Keanekaragaman Makrofauna Tanah Di Riam Eria, Singkawang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN EKOLOGI HEWAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROFAUNATANAH DI KAWASAN HUTAN ERIA KECAMATAN SINGKAWANG TIMUR



DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



JULIA MADU SARI H1041151003 IHSAN ALMUHARDI H1041151018 ROBERTO H1041151015 DEVINDA EKARIZKY DIPUTRI H1041151016 RARA GANESHA H1041151090 APRILIA FINANDA H1041151054 DINA KOMARA H1041151045 EVIPENIA ENGDA POETRY H1041151043 WINDA EKA PUTRI H1041151042



PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2018



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan totalitas dari kehidupan organisme di suatu kawasan tertentu. Total biodiversitas pada suatu bentang lahan tertentu (diversitas gamma) merupakan fungsi dari diversitas lokal atau habitat tertentu (diversitas alfa) dan perbedaan komposisi spesies (diversitas beta) (Whittaker dalam Giller et al., 1997). Biodiversitas tanah merupakan salah satu bentuk diversitas alfa yang sangat berperan dalam



mempertahankan



sekaligus



meningkatkan fungsi tanah untuk menopang kehidupan di dalam dan di atasnya. Pemahaman tentang biodiversitas tanah masih sangat terbatas, baik dari segi taksonomi maupun fungsi ekologinya (Hagvar, 1998). Biodiversitas fauna tanah adalah hewan-hewan yang hidup di atas maupun di bawah permukaan tanah. Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu Mikrofauna dengan diameter tubuh 0,020,2 mm, Mesofauna dengan



diameter tubuh 0,2-2 mm contoh nematoda,



collembola dan acarina. Makrofauna dengan diameter tubuh 2-20 mm contoh cacing, semut, dan rayap Megafauna dengan diameter tubuh lebih besar dari 2 cm contoh bekicot (Nusroh, 2007). Diversitas makrofauna tanah dan fungsi ekosistem menunjukkan hubungan yang sangat kompleks dan belum banyak diketahui dengan pasti. Akan tetapi telah banyak dilaporkan bahwa penurunan diversitas dan perubahan peran makrofauna tanah terjadi akibat perubahan sistem penggunaan lahan seperti dari ekosistem hutan menjadi ekosistem pertanian. Tanah-tanah yang terdegradasi juga menunjukkan penurunan kompleksitas dan biomassa fauna tanah (Lavelle et al., 1994). Mengingat tingginya peranan makrofauna tanah serta spesifikasi fungsinya, maka beberapa peneliti telah mempromosikan makrofauna tanah sebagai bioindikator kesehatan tanah (Doube and Schmidt, 1997). Riam Eria merupakan salah satu objek wisata yang terletak di Nyarumkop Kecamatan Singkawang Timur Kota Singkawang. Riam atau Air Terjun Eria



menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Aliran sungai Eria termasuk komponen yang penting terkait kesehatan masyrakat dan harus terjamin dalam segi kualitas. Kualitas air dapat dipengaruhi oleh kualitas tanah di sekitarnya karena air yang terdapat di aliran sungai merupakan hasil absorbsi dari tanah. Cara mengetahui kualitas air tidak hanya melalui pengukuran fisik air tetapi juga dapat melalui pengukuran biologis tanah yaitu makrofauna tanah (Aharoni et al., 2005). Makrofauna tanah yang tersebar dilingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang berada diluar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme yang hidup dalam lingkungan masing-masing. Begitu pula jumlah dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama. Perbedaan yang paling mencolok adalah pada ukuran tumbuhan hijau, karena akan mempengaruhi penyebaran fauna disekitarnya. Oleh karena itu, dilakukan praktikum Ekologi Hewan di kawasan hutan Eria Singkawang Timur untuk menaksir menaksir populasi makrofauna tanah melalui metode Pit Fall Trap dan Hand Sorting. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah tentang keanekaragaman makrofauna tanah di hutan Eria, Kecamatan



Singkawang



Timur,



Kota



Singkawang



yaitu,



bagaimana



keanekaragaman jenis makrofauna tanah dan jenis hewan tanah apa saja yang tergolong mendominasi di kawasan Hutan Eria ? 1.3 Tujuan Tujuan



dilakukannya



praktikum



lapangan



tentang



keanekaragaman



makrofauna tanah di kawasan hutan Eria Singkawang Timur yaitu mengetahui struktur komunitas makrofauna tanah dan jenis hewan tanah yang tergolong mendominasi di kawasan hutan Eria Singkawang Timur. 1.4 Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari praktikum lapangan Ekologi Hewan kali ini yaitu Mahasiswa dapat mengetahui struktur komunitas makrofauna, mengetahui cara mengumpulkan dan mengoleksi makrofauna tanah dengan menggunakan metode perangkap jebak (pitfall trap) dan Hand sorting.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepadatan Populasi Populasi dapat didefenisikan sebagai kelompok individu sejenis berada ditempat dan waktu yang sama, serta dapat saling kawin untuk menghasilkan keturunan. Populasi dapat terdiri dari satu individu atau jutaan individu yang ditemukan dalam satu atau lebih individu yang terpisah (Wood, 1989). Suatu populasi dapat dinyatakan sebagai kelompok organisme terdiri atas satu spesies atau kelompok-kelompok organisme dan diantara individu-individu dalam kelompok dan saling bertukar informasi, atau materi genetik menempati suatu ruang tertentu dan berfungsi sebagai bagian dari komunitas biotis (Wood, 1989). Komunitas biotik itu sendiri merupakan suatu penyatuan populasi-populasi dan bersama-sama mengembangkan transformasi metabolisme dan didalam suatu habitat fisis tertentu, sehingga komunitas ini berfungsi sebagai satuan tang terpadu.Suatu populasi mempunyai berbagai sifat, sifat-sifat ini merupakan ciri khas yang unik kelompok dan bukan merupakan ciri individu-individu anggotanya sifat tersebut antara lain, kerapatan/kepadatan. Kerapatan/kepadatan merupakan besarnya populasi dalam hubungannya dalam suatu unit atau ruangan umumnya dinyatakan dalam jumlah individu atau biomassa populasi per satuan area atau volume (Blue et al., 2011). Kerapatan atau kepadatan populasi dibedakan atas dua bentuk yaitu kepadatan kasar dan kepadatan ekologis .kepadatan kasar merupakan banyaknya individu (biomassa) yang terdapat dalam suatu ruang keseluruhan. Sedangkan kepadatan ekologis artinya banyaknya individu (biomassa) yang menempati satuan ruang dan benar-benar ditempati oleh populasi tersebut (Blue et al., 2011). Kegiatan praktek seringkali lebih penting mengetahui apakah suatu populasi bertambah atau berkurang daripada mengetahui jumlah populasi pada suatu saat. Hal ini indeks dalam suatu relatif bermanfaat dalam hubungannya dengan waktu, misalnya jumlah belalang yang terlihat tiap jam, jumlah relatif (relative abundancy) masih sering berguna sebagai pengukur, jika kita ingin mengetahui tentang populasi berubah atau



pada suatu saat keadaan dimana kepadatan absolut tidak dapat ditentukan. Terminologi banyak jarang atau umum masih sangat berguna jika kita hanya ingin membandingkan (Fitriyana & Yulia, 2006). Natalitas adalah kemampuam suatu populasi untuk tumbuh. Natalitas biasa juga disebut “birth rate“ yaitu produksi individu-individu baru suatu organisme. Mortalitas adalah angka kematian dalam populasi. Laju mortalitas yaitu laju laju kematian, dalam demografi diartikan sebagai jumlah individu yang mati pada satuan waktu. Populasi beraneka jenis hewan yang berkoeksistensi dalam habitat yang sama mempunyai keserupaan pula dalam kisaran toleransinya terhadap beberapa faktor lingkungan dalam mikrohabitat (de Bruyn, 1997). Kehadiran populasi serangga di suatu lahan pertanian dan penyebarannya (distribusinya) selalu berkaitan dengan habitat, Habitat suatu serangga adalah tempat serangga itu hidup atau tempat serangga untuk menemukan makanan (Odum, 1993). 2.2 Makrofauna Tanah Makrofauna tanah dalam melakukan aktivitas hidupnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, baik faktor abiotik maupun biotik dimana organisme tersebut berada (hidup), seperti kondisi-kondisi fisik, kimia, biotik, dan ketersediaan makanannya, serta cara pengelolaan tanah yang secara umum dapat mempengaruhi populasi fauna tanah, baik kahadiran, penyebaran, kelimpahan maupun keanekaragaman spesiesnya. Fauna tanah dapat dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadiran di tanah, habitat dan kegiatan makannya. Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dikelompokkan menjadi fauna, mesofauna dan mikrofauna. Mikrofauna adalah hewan yang memiliki ukuran tubuh berkisar dari 0,2 mm contohnya Protozoa. Mesofauna merupakan hewan dengan ukuran tubuh berkisar 0,2-2 mm, contohnya adalah Collembola, Terminter dan Acarina yang sering menjadi pengurai serasah atau bahan organik lain. Fauna adalah hewan dengan ukuran tubuh berkisar 2-20 mm yang terdiri atas herbivore maupun karnovore (Odum, 1993). Fauna tanah berdasarkan kehadirannya menurut Erb & Lu (2013) terbagi atas temporer, transien, periodik dan permanen. Temporer adalah kategori hewan



tanah yang menetap di tanah hanya karena aktivitas tertentu saja seperti bertelur, contohnya Diptera. Transien adalah hewan tanah yang menghabiskan seluruh daur hidupnya di atas tanah misalnya kumbang. Periodik merupakan hewan tanah yang seluruh daur hidupnya di dalam tanah dan sesekali ke luar dari tanah saat dewasa untuk mencari makanan dan setelah itu masuk kembali, contohnya Collembola dan Acarina. Permanen yaitu hewan tanah yang menghabiskan keseluruhan daur hidupnya di tanah bahkan tidak pernah ke luar dari tanah, contohnya Nematoda. 2.3 Faktor Lingkungan Hakim.dkk (1989) dan Makalew menjelaskan bahwa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktifitas organisme tanah yaitu : iklim (curah hujan, suhu), tanah (suhu tanah, hara, kelembaban tanah, kemasaman) dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari (intensitas cahaya). Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin, 2006). Temperatur sangat mempengaruhi aktivitas mikrobial tanah. Aktivitas ini sangat terbatas pada temperatur di bawah 10ºC, laju optimum aktifitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu 18-30ºC. Nitrifikasi berlangsung optimum pada temperatur sekitar 30ºC. Pada suhu diatas 30ºC lebih banyak unsur K-tertukar dibebaskan pada temperatur rendah (Hanafiah, 2007). Pengukuran pH tanah juga sangat di perlukan dalam melakukan penelitian mengenai makro fauna tanah. Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta berlimpahnya mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi yang berlangsung di dalam tanah, kadar kelembaban tanah serta kondisi-kondisi serasi (Leksono, 2007).



2.4 Metode Penaksiran Populasi Fauna Tanah Teknik Pit fall trap ini di gunakan untuk serangga tanah pada daerah vegetasi rendah atau dilahan kosong, dimana serangga-serangga tersebut merupakan serangga aktif. Metode Pitfall Trap merupakan metode penangkapan hewan engan sistem perangkap, khusunya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari metode Pitfall Trap adalah untuk menjebak binatang-binatang permukaan tanah agar jatuh kedalamnya sehingga bisa dilakukan identifikasi atau untuk mengoleksi jenis binatang permukaan tanah yang berada pada lingkungan perangkap. Metode Pitfall Trap tidak digunakan untuk mengukur besarnya populasi namun dari data yang diperoleh bisa didapatkan cerminan komunitas binatang tanah dan indeks diversitasnya (Hanafiah, 2005). Perangkap jebak sangat sederhana, yang mana hanya berupa bejana yang ditanam di tanah. Agar air hujan tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap diberi atap dan agar air yang mengalir di permukaan tanah tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan agak sedikit tinggi. Jarak antar perangkap sebaliknya minimal 5 m. Pada perangkap tanpa umpan, hewan tanah yang berkeliaran di permukaan tanah akan jatuh terjebak, yaitu hewan tanah yang kebetulan menuju ke perangkap itu, sedangkan perangkap dengan umpan, hewan yang terperangkap adalah hewan yang tertarik oleh bau umpan yang diletakkan di dalam perangkap, hewan yang jatuh dalam perangkap akan terawat oleh formalin atau zat kimia lainnya yang diletakkan dalam perangkap tersebut (Hardjowigeno & Sawono, 2007). Teknik Hand Sorting merupakan salah satu metode penyortiran dengan tangan. Metode ini menggunakan tangan untuk mengambil atau meneliti suatu sampel. Metode ini cukup praktis namun kelemahan dari metode ini untuk meneliti sampel dibutuhkan waktu yang lama karena sampel yang diteliti harus satu persatu dan secara detail sehingga bisa memakan waktu yang cukup lama. Metode Hand Sorting diambil pada kuadrat yang telah ditentukan luas dan kedalamannya, dan tanah diletakkan diatas sebuah alas dan tanah dan langsung disortir (Ibrahim et al., 2008). BAB III METODE KERJA 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum lapangan ekologi hewan tentang makrofauna tanah dilaksanakan pada Sabtu, 28–29 April 2018 di Riam Eria, Singkawang. Identifikasi dilakukan pada April –Juni 2018 di Laboratorium Zoologi, Fakultas Matematika dan Ilmu



Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura. 3.2 Deskripsi Lokasi Letak Kawasan Wisata Air Terjun Eria berada di kawasan Cagar Alam Raya Pasi di Kecamatan Singkawang Timur dengan letak geografis antara 00 45’17” 01001’ 21,51” LU dan 1080 59’ 45,1” - 1090 10’19”BT dan terletak ± 182 Km arah Utara dari kota Pontianak dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Daerah ini terletak di sisi barat Kalimantan Barat, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang. Kawasan Wisata Air Terjun Eria termasuk Cagar Alam Raya Pasi. Keadaan Topografi Kawasan Cagar Alam Raya Pasi pada umumnya bergelombang, sedang sampai berat, bergunung dengan kemiringan 15-650 serta ketinggian berkisar antara 150-920 mdpl. Habitat dan tipe ekosistem pada kawasan ini adalah tipe hutan dataran rendah, perbukitan dan vegetasi pegunungan. Rona lingkungan di lokasi Kawasan Wisata Air Terjun Eria yaitu terdapat pohon pohon yang tinggi, tutupan kanopi tidak terlalu rapat, terdapat aliran sungai dari Air Terjun Eria, banyak bebatuan besar sepanjang aliran sungai, semak disekitar aliran sungai, aliran airnya cukup besar, merupakan hutan sekunder dan lain sebagainya.



Gambar 3.2.1 Peta Lokasi Riam Eria, Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang.



3.3 Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk membuat Pit Fall Trap dan Hand Sorting antara lain botol vial, gunting, plastic packing, lateks, meteran , pancang, penggaris, sekop tanaman, spidol permanen dan tali rapia. Alat yang digunakan untuk mengukur faktor lingkungan antara lain soil tester, termohigrometer



dan termometer.



Dokumentasi pencatatan, pengolahan data dan pembahasan menggunakan alat-alat seperti kamera digital dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam Pit Fall Trap dan Hand Sorting antara lain formalin 4 %. 3.4 Metode kerja 3.4.1 Pengambilan Sampel Lokasi yang telah dipilih dipasang perangkap Pit Fall Trap dan Hand Sorting Pit Fall Trap dibuat dengan menggali dan dimasukkan gelas plastik yang diisi larutan formalin 4% ke dalamnya. Kemudian, dipasang pelindung pada bagian atas area lubang. Jebakan dibuat sebanyak 3 lubang. Pengamatan hewan terjebak diambil pada keesokan harinya pukul 07.00 WIB. Hand Sorting dibuat dengan 3 titik pengambilan dengan plot kuadrat dibuat dengan ukuran 10x10 cm, 20x20 cm dan 30x30 cm. Sebelum digali, tanah dalam plot disiram dengan formalin 4%. Setelah itu, digali dengan kedalaman yang sama dengan ukuran sisi plot. Hewan yang terdapat dalam tanah galian disortir dan dimasukkan ke dalam botol flakon yang berisi formalin 4%. Identifikasi makrofauna tanah berdasarkan karakter morfologi menggunakan buku identifikasi Borror (1992). 3.4.2 Pengukuran Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang diukur berupa suhu udara, PH tanah, kelembaban tanah dan kelembaban udara. Suhu udara diukur dengan thermometer yang digantung beberapa saat. PH dan kelembaban tanah diukur dengan soil tester yang ditancapkan dengan kedalaman tertentu ke dalam tanah. Kelembaban udara diukur dengan termohigrometer yang digantung beberapa saat. Faktor lingkungan yang diamati pada titik sampling adalah kelembapan udara dan suhu udara, diukur menggunakan thermohygrometer dan suhu air menggunakan termometer raksa.



3.4.3 Identifikasi Identidikasi menggunakan buku warta makrofauna dan buku-buku identifikasi. 3.5 Analisis Data 4



Kepadatan populasi (K)



Perhitungan kepadatan populasi menggunakan rumus: 𝐾=



5



Jumlah individu suatu jenis (Odum, 1993) Luas area



Kepadatan relatif (KR)



Perhitungan kepadatan relatif menggunakan rumus: 𝑛𝑖



KR=∑𝑁x 100% (Odum, 1993) Keterangan: Ni : Jumlah individu spesies ke-i ∑N : Total individu seluruh jenis 6



Frekuensi kehadiran (FK)



Frekuensi kehadiran menggunakan rumus: FK = 7



Jumlah lokasi yang ditempati suatu jenis Jumlah total lokasi



x 100% (Odum, 1993)



Indeks keanekaragaman jenis Shanon-Winner



Indeks keanekaragaman jenis menggunakan rumus: H’= -∑ Pi ln Pi



(Magurran, 1988)



Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Shanon-Winner Pi = Proporsi jumlah individu ke-I (ni/N) Ni = Jumlah individu ke-i N = Total jumlah individu Kriteria keanekaragaman jenis menurut Shanon-Winner H’< 1



: Keanekaragaman rendah



1 < H’ < 3



: Keanekaragaman sedang



H’ > 3



: Keanekaragaman tinggi



8



Indeks kemerataan Evennes (E’)



Indeks kemerataan dihitung dengan rumus: E’ = H’/Ln (S)



(Magurran, 1988)



Keterangan : S = Jumlah spesies H’ = Indeks keanekaragaman jenis Nilai indeks kemerataan berkisar 0-1. Kriteria nilai indeks kemerataan berkisar sebagai sebagai berikut : E = 0: Kemerataan antar spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies jauh berbeda E = 1: Kemerataan antar spesies relative merata, artinya memiliki banyak kesamaan 9



Indeks Dominansi (C) Simpson C = ∑ (Pi)2



(Misra, 1973)



Keterangan : Pi



= Proporsi jumlah individu ke-i



C



= Indeks dominansi jenis



Nilai indeks dominansi berkisar 0-1. Kriteria nilai indeks dominansi adalah sebagai berikut C = 0: Dominansi antar spesies rendah, artinya ada spesies dominan di antara spesies tersebut C = 1: Dominansi antar spesies tinggi, artinya ada spesies dominan di antara spesies tersebut



BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan



pengamatan



yang dilakukan,



diperoleh



beberapa



hasil



makrofauna tanah yaitu sebagai berikut: 4.1.1 Tabel Estimasi Populasi Hand sorting Plot



Jenis



Stasiun



(cm)



Jlh



K



1 2 3 4 5 6 7 8



KR



FR



(%)



(%)



10x1



Pheretima sp.



2 0 0 3 1 0 0 0 6



0,00075



86,2



75



0x10



Formosan



0 1 0 0 0 0 0 0 1



0,00012



13,79



25



subterraneantermite 20x2



Pheretima sp.



2 1 0 4 5 0 0 2 13



0,00020



95,24



80



0x20



Glomeris sp.



0 0 0 0 0 0 1 0 1



0,00001



4,76



20



30x3



Pheretima sp.



3 0 0 5 3 0 0 0 11



0,000051



78,46



60



0x30



Telur pheritema sp.



0 1 0 0 0 0 0 0 1



0,00005



7,69



20



Oecophylla sp.



0 0 0 0 0 0 2 0 2



0,000009



13,85



20



4.1.2 Tabel Estimasi Populasi Pit Fall Trap Jenis Oecophylla sp. Gryllus sp. Formica aserva Gryllus mitratus Parcoblatta sp. Dolichoderus sp. Solenopsis geminate Anopheles sp. Sp. 1 Sp. 2 Sp. 3 Sp. 4 Sp. 5 Sp. 6 Sp. 7 Sp. 8 Sp. 9



1 15 1 -



2 -



3 1 1 -



-



2 2 -



-



Stasiun 4 5 5 3 4 3 0 1 2 7 3 1 -



6 -



7 1 2 -



8 8 -



-



-



1 1 1



Jlh



K



KR



FR



24 1 10 1 1 4



0,0063 0,0003 0,0026 0,0003 0,0003 0,0010



26.03% 1,24% 10,74% 1,24% 1,24% 4,13%



30



0,0078



32,23%



19,05% 4,76% 9,52% 4,76% 4,76% 4,76% 4,76%



1 2 2 1 2 7 3 1 1 1



0,0003 0,0005 0,0005 0,0003 0,0005 0,0018 0,0008 0,0003 0,0003 0,0003



1,24% 2,07% 2,07% 1,24% 2,07% 7,44% 3,30% 1,24% 1,24% 1,24%



4,76% 4,76% 4,76% 4,76% 4,76% 4,76% 4,76% 4,76% 4,76% 4,76%



4.1.3 Tabel Indeks Ekologi Metode Plot Hand 10x10x10 sorting 20x20x20 30x30x30 Pit fall trap



H’ 0,4118 0,2598 0,6570 2,0023



C 0,7421 0,8513 0,6329 0,2115



E’ 0,59 0,37 0,60 0,71



Keterangan :



H’: Indeks keanekaragaman jenis Shanon-Winner D: Indeks dominansi Simpson E’: Indeks kemerataan Evennes



4.1.4 Tabel Faktor Lingkungan Lokasi



Waktu



10x10 20x20 30x30



13:37 13:47 13:50



Suhu (oC) 26 26 26



Kelembaban Udara (%) 70 70 70



Kelembaban Tanah (%) 68 68 68



pH Tanah 5,1 5,1 5,1



Suhu Tanah (oC) 25 25 25



4.2 Pembahasan Tinggi rendahnya jumlah makrofauna tanah pada pengamatan yang dilakukan ditentukan oleh banyak faktor diantaranya sumber makanan yang cukup dan kondisi lingkungan yang sesuai. Jumlah individu makrofauna tanah dari tiga kali pengambilan nampak semakin berkurang .Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagi faktor seperti faktor makanan yang mulai habis atau terdekomposisi, suhu, pH, dan lingkungan (habitat) yang tidak sesuai dengan pola kehidupan makrofauna tanah. Penurunan jumlah individu makrofauna tanah juga dapat terjadi akibat kematian yang disebabakan oleh tekanan lingkungan atau sudah melampaui siklus hidupnya. Faktor makanan merupakan faktor yang penting dalam menentukan bertambah atau berkurangnya jumlah individu makrofauna tanah. Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi kehidupan biota tanah, khususnya makrofauna tanah (Suin, 1997), sehingga jenis dan komposisi bahan organik tanaman menentukan kepadatannya (Hakim dkk, 1986). Berdasarkan hasil pengamatan mengenai sampling fauna tanah dengan menggunakan perangkap (pitfall trap) dan plot Hand sorting dengan alat dan bahan yang sangat sederhana. Makrofauna yang ditemukan pada pengamatan Hand sorting dari Stasiun 1 hingga stasiun 8 yaitu Pheretima sp. Sebanyak 29 ekor ,



Formosan subterraneantermite sebanyak 1 ekor , Glomeris sp. Sebanyak 1ekor , dan Oecophylla sp. Sebanyak 1 ekor. Masing-masing jenis makrofauna tanah menunjukkan daya hidup yang berbeda ,namun makrofauna yang mendominasi pada pengamtan hand sorting yaitu Pheretima sp. Sedangkan pada pengamatan perangkap (pitfall trap)



berdasarkan hasil yang didapatkan dari pit fall trap ditemukan



sebagian besar adalah serangga. Serangga yang paling banyak ditemukan adalah Oecophylla sp. dengan jumlah 24 ekor dan kepadatan relatif 26.03%. Taksa terbesar kedua yang ditemukan adalah Formica aserva dengan jumlah



10 ekor dan



kepadatan relatif 10,74% . Hasil data menyatakan bahwa Oecophylla sp merupakan makrofauna tanah yang dominan pada daerah tesebut. Menurut Simanjuntak dan Waluyo (1982) serta Budiarti dan Palungkun (1996) cacing tanah sangat sensitif terhadap kadar keasaman tanah. Keasaman tanah bisa dianggap sebagai faktor pembatas dalam penyebaran cacing tanah dan menentukan jumlah dan cacing tanah disuatu daerah. Lebih lanjut Priyadarshini (1999) menyebutkan bahwa semakin tinggi masukan bahan organik tanaman diikuti naiknya pH tanah, maka semakin tinggi pula biomassa cacing tanah. Cacing tanah (Pheretima sp) dalam penelitian ini sangat jelas terlihat bahwa jumlah individu cacing tanah sangat mendominasi jika dibandingkan dengan jumlah individu makrofauna tanah lainnya yang populasinya sedikit. Banyaknya jumlah individu yang ditemukan dapat disebabkan oleh terciptanya kondisi lingkungan yang sesuai bagi cacing tanah, seperti tersedianya makanan yang cukup, pH, kelembaban, dan temperatur tanah yang sesuai. Sudharto dan Suwardjo (1987) mengungkapkan bahwa keadaan makanan dan lingkungan yang terlalu basah menyebabkan suatu proses dehidrasi, pada tubuh cacing tanah terlihat pucat atau berubah menjadi gelap dan akhirnya akan mati. Kelembaban tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah adalah 15 - 30% (Budiarti dan Palungkun, 1996). Seresah dianggap sebagai sumber makanan yang paling baik bagi cacing tanah karena karbohidratnya relatif tinggi dan rendah kandungan lignoselulosenya. Cacing tanah tidak mampu makan seresah segar yang baru jatuh dari pohon. Seresah tersebut membutuhkan periode tertentu untuk lapuk atau terurai sampai cacing tanah mampu



memakannya (Edward & Lofty,1972). Engelstad (1991) menjelaskan bahwa materi organik yang sedikit mengalami dekomposisi merupakan sumber makanan yang paling disukai oleh cacing tanah. Hal ini dapat karena lambatnya proses dekomposisi seresah tanaman sengon sehingga mampu mensuplai makanan bagi cacing tanah dalam waktu yang panjang. Meningkatnya keanekaragaman makrofauna di dalam tanah dengan meningkatnya kandungan bahan organik tanah dan dominansi vegetasi bawah disebabkan oleh karena bahan organik tanah maupun sisa-sisa tanaman dari vegetasi bawah dapat dimanfaatkan oleh makrofauna di dalam tanah sebagai sumber makananya. Semakin banyak tersedia makanan, maka semakin beragam pula makrofauna yang dapat eksis di habitat tersebut. Di samping itu keberadaan bahan organik tanah dan vegetasi bawah dapat memberikan kondisi mikrohabitat lebih baik guna menunjang kehidupan berbagai jenis organisme tanah, termasuk makrofauna tanahnya. Kandungan air tanah/kelembaban tanah ternyata menunjukkan korelasi negatif dengan indeks diversitas makrofauna di dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh karena peningkatan kandungan air tanah dapat mengurangi kandungan udara di dalam tanah. Dengan demikian berbagai jenis makrofauna tanah yang mengambil oksigen langsung dari udara tidak akan dapat beradaptasi pada lingkungan tanah dengan kandungan air yang tinggi. Sebaliknya fauna tanah yang mampu mengambil oksigen dari air akan dapat mendominansi kehidupan pada habitat tersebut. Tingginya tingkat dominansi akan menurunkan nilai indeks diversitas. Daerah pengamatan hand sorting pada ketiga plot didapatkan indeks keanekeragaman yang terbesar yaitu pada plot 30x30x30 namun masih tergolong dalam keanekaragaman spesies nya rendah karena nilainya (H’