangan pembentukan pribadi sejak membangun masjid Al Barkah tahun 1933. Bahkan sejak mulai pidato di masjid Manggarai, sebagai kesempatan pertama yang diberikan oleh salah seorang gurunya, membangkitkan kekaguman dan sekaligus sebagai kesempatan pertama yang membangun kepercayaan diri. KH. Abdullah Syafi'ie integritas moral dan keberagamaan, alim serta memiliki kemampuan berkhotbah atau pidato. Tetapi Abdullah Syafi'ie, di depan dirinya, khodimutthalabah, Khadam, pelayan bagiorang-orang yang mencari ilmu. Dalam urusan pribadi, Abdullah Syafi'ie, paling sederhana dan rendah hati. Semoga arwahnya diterima Allah SWT, disisi-Nya amal perbuatannya diterima sebagai amal saleh. Kepribadiannya menjadi teladan bagi murid dan keluarganya. Cita-citanya jadi inspirasi dan pendorong untuk dilestarikan, dimanfaatkan, dikembangkan. Amien.



DAFTAR PUSTAKA



https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_Syafi%27i https://anakbetawiblog.wordpress.com/2016/08/15/biografi-kh-abdullah-syafii-1910-1985/ Buku Tokoh Kharismatik KH. ABDULLAH SYAFI’IE