Lima Perdebatan Kebijakan Ekonomi Makro [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LIMA PERDEBATAN KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO 1)      Perlukah  Pembuat Kebijakan Moneter dan Fiskal Mencoba Menstabilkan Perekonomian?          Perubahan permintaan dan penawaran  agregat dapat menimbulkan fluktuasi jangka pendek dalam produksi dan penyerapan tenaga kerja. Kebijakan moneter dan fiskal dapat meningkatkan permintaaan agregat dan dengan demikian juga memepengaruhi fluktuasi-fluktuasi tersebut.Namun demikian, walaupun para pembuat kebijakan mampu memepengaruhi fluktuasi ekonomi jangka pendek, apakah hal tersebut berarti mereka perlu melakukannya? Perdebatan pertama terfokus pada pertanyaan apakah para pembuat kebijakann moneter dan fiskal perlu memanfaatkan peralatan mereka dan mencoba meredakan naik-turunnya siklus bisnis. Pro : Pembuat Kebijakan Moneter dan Fiskal Perlu Mencoba Menstabilkan Perekonomian                  Apabila dibiarkan, perekonomian cenderung berfluktuasi. Ketika rumah tangga dan perusahaan bersikap pesismistis, sebagai contoh mereka akan mengurangi pengeluaran, dan hal ini akan mengurangi produksi barang dan jasa. Perushaan memberhentikan para pekerja dan tingkat pengangguran pun meningkat.PDB riil dan ukuran-ukuran pendapat lainnya menurun.Meningkatnya pengangguran dan menurunnya pendapatan membantu memperkuat rasa pesimistis yang awalnya memicu resesi ekonomi.                  Resesi semacam ini tidak bermanfaat bagi masyarakat.Para pekerja yang diberhentikan karena tidak cukupnya permintaan agregat seharusnya dapat bekerja.Para pemilik perusahaan yang pabriknya terbengkalai selama resesi berlangsung seharusnya dapat memproduksi barang dan jasa yang berharga kemudian menjualnya sehingga memeberikan keuntungan bagi mereka.          Tidak ada alasan bagi masyarakat untuk menderita akibat fluktuasi siklus bisnis.perkembangan teori ekonomi makro telah membuat para pembuat kebijakan mampu melihat bagaimana mengurangi dahsyatnya fluktuasi ekonomi.Dengan bersandar pada perubahan ekonomi, kebijakan moneter dan fiskal dapat menstabilkan permintaan agregat, demikian juga produksi dan kesempatan kerja.Ketika permintaan agregat tidak cukup untuk memastikan penyerapan tenaga kerja penuh, para pembuat kebijakan harus meningkatkan anggaran belanja pemerintah, memotong pajak, dan meningkatkan jumlah uang yang beredar.Ketika permintaan agregat belebihan sehingga beresiko meningkatkan inflasi, para pembuat kebijakan harus memotong anggaran belanja pemerintah, meningkatkan pajak, dan mengurangi jumlah barang yang beredar. Tindakan-tindakan kebijakan semacam itu akan mengoptimalkan penggunaan teori ekonomi makro dengan menciptakan perekonomian yang lebih stabil dan menguntungkan semua orang. Kontra : Pembuat Kebijakan Moneter dan Fiskal Tidak Perlu Mencoba Menstabilkan Perekonomian      Walaupun secara teoritis kebijakan moneter dan fiskal dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian, namun pemakaian kebijakan tersebut pada praktiknya menemui berbagai persoalan. Salah satu persoalannya adalah kebijakan moneter dan fiskal tidak segera memengaruhi perekonomian, tetapi justru membutuhkan waktu yang lama.Kebijakan moneter memengaruhi permintaan agregat dengan mengubah suku bunga, yang kemudian memengaruhi pengeluaran, khususnya untuk investasi perumahan dan bisnis.Namun demikian, banyak rumah tangga dan perusahaan yang mengatur rencana pengeluaran mereka jauh di muka. Akibatnya, dibutuhkan waktu yang lama bagi  perubahan suku bunga untuk mengubah permintaan agregat barang dan jasa. Banyak penelitian menunjukkan bahwa perubahan kebijakan moneter memberikan dampak yang kecil terhadap permintaan agregat sampai kira-kira enam bulan setelah perubahan tersebut dilakukan.          Kebijakan fiskal juga baru berdampak setelah waktu yang lama karena adanya proses politik yang panjang pada saat dilakukan perubahan pengeluaran dan pajak oleh pemerintah. Untuk melakukan perubahan terhadap kebijakan fiskal, terlebih dahulu rancangan undang-undang harus disetujui oleh komite-komite kongres, kemudian



disahkan oleh DPR dan Senat, dan selanjutnya ditandatangani oleh presiden.Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk merancang, mengesahkan dan menetapkan suatu perubahan besar dalam kebijakan fiskal.          Oleh karena adanya keterlambatan ini, para pembuat kebijakan yang ingin menstabilkan perekonomian perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang akan muncul ketika dampak tindakan mereka muncul. Sayangnya, peramalan ekonomi sangatlah tidak akurat, sebagian karena ilmu ekonomi makro merupakan ilmu yang primitif dan sebagian lagi karena guncangan-guncangan yang menyebabkan fluktuasi dalam perekonomian pada prinsipnya tidak dapat diramalkan. Dengan demikian, ketika para pembuat kebijakan mengubah kebijakan fiskal atau moneter, mereka harus bergantung pada dugaan-dugaan tentang kondisi perekonomian di masa depan.          Seringkali para pembuat kebijakan mencoba untuk menstabilkan perekonomian dengan cara yang berlawanan. Kondisi perekonomian dapat dengan mudah berubah pada waktu antara awal kebijakan tersebut dilakukan hingga dampaknya muncul.Oleh karena itu, para pembuat kebijakan bukannya meredakan, tapi justru secara tidak sengaja malah memperburuk fluktuasi. 2)      Haruskah Kebijakan Moneter Disusun Berdasarkan Peraturan, Alih-Alih Berdasarkan Kebebasan?                  Perebatan kedua kita mengenai kebijakan makro berfokus pada apakah Fed harus dikurangi kebebasannya dan, alih-alih demikian, berkomitmen untuk mengikuti aturan dalam perancangan serta penerapan kebijakan moneter. Pro : Perancangan dan Penerapan Kebijakan Moneter Harus Diatur                  Adanya kebebasan dalam menyusun dan menjalankan kebijakan moneter menimbulkan dua persoalan.Persoalan pertama adalah, kebebasan tersebut tidak membatasi inkompetensi dan penyalahgunaan kekuasaan. Ketika pemerintah memberi otoritas pada Fed untuk menjaga ketertiban ekonomi, pemerintah tidak memberikan pedoman apapun. Para pembuat kebijakan moneter diberikan kebebasan sebesar-besaranya. Persoalam kedua adalah bahwa kebijakan moneter yang ditentukan dengan bebas akan dapat menyebabkan laju inflasi yang lebih tinggi daripada yang diinginkan. Para pejabat Fed yang mengetahui tidak ada tredeoff jangka panjang antar inflasi dan pengangguran seringkali mengumumkan bahwa tujuan mereka adalah menekan laju inflasi hingga nol. Namun, mereka jarang mencapai stabilitas harga. Mengapa? Mungkin hal tersebut disebabkan karena, segera setelah publik membentuk dugaan mengenai inflasi, para pembuat kebijakan akan menghadapi tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Mereka akan tergoda untuk mengingkari janji mereka mengenai akan mencapai stabilitas harga demi menekan tingkat pengangguran. Ketidakcocokan antara pengumuman (apa yang dikatakan oleh para pembuat kebijakan tentang apa yang telah mereka lakukan) dengan tindakan (apa yang keamudian mereka lakukan) ini disebut sebagi inkonsistensi waktu dari kebijakan. Karena para pembuat kebijakan sering kali tidak konsisten, maka masyarakat ragu ketika Fed mengumumkan maksud mereka untuk mengurangi laju inflasi.Akibatnya , masyarakat selalu menduga inflasi yang terjadi akan lebih tinggi daripada target yang telah dicoba dicapai oleh para pembuat kebijakan moneter.          Salah satu cara menghindari kedua persoalan terkait kebebasan dalam menjalankan kebijakan adalah dengan memastikan Fed berkomitmen pada suatu aturan kebijakan. Sebagai contoh, anggaplah bahwa Kongres mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan Fed meningkatkan jumlah uang yang beredar sebanyak 3 persen per tahun.(Mengapa 3 persen? Karena dalam pertumbuhan PDB riil rata-rata 3 persen per tahun dan karena permintaan uang tumbuh sesuai PDB riil, maka pertumbuhan jumlah uang yang beredar sebesar 3 persen per tahun merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan stabilitas harga dalam jangka panjang). Undang-undang semacam itu akan menghapuskan inkonsistensi dan penyalahgunaan kekuasaan Fed, dan undang-undang tersebut juga dapat menutup kemungkinan terjadinya siklus bisnis politis. Selain itu, inkonsistensi waktu dari kebijakan tersebut juga akan lenyap.



Kontra : Kebijakan Moneter Seharusnya Tidak Dibuat Berdasarkan Aturan          Walaupun kebebasan dalam menjalankan kebijakan moneter memiliki beberapa kekurangan, kebijakan ini juga memiliki kelebihan penting yaitu fleksibilitas.Fed selalu menghadapi berbagai situasi, yang tidak semuanya dapat diramalkan.Pada tahun 1930-an, jumlah bank yang pailit mencapai rekor.Pada tahun 1970-an, harga minyak bumi di seluruh dunia melambung tinggi.Pada bulan Oktober 1987, pasar saham mengalami penurunan sebesar 22 persen dalam sehari.Fed harus menentukan bagaimana menanggapi guncangan-guncangan perekonomian ini.Seorang perancang aturan kebijakan tidak mungkin mampu memperhitugkan segala kemungkinan dan dengan cepat menetukan respon kebijakan yang tepat.Lebih baik menunjuk orang-orang yang tepat untuk menjalankan kebijakan moneter kemudian memberikan kebebasan kepada mereka untuk melakukan yang terbaik.          Selain itu, berbagai masalah yang biasanya dikaitkan dengan kebebasan dalam menjalankan kebijakan moneter umumnya hanya bersifat dugaan.Kepentingan praktis dari siklus bisnis politis ini sangat tidak jelas.Kepentinagn praktis dari inkonsistensi waktu juga sangat tidak jelas. Walaupun banyak orang meragukan kebenaran dari pengumuman Fed, para pejabat Fed dapat menerima kredibilitas seiring berjalannya waktu dengan cara mewujudkan perkataan mereka menjadi tindakan. Pada tahun 1990-an, Fed berhasil mencapai dan mempertahankan tingkat inflasi yang rendah, meskipun godaan untuk mengambil keuntungan dari tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran tetap ada. Pengalaman ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi yang rendah tidak mengharuskan Fed berkomitmen terhadap suatu aturan.          Segala upaya untuk membatasi kebebasan Fed dengan suatu aturan harus terlebih dulu menghadapi satu persoalan besar yaitu : Bagaimana membuat peraturan yang tepat. Meskipun telah dilakukan berbagai penelitian yang mempelajari kerugian dan keuntunagn dari berbagai penelitian yang mempelajari kerugian dan keuntungan dari berbagai aturan alternatif, para ekonom belum juga mencapai kesepakatan mengenai seperti apa aturan yang baik itu. Sampai sebuah kesepakatan muncul, untuk sementara mau tidak mau publik harus memberikan kebebasan kepad para pejabat Fed untuk menjalankan kebijakan moneter yang mereka anggap baik. 3)      Haruskah Bank Sentral Berusaha Untuk Mencapai Tingkat Inflasi Nol ?          Masyarakat menghadapi tradeoff  jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Perdebatan ketiga kita mempersoalkan apakah laju inflasi harus ditargetkan untuk mencapai nol. Pro : Bank Sentarl Harus Mencapai Tingkat Inflasi Nol                  Inflasi tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi masyarakat, namun membebankan beberapa biaya yang nyata. Para ekonom mengidentifikasikan enam macam biaya akibat inflasi :         Biaya sol sepatu terkait dengan semaikin rendahnya jumlah uang yang dipegang.         Biaya nebu terkait dengan frekuensi penyesuaian harga.          Semakin beragamnya harga-harga relatif.         Perubahan nilai wajib pajak yang tidak disengaja karena peraturan perpajakan tidak diindekskan.         Kebingungan dan ketidaknyaman akibat unit perhitungan yang berubah         Distribusi ulang kekayaan secara acak yang tekait dengan surat-surat utang bersatuan dolar.                  Beberapa ekonom mengatakan bahwa biaya-biaya tersebut kecil, setidaknya untuk laju inflasi menengah, seperti inflasi sebesar 3 persen yang pernah terjadi di AS selama tahun 1990-an. Tetapi, para ekonom lain menyatakan bahwa biaya-biaya ini dapat menjadi besar, sekalipun laju inflasinya tidak terlalu tinggi. Selain itu, tidak diragukan lagi bahwa masyarakat tidak menyukai inflasi.Ketika inflasi meningkat, ini meninjukkan bahwa inflasi merupakan salah satu masalah utama negara.



                 Tentu saja keuntungan tingkat inflasi yang bernilai nol harus dibandingkan dengan besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk mewujudkannya.Pengurangan inflasi biasanya membutuhkan suatu masa dengan tingkat pengangguran tinggi dan produksi rendah.Namun, resesi yang muncul karena adanya upaya mengurangi inflasi yang bersifat sementara ini. Sekali masyarakat mulai mengerti bahwa para pembuat kebijakan sedang berupaya mengurangi tingkat inflasi hingga nilainya nol, harapan mereka terhadap inflasi akan menurun, dan tradeoff jangka pendek akan lebih baik. Karena harapan masyarakat mengalami penyesuaian, maka tidak ada tradeoff jangka panjang antara inflasi dan pengangguran.Dengan demikian, disinflasi merupakan sebuah kebijakan dengan biaya sementara tetapi memiliki manfaat yang permanen. Artinya, setelah resesi akibat upaya pengurangan inflasi selesai, manfaat dari tingkat inflasi nol akan mulai terasa. Jika para pembuat kebijakan berpikir panajng, mereka akan rela menanggung biaya sementara tersebut demi memperoleh manfaat permanen.                              Selain itu, biaya yang dibutuhkan dalam rangka mengurangi inflasi tidaklah sebesar yang dinyatakan oleh para ekonom. Jika Fed mengumumkan bahwa mereka berkomitmen dan dapat dipercaya untuk menciptakan tingkat inflasi nol, maka harapan masyarakat mengenai inflasi akan langsung terpengaruh. Perubahan harapan semacam ini dapat memperbaiki tradeoff  jangka pendek antara inflasi dan pengangguran, sehingga perekonomian dapat mencapai tingkat inflasi dengan biaya yang juga rendah. Salah satu keunggulan dari target tingkat inflasi nol adalah bahwa nilai nol menunjukkan titik fokus yang lebih alamiah bagi para pembuat kebijakan. Kontra : Bank Sentarl Tidak Perlu Mencapai Tingkat Inflasi Nol                  Walaupun stabilitas harga mungkin diinginkan, manfaat dari tingkat inflasi nol dibandingkan dibandingkan tingkat inflasi yang menengah tergolong kecil, sedangkan biaya  untuk mencapai tingkat inflasi nol tergolong besar. Perkiraan rasio pengorbanan menunjukkan bahwa pengurangan tingkat inflasi sebesar 5 persen per tahun.Pengurangan tinkat inflasi dari 4 persen menjadi nol, misalnya, membutuhkan pengorbanan tingkat produksi sebesar 20 persen per tahun. Walaupun orang-orang tidak menyukai inflasi sebesar 4 persen, tidaklah jelas apakah mereka akan rela (atau harus) membayar 20 persen pendapatan per tahunnya untuk menghilangkan inflasi.                  Biaya-biaya sosial untuk meniadakan inflasi bahkan lebih besar dari perkiraan sebesar 20 persen tersebut, karena hilangnya pendapatan ini tidaklah merata di seluruh populasi.Ketika perekonomian mengalami resesi, tidak seluruh pendapatan menurun secara sebanding.Sebaliknya, penurunan jumlah pendapatan terkonsentrasi pada para pekerja yang kehilangan pekerjaan mereka.Para pekerja yang paling rentan adalah mereka yang hanya memeiliki pengalaman dan keahlian yang sedikit.Dengan demikian, sebagian besar biaya disinflasi dibebankan kepada mereka yang tidak mampu meananggungnya.                  Walaupun para ekonom dapat mendaftarkan beberapa biaya akibat inflasi, tidak ada kesepakatan yang pasti bahwa biaya-biaya tersebut cukup penting.Memang benar bahwa masyarakat tidak menyukai inflasi, namun pandangan mereka mengenai inflasi mungkin keliru.Para ekonom memahami bahwa standar hidup bergantung pada produktivitas, bukan pada kebijakan moneter. Karena inflasi pendapatan nominal berjalan beriringan dengan inflasi harga, maka pengurangan laju inflasi tidak akan membuat pendapatan riil meningkat lebih cepat.                  Upaya mengurangi inflasi mungkin diharapkan apabila dapat dilakukan tanpa biaya sama sekali, dan seperti yang dikatakan oleh para ekonom, hal tesebut mungkin terrjadi. Namun, pada praktiknya hal ini sulit dilakukan.Ketika perekonomian mengurangi tingkat inflasinya, perekonomian hampir selalu mengalami periode dengan tingkat penganggurn yang tinggi dan produksi yang rendah.Sangatlah beresiko untuk memercayai bahwa bank sentral mampu meraih kredibiltas dengan cepat dalam prosesnya menghilangkan inflasi sehingga tidak menambah kesulitan masyarakat.                  Memang, resesi akibat disinflasi sangat berpotensi meninggalkan luka permanen pada perekonomian.Perusahaan-perusahaan dalam berbagi industri mengurangi pengeluaran untuk peralatan dan



perlengkapan barumereka selama resesi, sehingga investai dalam komponen PDB yang paling fluktuaktif. Bahkan, setelah resesi berakhir, persediaan modal yang lebih kecil akan mengurangi produktivitas, pendapatan, dan standar hidup di bawah tingkat yang seharusnya dapat mereka capai. Beberapa ekonom berpendapat bahwa tingginya angka pengangguran pada perekonomian di banyak negara Eropa sepanjang dekade terakhir merupakan akibat dari upaya disinflasi tahun 1980-an.



4)      Pemerintah Perlu Menyeimbangkan Anggaran Belanjanya          Perdebatan ekonomi makro yang paling sering terjadi adalah mengenai keuangan pemerintah. Setiap kali pengeluaran pemerintah melebihi pendapatannya dari pajak, pemerintah maenutupi defisit anggarannya ini dengan menerbitkan surat utang pemerintah. Namun, seberapa besarkah masalah defisit anggaran tersebut?Perdebatan keempat kita terpusat pada pertannyaan apakah para pembuat kebijakan fiskal perlu mendapatkan penyeimbangan anggaran belanja pemerintah sebagai prioritas utama. Pro : Pemerintah Perlu Menyeimbangkan Anggaran Belanjanya                  Saat ini jumlah utang pemerintah federal AS jauh lebih banyak daripada dua dekade sebelumnya. Pada tahun 1980, utang pemerintah federal besarnya $710 miliar, sedangkan di tahun 2002, utangnya mencapai $3,5 triliun. Apabila kita membagi utang pemerintah saat ini dengan jumlah penduduknya, maka setiap orang harus menanggung sebesar $13.000.                  Dampak langsung dari utang pemerintah tersebut adalah beban yang harus ditanggung oleh para pembayar pajak generasi berikutnya. Akibat seluruh utang berikut bunganya yang terakumulasi jatuh tempo, para pembayar pajak di masa depan akan menghadapi pilihan yang sulit. Mereka dapat memulih untuk membayar pajak lebih tinggi, mendapati bahwa pengeluaran pemerintah lebih sedikit, atau keduanya, supaya dapat melunasi utang beserta bunganya.Atau, mereka juga dapat menunda pembayaran dan memeperbesar utang pemerintah dengan pinjaman baru untuk membayar utang lama beserta bunganya. Intinya, ketika terjadi defisit anggaran dan menerbitkan surat utang, pemerintah mengalihkan sebagian beban para pembayar pajak di generasi ini kepada para pembayar pajak di masa depan. Warisan utang sebesar itu mau tidak mau akan menurunkan standar hidup generasi mendatang.                  Selain dampak langsung tersebut, defisit anggaran juga memberikan dampak ekonomi makro yang beragam.Karena defisit anggaran mencerminkan tabungan publik yang bersifat negatif, defisit ini menyebabkan penurunan tabungan nasional.Berkurangnya tabungan nasional menyebabkan suku bunga riil meningkat dan investasi menurun.Berkurangnya investasi menyebabkan persediaan barang modal semakin sedikit. Semakin sedikitnya persediaan  modal akan mengurangi produktivitas pekerja, upah riil dan produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Dengan demikian, jika utang pemerintah bertambah, maka generasi mendatang akan mengalami masa perekonomian dengan pendapatan yang lebih rendah dan pajak yang lebih tinggi.          Meskipun demikian, ada beberapa situasi di mana defisit anggaran dapat dibenarkan.Sepanjang sejarah, penyebab paling umum dari menigkatnya utang pemerintah adalah perang.Selain itu, defisit anggaran juga terjadi jika perekonomian sedang mengalami resesi. Kontra : Pemerintah Tidak Perlu Menyeimbangkan Anggaran Belanjanya                  Masalah utang pemerintah seringkali terlalu dibesar-besarkan.Walaupun utang pemerintah memang mencerminkan beban pajak bagi generasi muda, beban ini tidak terlalu besar bila dibandingkan pendapatan rata-rata seumur hidup seseorang.Selain itu, adalah sebuah kekeliruan jika dampak defisit anggaran dipandang secara



tersendiri.Defisit anggaran hanyalah sebagian kecil dari sebuah gambaran besar mengenai bagaimana pemerintah memilih untuk meningkatkan dan membelanjakan uangnya. Dalam membuat keputusan-keputusan kebijakan fiskal, para pembuat kebijakan akan memengaruhi berbagi generasi pembayar pajak melalui berbagai cara. Defisit atau surplus anggaran pemerintah harus diperhitungkan bersama-sama dengan kebijakan-kebijakan lainnya.          Defisit anggaran juga berbahaya jika dipandang secara sempit karena hal tersebut mengalihkan perhatian yang seharusnya ditujukan pada berbagai kebijakan lainnya yang bertujuan mendistribusikan ulang pendapatan antargenerasi. Sebagai contoh, pada tahin 1960-an dan 1970-an, pemerintah federal AS meningkatkan tunjangan jaminan sosial bagi golongan manula. Pemerintah membiayai kenaikan pengeluaran ini dengan meningkatkan pajak pendapatan yang dikenakan pada masyarakat dalam usia kerja.  Kebijakan ini mendistribusikan pendapatan dari generasi muda ke generasi tua, walaupun  redistribusi pendapatan ini tidak memengaruhi utang pemerintah. Dengan demikian, defisit anggaran hanyalah bagian kecil dari persoalan besar tentang bagaimana kebijakan pemerintah memengaruhi kesejahteraan berbagai generasi.          Kritik  terhadap defisit anggaran terkadang menyatakan bahwa utang pemerintah tidak akan meningkat selamnaya, meskipun pada kenyataanya bisa. Sama seperti sebuah bank ketika mengevaluasi permohonan pinjaman akan membandingkan utang seseorang dengan pendapatannya, kita juga seharusnya membandingkan beban utang pemerintah relatif terhadap besar pendapatannya. Pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi menyebabkan pendapatan total perekonomian AS meningkat dari waktu ke waktu.Hasilnya, kemampuannya untuk menbayar bunga atau utang pemerintah juga menigkat dari waktu ke waktu.Selama laju peningkatan utang pemerintah lebih lambat daripada laju peningkatan pendapatan, peningkatan jumlah utamg pemerintah tidak bisa dicegah. 5)      Haruskah Undang - Undang Perpajakan Perlu Diperbaharui Untuk Meningkatkan Tabungan ? Pro: Undang-undang Perpajakan Perlu Diperbarui untuk Meningkatkan Tabungan                  Tingkat tabungan suatu negara merupakan penentu utama dari kemakmuran ekonomi jangka panjang nya. Kemampuan produktif suatu negara ditentukan terutama oleh berapa banyak menabung dan berinvestasi untuk masa depan. Ketika tingkat tabungan yang lebih tinggi, lebih banyak sumber daya yang tersedia untuk investasi di pabrik baru dan peralatan.                  Sayangnya, sistem perpajakan mematahkan semangat menabung, yang lebih lanjut akan mengurangi minat masyarakat untuk menabung akibat adanya pemungutan pajak dua kali pada beberapa bentuk pendapatan modal. Sebuah alternatif untuk kebijakan pajak saat ini yang dianjurkan oleh banyak ekonom adalah pajak konsumsi. Dengan pajak konsumsi, rumah tangga membayar pajak berdasarkan apa yang mereka habiskan bukan pada apa yang mereka hasilkan. Kontra: Undang-undang Perpajakan Tidak Perlu Diperbarui untuk Meningkatkan Tabungan                  Banyak perubahan dalam undang-undang pajak untuk merangsang tabungan terutama akan menguntungkan orang kaya. Rumah tangga berpendapatan tinggi menyimpan sebagian dari pendapatan mereka lebih tinggi daripada rumah tangga berpendapatan rendah. Setiap perubahan pajak yang nikmat orang yang menabung juga akan cenderung mendukung orang dengan pendapatan tinggi. Mengurangi beban pajak pada orang kaya akan mengarah pada masyarakat yang kurang egaliter. Hal ini juga akan memaksa pemerintah untuk menaikkan beban pajak pada masyarakat miskin. Meningkatkan tabungan masyarakat dengan menghilangkan defisit anggaran pemerintah akan memberikan cara yang lebih langsung dan merata untuk meningkatkan tabungan nasional.