Kebijakan Ekonomi India [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama Nim Prodi Mata Kuliah



: I Dewa Ayu Mita Prayatni : 1321105048 : Hubungan Internasional : Ekonomi Internasional



Implementasi Kebijakan “Market-Friendly Policies” Terhadap Kemajuan Perekonomian India India adalah salah satu negara di Asia yang mampu melaju pesat dalam bidang ekonominya. Walaupun sempat mengalami fase yang cukup sulit ketika masa kolonial Inggris dimana pajak tanah cukup memberatkan bagi masyarakat India pada saat itu. Selain pajak barang-barang dari Inggris sangat mendominasi di pasaran India dengan tidak adanya bea masuk sedangkan barang produksi India sendiri dikenakan bea masuk, sehingga produksi barangbarang di India tidak begitu berkembang. Sebelum tahun 1991, India menerapkan kebijakan ekonomi yang tidak pro pasar. Karena kebijakan ini tidak tertuju pada pasar, maka disini pemerintah mempunyai kekuatan penuh dalam mengontrol segala kegiatan perekonomian 1. Kebijakan semacam ini telah diterapkan sejak tahun 1947. Pada saat itu Ekonomi India di bawah pola sosialis menerapkan pembatasan yang diberlakukan tanpa pandang bulu, korupsi yang merajalela dan tidak adanya akuntabilitas dalam pemerintahan. Dengan 1,1 miliar penduduk, india merupakan negara dengan populasi terbesar kedua di dunia dengan wilayah geografis terbesar ketujuh. Pada periode 1989-1991, kegagalan ekonomi diiringi dengan terjadinya kekacauan politik. Program ekonomi lewat Repelita tak bisa dijalankan. Persoalan muncul pada Agustus 1990 ketika Irak menginvasi Kuwait dan harga minyak naik. Banyak pekerja India di Teluk Persia kehilangan pekerjaan dan kembali ke India. Hal itu mengurangi devisa yang menjadi andalan penerimaan devisa negara. Kemudian diperburuk lagi oleh kekacauan domestik, seperti konflik Hindu-Muslim di Ayodhya. Pemerintah pusat di bawah Vishwanath Pratap Singh memerintah periode 2 Desember 1989 – 10 November 1990. 2 Pemerintahan jatuh di tangan Chandra Shekhar Singh periode 10 November 1990 – 21 Juni 1991. Namun akar persoalan tak selesai dengan pergantian pemerintahan yang begitu cepat, bahkan turut memperburuk keadaan. Perekonomian yang sentralistik dan hanya di kuasai oleh pemerintah menjadikan aktivitas ekonomi berjalan lambat. Pandangan dunia luar terhadap India pada waktu ini kurang mendapat citra yang baik. India dipandang tidak ramah dengan investor asing karena yang diperbolehkan masuk ke India adalah sektor teknologi tinggi, selebihnya dilarang. Karena adanya isolasi agar tidak ada pihak luar yang masuk, maka India mengalami kondisi perekonomian pasang surut dimulai pada tahun 1950 sampai dengan 1990-an. Selama dua dekade yaitu 1950-60 dan 1960-70, skala pertumbuhan ekonomi berada pada angka 4 persen per tahun, angka ini pun memburuk pada periode dekade berikutnya, 1970-80, menjadi 3 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi India yang terus menerus seperti itu sangat bergantung pada kebijakan pemerintah, pada saat itu pasar yang diatur secara terpusat, kemudian pasar yang berbasis pada konsumen ini lah yang



1 Arya, C. (2013, April 09)., from http://cintyarya-fisip11.web.unair.ac.id (diakses pada tanggal 22 mei 2015 21:03) 2 Suhanda, I. (2007). India Bangkitnya raksasa Baru Asia: Calon Pemain utama Dinia di Era Globalisasi. Jakarta: Kompas Media Nusantara.



mengakibatkan ekonomi India mengalami stagnansi. Sebagai puncaknya, pada tahun 1991,kondisi yang sudah buruk dan terjadinya pelonjakan harga minyak dunia akibat Perang Teluk Setelah ditimpa krisis keuangan dan juga dinyatakan bangkrut India di bawah pemerintahan PM Narasimha Rao India yang pada saat itu menjabat sebagai menteri keuangan melakukan reformasi ekonomi secara besar-besaran. Reformasi ekonomi dimulai dari penghapusan lisensi raj, dengan demikian ekonomi negara kembali dibuka dan terbuka. Dengan dihapusnya perizinan sistem impor tersebut kegiatan ekspor-impor negara dapat berjalan bebas, para pelaku ekonomi tidak lagi terhambat oleh adanya hambatan-hambatan dari pemerintah. GDP India terus mengalami peningkatan melalui Foreign Direct Investment (FDI) hal ini dikarenakan mulai banyaknya investor yang menanamkan modalnya di India 3. Tidak hanya itu negara juga melakukan reformasi pajak yaitu melalui pengurangan tingkat pendapatan pajak bagi para investor yang mau menanamkan modalnya di India. Reformasi perekonomian ini merupakan sebuah terobosan yang penting dalam sejarah perekonomian India karena melalui reformasi ini India berhasil menerapkan kebijakan kebijakan baru yang lebih liberal dan terbuka dalam rangka meningkatkan perekonomian negaranya. Kebijakan kebijakan ini meliputi bentuk-bentuk pembukaan peluang dan jalur untuk investasi dan perdagangan internasional seperti kebijakan deregulasi, privatisasi, reformasi pajak, privatisasi,dll. Perdana menteri dan menteri keuangan yang menjabat pada masa itu, P.V Narashima Rao dan Dr. Manmohan Singh, menggunakan krisis ekonomi yang terjadi sebagai momentum yang tepat untuk merubah atau mereformasi kebijakan perekonomian India menjadi lebih liberal dengan menetapkan “Market-Friendly Policies”.4 Melalui kebijakan ini pemerintah India mematok jangka waktu 2 tahun untuk mengembalikan stabilitas ekonomi makro negaranya dengan terjun langsung memberi bantuan dalam permasalahan perekonomian makro. Untuk melakukan hal ini pemerintah meminjam dana kepada IMF dengan beberapa perjanjian untuk melakukan percepatan dalam tindak liberalisasi perekonomian dan membuka pasar perdagangan internasional di dalam negeri. Globalisasi serta reformasi berbagai bidang yang dilakukan sejak 1991 sedikit banyak telah merubah wajah India. Dalam bidang komunikasi dan transportasi, kini India merpakan salah satu negara yang sedang mengalami kemajuan yang signifikan dalam bidang tekhnoloni khususnya tekhnologi informasi. Banyak perusahaan-perusahaan raksasa asing yang tertarik dan memindahkan perusahaannya ke India, seperti Microsoft dan IBM, hal ini dikarenakan India memiliki banyak tenaga ahli yang berpendidikan dengan biaya yang murah, hal inilah yang kemudian menarik banyak perusahaan asing untuk berbondong-bondong memindahkan produksinya ke India. Sementara itu, di bidang pengembangan sumber daya manusia, India telah berhasil membuat negaranya menjadi sasaran “outsourcing” (mengontrakkan pekerjaan suatu perusahaan kepada tenaga perusahaan lain) oleh negara IT utama seperti AS, selain telah memungkinkannya untuk menopang kemajuan industri teknologinya sendiri, seperti di Bangalore. Keberhasilan India di bidang SDM ini disebakan oleh strategi pembangunan pendidikannya yang



3 S. Hooda, ‘A Study of FDI and Indian Economy’, National Institue of Technology, Kurukshetra (online), http://www.nitkkr.ac.in/Sapna_Hooda_Thesis_A_Study_of_FDI_and_Indian_Economy.pdf, diakses 22 mei 2015 21:45) 4 ‘Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization’, The Economy of India (online), http://www.indianeconomics.org/indian-economy-a-peek-into-its-economic-liberalization.html, diakses pada 23 mei 2015 20:30



memprioritaskan pendidikan ketrampilan tinggi untuk beberapa kelompok siswa tertentu daripada strategi pembangunan pendidikan dasar seperti wajib belajar 6 tahun. Pertumbuhan ekonomi India itu disertai oleh pertumbuhan sektoral yang memang seharusnya terjadi di negaranegara berkembang yaitu pertumbuhan industri dan jasa-jasa yang relatif tinggi dan pertumbuhan sector pertanian yang relatif rendah. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi sebesar 9,1 % disertai oleh pertumbuhan sektor industri sebesar 10,5 %, sector jasa-jasa, seperti hotel, restoran dan transpor, sebesar 10,7 %, sektor pertanian sebesar 1,7 % dan sektor infrastruktur sebesar 7,8 %.5Revolusi dalam bidang tekhnologi informasi telah mengantarkan India menjadi salah satu negara yang berkelas di mata internasional. Bahkan India kini telah menjadi kontributor serta pemimpin IT di Amerika Serikat. Industri software mengalami pertumbuhan yang amat pesat. Para kelas mengah baru yang berpendidikan di India kini dapat bekerja sebagai penyelenggara jasa teknik, animasi, ataupun programprogram antivirus. Kemajuan India dalam bidang IT telah menumbuhkan beberapa perusahaan raksasa dalam negeri seperti Infoys Technology, TATA Infotech, serta sebuah perguruan tinggi National Institute of Information Technology (NIIT).6 Kemajuan ekonomi India juga tidak terlepas dari modernisasi yang dilakukan oleh pemerintah India dalam beberapa bidang misalnya dalam bidang teknologi informasi dan pembuatan satelit angkasa mikro. Selain itu modernisasi India di bidang otomotif sangat berkembang dengan kompetitif di India, tahun 1980-an hanya ada tiga perusahaan otomotif yaitu Hintustan Motors, Premier Autimobiles, dan Standard Motors, tetapi saat ini ada sekitar 12 pabrik kendaraan penumpang, lima pabrikan kendaraan serbaguna, 9 pabrik kendaraan roda dua, lima kendaraan roda tiga, 14 pabrik traktor, dan lima pabrikmesin Banyak produsen indutri kendaraan membidik India sebagai pusat industri mereka, kini ada sekitar 420 perusahaan kunci sektor kompenen otomotif perusahaan tersebut menyumbang sekitar 85% dari total output komponen.Ekonomi India dulunya banyak tergantung dari pertanian, namun sekarang ini hanya menyumbang kurang dari 25% dari PDB.7 Industri penting lainnya selain teknologi informasi adalah pertambangan, petroleum, pengasahan berlian, film, tekstil,, dan kerajinan tangan. Kebanyakan daerah industri India berpusat di kota-kota utamanya. Ekspor utama India termasuk produk pertanian, tekstil, batu berharga dan perhiasan, jasa perangkat lunak dan teknologi, hasil teknik, kimia, dan hasil kulit sedangkan komoditas impornya adalah minyak mentah, mesin, batu berharga, pupuk, kimia. Pada tahun 2004, total ekspor India berjumlah AS$69,18 miliar sedangkan impor sekitar AS$89,33 miliar.8 Kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut membawa efek dramatis bagi perekonomian India. Perekonomiannya berkembang pesat, turunnya inflasi, terbukanya lapangan kerja yang luas, hutang terbayarkan serta cadangan devisa yang cukup banyak. Aset India yang meliputi sekelompok



5 Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization’, The Economy of India (online), http://www.indianeconomics.org/indian-economy-a-peek-into-its-economic-liberalization.html 6 http://haryo-prasodjo.blogspot.com/2013/04/pengaruh-globalisasi-bagi-kebangkitan.html (diakses pada 23 mei 2015 22:55 7 Suhanda, I. (2007). India Bangkitnya raksasa Baru Asia: Calon Pemain utama Dinia di Era Globalisasi. Jakarta: Kompas Media Nusantara. 8 A. Panagariya, ‘India’s Economic Reforms: What Has Been Acomplished? What Remains to Be Done?’, United Nations Public Administration Network (online),http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/apcity/unpan048617.pdf, diakses pada 23 Mei 2015 22:55)



besar insinyur, ilmuwan, operator pusat layanan, akuntan, analis keuangan, teknisi medis dan profesional lain, berketerampilan tinggi dan fasih berbahasa Inggris, juga merupakan faktor pendorong majunya perekonomian India. Sebelum india menerapkan liberalisasi ekonomi, sektor telekomunikasi merupakan usaha yang dimonopoli oleh negara, sehingga tidak ada persaingan dan terkesan monoton karena pasar tidak melakukan inovasi produk yang membuat konsumen jenuh atau bosan. Namun adanya pasar bebas membuat private sector dan investor asing ikut terlibat dalam sektor telekomunikasi, dengan adanya inovasi produk yang dilakukan oleh mereka membuat sektor telekomunikasi menjadi salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang signifikan dan dilirik oleh banyak investor asing karena telecommunication services telah menjadi usaha yang menjamur di India. Dengan kebijakan liberalisasi ekonomi tersebut, India menjadi salah satu negara yang kekuatan ekonominya diperhitungkan bersama dengan AS dan China. India juga dikatakan akan menjadi negara dengan kekuatan baru bersama China, Brazil, dan Rusia menggantikan hegemoni AS karena kekuatan ekonomi India tersebut. Banyak pengamat ekonomi yang mengatakan bahwa pada tahun 2015 ini India akan menggantikan Jepang di posisi tiga sebagai third largest economy in the world.9 Globalisasi berperan cukup besar dalam kebijakan liberalisasi yang diterapkan oleh India ini karena apabila tidak ingin tertinggal jauh dengan negara-negara maju lainnya, India harus meninggalkan kebijakan isolasi dari Negara lain tersebut dan harus membuka dirinya dalam perdagangan dunia. Karena dengan adanya pasar bebas, India dapat berintegrasi dengan negara-negara lainnya dan semakin terintegrasi dengan sistem perdagangan dunia yang ada. Namun yang menjadi perhatian selanjutnya adalah, kemiskinan yang menjadi kendala bagi India tidak lantas dapat teratasi juga meskipun dengan menjamurnya investasi luar negeri ini.



Daftar Pustaka 9 Analisis Dampak Kebijakan Globalisasi Ekonomi terhadap Kemiskinan dan Kesenjangan di India pasca liberalisasi Ekonomi tahun 1991.pdf (diakses pada 24 mei 2015 14:45)



Suhanda, I. (2007). India Bangkitnya raksasa Baru Asia: Calon Pemain utama Dinia di Era Globalisasi.Jakarta: Kompas Media Nusantara. http://cintyarya-fisip11.web.unair.ac.id (diakses pada tanggal 22 mei 2015 21:03) S. Hooda, ‘A Study of FDI and Indian Economy’, National Institue of Technology, Kurukshetra (online),http://www.nitkkr.ac.in/Sapna_Hooda_Thesis_A_Study_of_FDI_and_Indian_Economy.pdf, (diakses 22 mei 2015 21:45) Indian



Economy:



A



Peek



into



Its



Economic



Liberalization’,



The



Economy



of



India



(online),http://www.indianeconomics.org/indian-economy-a-peek-into-its-economic-liberalization.html, (diakses pada 23 mei 2015 20:30) http://haryo-prasodjo.blogspot.com/2013/04/pengaruh-globalisasi-bagi-kebangkitan.html (diakses pada 23 mei 2015 22:55) A. Panagariya, ‘India’s Economic Reforms: What Has Been Acomplished? What Remains to Be Done?’,United Nations Public Administration Network (online), http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/apcity/unpan048617.pdf, (diakses pada 23 MEI 2015 22:55) Analisis Dampak Kebijakan Globalisasi Ekonomi terhadap Kemiskinan dan Kesenjangan di India pasca liberalisasi Ekonomi tahun 1991.pdf (diakses pada 24 mei 2015 14:45)