Kekerasan Dalam Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEKERASAN DALAM PENDIDIKAN Kategori: Pendidikan Diposting oleh widyastuti pada Senin, 23 Agustus 2010



PENDAHULUAN



Selain tingginya angka buta huruf, putus sekolah, minimnya pembiayaan, dan rendahnya kualitas pendidikan sehingga kesulitan mencapai target MDG’s (Millenium Development Goal’s) dan EFA (Education for All), kekerasan dalam pendidikan menjadi problem terselubung yang bila tidak diselesaikan akan menjadi masalah serius untuk pendidikan Indonesia. Kekerasan dalam pendidikan bagaikan puncak gunung es atau dengan kata lain kekerasan dalam pendidikan merupakan masalah yang tidak pernah tersentuh. Pendidikan dan pengajaran memang tidak identik dengan kekerasan, baik di masa yang lalu apalagi sekarang ini. Tapi kekerasan sering kali dihubung-hubungkan dengan kedisiplinan dan penerapannya dalam dunia pendidikan. Istilah “tegas” dalam membina sikap disiplin pada anak didik, sudah lazim digantikan dengan kata “keras”. Hal ini kemudian ditunjang dengan penggunaan kekerasan dalam membina sikap disiplin di dunia militer, khususnya pendidikan kemiliteran. Ketika kemudian cara-cara pendidikan kemiliteran itu diadopsi oleh dunia pendidikan sipil, maka cara “keras” ini – istilah sekarang adalah kekerasan – juga ikut diambil alih. Kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa seperti dilempar penghapus dan penggaris, dijemur di lapangan, dan dipukul. Di samping itu siswa juga mengalami kekerasan psikis dalam bentuk bentakan dan kata makian, seperti bodoh, goblok, kurus, ceking dan sebagainya. Selain itu, kasus-kasus kekerasan pendidikan yang kita ketahui dariberita-berita yang menyiarkan pelecehan oleh guru terhadap sejumlah muridnya, kemudian dilanjutkan dengan tawuran dan konflik fisik yang melibatkan mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Kasus yang paling populer adalah mahasiswa IPDN berebut merampas nyawa orang lain. Tidak puas dengan menganiaya juniornya hingga tewas, mereka malah lebih berani lagi melakukan penganiayaan di luar kampus. Akibatnya seorang pemuda harus meregang nyawa. Ironis memang, karena kasus-kasus itu justru dilakukan oleh mereka yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin negeri ini dan dilatarbelakangi oleh alasan yang sepele. Aksi tragis lain yang terjadi yaitu David Hartanto, mahasiswa Indonesia di Nanyang Technological University (NTU) Singapura menikam profesornya dan setelah itu diduga bunuh diri dengan meloncat dari lantai 4 di kampusnya, (Sumber: Pikiran Rakyat). Kisah sedih ini seolah menambah daftar panjang fenomena kekerasan di lingkungan pendidikan. Di tanah air, saat ini pun sedang marak pemberitaan kasus-kasus kekerasan yang melibatkan para pelajar. Beberapa waktu lalu beredar video yang menggambarkan pengeroyokan siswa SMP di ruang kelas, perkelahian antargeng siswa perempuan, bahkan ada pula video kekerasan perkelahian dua siswa perempuan disaksikan teman-temannya dan seorang gurunya menjadi wasit. Lantas, dari sejumlah kasus tersebut, timbul pertanyaan ada apa dengan dunia pendidikan Indonesia ? PEMBAHASAN Secara umum, kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak menyenangkan atau merugikan orang lain, baik secara fisik maupun psikis. Kekerasan tidak



hanya berbentuk eksploitasi fisik semata, tetapi justru kekerasan psikislah yang perlu diwaspadai karena akan menimbulkan efek traumatis yang cukup lama bagi si korban. Dewasa ini, tindakan kekerasan dalam pendidikan sering dikenal dengan istilah bullying. Pada kenyataannya, praktik bullying ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh teman sekelas, kakak kelas ke adik kelas, maupun bahkan seorang guru terhadap muridnya. Terlepas dari alasan apa yang melatarbelakangi tindakan tersebut dilakukan, tetap saja praktik bullying tidak bisa dibenarkan, terlebih lagi apabila terjadi di lingkungan sekolah. Maraknya tayangan-tayangan kekerasan dalam dunia pendidikan, khususnya yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya ataupun oleh siswa terhadap temannya, seharusnya mampu membuka atau menggugah hati kita sebagai seorang pendidik, bahwa tidak tertutup kemungkinan praktik bullying tersebut terjadi pula di lingkungan sekolah kita masingmasing. Kekerasan dan pelecehan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesiaakhirakhir ini, bukanlah sesuatu yang muncul dengan tiba-tiba. Namun, semua itu telah tertanam kuat sejak dulu sebelum kemudian akhirnya meledak. Sebagai contoh, masyarakat yang pernah mengenyam dunia pendidikan tentu masih ingat benar dengan istilah MOS (Masa Orientasi Siswa) atau OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus) dengan berbagai nama lainnya. Kedua kegiatan tersebut senantiasa dilakukan setiap tahun untuk menyambut siswa dan mahasiswa baru. Tujuan awalnya adalah untuk memberikan pembekalan, baik materi maupun pengenalan lingkungan sekolah atau kampus kepada siswa maupun mahasiswa baru. Hal ini dianggap penting untuk membantu proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama. Sayang, dalam pelaksaannya kedua kegiatan ini justru mengalami penyimpangan tujuan. MOS dan OSPEK seringkali dijadikan ajang para senior untuk menunjukkan kekuasaan dan senioritasnya. Dalam kegiatan ini, tak jarang mereka melakukan tindakan kekerasan dan pelecehan pada junior. Hukuman seperti push up, lari keliling lapangan, atau di jemur di bawah terik matahari merupakan hal yang biasa. Ditambah lagi dengan bentakan para senior yang kerapkali membuat kecut hati siswa atau mahasiswa baru. Semua itu dilakukan dengan dalih untuk melatih kekuatan fisik dan mental. Padahal, jika ditelusuri lebih jauh, alasan sebenarnya hanyalah untuk bersenang-senang mengerjai junior dan balas dendam atas perlakukan senior terdahulu. Maka, pada masa-masa awal tahun ajaran, tak jarang terdengar ungkapan "Aku jadi panitia ospek nih, lumayan bisa ngerjain anak baru, dapat baju kaos gratis lagi". Tidak hanya sampai di situ, para senior juga mempermalukan juniornya dengan menyuruh membawa dan menggunakan dot bayi, mengikat rambut dengan pita warna-warni, memakai kaos kaki berlainan warna dan lain sebagainya. Semua atribut ini pada dasarnya tidak memiliki kaitan dengan tujuan awal di lakukannya MOS atau OSPEK, melainkan sematamata sebagai alat untuk mengerjai junior, agar acara semakin meriah. Kedua kegiatan ini juga seringkali dirancang tanpa memperhatikan hal-hal penting yang mendukung aktivitas belajar, sehingga tidak dapat diandalkan untuk menjadi ‘acara pembuka’ yang baik dalam memulai aktivitas akademis. Kekerasan dan pelecehan yang terkandung dalam kegiatan ini akan terus berulang setiap tahun apabila tidak segera dihentikan. Junior yang sekarang menjadi korban, akan mencari korban lain di tahun depan, terus dan akhirnya membentuk lingkaran setan yang tiada habisnya. Sangat patut disayangkan, kegiatan semacam ini justru telah menjadi tradisi dalam dunia pendidikan di Indonesia.



Tindakan kekerasan dan pelecehan dalam dunia pendidikan, disadari atau tidak, ibarat menanam bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Generasi muda yang terbiasa dengan kekerasan dan tindakan pelecehan akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang memandang segala sesuatu dari sudut pandang kekerasan pula. Maka, bukan hal yang mustahil kalau mereka akan menerapkan kekerasan dalam perilaku keseharian, terutama ketika menyelesaikan masalah. Inilah yang akhir-akhir ini terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tidak hanya pada kegiatan MOS dan OSPEK, dalam aktivitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan dosenpun harus menjadi perhatian. Pelecehan sekecil apapun atau hukuman yang berlebihan turut andil menabur benih kekerasan dalam diri generasi muda. Karena itu, tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan harus sesegera mungkin di tiadakan, agar lingkaran setan yang menjadi bencana dunia pendidikan dapat segera terputus. Kekerasan adalah tindakan yang tidak terpuji dan tentunya sangat bertentangan dengan berbagai landasan dalam pendidikan. Berikut paparan mengenai kekerasan bila ditinjau dari berbagai landasan pendidikan di Indonesia: A. Tinjauan dari Landasan Hukum Pendidikan Kekerasan dalam pendidikan sangat bertentangan dengan: 1. pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 2. pasal 4 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demikratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukkan bangsa (UU Sisdiknas) 3. Tentang kekerasan fisik, pada pasal 80 UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dinyatakan sebagai berikut: (1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). (2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).



(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya. Kemudian yang berkaitan dengan kekerasan seksual; Pasal 81 (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. Pasal 82 “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).” (UU Perlindungan Anak) Selanjutnya secara khusus, undang-undang ini bahkan mengamanatkan bahwa anakanak wajib dilindungi dari tindak kekerasan yang dilakukan oleh siapapun, termasuk guru di sekolah. Pasal 54 “Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau temantemannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.” (UU Perlindungan Anak) Jika melihat undang-undang tersebut, sesungguhnya sudah sangat nyata bahwa tindakan kekerasan terhadap anak merupakan tindakan kriminal yang pelakunya akan diproses secara hukum. Tindakan kekerasan dengan bungkus pendidikan juga dapat



mengakibatkan pelaku dikenai tindak pidana, sebagaimana disebutkan dalam pasal 80 UU. No. 23 tahun 2002. B. Tinjauan dari Landasan Psikologi Pendidikan Tindakan kekerasan atau bullying dapat dibedakan menjadi kekerasan fisik dan psikis. Kekerasan fisik dapat diidentifikasi berupa tindakan pemukulan (menggunakan tangan atau alat), penamparan, dan tendangan. Dampaknya, tindakan tersebut dapat menimbulkan bekas luka atau memar pada tubuh, bahkan dalam kasus tertentu dapat mengakibatkan kecacatan permanen yang harus ditanggung seumur hidup oleh si korban. Adapun kekerasan psikis antara lain berupa tindakan mengejek atau menghina, mengintimidasi, menunjukkan sikap atau ekspresi tidak senang, dan tindakan atau ucapan yang melukai perasaan orang lain. Dampak kekerasan secara psikis dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, takut, tegang, bahkan dapat menimbulkan efek traumatis yang cukup lama. Selain itu, karena tidak tampak secara fisik, penanggulangannya menjadi cukup sulit karena biasanya si korban enggan mengungkapkan atau menceritakannya. Dampak lain yang timbul dari efek bullying ini adalah menjadi pendiam atau penyendiri, minder dan canggung dalam bergaul, tidak mau sekolah, stres atau tegang, sehingga tidak konsentrasi dalam belajar, dan dalam beberapa kasus yang lebih parah dapat mengakibatkan bunuh diri. Ditinjau dari psikologi perkembangan, Havingrust dalam Pidarta (2007:199) menyatakan bahwa perkembangan psikologi pada masa anak-anak adalah membentuk sikap diri sendiri, bergaul secara rukun, membuat kebebasan diri, membentuk kata hati, moral dan nilai, dan mengembangkan sikap terhadap kelompok serta lembaga-lembaga sosial. Tentu saja perkembangan ini akan terhambat dengan adanya kekerasan dalam pendidikan. Kekerasan yang dilakukan oleh guru sangat bertentangan dengan pendapat Freedman (Pidarta, 2007:220) yang menyatakan bahwa guru harus mampu membangkitkan kesan pertama yang positif dan tetap positif untuk hari-hari berikutnya. Sikap dan perilaku guru sangat penting artinya bagi kemauan dan semangat belajar anak-anak. Jadi, hukuman yang dilakukan oleh guru akan menjadi kesan negatif yang berdampak negatif pula dalam proses belajar anak. Sekecil apapun dampak yang timbul terhadap praktek kekerasan dalam pendidikan, tetap saja hal ini adalah suatu kesalahan. Sekolah sepatutnya tempat bagi siswa untuk berkembang. Namun, di saat kekerasan terjadi di sekolah, sekolah justru mematikan perkembangan psikologi siswa. C. Tinjauan dari Landasan Filsafat Pendidikan Menurut Sekjen KPA, Arist Merdeka Sirait, pada tahun 2009 telah terjadi aksi bullying atau kekerasan di sekolah sebanyak 472 kasus. Angka ini meningkat dari tahun 2008, yang jumlahnya sebanyak 362 kasus (http://www.lautanindonesia.com/forum/berita(news)/kekerasan-smun-jakarta-970-82-34-dll)/). Begitu banyak kekerasan yang terjadi di sekolah merupakan hal yang menyedihkan bagi dunia pendidikan. Kekerasan seharusnya tidak terjadi di negara kita yang berfalsafah Pancasila, apalagi ini terjadi dalam dunia pendidikan. Bangsa kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan sila kedua Pancasila. Segala bentuk kekerasan tentunya melanggar nilai-nilai kemanusiaan khususnya hak asasi manusia. Dan pelanggaran hakasasi manusia akan mendapatkan konsekuensi hukum sesuai dengan perundang-undangan yang belaku di negara kita.



D. Tinjauan dari Landasan Sosial Budaya Pada landasan sosial budaya, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan hubungan antarindividu, individu dan kelompok dan antarkelompok serta mengembangkan nilai-nilai budaya Indonesia. Namun, hal tersebut hanya menjadi wacana saat kekerasan terjadi dalam pendidikan. Siswa tidak dapat mengembangkan hubungan yang baik antarindividu, individu dan kelompok dan antarkelompok ketika “budaya senioritas” masih melekat di sekolah. Di sisi lain, terkikisnya budaya bangsa yang dikenal dunia dengan sopan santunnya akibat maraknya tindak kekerasan khususnya dalam dunia pendidikan. SOLUSI MASALAH Ada 7 hal yang harus dipahami dan kemudian diterapkan oleh pendidik untuk memperoleh kepercayaan anak didik agar mencapai maksud dari pendidikan itu, tanpa harus menggunakan kekerasan. 1. Tindakan alternatif Cara pendidikan tanpa kekerasan digambarkan sebagai sebuah cara ketiga atau alternatif ketiga, setelah tindakan menyalahkan dan aksi kekerasan karena hal itu. Seorang pendidik yang melihat kesalahan seorang siswa, mempunyai tiga pilihan setelah itu, apakah dia akan menyalahkannya, menggunakan kekerasan untuk memaksa siswa memperbaiki kesalahan itu atau menggunakan cara ketiga yang tanpa kekerasan. Menahan diri untuk tidak menyalahkan tentu bukan perkara mudah bagi orang dewasa apabila melihat sebuah kesalahan dilakukan oleh anak di depan matanya. Tapi perlu diingat bahwa sebuah tudingan bagaimanapun akan berbuah balasan dari anak, karena secara insting dia akan mempertahankan dirinya. Reaksi atas sikap anak yang membela diri inilah yang ditakutkan akan berbuah kekerasan dari pendidik terhadap anak didik. 2. Keakraban penuh keterbukaan Keakraban maksudnya berbagi dengan orang lain dengan tidak membeda-bedakan anak-anak didik, dan terbuka adalah tidak menutup-nutupi hal apa pun atau mencoba mengambil keuntungan dari hal-hal yang tidak diketahui siswa. Sebuah keakraban yang penuh keterbukaan hanya bisa terjalin apabila adalah rasa persaudaraan kemanusiaan antara pihak pendidik dan siswa. Di dalam keakraban ada kasih sayang, keramahan, sopan-santun, saling menghargai dan menghormati. Sedang keterbukaan mengandung unsur kejujuran, kerelaan dan menerima apa adanya. Keakraban yang terbuka ini ibarat pintu bagi masuknya sebuah kepercayaan. Ketika anak didik sudah merasakan keakraban yang terbuka dari gurunya, maka dia dengan senang akan mendengarkan apa pun yang disampaikan oleh sang guru. 3. Komunikasi yang jujur Penipuan adalah sesuatu yang sulit dipisahkan dari kekerasan, disebabkan kurangnya rasa hormat kepada orang lain atau takut terhadap kenyataan. Tindakan dengan kasih sayang didasarkan pada ukurannya dalam kebenarannya setiap orang, yang tidak bisa memisahkan dirinya dari kebenaran dan kenyataan. Jadi, untuk menjadi benar kepada diri sendiri, kita juga harus benar terhadap orang lain. Sampaikan kepada anak didik kebenarannya; arahkan kemarahan kita terhadap kesalahannya, bukan kepada orangnya. Temukan solusi dalam konflik dan kesalahpahaman, dan itu tidak bisa dibangun apabila kita menggunakan kebohongan dan penipuan. 4. Hormati Kebebasan dan Persamaan



Di dalam pendidikan tanpa kekerasan ini, kita semuanya bebas dan setara, setiap orang mendengarkan suara nurani sendiri dan saling berbagi perhatian. Lalu kemudian dengan bebas diputuskan, berdasarkan pada semua pertimbangan individu-individu, bagaimana keinginan bersama ingin diwujudkan. Dengan demikian kita harus mengenali dengan jelas kebebasan memilih dan hak yang sama setiap orang untuk mengambil bagian dalam kegiatan itu. Yang lebih penting lagi adalah kita menyadari persamaan semua manusia dan menghormati kebebasan anak didik sama seperti kita menghendaki kebebasan kita sendiri dihormati. Tindakan tanpa kekerasan bukanlah bentuk usaha untuk mengendalikan yang lain atau penggunaan paksaan terhadap mereka. Jika kita mencintai anak didik, kita menghormati otonomi mereka untuk membuat keputusan-keputusan mereka sendiri. Kita pasti dapat berkomunikasi dengan mereka, dan kita bahkan dapat menghadapi mereka dengan kehadiran kita untuk memaksa mereka tanpa kekerasan untuk membuat sebuah pilihan, jika kita yakin mereka telah melakukan kesalahan. Perbedaan yang penting adalah kita tidak memaksa mereka secara fisik atau dengan kasar untuk mencapai apa yang kita inginkan. 5. Rasa kasih yang berani Bertentangan dengan kepercayaan umum, pendidikan tanpa kekerasan bukan sebuah metoda pasif dan lemah, dan itu pasti bukan untuk para penakut. Tindakan tanpa kekerasan lebih banyak membutuhkan keberanian dibanding perkelahian dengan kekerasan seperti dalam peperangan, meski tampaknya itu semacam keberanian. Karena jika kita melihat lebih jauh penggunaan senjata merupakan kompensasi dari rasa takut terhadap lawan. Dan tindakan kekerasan merupakan bukti adanya perasaan takut lawan lebih dulu melakukannya terhadap kita. Jadi melakukan tindakan tanpa kekerasan menunjukkan ketinggian martabat yang penuh keberanian. Rasa kasihan adalah anugerah kepada hati kita. Rasa kasihan bisa digambarkan sebagai kasih yang tidak hanya berempati terhadap orang lain di dalam merasakan apa yang mereka alami, tetapi juga mempunyai keberanian dan kebijaksanaan untuk melakukan sesuatu terhadap hal itu. Di dalam rasa kasihan, kita tidak melampiaskan kemarahan dan rasa benci kepada anak didik yang melakukan kesalahan, namun dengan kemurahan hati dan kepedulian, kita memperbaikinya. Rasa kasihan datang dari rasa kesatuan dengan orang lain, memperluas hati kita sehingga kita bisa merasakan empati atas penderitaan orang lain dan menolong mereka. 6. Saling mempercayai secara penuh Cara dengan kasih sayang didasarkan pada keyakinan bahwa jika kita bertindak dengan cara yang baik tidak akan pernah merugikan bagi siapapun, dan akan menghasilkan kebaikan juga. Alih-alih mengendalikan anak didik dengan ancaman dan kekuasaan kita, lebih baik menggunakan kecerdasan masing-masing pihak untuk memecahkan masalah dengan komunikasi yang baik dan negosiasi. Untuk mempercayai anak didik secara penuh kita harus melepaskan kepercayaan itu dari kendali kita sendiri, dan membiarkan situasi memprosesnya. Tentu saja melepaskan kepercayaan tidak berarti kita mempercayai dengan membabi buta. Kita harus tetap memonitor apa yang terjadi dan memantau hasilnya secara terus menerus. 7. Ketekunan dan kesabaran Dalam pendidikan tanpa kekerasan, kesabaran adalah kebaikan yang bersifat revolusioner. Kesabaran bukanlah sebuah pembiaran tanpa tindakan apa pun, tetapi



peningkatan kualitas dari sebuah pertolongan yang bertahan pada tuntutannya, dan melanjutkannya dengan cara cerdas penuh ketenangan. Ketika kita terperangkap dalam situasi konflik, emosi kita sering sangat aktif dan bergolak. Kita harus hati-hati dengan reaksi tanpa pemikiran atas apa yang sedang kita lakukan dan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi. Kesabaran memberikan kepada kita waktu untuk berpikir tentang tindakan-tindakan kita agar terhindar dari kekerasan dan bertindak efektif. Lebih baik menunggu dan kehilangan sebuah peluang kecil dibandingkan terburu-buru namun menemui sesuatu yang bodoh dan tidak dipersiapkan. Peluang baru pasti akan muncul kemudian, jika kita berusaha memecahkan persoalan, karena di lain waktu kita akan siap untuk bertindak dengan cara yang baik. Tidak seperti cara militer yang cepat dan kasar, pendidikan tanpa kekerasan bersifat melambat dan dimulai dengan peringatan-peringatan untuk memberikan kesempatan kepada anak didik secara sadar berpikir bagaimana seharusnya. Kita tidak menghendaki anak didik bereaksi dengan cepat secara insting. Kita menghendaki anak didik mengetahui metodametoda kita sehingga mereka dapat menanggapi sama tenang dan cerdasnya. Ketekunan juga berarti kita harus fleksibel di dalam strategi dan taktik kita. Jika metodanya tidak berhasil, kita perlu mencoba cara lain. Jika jalannya mendapatkan halangan, kita dapat beralih ke hal lain yang juga memerlukan perhatian. Jika anak didik seperti kehilangan minatnya, kita dapat dengan kreatif mencoba pendekatan baru terhadap permasalahan. Pendidikan tanpa kekerasan harus dipenuhi kesabaran dan memaafkan dan di saat yang sama gigih dalam membantu. Ketika anak didik mengakui bahwa mereka sudah melakukan kesalahan, kita harus menunjukkan sifat pemaaf kepada mereka. Sasaran terakhir dari pendidikan tanpa kekerasan bukanlah kemenangan atas anak-anak didik kita tetapi menemukan sebuah kehidupan yang harmonis antara pendidik sebagai orang tua, bersama-sama dengan anak didik dalam damai dan keadilan PENUTUP Dari penjelasan di atas, yang terpenting untuk menanggulangi munculnya praktik bullying di sekolah adalah ketegasan sekolah dalam menerapkan peraturan dan sanksi kepada segenap warga sekolah, termasuk di dalamnya guru, karyawan, dan siswa itu sendiri. Kekerasan dalam pendidikan sangat bertentangan dengan berbagai landasan dalam pendidikan antara lain, landasan hukum, psikologi, sosial budaya dan filsafat. Hal ini dapat dicegah apabila guru melaksanakan 7 prinsip pendidikan tanpa kekerasan. Diharapkan, dengan penegakan displin di semua unsur, tidak terdengar lagi seorang guru menghukum siswanya dengan marah-marah atau menampar. Dan diharapkan tidak ada lagi siswa yang melakukan tindakan kekerasan terhadap temannya. Sebab, kalau terbukti melanggar, berarti siap menerima sanksi. Kita semua berharap kisah-kisah suram kekerasan oleh pendidik dan orang tua secara umum tidak terjadi lagi. Pendidikan dengan kekerasan hanya akan melahirkan traumatis-traumatis yang berujung pada pembalasan dendam, dan kita semua pasti tidak menghendaki hal demikian terus berlanjut tanpa berkeputusan, kemudian melahirkan generasi-generasi penuh kekerasan. Referensi



Anwariansyah. 2009. 7 Prinsip Pendidikan Tanpa Kekerasan.http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=14997 diakses 3 Desember 2009 Bahtiar, M. Hariman, Fenomena Kekerasan dan Pendidikan Kita.http://newspaper.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=62560 diakses 3 Desember 2009 Gunawan, Deden. Kekerasan di Sekolah.http://www.lautanindonesia.com/forum/berita(news)/kekerasan-smun-jakarta-970-82-34-dll)/ diakses 3 Desember 2009 Hardianti. 2008. Kekerasan dalam Pendidikan.http://hardianti.blogspot.com/2008/03/kekerasan-dalampendidikan.html diakses 3 Desember 2009 Muchtar, fathuddin. 2008. Kekerasan di Sekolah; Ironi Pendidikan di Indonesia.http://www.yayasan-samin.org/index.php? option=com_content&view=article&id=19%3Akekerasan-di-sekolah-ironipendidikan-di-indonesia&catid=13%3Aarticles&Itemid=16&lang=in diakses 3 Desember 2009 Made, Pidarta, Prof. Dr. 2007. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta. NN. 2007. Kekerasan di Sekolah “Puncak Gunung Es” Problem Pendidikan.http://beritasore.com/2007/04/14/kekerasan-di-sekolah-puncakgunung-es-problem-pendidikan/ diakses 3 Desember 2009 NN. 2009. Menyikapi Fenomena Kekerasan dalam Pendidikan.http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/4781/menyikapi-fenomenakekerasan-dalam-pendidikan diakses 3 Desember 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional



Fenomena Pendidikan Sekolah dan Keluarga RIZQA PUTRA ARIEF TRI PRABOWO 10-118



RETHIZA PRATAMA



10-102 10-100



Fenomena Pendidikan di Keluarga homeschooling merupakan sarana pendidikan baru yang dapat membantu murid-murid untuk belajar. homeschooling juga aman untuk murid-murid. sekolah sekarang tidak lagi menjadi lembaga pendidikan yang aman. Banyak sekali kasus-kasus kekerasan yang berlangsung di sekolah, dengan korban anak didik, baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa maupun kekerasan siswa terhadap siswa lainnya dan sekolah tidak mampu melindunginya. Ada guru yang memukul siswa hanya karena tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah), ada siswa-siswa yang setiap hari “dikompas” oleh gang siswa lainnya dengan menyetor sebagian uang sakunya, ada tawuran antarsekolah yang dendam kesumatnya merupakan warisan para seniornya. pendidikan sekolah semakin lama semakin mahal. Walaupun pemerintah telah memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tetapi nyatanya orang tua tetap terbebani banyak biaya. Dari uang pendaftaran, pakaian seragam, ekstra kurikuler, karya wisata, dan berbagai kegiatan lainnya. Beban orang tua juga menjadi beban anak keluarga miskin yang diam-diam menimbulkan depresi jiwa. Sering kita baca di surat kabar,



siswa sekolah berusaha bunuh diri karena malu tidak mampu membayar uang sekolah. Homeschooling bisa dilaksanakan dengan biaya seminimal mungkin. teori yang digunakan dalam masalah ini adalah teori big five yang menjelaskan tentang pribadi introvert. Jadi anak yang homeschooling dominan akan tumbuh menjadi pribadi yang introvert.Pribadi yang tidak suka dengan keramaian dan sosial dunia luar. Fenomena Pendidikan di Sekolah contoh kasus buat topik ini adalah kurangnya rasa hormat murid terhadap guru,keadaan kelas yang kurang kondusif sehingga tidak tercipta proses belajar mengajar yang efektif. teori yang digunakan adalah intervensi minor dan moderat di mana teori ini mengatakan strategi menejemen dalam kelas. Dalam contoh kasus ini kita menggunakan intervensi moderat yang memberikan solusi solusi sebagai berikut: 1. Jangan beri privilese atau aktifitas yang mereka inginkan 2. Buat perjanjian behavioral dengan murid 3. Pisahkan atau keluarkan murid yang bermasalah dari kelas 4. Kenakan hukuman atau sanksi Teori lain yang dapat digunakan dalam kasus ini adalah teori belajar operant yang tokohnya skinner yang isi teorinya tentang reward dan punishment Jadi kesimpulannya adalah peran keluarga dan lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak dan pembentukan karakter anak. Sumber : Santrock J. W. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua http://hadisupeno.com/pendidikan/57-fenomena-pendidikan-homeschooling.html



PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Kategori: Pendidikan Diposting oleh widyastuti pada Minggu, 22 Agustus 2010 [14216 Dibaca] [9 Komentar] 1.



PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)



Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan



bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Model pemblajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselessaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Arends dalam Trianto, karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah: (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. (2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. (3) Penyelidikan



autentik.



Siswa



dituntut



untuk



menganalisis



dan



mendefinisikan



masalah,



mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. (4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. (5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Berdasarkan karekteristik tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan: a.



membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah



b.



belajar peranan orang dewasa yang autentik



c.



menjadi pebelajar yang mandiri.



Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai suatu model pembelajaran adalah: •



Realistik dengan kehidupan siswa







Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa







Memupuk sifat inquiry siswa







Retensi konsep menjadi kuat







Memupuk kemampuan problem solving Selain itu, kekurangannya adalah:



o Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks o Sulitnya mencari problem yang relevan o Sering terjadi miss-konsepsi o Memerlukan waktu yang cukup panjang



Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, ada 5 langkah utama yaitu:



Tahap Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 2.



Tingkah Laku guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka gunakan.



PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Definisi pembelajaran kontekstual secara umum masih belum disepakati oleh para ahli, tetapi



tentang dasar dan unsur-unsur kuncinya lebih banyak yang mereka sepakati. Pembelajaran kontekstual sebagai terjemahan Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki dua peranan dalam pendidikan yaitu sebagai filosofi pendidikan dan sebagai rangkaian kesatuan dari strategi pendidikan. Sebagai filosofi pendidikan, CTL mengasumsikan bahwa peranan pendidik adalah membantu peserta didik menemukan makna dalam pendidikan dengan cara membuat hubungan antara apa yang mereka peroleh



di dunia nyata dengan yang mereka pelajari di sekolah untuk kemudian menerapkan pengetahuan tersebut di dunia nyata. Dengan demikian, inti pembelajaran kontekstual adalah melibatkan situasi dunia nyata sebagai sumber maupun terapan materi pelajaran.



Pembelajaran kontekstual sebenarnya bukanlah ide baru. Pembelajaran tersebut berakar dari filosofi yang dikembangkan oleh John Dewey yang mengemukakan bahwa peserta didik akan belajar dengan baik, ketika apa yang dipelajarinya dikaitkan dengan apa yang mereka ketahui dan ketika mereka secara aktif belajar sendiri. Dalam pembelajaran kontekstual, terdapat beberapa ciri, yaitu: a.



Pembelajaran aktif: peserta didik diaktifkan untuk mengkontsruksi pengetahuan dan memecahkan masalah.



b.



Multi konteks: pembelajaran dalam konteks yang ganda akan memberikan peserta didik pengalaman yang dapat digunakan untuk mempelajari dan mengidentifikasi ataupun memecahkan masalah dalam konteks yang baru (terjadi transfer).



c.



Kerjasama dan diskursus: peserta didik belajar dari orang lain melalui kerjasama, diskursus (penjelasan-penjelasan) kerja tim dan mandiri (self reflection).



d.



Berhubungan dengan dunia nyata: pembelajaran yang menghubungkan dengan isu-isu kehidupan nyata melalui kegiatan pengalaman di luar kelas dan simulasi.



e.



Pengetahuan prasyarat: pengalaman awal peserta didik dan situasi pengetahuan yang didapat mereka akan berarti atau bernilai dan nampak sebagai dasar dalam pembelajaran.



f.



Pemecahan masalah: berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam memecahkan masalah nyata harus ditekankan pada kebermaknaan memorasi dan pengulangan-pengulangan.



g.



Mengarahkan sendiri (self-direction): peserta didik ditantang dan dimungkinkan untuk membuat pilihan-pilihan, mengembangkan alternatif-laternatif, dan diarahkan sendiri. Dengan demikian mereka bertanggung jawab sendiri dalam belajarnya (Aisyah, 2007). Menerapkan CTL dalam suatu pembelajaran pada prisipnya sama saja dengan menciptakan suatu pembelajaran yang menantang daya cipta siswa untuk menemukan informasi baru dalam pembelajaran. Di dalam Depdiknas (2003) disebutkan bahwa ada tujuh prinsip pembelajaran CTL, yaitu:



(1) kontsruktivis (constructivism), (2) inkuiri (inquiry), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assestment).



(1) Kontsruktivisme (Constructivism)



Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar/tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk mendapatkan pengalaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna. (2) Penemuan (Inquiry) Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan induktif, diawali dengan pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep. Dalam praktik, pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati, bertanya, menganalisis, dan merumuskan teori, baik secara individual maupun secara bersama-sama dengan temannya. Penemuan juga merupakan aktivitas untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis siswa. (3) Bertanya (Questioning) Pertanyaan merupakan komponen penting dalam pembelajaran kontekstual. Pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan. (4) Masyarakat belajar (Learning Community) Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi sesama siswa saling berbicara dan menyimak, berbagi pengalaman dengan orang lain. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran siswa aktif lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri yang mendidik siswa untuk menjadi individu yang egoistis. (5) Pemodelan (Modeling) Aktivitas guru di kelas memiliki efek model bagi siswa. Jika guru mengajar dengan berbagai variasi metode dan teknik pembelajaran, secara tidak langsung siswa pun akan meniru metode atau teknik yang dilakukan guru tersebut. Kondisi semacam ini akan banyak memberika manfaat bagi guru untuk mengarahkan siswa melakukan sesuatu yang diinginkannya melalui pendemonstrasian cara yang diinginkan tersebut. (6) Refleksi (Reflection)



Salah satu pembeda pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional adalah caracara berpikir tentang sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu, siswa dapat merevisi dan merespon kejadian, aktivitas, dan pengalaman mereka. (7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assestment)



Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang bervariasi, yaitu pengetahuan dan keterampilan serta sikap siswa. Penilaian ini juga tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga prosesnya. Instruksi dan pertanyaan-pertanyaannya disusun yang kontekstual dan relevan.



Referensi: Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2003. Pendekatan Konteksual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta



iyoiyoiyo Orang bijaksana akan menjadi majikan dari pikirannya, orang bodoh akan menjadi budaknya - Piblilius Syrus MY BLOG LIST



TUESDAY, APRIL 5, 2011



Fenomena Pendidikan dan Pembahasannya dengan Teori Psikologi Pendidikan,Pendidikan Keluarga dan Bimbingan Sekolah Anggota kelompok: Irene Anastasya



(10-041)



Putri Mayritza



(10-083)



Yohanti Viomanna (10-109) Fenomena I



Malpraktik di dunia pendidikan, dan program induksi untuk mencegahnya http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/Pendidikan/KEKERASAN-DALAMPENDIDIKAN/mrdetail/14406/#comment_list



Fenomena II Perkelahian pelajar http://adjie.student.umm.ac.id/2010/02/04/grgtnhnf/



Fenomena III Fenomena pendidikan RSBI http://persma.com/baca/2010/12/02/menengok-fenomena-rsbi-rintisan-sekolah-bertarafinternasional-di-tulungagung-sebuah-diskriminasi-pendidikan.html



Pembahasan Fenomena I



Teori Pendidikan : Jika dilihat, malapraktik di dunia pendidikan terjadi akibat guru kurang memahami latar belakang dan bakat siswa serta perbedaan budaya antara guru dengan lingkungan sekolah. Sehingga anak akan semakin malas belajar. Kekerasan dalam pendidikan juga bisa mempengaruhi dan menjadi bagian dari malapraktik terseut. Dalam bukunya yang berjudul “DangerousSchool”, Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snook (1999) memaparkan tentang sekolah berbahaya. Buku tersebut ditulis berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatannya dalam menjalankan profesinya sebagai psikolog sekolah (school psychologist) selama lebih dari tiga puluh tahun. Dari berbagai kasus yang ditanganinya dan juga kasus-kasus lain yang diamatinya, dia mengungkapkan tentang sekolah berbahaya yang ditandai dengan adanya sejumlah kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment) di kelas. Yang menjadi pusat perhatian tentang kesalahan perlakuan fisik di kelas yaitu berkenaan dengan pemberian hukuman fisik (corporal punishment) oleh guru terhadap



siswanya. Banyak ragam tindakan pemberian hukuman fisik yang ditemukan, mulai dari menyuruh siswa melakukan push-up sampai dengan tindakan pemukulan, biasanya dengan dalih pendisiplinan. Seperti yang terjadi di IPDN. Sering sekali kita mendengar siswa harus meregang nyawa karena kekerasan yang dialainya semasa pendidikan. Tindakan hukuman fisik ternyata tidak hanya menimbulkan rasa sakit secara fisik tetapi juga dapat menyebabkan gangguan stress traumatik (posttraumatic stress disorder), dan masalah-masalah emosional bagi yang mengalaminya. Dalam beberapa kasus, tindakan hukuman fisik pun telah menimbulkan berbagai pengaduan (complain) dari para orang tua, bahkan sampai dengan menyeret pelakunya ke pengadilan. Selain mengungkap tentang kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment), Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snook juga mengungkapkan tentang adanya kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), yang meliputi : 1.



Pendisiplinan dan teknik pengawasan berdasarkan ketakutan dan intimidasi.



2.



Rendahnya jumlah interaksi humanis, yakni guru kurang menunjukkan perhatian, kepedulian dan kasih sayang dalam berkomunikasi dengan siswanya sehingga siswa menjadi terabaikan, terkucilkan dan tertolak.



3.



Kesempatan yang terbatas bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan dan rasa kehormatan dirinya (feelings of self- worth) secara memadai.



4.



Menciptakan sikap ketergantungan dan kepatuhan, justru pada saat siswa sebenarnya mampu untuk mengambil keputusannya secara mandiri.



5.



Teknik pemotivasian kinerja siswa dengan banyak mencela, tuntutan yang berlebihan, tidak rasional, serta mengabaikan tingkat usia dan kemampuan siswa.



6.



Penolakan terhadap kesempatan pengambilan resiko yang sehat (healthy risk) taking), seperti : penolakan pengeksplorasian gagasan siswa yang tidak lazim dan tidak sesuai dengan pemikiran gurunya.



7.



Ungkapan kata-kata kasar, mengejek, penghinaan dan pencemaran nama baik.



8.



Mengkambinghitamkan dan menggertak



9.



Kegagalan dalam mengatasi suasana ketika ada siswa yang diolok-olok, dicemarkan nama baiknya, dan dijadikan kambing hitam oleh teman-temannya.



Pada dasarnya kesalahan tersebut telah mengabaikan keadilan dan demokrasi dalam pendidikan. Tindakan kekerasan dan pelecehan dalam dunia pendidikan, disadari atau tidak, ibarat menanam bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Generasi muda yang terbiasa dengan kekerasan dan tindakan pelecehan akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang memandang segala sesuatu dari sudut pandang kekerasan pula. Maka, bukan hal yang mustahil kalau mereka akan menerapkan kekerasan dalam perilaku keseharian, terutama ketika menyelesaikan masalah. Inilah yang akhir-akhir ini terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tidak hanya pada kegiatan MOS dan OSPEK, dalam aktivitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan dosenpun harus menjadi perhatian. Pelecehan sekecil apapun atau hukuman yang berlebihan turut andil menabur benih kekerasan dalam diri generasi muda. Karena itu, tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan harus sesegera mungkin di tiadakan, agar lingkaran setan yang menjadi bencana dunia pendidikan dapat segera terputus. Kekerasan adalah tindakan yang tidak terpuji dan tentunya sangat bertentangan dengan berbagai landasan dalam pendidikan. Oleh karena itu, Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snook memandang perlunya upaya untuk menciptakan iklim sekolah yang sehat dan kehidupan yang demokratis di sekolah.



Teori Pendidikan Keluarga : Teori Konvergensi (William Stern) Menurut teori konvergensi hasil pendidikan anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan. Diakui bahwa anak lahir telah memiliki potensi yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus dikembangkan melalui pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan pendidikan, oleh sebab itu tugas pendidik adalah menghantarkan perkembangan semaksimal mungkin potensi anak sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsanya.



Negara mempunyai hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi warga negaranya, sesuai dengan dasar-dasar dan tujuan negara itu sendiri, yaitu mengatur kehidupan umum menurut ukuran-ukuran yang sehat sehingga menjadi bantuan bagi pendidikan keluarga dan dapat mencegah apa-apa yang merugikan perkembangan anak



untuk



mencapai



kedewasaannya.



Apabila keluarga tidak mungkin lagi melaksanakan pendidikan seluruhnya (misalnya pendidikan kecerdasan, pengajaran, dan sebagian dari pendidikan sosial ; perkumpulan anakanak), disitulah negara, sesuai dengan tujuannya, harus membantu orang tua dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dan badan-badan sosial lainnya. Demikian juga, negara berhak dan berkewajiban melindungi anak-anak, bila kekuatan orang tua – baik material maupun moral – tidak dapat mencukupi, misalnya karena kurang mampu, tidak sanggup, atau lalai. Lebih lanjut, negara harus berusaha dan memberi kesempatan agar semua warga negara mempunyai pengetahuan cukup tentang kewajiban-kewajiban sebagai warga negara dan sebagai anggota bangsa yang mempunyai tingkat perkembangan jasmani dan rohani yang cukup, yang diperlukan untuk kesejahteraan umum (pendidikan kewarganegaraan), dan tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Negara berhak memiliki sendiri apa yang perlu untuk pemerintahan dan untuk menjamin keamanan, juga untuk memimpin dan mendirikan sekolah-sekolah yang diperlukan untuk mendidik pegawai-pegawai dan tentaranya, asal pemimpin ini tidak mengurangi hak-hak orang tua. Kalau teori ini kita sambungkan dengan malapraktik pendidikan tadi, maka kita bisa mendapatkan bahwa keluarga berpengaruh untuk dapat mengurangi malapraktik yang terjadi di kalangan pendidikan. Karena dengan lingkungan yang baik dari keluarga, maka si anak dapat kembali bersemangat untuk belajar. Ataupun orangtua akan memantau sekolah sehingga tidak melakukan hal yang tidak sesuai dalam konteks belajar walaupun itu cara untuk mendisiplinkan anak.



Teori Bimbingan Sekolah: Pembimbing Konselor termasuk orang yang paling berpengaruh untuk mengurangi malapraktik yang terjadi dalam pendidikan. Banyak guru beralih bahwa mereka melakukan



tindak kekerasan dikarenakan muridnya malas belajar, ingin mendisiplinkan muridnya ataupun hal-hal lain yang sebenarnya tidak harus diselesaikan dengan cara kekerasan. Anak bisa didisiplinkan dengan bantuan dari Bimbingan Konselor. Seorang guru tidak seharusnya menjatuhkan harga diri seorang anak, tetapi tetap memprioritaskannya menjadi hal yang utama. BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam bagan berikut : 1. Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah. 2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus. 3. Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.



Secara visual, penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling dapat dilihat dalam bagan berikut ini:



Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.



Pembahasan Fenomena II



Teori Pendidikan Dari kasus diatas, bisa kita simpulkan bahwa Tidak umum lagi kalau dunia pendidikan saat ini baik lulusan dan yg masih bersekolah dikritik karena tindakan tidak terpuji seperti melakukan tawuran , penodongan (criminal), ataupun seksual dan menggunakan obat-obat terlarang. Hal itu benar-benar meresahkan masyrakat apalagi ditambah adanya jumlah pengangguran yang meningkat. Adanya hal ini membuat potret pendidikan di Indonesia menjadi tidak baik bagi pandangan negara lain. pendidikanyang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.



Teori Pendidikan Keluarga



Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasibio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatuikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjagakeharmonisan hubungan satu dengan yang lain. Jadi dapat disimpulkan, pengertian pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan



budayayang



pertama



dan



utama



dalam



menanamkan



norma



dan



mengembangkanberbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat. Secara, konteks pengertian pendidikan keluarga dapat kita lihat bahwa keluarga juga memegang peranan yang penting dalam fenomena pendidikan yang terjadi. Di dalam keluarga jika tidak ditanam pendidikan yang baik maka efek yang negatif bisa saja terjadi pada anaknya. Misalnya: orang tua yang bertengkar, bisa saja hal itu membawa anak tersebut terjerumus kedalam obat-obat terlarang.oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga seperti menanam norma dan nilai yang baik sangatlah penting.



Teori Bimbingan Sekolah Tidak dpt dipungkiri juga kalau keberadaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.Iklim dan lingkungan yang “tidak sehat” membuat keberadaan Bimbingan menjadi sangat urgen dan mutlak ada.Kenakalan siswa, misalnya. Itu merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan / iklim menjadi rusak. Dan siswa merupakan aktor utama dalam peristiwa tersebut. Dan bimbingan dissekolah mempunyai tugas untuk mencari penyebab terjadinya kenakalan remaja tersebut.Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter) tugas-tugas pengawasan



dan



pembinaan



(supervisor)



serta



tugas-tugas



yang



berkaitan



dengan



mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,bebas dari orang tua,dan orang dewasa lain,moralitas



dan



tanggung



jawab



kemasyarakatan,pengetahuan



dan



keterampilan



dasar,persiapan untuk perkawinan dan hidup berkeluarga,pemilihan jabatan dan hal-hal yang bersifat



personal



dan



spiritual.



Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemelihara anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktifitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.



Pembahasan Fenomena III



Teori Pendidikan Untuk kalangan sekolah yang belum mampu menerapkan sistem RSBI dikarenakan kendala biaya, yang harus ditekankan adalah menjunjung tinggi essensi psikologi pendidikan dalam penerapan sistem belajar mengajarnya, karena itu adalah dasar dari pendidikan tak peduli apapun taraf sekolah tersebut. Agar dapat memenuhi sistem pembelajaran yang tepat, pendidik harus mampu : 1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu. 2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya. 3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan



guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban. 4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya. 5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. 6, Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. 7. Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsipprinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian. Pendidik di sekolah RSBI maupun non RSBI diharapkan dapat menerapkan pengajaran yang demikian agar pendidikan yang hendak dicapai dapat dijalankan dengan baik.



Teori Pendidikan Keluarga dari artikel di atas kita bisa melihat bahwa sekolah RSBI masih menjadi dilema bagi masyarakat dikarenakan biaya operasionalnya tidak bisa dibilang murah. Begitu banyak persiapan yang harus dipenuhi oleh pihak sekolah untuk menjadikan sekolahnya RSBI yang tepat guna adalah alasan utama mahalnya pendidikan bertaraaf ini. Dalam hal ini sebenarnya orang tua tidak perlu menjadi cemas bahwa anaknya tidak mendapat pendidikan semestinya. Orang tua terutama harus memback-up anak-anaknya melalui pendidikan di rumah karena menurut Masaru Ibuka (1980), dalam tulisannya mengenai pendidikan anak, mengatakan bahwa anak hendaknya mulai ‘dididik’ sejak lahir. Alasan yang diberikan untuk memulai pendidikan pada masa dini antara lain adalah perkembangan otak cepat terbentuk pada usia dibawah tiga tahun, banyak keterampilan yang hanya dapat dikuasai bila dipelajari pada usia sangat dini. Jelas disini bukan berarti jika bukan anak yang menuntut ilmu di sekolah RSBI tidak berarti anak tersebut tidak bisa mengejar pendidikan yang ada. Motivasi dari lingkungan keluarga agar anak bisa berkembang dalam pendidikannya akan sangat mempengaruhi. Motivasi keluarga merupakan landasan essensial bagi anak untuk berkembang dengan mandiri dalam pendidikannya tak peduli seberapa mahal aataupun murahnya program pendidikan yang dia tempuh.



Teori Bimbingan Sekolah Dalam perjalanannya bukan hanya guru saja yang harus berbenah untuk mencapai mutu yang sama dengan RSBI. Murid sendiri juga harus giat membekali dirinya dengan pengetahuan seperti yang dilandaskan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning) Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai। Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide।Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8). Dan ini semua dapat dicapai kembali lagi jika siswa mendapat bekal yang kuat dari lingkungan keluarga dan pembelajaran yang mendukung dari sekolah. Bimbingan dan motivasi dari pihak pengajar



memang sangat dibutuhkan dalam hal ini, dengan demikian ada keselarasan antara pihan pengajar dan diajar hingga terjadi keselarasan dalam perjalanannya menuju sistem pendidikan yang bermutu. Jadi, intinya bukan masalah apakah sekolah berstandar RSBI atau bukan,ataupun seberapa mahal anggaran pendidikan yang dikeluarkan, melainkan koordinasi aktif dan kesiapan pihak keluarga,sekolah, maupun murid itu sendiri untuk mempersiapkan dan mendapatkan pendidikan yang baik dan tepat guna. Daftar Pustaka http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/Pendidikan/KEKERASAN-DALAMPENDIDIKAN/mrdetail/14406/#comment_list http://muhammad-win-afgani.blogspot.com/2010/01/tiga-teori-yang-melandasipendidikan.html http://www.duniaedukasi.net/ http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ http://adjie.student.umm.ac.id/ http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalam-keluarga.html http://episentrum.com/artikel-psikologi/lingkungan-keluarga-yang-mempengaruhimotivasi-belajar/comment-page-1/#comment-876 http://persma.com/baca/2010/12/02/menengok-fenomena-rsbi-rintisan-sekolah-bertarafinternasional-di-tulungagung-sebuah-diskriminasi-pendidikan.html http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/psikologi-pendidikan-dan-guru/ http://bksmanci.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=18 http://aqilacourse.wordpress.com/2010/11/15/teori-belajar-konstruktivisme/



Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah Sabtu, 23 April 2011



Apa Yang Dimaksud Dengan Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah? Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi . Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, sering berfokus pada sub kelompok seperti bakat anak-anak dan



mereka



yang



khusus



khusus



penyandang



cacat



Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang



guru



dalam



proses



belajar



mengajar



secara



efektif.



Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana anak-anak belajar, mengingat dan berpikir dan bagaimana mereka mengembangkan mental selama proses pembelajaran. Anak-anak yang diamati dalam berbagai lingkungan seperti ketika mereka bekerja secara individu atau bagaimana mereka berinteraksi dalam kelompok. Pendidikan psikologi juga studi manusia serta perkembangan belajar sehingga dapat menciptakan materi pendidikan yang sesuai dengan usia dan program berdasarkan pengamatan serta terlibat dalam pengembangan program untuk anak-anak dan juga menentukan kualifikasi bagi individu yang bercita-cita untuk menjadi guru. Psikologi Sekolah Psikologi Sekolah adalah bidang yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi klinis dan psikologi pendidikan dengan diagnosa dan pengobatan anak-anak dan 'remaja perilaku dan masalah belajar. Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.



Psikologi sekolah dapat melakukan penilaian psikologis dan memberikan bimbingan dan konseling baik untuk anak dan keluarga anak. psikolog sekolah yang dididik di psikologi, dan perkembangan anak remaja , anak dan psikopatologi remaja, pendidikan, keluarga dan



pengasuhan praktek, belajar teori , dan teori kepribadian . Mereka memiliki pengetahuan tentang instruksi yang efektif dan sekolah yang efektif.



Apa Perbedaan Psikolog Pendidikan dan Psikolog Sekolah ?



Psikolog pendidikan melakukan penelitian tentang dinamika kelas, gaya mengajar dan belajar variabel. Belajar dan memperbaiki bagaimana sub-kelompok penduduk belajar-seperti anakanak berbakat dan mereka yang cacat pembangunan. Perhatikan bahwa Psikolog pendidikan tidak boleh disamakan dengan konselor sekolah atau psikolog sekolah, yang membantu siswa satu-satu. Psikolog pendidikan umumnya bekerja di sekolah-sekolah, universitas, bisnis, industri, pusat belajar dan pengaturan pembangunan manusia. Psikolog pendidikan membantu dengan mendiagnosis dan memberikan alat untuk mengobati, membantu atau berurusan dengan



perilaku



atau



tantangan.



Psikolog sekolah adalah profesional terpercaya yang utama tujuannya adalah penerapan prinsip-prinsip ilmiah belajar dan perilaku untuk memperbaiki sekolah terkait masalah dan untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan anak-anak di sekolah-sekolah umum Untuk mencapai tujuan ini psikolog sekolah menyediakan jasa untuk anak-anak, guru, orang tua, masyarakat lembaga, dan sistem sekolah itu sendiri. berurusan dengan mengidentifikasi anakanak dalam sistem sekolah yang berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi pendidikan untuk usia serta anak-anak yang menunjukkan pola perilaku tertentu seperti ADHD, disleksia atau hambatan pidato. Perhatian juga diberikan kepada anak-anak yang cacat mental atau fisik. Psikolog sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.Yang bertujuan untuk membentuk



mind



set



anak



Apa Peranan/ Tugas dari Psikolog Pendidikan dan Psikolog Sekolah? \Peran Psikolog Pendidikan : Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut : •



• • • • • •



• • • • • •



Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas. Menilai belajar dan kebutuhan emosional dengan mengamati dan konsultasi dengan tim multi-lembaga untuk memberikan saran tentang pendekatan terbaik dan ketentuan untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan. Mengembangkan dan mendukung program pengelolaan terapi dan perilaku. Merancang dan mengembangkan kursus untuk orang tua, guru dan lain-lain yang terlibat dengan pendidikan anak-anak dan remaja pada topik-topik seperti bullying. Merancang dan mengembangkan proyek-proyek yang melibatkan anak-anak dan kaum muda. Menulis laporan untuk membuat rekomendasi formal tentang tindakan yang akan diambil, termasuk pernyataan formal. Menasihati, negosiasi, membujuk dan mendukung guru, orang tua dan profesional pendidikan lainnya. Menghadiri konferensi kasus yang melibatkan tim multidisipliner tentang cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, perilaku dan pembelajaran anak-anak dan kaum muda dalam perawatan mereka. Mengutamakan efektivitas: konteks dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak dipandang sebagai semakin penting. Penghubung dengan profesional lain dan memfasilitasi pertemuan, diskusi dan kursus; Mengembangkan dan meninjau kebijakan-kebijakan. Melakukan penelitian aktif. Merumuskan intervensi yang berfokus pada penerapan pengetahuan, keterampilan dan keahlian untuk mendukung inisiatif lokal dan nasional. Mengembangkan dan menerapkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan kesejahteraan psikologis, sosial, perkembangan emosi dan perilaku dan untuk meningkatkan standar pendidikan.







Mengembangkan tes pendidikan







Evaluasi program pendidikan. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum







Konsultasikan sekolah untuk melaksanakan pengajaran dan pengujian perubahan







Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan







Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.







Penyelenggaraan pendidikan keguruan







Mengumpulkan data, merevisi tes dan kegiatan belajar kelas dalam upaya untuk meningkatkan belajar dan mengajar gaya antara mahasiswa, staf pengajar dan individu lainnya. Psikolog Pendidikan harus statistik menyeluruh dan memiliki kemampuan tajam berpikir kritis



Peran Psikolog Sekolah : 1.



Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa.



2.



Melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, programprogram sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental.



3.



Menilai dan mengevaluasi berbagai masalah yang berkaitan sekolah dan aset anak dan remaja di sekolah yang ditugaskan.



4.



Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan.Terlibat dalam pencegahan krisis dan layanan intervensi.



5.



Dapat melayani satu atau beberapa sekolah di daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat dan / atau dalam lingkungan universitas. Peran psikolog sekolah dengan siswa untuk:







Memberikan konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi, dan perilaku







Meningkatkan prestasi dengan menilai hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk meningkatkan pembelajaran







Mempromosikan kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan masalah, manajemen kemarahan, self-regulasi, penentuan nasib sendiri, dan optimisme







Meningkatkan pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang Peran psikolog sekolah dengan siswa dan keluarganya untuk:







Konsultasi dengan orang tua untuk membantu dalam memahami pembelajaran dan penyesuaian proses anak-anak.







Mengajarkan keterampilan orangtua, strategi pemecahan masalah, penyalahgunaan zat, dan topik lainnya yang berkaitan dengan sekolah sehat.







Mengidentifikasi dan alamat belajar dan masalah perilaku yang mengganggu dengan keberhasilan sekolah







Evaluasi kelayakan untuk layanan pendidikan khusus (dalam sebuah tim multidisiplin)







Dukungan siswa sosial, emosional, dan perilaku kesehatan







Mengasuh, Mengajar,dan meningkatkan kolaborasi rumah-sekolah







Membuat arahan dan membantu mengkoordinasikan dukungan layanan komunitas Peran psikolog sekolah dengan guru untuk:







Konsultasi dengan guru di pembangunan dan implementasi kelas metode dan prosedur dirancang untuk memfasilitasi murid belajar dan untuk mengatasi belajar dan gangguan perilaku.







Membantu pendidik dalam melaksanakan suasana yang aman, kelas sehat dan lingkungan sekolah.







Mengidentifikasi dan menyelesaikan hambatan akademis untuk belajar







Merancang dan mengimplementasikan sistem monitoring kemajuan siswa







Desain dan intervensi akademis dan perilaku melaksanakan







Mendukung instruksi individual efektif







Memotivasi semua siswa untuk terlibat dalam pembelajaran Peran psikolog sekolah dengan administrators untuk:







Konsultasi dengan sekolah administrator tentang sesuai tujuan belajar untuk anak-anak, perencanaan pembangunan dan perbaikan program untuk murid di reguler dan programprogram sekolah khusus, dan pengembangan pendidikan eksperimentasi dan evaluasi.







Mengumpulkan dan menganalisa data yang berhubungan dengan perbaikan sekolah, hasil siswa, dan persyaratan akuntabilitas







Melaksanakan



program-program



pencegahan



sekolah-lebar



yang



membantu



mempertahankan sekolah positif iklim kondusif untuk belajar •



Mempromosikan sekolah kebijakan dan praktek yang menjamin keselamatan semua siswa dengan mengurangi kekerasan di sekolah, bullying, dan pelecehan







Menanggapi krisis dengan menyediakan kepemimpinan, pelayanan langsung, dan koordinasi dengan pelayanan masyarakat yang dibutuhkan







Merancang, melaksanakan, dan mengumpulkan dukungan untuk program sekolah kesehatan jiwa yang menyeluruh Peran psikolog sekolah dengan masyarakat untuk:







Konsultasi dengan masyarakat lembaga, seperti masa percobaan departemen, kesehatan mental klinik, dan departemen kesejahteraan, tentang murid yang sedang dilayani oleh masyarakat seperti lembaga.







Membantu siswa transisi ke dan dari lingkungan sekolah dan komunitas pembelajaran, seperti perawatan perumahan atau program peradilan anak.



Referensi : http://www.ehow.com/info_7900711_difference-school-psychology-educational-psychology.html http://www.nasponline.org/about_sp/careerfaq.aspx http://www.nasponline.org/about_sp/whatis.aspx Diposkan oleh Anggita Windy M di 03.50 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Tugas Individu I



0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda Sabtu, 23 April 2011



Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah Apa







Yang



Dimaksud



Dengan



Psikologi



Pendidikan



&



Psikologi



Sekolah



?



Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi . Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, sering berfokus pada sub kelompok seperti bakat anak-anak dan



mereka



yang



khusus



khusus



penyandang



cacat



Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang



guru



dalam



proses



belajar



mengajar



secara



efektif.



Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana anak-anak belajar, mengingat dan berpikir dan bagaimana mereka mengembangkan mental selama proses pembelajaran. Anak-anak yang diamati dalam berbagai lingkungan seperti ketika mereka bekerja secara individu atau



bagaimana mereka berinteraksi dalam kelompok. Pendidikan psikologi juga studi manusia serta perkembangan belajar sehingga dapat menciptakan materi pendidikan yang sesuai dengan usia dan program berdasarkan pengamatan serta terlibat dalam pengembangan program untuk anak-anak dan juga menentukan kualifikasi bagi individu yang bercita-cita untuk menjadi guru. •



Psikologi Sekolah Psikologi Sekolah adalah bidang yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi klinis dan psikologi pendidikan dengan diagnosa dan pengobatan anak-anak dan 'remaja perilaku dan masalah belajar. Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.



Psikologi sekolah dapat melakukan penilaian psikologis dan memberikan bimbingan dan konseling baik untuk anak dan keluarga anak. psikolog sekolah yang dididik di psikologi, dan perkembangan anak remaja , anak dan psikopatologi remaja, pendidikan, keluarga dan pengasuhan praktek, belajar teori , dan teori kepribadian . Mereka memiliki pengetahuan tentang instruksi yang efektif dan sekolah yang efektif.



Apa Perbedaan Psikolog Pendidikan dan Psikolog Sekolah ? Psikolog pendidikan melakukan penelitian tentang dinamika kelas, gaya mengajar dan belajar variabel. Belajar dan memperbaiki bagaimana sub-kelompok penduduk belajar-seperti anak-anak berbakat dan mereka yang cacat pembangunan. Perhatikan bahwa Psikolog pendidikan tidak boleh disamakan dengan konselor sekolah atau psikolog sekolah, yang membantu siswa satu-satu. Psikolog pendidikan umumnya bekerja di sekolah-sekolah, universitas, bisnis, industri, pusat belajar dan pengaturan pembangunan manusia. Psikolog pendidikan membantu dengan mendiagnosis dan memberikan alat untuk mengobati, membantu atau berurusan dengan perilaku atau tantangan. Psikolog sekolah adalah profesional terpercaya yang utama tujuannya adalah penerapan prinsip-prinsip ilmiah belajar dan perilaku untuk memperbaiki sekolah terkait masalah dan untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan anak-anak di sekolah-sekolah umum Untuk mencapai tujuan ini psikolog sekolah menyediakan jasa untuk anak-anak, guru, orang tua, masyarakat lembaga, dan sistem sekolah itu sendiri. berurusan dengan mengidentifikasi anak-



anak dalam sistem sekolah yang berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi pendidikan untuk usia serta anak-anak yang menunjukkan pola perilaku tertentu seperti ADHD, disleksia atau hambatan pidato. Perhatian juga diberikan kepada anak-anak yang cacat mental atau fisik. Psikolog sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.Yang bertujuan untuk membentuk



mind



set



anak



Apa Peranan/ Tugas dari Psikolog Pendidikan dan Psikolog Sekolah? Peran Psikolog Pendidikan : Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut : •



• • • • • •



• • • • • •



Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas. Menilai belajar dan kebutuhan emosional dengan mengamati dan konsultasi dengan tim multi-lembaga untuk memberikan saran tentang pendekatan terbaik dan ketentuan untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan. Mengembangkan dan mendukung program pengelolaan terapi dan perilaku. Merancang dan mengembangkan kursus untuk orang tua, guru dan lain-lain yang terlibat dengan pendidikan anak-anak dan remaja pada topik-topik seperti bullying. Merancang dan mengembangkan proyek-proyek yang melibatkan anak-anak dan kaum muda. Menulis laporan untuk membuat rekomendasi formal tentang tindakan yang akan diambil, termasuk pernyataan formal. Menasihati, negosiasi, membujuk dan mendukung guru, orang tua dan profesional pendidikan lainnya. Menghadiri konferensi kasus yang melibatkan tim multidisipliner tentang cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, perilaku dan pembelajaran anak-anak dan kaum muda dalam perawatan mereka. Mengutamakan efektivitas: konteks dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak dipandang sebagai semakin penting. Penghubung dengan profesional lain dan memfasilitasi pertemuan, diskusi dan kursus; Mengembangkan dan meninjau kebijakan-kebijakan. Melakukan penelitian aktif. Merumuskan intervensi yang berfokus pada penerapan pengetahuan, keterampilan dan keahlian untuk mendukung inisiatif lokal dan nasional. Mengembangkan dan menerapkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan kesejahteraan psikologis, sosial, perkembangan emosi dan perilaku dan untuk meningkatkan standar pendidikan.







Mengembangkan tes pendidikan







Evaluasi program pendidikan. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum







Konsultasikan sekolah untuk melaksanakan pengajaran dan pengujian perubahan







Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan







Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.







Penyelenggaraan pendidikan keguruan







Mengumpulkan data, merevisi tes dan kegiatan belajar kelas dalam upaya untuk meningkatkan belajar dan mengajar gaya antara mahasiswa, staf pengajar dan individu lainnya. Psikolog Pendidikan harus statistik menyeluruh dan memiliki kemampuan tajam berpikir kritis Peran Psikolog Sekolah :



1.



Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa.



2.



Melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, programprogram sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental.



3.



Menilai dan mengevaluasi berbagai masalah yang berkaitan sekolah dan aset anak dan remaja di sekolah yang ditugaskan.



4.



Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan.Terlibat dalam pencegahan krisis dan layanan intervensi.



5.



Dapat melayani satu atau beberapa sekolah di daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat dan / atau dalam lingkungan universitas. Peran psikolog sekolah dengan siswa untuk:







Memberikan konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi, dan perilaku







Meningkatkan prestasi dengan menilai hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk meningkatkan pembelajaran







Mempromosikan kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan masalah, manajemen kemarahan, self-regulasi, penentuan nasib sendiri, dan optimisme







Meningkatkan pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang Peran psikolog sekolah dengan siswa dan keluarganya untuk:







Konsultasi dengan orang tua untuk membantu dalam memahami pembelajaran dan penyesuaian proses anak-anak.







Mengajarkan keterampilan orangtua, strategi pemecahan masalah, penyalahgunaan zat, dan topik lainnya yang berkaitan dengan sekolah sehat.







Mengidentifikasi dan alamat belajar dan masalah perilaku yang mengganggu dengan keberhasilan sekolah







Evaluasi kelayakan untuk layanan pendidikan khusus (dalam sebuah tim multidisiplin)







Dukungan siswa sosial, emosional, dan perilaku kesehatan







Mengasuh, Mengajar,dan meningkatkan kolaborasi rumah-sekolah







Membuat arahan dan membantu mengkoordinasikan dukungan layanan komunitas Peran psikolog sekolah dengan guru untuk:







Konsultasi dengan guru di pembangunan dan implementasi kelas metode dan prosedur dirancang untuk memfasilitasi murid belajar dan untuk mengatasi belajar dan gangguan perilaku.







Membantu pendidik dalam melaksanakan suasana yang aman, kelas sehat dan lingkungan sekolah.







Mengidentifikasi dan menyelesaikan hambatan akademis untuk belajar







Merancang dan mengimplementasikan sistem monitoring kemajuan siswa







Desain dan intervensi akademis dan perilaku melaksanakan







Mendukung instruksi individual efektif







Memotivasi semua siswa untuk terlibat dalam pembelajaran Peran psikolog sekolah dengan administrators untuk:







Konsultasi dengan sekolah administrator tentang sesuai tujuan belajar untuk anak-anak, perencanaan pembangunan dan perbaikan program untuk murid di reguler dan programprogram sekolah khusus, dan pengembangan pendidikan eksperimentasi dan evaluasi.







Mengumpulkan dan menganalisa data yang berhubungan dengan perbaikan sekolah, hasil siswa, dan persyaratan akuntabilitas







Melaksanakan



program-program



pencegahan



sekolah-lebar



yang



membantu



mempertahankan sekolah positif iklim kondusif untuk belajar •



Mempromosikan sekolah kebijakan dan praktek yang menjamin keselamatan semua siswa dengan mengurangi kekerasan di sekolah, bullying, dan pelecehan







Menanggapi krisis dengan menyediakan kepemimpinan, pelayanan langsung, dan koordinasi dengan pelayanan masyarakat yang dibutuhkan







Merancang, melaksanakan, dan mengumpulkan dukungan untuk program sekolah kesehatan jiwa yang menyeluruh Peran psikolog sekolah dengan masyarakat untuk:







Konsultasi dengan masyarakat lembaga, seperti masa percobaan departemen, kesehatan mental klinik, dan departemen kesejahteraan, tentang murid yang sedang dilayani oleh masyarakat seperti lembaga.







Membantu siswa transisi ke dan dari lingkungan sekolah dan komunitas pembelajaran, seperti perawatan perumahan atau program peradilan anak.



Referensi : http://www.ehow.com/info_7900711_difference-school-psychology-educational-psychology.html http://www.nasponline.org/about_sp/careerfaq.aspx http://www.nasponline.org/about_sp/whatis.aspx Diposkan oleh Anggita Windy M di 03.50 Label: Tugas Individu I



Tes Inteligence Senin, 14 Maret 2011



Jelaskan Teori Multiple Intelligence Howard Gardner ?



Teori tentang multiple intelligence ini berdasarkan pakar Psikologi Harvard Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik percaya bahwa inteligensi merupakan kapasitas



kesatuan



dari



penalaran



logis,



dimana



kemampuan



abstraksi



sangat



bernilai. Inteligensi, menurut Gardner, merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi. Meskipun demikian, Gardner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi jelas bukan hanya satu kapasitas metal. jadi, Kenapa individu memilih berada dalam peranperan yang berbeda (ahli fisika,petani, penari) memerlukan kerja berbagai kecerdasan sebagai



suatu



kombinasi,



dalam



penjelasannya



?



Karena Kecerdasan/keahlian menurutnya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.



Gardner menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah



yang



secara



Jenis-jenis



potensial



inteligensi



berguna.



Gardner



:



* Keahlian verbal: merupakan kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna .keahlian ini diperlukan oleh penulis, wartawan, pembicara. * Keahlian matematika: keahlian tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis.Keahlian ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram



komputer,



analis



keuangan,



akuntan,



insinyur



danilmuwan.



* Keahlian spasial: merupakan keahlian seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali



gambaran



visual



tanpa



stimulus



fisik



yang



asli.



* Keahlian tubuh-kinestetik : kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada * Keahlian



koreografer, musik



penari,



: memungkinkan



individu



pemanjat menciptakan,



tebing.



mengkomunikasikan



dan



memahami makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten



pada



musik



instrumentalia



dan



akustik.



* Keahlian intrapersonal: kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan dirinya



secara



efektif



* Keahlian interpersonal : merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang



lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok.(guru teladan,



professional



kesehatan



mental)



* Keahlian naturalis : kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, ahli botani, ahli ekologi,ahli tanah)



Daftar Pustaka: Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta http://fandi4tarakan.wordpress.com



Diposkan oleh Anggita Windy M di 07.30 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Tugas 5



Posting LamaBeranda



Tampilkan posting dengan label Tugas 5. Tampilkan semua posting Senin, 14 Maret 2011



Tes Inteligence Jelaskan Teori Multiple Intelligence Howard Gardner ?



Teori tentang multiple intelligence ini berdasarkan pakar Psikologi Harvard Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik percaya bahwa inteligensi merupakan kapasitas



kesatuan



dari



penalaran



logis,



dimana



kemampuan



abstraksi



sangat



bernilai. Inteligensi, menurut Gardner, merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi. Meskipun demikian, Gardner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi



jelas bukan hanya satu kapasitas metal. jadi, Kenapa individu memilih berada dalam peranperan yang berbeda (ahli fisika,petani, penari) memerlukan kerja berbagai kecerdasan sebagai suatu



kombinasi,



dalam



penjelasannya



?



Karena Kecerdasan/keahlian menurutnya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.



Gardner menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah



yang



secara



Jenis-jenis



potensial



inteligensi



berguna.



Gardner



:



* Keahlian verbal: merupakan kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna .keahlian ini diperlukan oleh penulis, wartawan, pembicara. * Keahlian matematika: keahlian tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis.Keahlian ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram



komputer,



analis



keuangan,



akuntan,



insinyur



danilmuwan.



* Keahlian spasial: merupakan keahlian seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali



gambaran



visual



tanpa



stimulus



fisik



yang



asli.



* Keahlian tubuh-kinestetik : kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada * Keahlian



koreografer, musik



penari,



: memungkinkan



individu



pemanjat menciptakan,



tebing.



mengkomunikasikan



dan



memahami makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten



pada



musik



instrumentalia



dan



akustik.



* Keahlian intrapersonal: kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan



dirinya



secara



efektif



* Keahlian interpersonal : merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok.(guru teladan,



professional



kesehatan



mental)



* Keahlian naturalis : kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, ahli botani, ahli ekologi,ahli tanah)



Daftar Pustaka: Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta http://fandi4tarakan.wordpress.com



Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Senin, 11 April 2011



Siapakah anak yang menderita ketidakmampuan dan bagaimana cara meningkatkan kemampuan belajarnya ?



Gangguan organ indra (sensory): mencangkup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.







Gangguan penglihatan Gangguan penglihatan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau dalam dunia pendidikan gangguan penglihatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan dalam belajar sekalipun sudah menggunakan alat bantu dan cara mengajarnya membutuhkan layanan



khusus.



Bergangguan penglihatan juga dibagi kedalam beberapa klasifikasi dan orang yang bergangguan penglihatan biasanya mempunyai kriteria khusus dalam kegiatan sehari-harinya, serta mempunyai kebiasaan aneh yaitu suka



menggoyang-goyangkan kepala, berjalan mondar-mandir yang semuanya tidak mereka sadari bahwa hal itu mengundang keanehan dari penglihatan orang normal.



Low vision : anak yg punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200.Apabila di bantu lensa korektif, anak dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca mata pembesar



Educationally blind: anak yang tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar.



Cara untuk meningkatkan kemampuan belajarnya : 1.



Dengan menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pedengaran) dengan ini murid dapat belajar dengan baik



2.



Anak yang lemah penglihatan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan.



3.



“Buku rekaman” (recorded textbook) buatan recording for the Blind&Dyslecix telah banyak membantu kemajuan pendidikan dari murid yang mengalami gangguan penglihatan







Gangguan pendengaran Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya.



Terapi anak



Cara untuk meningkatkan kemampuan belajarnya : 1.



Dilakukan pendekatan oral dan pendekatan manual.



2.



Pendekatan oral ,menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading ( menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya.



3.



Pendekatan manual ,dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Beberapa kemajuan medis dan teknologi, yang telah meningkatkan kemampuan belajar anak yang menderita masalah pendengaran (Boyles & Contadino,1997):







Pemasangan cochlear (dengan prosedur pembedahan). Ini adalah cara konroversial karena banyak komunitas orang tuli menentangnya, sebab menganggap instrusif dan melukai kultur orang tuli. Yang lainnya beranggapan bahwa pemasangan cochlear ini biasa meningkatkan kualitas hidup banyak anak yang menderita problem pendengangaran (Hallahan & Kauffman,2003)







Menempatkan semacam alat di telinga ( prosedur pembedahan untuk disfungsi telinga tingkat menegah).







Sistem hearing aids dan ampkifikasi







Perangkat telekomunikasi, teletypewriter-telephone, dan RadioMail (menggunakan internet) Bagaimana sikap seorang Guru mengajar anak yang menderita gangguan pendengaran ?



1.



Bersikap sabar



2.



Berbicara secara wajar( tidak terlalu cepat atau terlalu lambat)



3.



Jangan berteriak, sebab tindakaan ini tidak akan membantu. Berbica dengan jelas akan banyak membantu.



4.



Kurangi gangguan dan suara bising



5.



Tatap murid yang anda ajak bicara, karena murid perlu membaca bibir anda dan melihat isyarat anda Pelayanan seperti apakah yang dilakukan untuk anak berkebutuhan khusus ?







Guru kelas reguler : bertanggung jawab memberikan lebih banyak pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan belajar dan memberikan pendidikan yang lebih efektif.







Guru sumber daya : dapat memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi banyak anak yang mengalami ketidakmampuan belajar. bertugas untuk meningkatkan anak-anak dalam kemampuan membaca, menulis, atau matematika.







Guru pendidikan khusus : biasanya mengemban tanggung jawab lebih besar







Pelayanan terkait : selain guru kelas reguler, guru sumber daya, dan guru pendidikan khusus, ada sejumlah personel pendidikan khusus lainnya yang memberikan pelayanan pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan. seperti ; asisten guru, psikolog, konselor, pekerja sosial sekolah, perawat, dokter, terapis, dan terapis fisik, serta spesialis guru bicara dan mendengar, seperti audiologis.







Konsultasi kolaboratif dan tim interaktif : orang dengan berbagai keahlian akan berinteraksi untuk memberikan pelayanan bagi anak. dan ini sering menguntungkan anak dan meningkatkan keahlian dan sikap mereka terhadap guru. berbagai keahlian ini untuk menyusun alternatif pendekatan pengajaran yang efektif dalam merencanakan pendidikan.



Daftar pustaka :



Santrock, J.W. 2010. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana.



Diposkan oleh Anggita Windy M di 07.10 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Tugas 6



Posting LamaBeranda



Tampilkan posting dengan label Tugas 6. Tampilkan semua posting Senin, 11 April 2011



Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Siapakah anak yang menderita ketidakmampuan dan bagaimana cara meningkatkan kemampuan belajarnya ?



Gangguan organ indra (sensory): mencangkup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.







Gangguan penglihatan Gangguan penglihatan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau dalam dunia pendidikan gangguan penglihatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan dalam belajar sekalipun sudah menggunakan alat bantu dan cara mengajarnya membutuhkan layanan



khusus.



Bergangguan penglihatan juga dibagi kedalam beberapa klasifikasi dan orang yang bergangguan penglihatan biasanya mempunyai kriteria khusus dalam kegiatan sehari-harinya, serta mempunyai kebiasaan aneh yaitu suka menggoyang-goyangkan kepala, berjalan mondar-mandir yang semuanya tidak mereka sadari bahwa hal itu mengundang keanehan dari penglihatan orang normal.



Low vision : anak yg punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200.Apabila di bantu lensa korektif, anak dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca mata pembesar



Educationally blind: anak yang tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar.



Cara untuk meningkatkan kemampuan belajarnya : 1.



Dengan menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pedengaran) dengan ini murid dapat belajar dengan baik



2.



Anak yang lemah penglihatan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan.



3.



“Buku rekaman” (recorded textbook) buatan recording for the Blind&Dyslecix telah banyak membantu kemajuan pendidikan dari murid yang mengalami gangguan penglihatan







Gangguan pendengaran Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya.



Terapi anak



Cara untuk meningkatkan kemampuan belajarnya : 1.



Dilakukan pendekatan oral dan pendekatan manual.



2.



Pendekatan oral ,menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading ( menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya.



3.



Pendekatan manual ,dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Beberapa kemajuan medis dan teknologi, yang telah meningkatkan kemampuan belajar anak yang menderita masalah pendengaran (Boyles & Contadino,1997):







Pemasangan cochlear (dengan prosedur pembedahan). Ini adalah cara konroversial karena banyak komunitas orang tuli menentangnya, sebab menganggap instrusif dan melukai kultur orang tuli. Yang lainnya beranggapan bahwa pemasangan cochlear ini biasa meningkatkan kualitas hidup banyak anak yang menderita problem pendengangaran (Hallahan & Kauffman,2003)







Menempatkan semacam alat di telinga ( prosedur pembedahan untuk disfungsi telinga tingkat menegah).







Sistem hearing aids dan ampkifikasi







Perangkat telekomunikasi, teletypewriter-telephone, dan RadioMail (menggunakan internet) Bagaimana sikap seorang Guru mengajar anak yang menderita gangguan pendengaran ?



1.



Bersikap sabar



2.



Berbicara secara wajar( tidak terlalu cepat atau terlalu lambat)



3.



Jangan berteriak, sebab tindakaan ini tidak akan membantu. Berbica dengan jelas akan banyak membantu.



4.



Kurangi gangguan dan suara bising



5.



Tatap murid yang anda ajak bicara, karena murid perlu membaca bibir anda dan melihat isyarat anda Pelayanan seperti apakah yang dilakukan untuk anak berkebutuhan khusus ?







Guru kelas reguler : bertanggung jawab memberikan lebih banyak pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan belajar dan memberikan pendidikan yang lebih efektif.







Guru sumber daya : dapat memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi banyak anak yang mengalami ketidakmampuan belajar. bertugas untuk meningkatkan anak-anak dalam kemampuan membaca, menulis, atau matematika.







Guru pendidikan khusus : biasanya mengemban tanggung jawab lebih besar







Pelayanan terkait : selain guru kelas reguler, guru sumber daya, dan guru pendidikan khusus, ada sejumlah personel pendidikan khusus lainnya yang memberikan pelayanan pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan. seperti ; asisten guru, psikolog, konselor, pekerja sosial sekolah, perawat, dokter, terapis, dan terapis fisik, serta spesialis guru bicara dan mendengar, seperti audiologis.







Konsultasi kolaboratif dan tim interaktif : orang dengan berbagai keahlian akan berinteraksi untuk memberikan pelayanan bagi anak. dan ini sering menguntungkan anak dan meningkatkan keahlian dan sikap mereka terhadap guru. berbagai keahlian ini untuk menyusun alternatif pendekatan pengajaran yang efektif dalam merencanakan pendidikan.



Daftar pustaka :



Santrock, J.W. 2010. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana.



Psikologi Sekolah Senin, 18 April 2011



Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.



Kenapa sekolah bisa menjadi sumber stres pada anak?



Di sekolah, guru adalah pengganti orangtua bagi anak. Selain itu, tujuan pendidikan sesungguhnya adalah membentuk anak menjadi pribadi yang antara lain cerdas secara intelektual dan emosional. Kenyataannya, guru dan aturan sekolah seringkali menjadi sumber stres anak. Inilah contoh dan solusinya: •



Terlalu banyak PR Solusi: PR banyak tidak akan menimbulkan stres jika ada jadwal rutin untuk mengerjakannya. Orangtua harus membantu anak mengatur prioritas jadwal rutinnya di rumah. Lakukan kerjasama dengan pihak sekolah, diskusikan dengan guru bagaimana menciptakan PR dalam bentuk lain yang dapat dilakukan sambil bermain.







Ulangan/tes Solusi: Seperti halnya PR, mengulang pelajaran di rumah sebaiknya dilakukan setiap hari. Dengan begitu, kapan pun ulangan diadakan, anak sudah siap. Namun, kalau soal tes memang dirasa sulit atau diluar kemampuan anak di tingkat yang sama, ayah ibu bersama orangtua yang lain bisa membicarakan ini dengan guru.







Dihukum/dipermalukan guru Solusi: Bicaralah dengan pihak sekolah mengenai perasaan anak akibat dihukum atau dipermalukan guru di hadapan teman-temannya. Sebaiknya memang guru memberikan teguran lisan secara individual kepada anak yang melakukan kekeliruan. Ini penting supaya anak tetap merasa berharga kendati ia baru melakukan kesalahan.



Guru diperbolehkan memberikan sanksi sesuai aturan, tetapi guru tak boleh mengolok-olok anak didiknya. Olok-olok akan membuat anak merasa terhina tanpa dapat mengimbanginya, karena yang melakukan adalah pihak yang memiliki otoritas atas dirinya. •



Harus tampil di depan kelas Solusi: Jadikan acara presentasi ide dan hasil pekerjaan, juga mengerjakan soal di papan tulis, sebagai bagian dari kegiatan belajar. Sikap guru yang kooperatif, penuh penghargaan, dan ramah sangat membantu memupuk rasa percaya diri anak. Di rumah, orangtua bisa mengajak anak bermain peran yang mengharuskannya tampil di muka. Libatkan penghuni rumah lain sebagai pendengar.







Sekolah pagi Solusi: Ciri-ciri anak yang mengalami stres karena harus bangun pagi antara lain mengeluh sakit di pagi hari, rewel, mengamuk, dan mogok sekolah. Atasi dengan memajukan jadwal tidurnya. Bangunkan anak secara bertahap dengan musik, cerita lucu atau suara binatang yang mampu menarik perhatiannya untuk bangun.



Ingatkan si kecil pada hal-hal menyenangkan yang akan dihadapi di hari itu, apakah temantemannya, gurunya, atau bekal sekolahnya yang enak. Peran psikolog sekolah:



Seorang psikolog sekolah adalah



profesional utama yang terpercaya. tujuannya adalah



penerapan prinsip-prinsip belajar ilmiah dan perilaku untuk memperbaiki sekolah terkait masalah dan untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan anak-anak di sekolahsekolah umum Untuk mencapai tujuan ini psikolog sekolah menyediakan jasa untuk anak-anak, guru,



orang



Apa



saja



tua,



lembaga



kompetensi



masyarakat, yang



perlu



dan



sistem



dimiliki



sekolah psikolog



itu



sendiri.



sekolah



?



- Managemen Kelas. memulai tahun ajaran baru, membuat struktur lingkungan belajar yang efektif, dan menagani situasi krisis. ini perlu ditetapkan oleh guru.



- Komunikasi dan Konsultasi Antar Pribadi. guru yang kurang efektif berkomunikasi dengan siswa, dengan siswa, degan orang tua. psikolog seharusnya tahu banyak tentang perkembangan dan penerapan ketrampilan interpersonal - Ketrampilan Dasar Akademik dan Kehidupan. - Ketrampilan Afektif/Sosial. Menjadi fasilitator dalam mengembangkan program instruksional untuk siswa dan melakukan pelatihan keterampilan-keterampilan afektif dan sosial. - Struktur dan Organisasi Kelas. struktur kerja sama mencapai tujuan, pengajaran, perencanaan, dan penggunaan ruang,fasilitas, dan sarana. - Pengembangan dan perencanaan sistem. mengembangkan sistem pengukuran yang efektif, sistem pengembangan staf, pengguanaan teknologi dalam pengajaran, dan pendekatan formal dan informal. - Pengembangan Ketrampilan Staf. - Perbedaan Individual dalam perkembangan dan belajar. membantu pemahaman personalia sekolah mengenai perbedaan individual. - Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. - Pengajaran. Proses belajar mengajar secar efektif. membantu guru menambah intensitas belajar siswa, memotivasi, dan meningkatkan cara mengajar. - Isu Etika dan Hukum - Pengukuran dan Evaluasi. - Perhatian Mengenai Budaya yang berbeda-beda. - Penelitian



Daftar



Pustaka:



Sukadji,S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah.Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas



http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/06/1601596 /Sekolah.Bisa.Jadi.Sumber.Stres.Anak http://www.caspsurveys.org/new/pdfs/school_psych_gen_ed.pdf Diposkan oleh Anggita Windy M di 08.17 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Tugas 7



Posting LamaBeranda



Tampilkan posting dengan label Tugas 7. Tampilkan semua posting Senin, 18 April 2011



Psikologi Sekolah Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.



Kenapa sekolah bisa menjadi sumber stres pada anak?



Di sekolah, guru adalah pengganti orangtua bagi anak. Selain itu, tujuan pendidikan sesungguhnya adalah membentuk anak menjadi pribadi yang antara lain cerdas secara intelektual dan emosional. Kenyataannya, guru dan aturan sekolah seringkali menjadi sumber stres anak. Inilah contoh dan solusinya: •



Terlalu banyak PR Solusi: PR banyak tidak akan menimbulkan stres jika ada jadwal rutin untuk mengerjakannya. Orangtua harus membantu anak mengatur prioritas jadwal rutinnya di rumah. Lakukan kerjasama dengan pihak sekolah, diskusikan dengan guru bagaimana menciptakan PR dalam bentuk lain yang dapat dilakukan sambil bermain.







Ulangan/tes



Solusi: Seperti halnya PR, mengulang pelajaran di rumah sebaiknya dilakukan setiap hari. Dengan begitu, kapan pun ulangan diadakan, anak sudah siap. Namun, kalau soal tes memang dirasa sulit atau diluar kemampuan anak di tingkat yang sama, ayah ibu bersama orangtua yang lain bisa membicarakan ini dengan guru. •



Dihukum/dipermalukan guru Solusi: Bicaralah dengan pihak sekolah mengenai perasaan anak akibat dihukum atau dipermalukan guru di hadapan teman-temannya. Sebaiknya memang guru memberikan teguran lisan secara individual kepada anak yang melakukan kekeliruan. Ini penting supaya anak tetap merasa berharga kendati ia baru melakukan kesalahan. Guru diperbolehkan memberikan sanksi sesuai aturan, tetapi guru tak boleh mengolok-olok anak didiknya. Olok-olok akan membuat anak merasa terhina tanpa dapat mengimbanginya, karena yang melakukan adalah pihak yang memiliki otoritas atas dirinya.







Harus tampil di depan kelas Solusi: Jadikan acara presentasi ide dan hasil pekerjaan, juga mengerjakan soal di papan tulis, sebagai bagian dari kegiatan belajar. Sikap guru yang kooperatif, penuh penghargaan, dan ramah sangat membantu memupuk rasa percaya diri anak. Di rumah, orangtua bisa mengajak anak bermain peran yang mengharuskannya tampil di muka. Libatkan penghuni rumah lain sebagai pendengar.







Sekolah pagi Solusi: Ciri-ciri anak yang mengalami stres karena harus bangun pagi antara lain mengeluh sakit di pagi hari, rewel, mengamuk, dan mogok sekolah. Atasi dengan memajukan jadwal tidurnya. Bangunkan anak secara bertahap dengan musik, cerita lucu atau suara binatang yang mampu menarik perhatiannya untuk bangun.



Ingatkan si kecil pada hal-hal menyenangkan yang akan dihadapi di hari itu, apakah temantemannya, gurunya, atau bekal sekolahnya yang enak. Peran psikolog sekolah:



Seorang psikolog sekolah adalah



profesional utama yang terpercaya. tujuannya adalah



penerapan prinsip-prinsip belajar ilmiah dan perilaku untuk memperbaiki sekolah terkait masalah dan untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan anak-anak di sekolahsekolah umum Untuk mencapai tujuan ini psikolog sekolah menyediakan jasa untuk anak-anak, guru,



orang



Apa



saja



tua,



lembaga



kompetensi



masyarakat, yang



perlu



dan



sistem



dimiliki



sekolah psikolog



itu



sendiri.



sekolah



?



- Managemen Kelas. memulai tahun ajaran baru, membuat struktur lingkungan belajar yang efektif, dan menagani situasi krisis. ini perlu ditetapkan oleh guru. - Komunikasi dan Konsultasi Antar Pribadi. guru yang kurang efektif berkomunikasi dengan siswa, dengan siswa, degan orang tua. psikolog seharusnya tahu banyak tentang perkembangan dan penerapan ketrampilan interpersonal - Ketrampilan Dasar Akademik dan Kehidupan. - Ketrampilan Afektif/Sosial. Menjadi fasilitator dalam mengembangkan program instruksional untuk siswa dan melakukan pelatihan keterampilan-keterampilan afektif dan sosial. - Struktur dan Organisasi Kelas. struktur kerja sama mencapai tujuan, pengajaran, perencanaan, dan penggunaan ruang,fasilitas, dan sarana. - Pengembangan dan perencanaan sistem. mengembangkan sistem pengukuran yang efektif, sistem pengembangan staf, pengguanaan teknologi dalam pengajaran, dan pendekatan formal dan informal. - Pengembangan Ketrampilan Staf. - Perbedaan Individual dalam perkembangan dan belajar. membantu pemahaman personalia sekolah mengenai perbedaan individual. - Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. - Pengajaran. Proses belajar mengajar secar efektif. membantu guru menambah intensitas belajar siswa, memotivasi, dan meningkatkan cara mengajar. - Isu Etika dan Hukum



- Pengukuran dan Evaluasi. - Perhatian Mengenai Budaya yang berbeda-beda. - Penelitian



Daftar



Pustaka:



Sukadji,S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah.Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas



http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/06/1601596 /Sekolah.Bisa.Jadi.Sumber.Stres.Anak http://www.caspsurveys.org/new/pdfs/school_psych_gen_ed.pdf



Bimbingan dan Konseling Minggu, 24 April 2011



Bimbingan perlu diberikan berkelanjutan sepanjang hidup bagi mereka yang membutuhkan bantuan.namun demikian, masa bantuan paling penting dan paling efektif adalah pada masa kebiasaan, sikap dan ideal baru mulai terbentuk , dan pada masa teknik untuk membantu diri sendiri sedang berkembang. Masa remaja adalah masa pengambilan keputusan atau penentuan pilihan, karena itu penting adanya bimbingan di jenjang pendidikan lanjutan.



Apakah yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling ?



Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)



Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan



lingkungan,



dan



peningkatan



fungsi



atau



manfaat



individu



dalam



lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.



Apakah tujuan dari bimbingan dan konseling itu ? 1.



Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.



2.



Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.



3.



Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.



4.



Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.



Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah lanjutan tingkat atas untuk : 1.



Mengatasi



kesulitan



dalam



memahami



dirinya



sendiri



yang



berkaitan



dengan:a).Pengetahuan yang dicapai bagi kelanjutan studi, b).Ketrampilan yang dicapai bagi jabatan pekerjaan,



2.



dan c).Sikap yang dimiliki bagi komunikasi dalam hubungan sosial.



Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan sekolah kini dan prospek mendatang.



3.



Mengatasi kesulitan dalam menguasai pengetahuan tuntutan sekolah.



4.



Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan berbagai jenis karir dan lapangan kerja kini dan prospek mendatang.



5.



Mengatasi kesulitan dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan tertentu yang dituntut suatu jenis karir dan lapangan kerja.



6.



Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan lingkungan sosial (orangtua, calon pasangan hidup, masyarakat sekolah, masyarakat luas) kini dan prospek tertentu.



7.



Mengatasi kesulitan dalam menguasai sikap-sikap hormat dan penghargaan yang diharapkan lingukangan sosial tertentu.



8.



Mengatasi kesulitan membuat keputusan arah pilihan kelompok mata pelajaran bagi kemungkinan kelanjutan studi, atau kemungkinan kelanjutan studi, atau kemungkinan karir dan jabatan pekerjaan; dan arah pilihan bagi kemungkinan calon pasangan hidup, serta dalam mengadakan penyesuaian dengan orangtua, masyarakat sekolah, dan masyarakat luas.



Daftar Pustaka:



Sukadji,S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah.Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran



dan



Pendidikan



Psikologi



(LPSP3)



Fakultas



Psikologi



Universitas



http://www.a741k.web44.net/BIMBINGAN%20DAN%20KONSELING.htm http://www.scribd.com/doc/4108141/Bimbingan-dan-Konseling Diposkan oleh Anggita Windy M di 01.31 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Tugas 8



Posting LamaBeranda



Tampilkan posting dengan label Tugas 8. Tampilkan semua posting Minggu, 24 April 2011



Bimbingan dan Konseling Bimbingan perlu diberikan berkelanjutan sepanjang hidup bagi mereka yang membutuhkan bantuan.namun demikian, masa bantuan paling penting dan paling efektif adalah pada masa kebiasaan, sikap dan ideal baru mulai terbentuk , dan pada masa teknik untuk membantu diri sendiri sedang berkembang. Masa remaja adalah masa pengambilan keputusan atau penentuan pilihan, karena itu penting adanya bimbingan di jenjang pendidikan lanjutan.



Apakah yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling ?



Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)



Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan



lingkungan,



dan



peningkatan



fungsi



atau



manfaat



individu



dalam



lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.



Apakah tujuan dari bimbingan dan konseling itu ? 1.



Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.



2.



Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.



3.



Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.



4.



Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.



Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah lanjutan tingkat atas untuk : 1.



Mengatasi



kesulitan



dalam



memahami



dirinya



sendiri



yang



berkaitan



dengan:a).Pengetahuan yang dicapai bagi kelanjutan studi, b).Ketrampilan yang dicapai bagi jabatan pekerjaan,



2.



dan c).Sikap yang dimiliki bagi komunikasi dalam hubungan sosial.



Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan sekolah kini dan prospek mendatang.



3.



Mengatasi kesulitan dalam menguasai pengetahuan tuntutan sekolah.



4.



Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan berbagai jenis karir dan lapangan kerja kini dan prospek mendatang.



5.



Mengatasi kesulitan dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan tertentu yang dituntut suatu jenis karir dan lapangan kerja.



6.



Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan lingkungan sosial (orangtua, calon pasangan hidup, masyarakat sekolah, masyarakat luas) kini dan prospek tertentu.



7.



Mengatasi kesulitan dalam menguasai sikap-sikap hormat dan penghargaan yang diharapkan lingukangan sosial tertentu.



8.



Mengatasi kesulitan membuat keputusan arah pilihan kelompok mata pelajaran bagi kemungkinan kelanjutan studi, atau kemungkinan kelanjutan studi, atau kemungkinan karir dan jabatan pekerjaan; dan arah pilihan bagi kemungkinan calon pasangan hidup, serta dalam mengadakan penyesuaian dengan orangtua, masyarakat sekolah, dan masyarakat luas.



Daftar Pustaka:



Sukadji,S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah.Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran



dan



Pendidikan



Psikologi



(LPSP3)



Fakultas



Psikologi



Universitas



http://www.a741k.web44.net/BIMBINGAN%20DAN%20KONSELING.htm http://www.scribd.com/doc/4108141/Bimbingan-dan-Konseling



PEDADOGI Minggu, 01 Mei 2011



APA ITU PEDAGOGI ?



Pedagogi yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Pedagogi berasal dari kata Yunani "dibayar," yang berarti anak plus "agogos," yang berarti memimpin. Oleh karena itu, pedagogi telah didefinisikan



sebagai



seni



ataupengetahuan



membimbing,memimpin



atau



mengajar



anak.



Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan



bagi



kegiatan



pendidikan



bagi



orang



dewasa.



Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)



Menurut Hewett LL.D, bahwa pedagogi lebih dari sekedar ilmu dan seni mengajar. Pedagogi berkenaan dengan upaya membawa anak-anak dan memimpin mereka untuk mencapai suatu tujuan yang ideal, di sini tujuan idealnya adalah kelaki-lakian dan keperempuanan yang bermartabat. Tujuan pendidikannya idealistik. Realitas pendidikan, situasi pendidikan, selalu berhubungan dengan tujuan-tujuan idealistik, baik yang individual ataupun masyarakat/bangsa. Pedagogi bertujuan agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut memuliakan



kehidupan.



Dalam model pedagogi, guru memiliki tanggung jawab penuh untuk membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, bagaimana akan dipelajari, ketika akan dipelajari, dan jika materi telah dipelajari. Pedagogi, atau instruksi guru-diarahkan seperti yang umumnya dikenal, tempat siswa dalam peran tunduk membutuhkan ketaatan dengan instruksi guru. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik hanya perlu mengetahui apa guru mengajarkan mereka. Hasilnya adalah situasi pengajaran dan pembelajaran yang aktif mempromosikan ketergantungan



Pedagogi 1.INSTRUKSI



pada



memiliki



instruktur



arti



3



hal



(Knowles,



sebagai



1984).



berikut



:



2.PENDIDIKAN: seni, ilmu pengetahuan, atau profesi mengajar, terutama: penelitian yang berhubungan



dengan



prinsip-prinsip



dan



metode



dalam



pendidikan



formal



3.SEKOLAH: tempat instruksi



Referensi : http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195509271985031-DHARMA_KESUMA/Pedagogipedagogik_01.pdf http://www-distance.syr.edu/andraggy.html Diposkan oleh Anggita Windy M di 08.47 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Tugas 9



Posting LamaBeranda



Tampilkan posting dengan label Tugas 9. Tampilkan semua posting Minggu, 01 Mei 2011



PEDADOGI APA ITU PEDAGOGI ?



Pedagogi yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Pedagogi berasal dari kata Yunani "dibayar," yang berarti anak plus "agogos," yang berarti memimpin. Oleh karena itu, pedagogi telah didefinisikan



sebagai



seni



ataupengetahuan



membimbing,memimpin



atau



mengajar



anak.



Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat



diberlakukan



bagi



kegiatan



pendidikan



bagi



orang



dewasa.



Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)



Menurut Hewett LL.D, bahwa pedagogi lebih dari sekedar ilmu dan seni mengajar. Pedagogi berkenaan dengan upaya membawa anak-anak dan memimpin mereka untuk mencapai suatu tujuan yang ideal, di sini tujuan idealnya adalah kelaki-lakian dan keperempuanan yang bermartabat. Tujuan pendidikannya idealistik. Realitas pendidikan, situasi pendidikan, selalu berhubungan dengan tujuan-tujuan idealistik, baik yang individual ataupun masyarakat/bangsa. Pedagogi bertujuan agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut memuliakan



kehidupan.



Dalam model pedagogi, guru memiliki tanggung jawab penuh untuk membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, bagaimana akan dipelajari, ketika akan dipelajari, dan jika materi telah dipelajari. Pedagogi, atau instruksi guru-diarahkan seperti yang umumnya dikenal, tempat siswa dalam peran tunduk membutuhkan ketaatan dengan instruksi guru. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik hanya perlu mengetahui apa guru mengajarkan mereka. Hasilnya adalah situasi pengajaran dan pembelajaran yang aktif mempromosikan ketergantungan



Pedagogi



pada



memiliki



instruktur



arti



3



hal



(Knowles,



sebagai



1984).



berikut



:



1.INSTRUKSI 2.PENDIDIKAN: seni, ilmu pengetahuan, atau profesi mengajar, terutama: penelitian yang berhubungan



dengan



prinsip-prinsip



3.SEKOLAH: tempat instruksi



dan



metode



dalam



pendidikan



formal



Referensi : http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195509271985031-DHARMA_KESUMA/Pedagogipedagogik_01.pdf http://www-distance.syr.edu/andraggy.html



Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah Sabtu, 23 April 2011



Apa







Yang



Dimaksud



Dengan



Psikologi



Pendidikan



&



Psikologi



Sekolah



?



Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi . Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, sering berfokus pada sub kelompok seperti bakat anak-anak dan



mereka



yang



khusus



khusus



penyandang



cacat



Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang



guru



dalam



proses



belajar



mengajar



secara



efektif.



Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana anak-anak belajar, mengingat dan berpikir dan bagaimana mereka mengembangkan mental selama proses pembelajaran. Anak-anak yang diamati dalam berbagai lingkungan seperti ketika mereka bekerja secara individu atau bagaimana mereka berinteraksi dalam kelompok. Pendidikan psikologi juga studi manusia serta perkembangan belajar sehingga dapat menciptakan materi pendidikan yang sesuai dengan usia dan program berdasarkan pengamatan serta terlibat dalam pengembangan program untuk anak-anak dan juga menentukan kualifikasi bagi individu yang bercita-cita untuk menjadi guru. •



Psikologi Sekolah Psikologi Sekolah adalah bidang yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi klinis dan psikologi pendidikan dengan diagnosa dan pengobatan anak-anak dan 'remaja perilaku dan masalah belajar. Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak



didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.



Psikologi sekolah dapat melakukan penilaian psikologis dan memberikan bimbingan dan konseling baik untuk anak dan keluarga anak. psikolog sekolah yang dididik di psikologi, dan perkembangan anak remaja , anak dan psikopatologi remaja, pendidikan, keluarga dan pengasuhan praktek, belajar teori , dan teori kepribadian . Mereka memiliki pengetahuan tentang instruksi yang efektif dan sekolah yang efektif.



Apa Perbedaan Psikolog Pendidikan dan Psikolog Sekolah ?



Psikolog pendidikan melakukan penelitian tentang dinamika kelas, gaya mengajar dan belajar variabel. Belajar dan memperbaiki bagaimana sub-kelompok penduduk belajar-seperti anakanak berbakat dan mereka yang cacat pembangunan. Perhatikan bahwa Psikolog pendidikan tidak boleh disamakan dengan konselor sekolah atau psikolog sekolah, yang membantu siswa satu-satu. Psikolog pendidikan umumnya bekerja di sekolah-sekolah, universitas, bisnis, industri, pusat belajar dan pengaturan pembangunan manusia. Psikolog pendidikan membantu dengan mendiagnosis dan memberikan alat untuk mengobati, membantu atau berurusan dengan



perilaku



atau



tantangan.



Psikolog sekolah adalah profesional terpercaya yang utama tujuannya adalah penerapan prinsip-prinsip ilmiah belajar dan perilaku untuk memperbaiki sekolah terkait masalah dan untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan anak-anak di sekolah-sekolah umum Untuk mencapai tujuan ini psikolog sekolah menyediakan jasa untuk anak-anak, guru, orang tua, masyarakat lembaga, dan sistem sekolah itu sendiri. berurusan dengan mengidentifikasi anakanak dalam sistem sekolah yang berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi pendidikan untuk usia serta anak-anak yang menunjukkan pola perilaku tertentu seperti ADHD, disleksia atau hambatan pidato. Perhatian juga diberikan kepada anak-anak yang cacat mental atau fisik. Psikolog sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.Yang bertujuan untuk membentuk



mind



set



anak



Apa Peranan/ Tugas dari Psikolog Pendidikan dan Psikolog Sekolah?



Peran Psikolog Pendidikan :



Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut : •



• • • • • •



• • • • • •



Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas. Menilai belajar dan kebutuhan emosional dengan mengamati dan konsultasi dengan tim multi-lembaga untuk memberikan saran tentang pendekatan terbaik dan ketentuan untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan. Mengembangkan dan mendukung program pengelolaan terapi dan perilaku. Merancang dan mengembangkan kursus untuk orang tua, guru dan lain-lain yang terlibat dengan pendidikan anak-anak dan remaja pada topik-topik seperti bullying. Merancang dan mengembangkan proyek-proyek yang melibatkan anak-anak dan kaum muda. Menulis laporan untuk membuat rekomendasi formal tentang tindakan yang akan diambil, termasuk pernyataan formal. Menasihati, negosiasi, membujuk dan mendukung guru, orang tua dan profesional pendidikan lainnya. Menghadiri konferensi kasus yang melibatkan tim multidisipliner tentang cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, perilaku dan pembelajaran anak-anak dan kaum muda dalam perawatan mereka. Mengutamakan efektivitas: konteks dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak dipandang sebagai semakin penting. Penghubung dengan profesional lain dan memfasilitasi pertemuan, diskusi dan kursus; Mengembangkan dan meninjau kebijakan-kebijakan. Melakukan penelitian aktif. Merumuskan intervensi yang berfokus pada penerapan pengetahuan, keterampilan dan keahlian untuk mendukung inisiatif lokal dan nasional. Mengembangkan dan menerapkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan kesejahteraan psikologis, sosial, perkembangan emosi dan perilaku dan untuk meningkatkan standar pendidikan.







Mengembangkan tes pendidikan







Evaluasi program pendidikan. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum







Konsultasikan sekolah untuk melaksanakan pengajaran dan pengujian perubahan







Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan







Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.







Penyelenggaraan pendidikan keguruan







Mengumpulkan data, merevisi tes dan kegiatan belajar kelas dalam upaya untuk meningkatkan belajar dan mengajar gaya antara mahasiswa, staf pengajar dan individu lainnya. Psikolog Pendidikan harus statistik menyeluruh dan memiliki kemampuan tajam berpikir kritis Peran Psikolog Sekolah :



1.



Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa.



2.



Melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, programprogram sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental.



3.



Menilai dan mengevaluasi berbagai masalah yang berkaitan sekolah dan aset anak dan remaja di sekolah yang ditugaskan.



4.



Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan.Terlibat dalam pencegahan krisis dan layanan intervensi.



5.



Dapat melayani satu atau beberapa sekolah di daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat dan / atau dalam lingkungan universitas. Peran psikolog sekolah dengan siswa untuk:







Memberikan konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi, dan perilaku







Meningkatkan prestasi dengan menilai hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk meningkatkan pembelajaran







Mempromosikan kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan masalah, manajemen kemarahan, self-regulasi, penentuan nasib sendiri, dan optimisme







Meningkatkan pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang Peran psikolog sekolah dengan siswa dan keluarganya untuk:







Konsultasi dengan orang tua untuk membantu dalam memahami pembelajaran dan penyesuaian proses anak-anak.







Mengajarkan keterampilan orangtua, strategi pemecahan masalah, penyalahgunaan zat, dan topik lainnya yang berkaitan dengan sekolah sehat.







Mengidentifikasi dan alamat belajar dan masalah perilaku yang mengganggu dengan keberhasilan sekolah







Evaluasi kelayakan untuk layanan pendidikan khusus (dalam sebuah tim multidisiplin)







Dukungan siswa sosial, emosional, dan perilaku kesehatan







Mengasuh, Mengajar,dan meningkatkan kolaborasi rumah-sekolah







Membuat arahan dan membantu mengkoordinasikan dukungan layanan komunitas Peran psikolog sekolah dengan guru untuk:







Konsultasi dengan guru di pembangunan dan implementasi kelas metode dan prosedur dirancang untuk memfasilitasi murid belajar dan untuk mengatasi belajar dan gangguan perilaku.







Membantu pendidik dalam melaksanakan suasana yang aman, kelas sehat dan lingkungan sekolah.







Mengidentifikasi dan menyelesaikan hambatan akademis untuk belajar







Merancang dan mengimplementasikan sistem monitoring kemajuan siswa







Desain dan intervensi akademis dan perilaku melaksanakan







Mendukung instruksi individual efektif







Memotivasi semua siswa untuk terlibat dalam pembelajaran Peran psikolog sekolah dengan administrators untuk:







Konsultasi dengan sekolah administrator tentang sesuai tujuan belajar untuk anak-anak, perencanaan pembangunan dan perbaikan program untuk murid di reguler dan programprogram sekolah khusus, dan pengembangan pendidikan eksperimentasi dan evaluasi.







Mengumpulkan dan menganalisa data yang berhubungan dengan perbaikan sekolah, hasil siswa, dan persyaratan akuntabilitas







Melaksanakan



program-program



pencegahan



sekolah-lebar



yang



membantu



mempertahankan sekolah positif iklim kondusif untuk belajar •



Mempromosikan sekolah kebijakan dan praktek yang menjamin keselamatan semua siswa dengan mengurangi kekerasan di sekolah, bullying, dan pelecehan







Menanggapi krisis dengan menyediakan kepemimpinan, pelayanan langsung, dan koordinasi dengan pelayanan masyarakat yang dibutuhkan







Merancang, melaksanakan, dan mengumpulkan dukungan untuk program sekolah kesehatan jiwa yang menyeluruh Peran psikolog sekolah dengan masyarakat untuk:







Konsultasi dengan masyarakat lembaga, seperti masa percobaan departemen, kesehatan mental klinik, dan departemen kesejahteraan, tentang murid yang sedang dilayani oleh masyarakat seperti lembaga.







Membantu siswa transisi ke dan dari lingkungan sekolah dan komunitas pembelajaran, seperti perawatan perumahan atau program peradilan anak.



Referensi : http://www.ehow.com/info_7900711_difference-school-psychology-educational-psychology.html http://www.nasponline.org/about_sp/careerfaq.aspx http://www.nasponline.org/about_sp/whatis.aspx



PROSES KOGNITIF Senin, 07 Maret 2011



Pentingkah



Kognitif



Anak



diperhatikan?



Tentu saja, kognitif anak penting untuk diperhatikan karena pada masa kanak-kanak adalah fase yang penting dalam kehidupan manusia. nah, kita ketahui bahwa Perkembembangan adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan sosiemosional yang dimulai sejak lahir dan terus berlanjut di sepanjang hayat jadi,segala aspek perkembangan baik berupa aspek fisik maupun aspek psikis, tumbuh dan berkembang dengan cepat dan maksimal pada masa ini. Salah satu perkembangan yang banyak disorot dan diteliti oleh para ahli yaitu perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif dipandang sebagai suatu perkembangan yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena hal ini berkaitan dengan perkembangan kecerdasan intelektual, atau yang sering dikenal dengan istilah perkembangan pengetahuan dan penalaran pada diri anak.



Ada beberapa ahli yang teorinya sangat dikenal di dunia, yang berkaitan dengan perkembangan kognitif anak, yaitu Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua ahli tersebut mempunyai pandangan yang berlainan mengenai perkembangan kognitif tersebut. Teori Piaget nama lainnya yaitu Teori belajar Kontruktivisme. Menurut teori Piaget, belajar merupakan proses interaksi antara pengetahuan dan pengalaman. Ketika anak mendapat pengalaman baru, maka



ia



akan



mengasimilasikan



pengalaman



tersebut



dan



kemudian



mengakomodasikannya. Asimilasi itu sendiri merupakan proses mental yang terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada.Misal, seorang anak melihat seekor burung kenari. Burung kenari itu ukurannya kecil, warnanya kuning ,dan bunyinya mencicit. Dia itu akan punya pandangan atau skema bahwa semua burung



Setelah



itu



seperti



melalui



burung



proses



kenari,



asimilasi,



yang



anak



kecil,



akan



kuning



berpindah



dan



pada



mencicit.



proses



akomodasi.Akomodasi merupakan bentuk penyesuaian yang berakibat penggantian skema akibat informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Misal, dari contoh asimilasi diatas, bahwa anak tersebut yang telah mempunyai skema bahwa semua burung mempunyai ciri seperti burung kenari, skemanya tersebut bisa berubah. Misalkan suatu saat ia melihat seekor burung onta yang besar, maka ia akan mengubah skema yang telah ada. Bahwa ternyata tidak semua burung itu mempunyai ciri-ciri yang sama seperti burung kenari, buktinya, ada burung yang ukurannya jauh lebih besar, dan juga bunyinya tidak mencicit.



Melalui kedua proses tersebut, sistem kognisi individu berubah dan berkembang sehingga akan meningkat dari satu tahap ke tahap berkutnya. Penyesuaian tersebut dilakukan karena individu ingin mencapai keadaan ekuilibrium, yaitu suatu mekanisme yang dikemukakan piaget untuk menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap selanjutnya. Pergeseran ini terjadi saat anak mengalami konflik kognitif atau disekuilibrium dalam usahanya untuk memahami dunianya.Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif, tapi orang tersebut yang secara aktif membangun pengetahuannya.



Vygotsky seorang ahli yang sama-sama mengamati perkembangan kognitif, ia tidak sependapat dengan Peaget, Vygotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Dalam teori kognitif Vygotsky terdapat dua konsep yang sangat penting, yang pertama yaitu Zona proximal Development ( ZPD ), yakni istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang yang lebih terampil. ZPD menekankan



pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang siswa mengerjakan pekerjaannya disekolah sendiri, perkembangan mereka akan lambat . jadi untuk memaksimalkan perkembangan siswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui interaksi yang berturut-turut ini diharapkan dapat mengembangkan pengalaman berbicara, bersikap dan berdiskusi secara baik. Dengan melibatkan anak berdiskusi dan berfikir dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak untuk merefleksikan apa yang telah dikatakan atau diperbuatnya. Proses seperti ini dapat membuatnya menjadi manusia yang tahu siapa dirinya, dan mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat, komunitas dan alam semesta.



Daftar Pustaka:



Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta



Fenomena Pendidikan di Indonesia Pada kuliah online hari ini yang kami ikuti kami membahas 3 fenomena pendidikan di Indonesia serta Fenomena Pertama



mengkaitkannya



dengan



teori.



Anak Tidak Mau Sekolah



SUMBER : http://www.psikologizone.com/anak-tidak-mau-sekolah



Pada artikel ini, diceritakan bahwa ada seorang anak bernama Reza yang baru beberapa hari tahun ajaran sekolah dimulai, Reza tiba-tiba saja mogok sekolah. Ketika ditanya masalahnya, ia emoh cerita. Esoknya, Sang Ibu mengetahui dari teman sekelas Reza, kalau kemarin Reza baru dimarahi gurunya karena lupa membawa buku tugas.Kategori usia anak yang suka melakukan mogok sekolah adalah anak-anak yang masih sekolah di tingkat playgroup , TK, atau



SD



Penyebab Reza mogok Sekolah atau anak-anak lain mogok sekolah bisa diakibat oleh dua faktor yaitu Internal dan Eksternal. Internal sendiri berupa itu biasanya ada di dalam diri Si Anak (berhubungan dengan karakteristik anak), situasi rumah, dan merasa cemas karena harus berpisah dengan salah satu orang terdekatnya (separation anxiety ), seperti ibu atau pengasuhnya. kalau faktor eksternalnya sendiri berupa Sedang faktor penyebab eksternal, lebih ke masalah lingkungan sekolah yang membuatnya merasa tidak nyaman. Misalnya, ternyata mainan di rumahnya lebih banyak dan menarik dibanding di sekolah, teman-teman di sekolah suka mengisenginya (bully ), anak susah beradaptasi dengan lingkungan sekolah, atau gurunya galak. Dalam kasus ini sendiri kita bisa lihat yang lebih banyak berpengaruh adalah karena faktor eksternal



yaitu



dari



kondisi



lingkungannya



lebih



tepatnya



karena



faktor



si



guru.



Dari permasalahan ini, kelompok kami menggunakan Pendekatan Learning yaitu Classical Conditioning. Dimana pada kasus ini yang berperan sebagai UCS nya sekolah UCS nya guru galak/kritik guru dan UCRnya anak takut atau cemas dan kemudia CSnya adalah sekolah. dimana nantinya UCS dan CS diberikan secara bersama-sama sehingga menghasilkan CR berupa anak takut atau dengan kata lain, hanya dengar sekolah aja dia langsung gak mau sekolah karena pemberian stimulus antara guru galak dan sekolah tadi diberikan secara bersama-sama, tanpa ditampilkan wujud sang guru dia langsung cemas dan takut kalau disebutkan sekolah.



Teori Bimbingan Orangtua Bimbingan orangtua sangat dibutuhkan pada kasus ini agar semnagat belajar anak tambah tinggi. dimana Keluarga menjadi tempat pertama pertumbuhan dan perkembangan yang sangat menentukan perannya.



Menurut Kartono (1991;63) bahwa "Orang tua merupakan orang pertama dan utama yang mampu, serta berhak menolong keturunannya dan mendidik anaknya". Orang tua peranannya dalam keluarga dan dapat menciptakan ikatan emosianal dengan anaknya, menciptakan suasana aman dirumah sehingga orang tua/rumah merupakan tempat anak untuk kembali, menjadi contoh/model bagi anaknya, memberikan disiplin dan memperbaiki tingkah laku anak, menciptakan jaringan komunikasi diantara anggota keluarga.



Pengawasan dan bimbingan orang tua dirumah mutlak diperlukan karena adanya bimbingan, orang tua dapat mengawasi dan dapat mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam



belajarnya.



Gunarso



(1983;64)



menyatakan



sebagai



berikut



:



"Orang tua berperan besar dalam mengajar, mendidik, memberikan bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada anak sesuai dengan nilai moral yang berfaku atau tingkah laku yang perlu dihindari".



Bimbingan dari orang tua dapat juga berperan sebagai cara untuk peningkatan disiplin terutama dalam belajarnya. Ahmadi (1991;82) menyatakan bahwa "Anak belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak". Pada kasus ini solusi yang tepat bisa dilakukan adalah : 1. jangan omelin anak,,, kalau orangtua semakin omelin anak, yang dah anak menjadi lebih takut dan cemas 2. berikan dia semngat : Ketika anak bisa menguasai rasa takutnya dan mau sekolah lagi, usahakan selalu memberikan mereka pujian kasih sayang, bukan hadiah barang karena yang dibutuhkan adalah dukungan mental. Hadiah “verbal” ini misalnya seperti, “Mama bangga hari ini kamu enggak nangis.” Setiap kemajuan, sekalipun kecil, harus tetap dihargai. Meskipun esoknya Si Anak menangis lagi, ya



tidak apa-apa, orang tua tetap harus sabar. Orangtua tetap harus membesarkan hatinya secara verbal, “Ayo, kamu pasti bisa!” Ingat, semangat itu mampu menumbuhkan motivasi anak.



Nah, dengan menyadari permasalahan anak, Anda bisa berpikir jernih membantu setiap masalahnya. 3. Bicara Dua Arah Jika memang masalahnya bukan karena separation anxiety , ajaklah ia berkomunikasi agar bisa mengindentifikasi perasaan anak. Usahakan diskusi dilakukan dari hati ke



hati,



dua



arah,



dan



dengan



menekankan



mengapa



anak



mogok



sekolah.



Dengan mengetahui masalahnya, Si Anak merasa orang tua mau mengerti dan orang tua juga tahu seperti apa sudut pandang anak.



Menyiapkan mental anak adalah yang terpenting. Orang tua jangan pernah lelah menyemangati anak berulang-ulang. Semangat itu bisa mengubah rasa takut anak menjadi motivasi positif baginya. Fenomena Kedua http://edukasi.kompas.com/read/2010/04/22/09451015 Pada artikel ini meceritakan Rawan pangan akibat kekeringan tidak hanya menimbulkan masalah gizi buruk pada anak-anak di bawah usia 5 tahun di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, tetapi juga mengancam kelancaran pendidikan. Ratusan anak usia sekolah di daerah itu terancam putus sekolah karena ketiadaan biaya. Gagal panen tahun ini membuat orangtua tidak punya pilihan lain selain memberhentikan anak-anak mereka dari pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Sejumlah orangtua juga memilih mengistirahatkan anak mereka di rumah sambil membantu mereka karena sekolah jauh dari permukiman dan mereka tak memiliki biaya transportasi.Kepala Dusun Kamaru, Desa Tanamana, Kecamatan Pahunga Lodu, Hamana Remang, Senin (19/4/2010), mengatakan, sebelum kasus ancaman rawan pangan di desa itu, kasus putus sekolah di daerah itu sudah cukup tinggi. Saat ini, anak-anak SD di Dusun Kamaru mulai kendur semangat belajarnya karena banyak yang pergi ke sekolah berjalan kaki berkilometer jauhnya, tanpa diberi makan dari rumah. Tiga siswa kelas II SLTA yang sekolah di Waingapu pun dalam satu bulan ini berada di dusun dengan alasan tak ada biaya makan, minum, dan kebutuhan lain. Saat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat



Agung Laksono berkunjung ke Desa Hambapraing, Kecamatan Kanatang, Sumba Timur, Sabtu pekan lalu, Yustina Kongawardan (15) menceritakan kegalauannya karena tak bisa melanjutkan sekolah. Teori pendidikan Pendekatan Motivasi, ekstrinsik dan intrinsik, dimana Motivasi ekstrinsik merupakan suatu dorongan dari luar terhadap tujuan pribadi seseorang, sedangkan Motivasi intrinsik merupakan dorongan dari dalam atau keinginan dari dalam diri terhadap tujuan pribadinya sendiri. Sebagai contoh dari artikel diatas, anak-anak yang berada dikeluarga dengan ekonomi kebawah tidak bisa dan bahkan tidak mendapatkan perhatian penuh dari orangtuanya untuk memperoleh pendidikan yang seharusnya. Alasannya, selain karena ekonomi rendah, berupa motivasi ekstrinsik, yang mana orangtua tidak menyanggupi anaknya untuk sekolah karena lebih baik anak itu membantu mereka, orangtunya, bekerja dirumah, padahal memungkinkan untuk anak itu memiliki motivasi intrinsik, yang mana keinginan yang kuat untuk mendapatkan pendidikan dan juga motivasi intrinsik dimana anak kasihan melihat orangtuanya bekerja sendiri, dan dengan segera tertutupi oleh keinginan orangtua yang lebih menyanggupi anak tersebut



untuk



ikut



membantu



membantu



mereka



bekerja.



Fenomena Ketiga Minat orangtua untuk memasukkan anaknya ke pendidikan anak usia dini, termasuk ke ke kelompok bermain dan taman kanak-kanak atau TK, cenderung meningkat. Fenomena ini menunjukkan semakin tingginya kesadaran orangtua untuk memberikan pendidikan yang terbaik



bagi



anak-anaknya



yang



berada



pada



usia



emas,



0-6



tahun.



Mudjito AK, Direktur Pembinaan SD dan TK Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta, Selasa (4/11), mengatakan, saat ini dari sekitar 28,24 juta anak usia 0-6 tahun, sekitar 11 juta anak atau 42,3 persen di antaranya sudah mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) formal maupun non-formal. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2004 yang baru mencapai sekitar 39 persen. Dari sekitar 11 juta anak yang mengikuti PAUD, sekitar 4,2 juta anak dilayani di jenjang TK/ raudhatul athfal (RA) atau PAUD formal, sedangkan 6,8 juta anak lainnya mengikuti pendidikan di PAUD nonformal.Mudjito mengatakan, perluasan akses anak-anak usia TK dilakukan dengan menyediakan TK di setiap kecamatan atau menyelenggarakan TK di SD yang sudah ada



bangunannya. Dengan demikian, SD dan TK diselenggarakan dalam satu atap. Dikembangkan pula PAUD nonformal di tingkat RT atau RW. Berdasarkan teori bimbingan sekolah, "School counseling is one area where assessments and increasing accountability is helping to create a more progressive educational environment" maksudnya teori ini setuju dengan tindakan orangtua yg memiliki minat kuat memasukkan anak dalam area pendidikan sekolah sejak dini sekali, namun dalam konteks yang positif, tidak mengejar target terhadap anak, tidak menjadikan anak sesuai dengan apa yang orang tua inginkan. contohnya dari artikel diatas, orang tua memasukkan anak ke sekolah sejak dini adalah sebuah dampak positif dari orang tua dalam pendidikan anak selanjutnya.



Referensi pembahasan: Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group http://heru-id.blogspot.com/2010/02/teori-tentang-bimbingan-orang-tua.html http://www.school-counselor.org/topics.html



Keterampilan Tentor Dalam Mengajar Selasa, 17 Mei 2011



Tugas Mini Proyek Kelompok : Topik : Dinamika mengajar pengajar yang bukan profesional



PERENCANAAN PENDAHULUAN



LATAR BELAKANG Seperti yang kita lihat, banyak guru yang bukan professional atau tentor hadir ditengah-tengah para pelajar. Guru yang bukan professional ini sendiri diartikan sebagai guru yang tidak memiliki sertifikat atau ijazah guru.



Guru yang bukan professional atau tentor ini sendiri banyak juga yang bukan merupakan tamatan atau berada di bidang keguruan melainkan dari berbagai macam jurusan. Ada yang berlatarbelakang jurusan Teknik, jurusan Pertanian dll. Dimana mereka disini pastinya tidak mengetahui dengan pasti bagaimana kesiapan dan keterampilan dalam mengajar yang harus dimiliki seorang pengajar. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 orang tentor dari dua bimbingan belajar yang berbeda. 3 orang tentor dari bimbingan belajar OSCI dan 2 tentor dari bimbingan belajar AEC. Adapun teori yang terdapat pada buku (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan) mengenai cara mengajar yang efektif dimana guru diharapkan menguasai berbagai macam perspektif dan strategi dan harus bisa memgaplikasikannya secara fleksibel. Hal itu membutuhkan dua hal yang utama: (1) pengethauan dan keahlian profesional, dan (2) komitmen dan motivasi. Selain itu, kami juga menggunakan teori mengajar (antara ilmu dan seni) (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan) (Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan-Pendekatan Baru). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan para tentor dalam mengajar sesuai dengan teori cara mengajar yang efektif dan Mengajar ( antara seni dan Ilmu ) (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan). LANDASAN TEORI Dari teori psikologi pendidikan “Santrock.,J.W.(2008).Psikologi pendidikan (edisi kedua). Jakarta:Prenada Media Group”. yang ada mengenai cara mengajar yang efektif oleh seorang pengajar, terdapat dua hal yang utama, yaitu pengetahuan dan keahlian professional, serta komitmen dan motivasi.



Pengetahuan dan keahlian professional itu sendiri mencakup : Penguasaan materi pelajaran Guru yang efektif harus berpengethauan, fleksibel dan memahami materi. Tentu saja, pengethauan subjekk pengetahuan subjek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan organisasian materi, mengaitkan beberapa gagasan, cara berpikir, dan beragumen, pole perubahan dalam satu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran dan kemampuan untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplinn ilmu ke displin ilmu lainnya, Strategi pengajaran Konstruktivisme menekankan agar inidividu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman, guru bukan sekadar memberi informasi kepikiran anak, akan tetapi guru harus mendrong anak untuk mengeksplorasi dunia meeka, menemukan pengetahuan,



merenung



dan



berpikir



secara



kritis.



Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional Guru menghabiskan waktu untuk menyusun rencana instruksional, megorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil yang maksimal dari kegiatan belajarnya. Keahlian manajemen kelas Guru yang efektif mampu menjaga kelas aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugastugas. Guru yang efektif membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Keahlian motivasional Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Keahlian komunikasi Keahlian komunikasi yang juga amat diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal dan memahami komunikasi nonverbal



dari



murid,



dan



mampu



memecahkan



konflik



secara



konstruktif.



Keterampilan lain yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam mengelola kelas dan memecahkan konflik secara konstruktif adalah keterampilan komunikasi yang baik. Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar dan komunikasi nonverbal. Murid akan memperoleh banyak manfaat jika seorang guru mempunyai keterampilan berbicara. Berbicara didepan kelas dan murid, dalam berbicara didepan kelas dan murid, salah satu hal yang penting yang harus diingat adalah menkomunikasikan informasi secara jelas. Kejelasan (clarity ) dalam berbicara adalah hal yang sangat penting agar pelajaran berjalan dengan baik. Langkah-langkah strategi untuk berbicara secara jelas didepan kelas dan murid : - Menggunakan tata bahasa yang benar - Memilih kosakata yang gampang dipahami dan tepat bagi level grade murid - Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami apa yang guru katakan. - Berbicara dengan tempo yang tepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. - Tidak menyampaikan ha-hal yang kabur. - Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara secara jelas di kelas. Selain itu ada beberapa aspek lain dalam keterampilan berbicara yaitu dalam hal penanganan konflik, ada 4 gaya yang bisa dilakukan seorang guru yaitu : gaya asertif, gaya pasif, gaya manipulatif dan gaya agresif ( galak ). Guru juga harus bisa memberikan cerammah yang efektif kepada muridnya.



Keterampilan mendengar, hal yang sangat penting dalam menjalin dan menjaga hubungan. Pendengar yang baik akan mendengar secara aktif. Mendengar yang aktif berarti memberi perhatian penuh pada pembicara, memfokuskan diri pada isi intelektual dari pesan. Berkomunikasi nonverbal, selain apa yang anda katakana, anada juga berkomunikasi melalui tangan, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.



Bekerja secara efektif dengan murid dari latar belakang cultural yang berlainan keahlian teknologi Komitmen dan motivasi mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid Mengajar Antara SENI dan ILMU Dari teori psikologi pendidikan pula dinyatakan mengajar sebagai suatu “seni” dan “ilmu pengetahuan”, disini dimaksudkan bahwa bagaimana seorang pengajar menggunakan pendekatan mengajar yang ilmiah serta bagaimana kesiapan mengajar berperan penting bagi keberhasilannya sebagai pengajar. 1. Mengajar sebagai ilmu Sebagian ahli memndang mengajar sebagai ilmu ( science ). oleh karenanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profesiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalm dunia pendidikan



yang



berkompentenuntuk



melakukan



tugas



mengajar.



Siapapun, asal memiliki profesiensi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar dengan baik. penguasaan seseorang guru atas materi pelajaran bidang tugasnya adalah juga penting, tetapi yang lebih penting ialah penguasaanya atas ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas mengajarnya. 2. Mengajar sebagai Seni Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni (art) bukan ilmu. oleh karenanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan ) bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk menjadi seorang guru yang profesional orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi pendidikan keguruan selama bertahun-tahun. Namun kenyataan lain menunjukkan bahwa dalam mengajar terdapat faktor "tertentu" yang abstrak dan hampir mustahil dipelajari. Bahkan faktor misterius ini tak dapat diterangkan dengan jelas. Sementara itu aliran lainnya menganggap mengajar sebagai seni yang mengacu pada bakat sejak lahir tak berbeda dengan gagasan bahwa gru itu dilahirkan bukan dibangun atau dibuat. dalam hal ini, orang dapat menjsdi guru yang baik karena ia berbakat menjadi guru. Dengan kata lain, sesorang menjadi guru yang baik atau guru yang buruk bukan karena hasil belajarnya melainkan karena potensinya yang ia bawa sejak



lahir. aliran ini menimbulkan anggapan yang ekstrem bahwa profesi mengajar itu tidak dapat dipelajari, atau dengan kata lain sia-sia orang mempelajari ilmu keguruan kalau ia tidak mempunyai bakat. sebaliknya, orang yang memang bakat mengajar dapat menjadi guru yang baik, meskipun tidak pernah belajar teori dan praktik keguruan. Untuk menjadi guru yang kompeten, orang perlu belajat dan berlatih secara bersungguh-sungguh selama kurun waktu yang lama. akan tetapi kenyataannya tidak semua orang ynag mengikuti pendidikan pelatihan keguruan berhasil mencapai kinerja akademik keguruan yang memadai, meskipun mereka telah menunjukkan usaha yang terkadang melebihi rekan sejawatnya yang ternyata lebih berhasil. Alhasil, antara mengajar sebagai ilmu dengan mengajar sebagai seni itu terdapat benang merah yang membuat keduanya saling terikat dan saling mempengaruhi satu sama lain. dengan demikian, hubungan antara bakat keguruan dengan proses belajar yang sesuai dengan bakat itu, ibarat hubungan anatara dua sisi mata uang logam yang berfungsi saling melengkapi. Sesuai dengan teori yang diatas, kami ingin mengetahui keterampilan apa yang dimiliki seorang tentor dalam mengajar dimana tentor tersebut tidak memliki latarbelakang pendidikan keguruan.



TESTIMONI Penggerjaan proyek ini sangat menguras waktu dan tenaga kami. Mungkin karena kami telat dalam mengerjakannya, dan teburu-buru atau terlalu mendesak, sehingga terjadi sedikit permasalah antar anggota. Tapi dibalik ini semua kami mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dan kami sangat menikmati proses pengerjaanya. Karena ini adalah penilitan pertama yang pernah dilakukan, hal ini memberikan banyak pengalaman suka maupun duka dan pelajaran yang berarti buat kelompok, sehingga nantinya pada tugas-tugas berikuntya, kelompok bisa lebih maksimal mengerjakan tugas-tugas tersebut, dan dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Chrsitin Siahaan ( 10107 ) : Karena ini pengalaman yang pertama membuat suatu penelitian, saya mengalami kebinggungan yang sangat amat banyak, binggung buat kata-katanya, binggung buat analisisnya dan lain lain. Tapi hal ini juga lah yang membuat saya belajar tentang membuat suatau penelitian, belajar mempergunakkan waktu dan belajar untuk bekerja sama dengan para anggota kelompok.



Anggita Windy (10103 ) : Awalnya saya mengira bahwa tugas ini sama seperti membuat skripsi tapi ternyata tidak, ini hanya sebuah tuga mini proyek. didalam pembuatan tugas mini proyek ini, menurut saya awalnya emang susah apalagi saat memilih topik dan judul yang sesuai, kami berulang kali mengganti judul agar sesuai dengan teori. wawancara ini merupakan pengalaman yang baru buat saya dan sangat menyenangkan. Putri Olwinda ( 10-121 ) : Pada awal pemberian tugas mini proyek ini, saya merasa sepele dan menggangap mudah untuk menjalani tugas ini. dari pengalam tersebut saya akan lebih memfokuskan diri pada tugas proyek ini, karena meskipun ini dikerjakan berkelompok, pendapat dan keinginan dari tiap anggota berbeda dan cukup sulit menyatukannya. saya merasa tertantang dalam mencoba sesuatu yang baru dan juga saya dituntut untuk lebih peduli pada tugas yang telahh diberikan. DAFTAR PUSTAKA: Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group. Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan-Pendekatan Baru).Bandung:Remaja Rosdakarya Offset-Bandung