KEL. 1 Makalah Trauma Pada Anak Dan Remaja - Reg A [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TRAUMA PADA ANAK & REMAJA Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Trauma Dosen Pengampu : Ns. Moch. Didik Nugraha S.Kep



Disusun oleh : Keperawatan Regular A / Semester 6



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN 2021 Jalan Lingkar Bayuning No.2, Kadugede, Kab.Kuningan, Jawa Barat 45561



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Trauma pada Anak dan Remaja, relevansi topik ini dengan praktik dan persiapan profesional ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Ns. Moch. Didik Nugraha S.Kep pada mata kuliah Keperawatan Trauma. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi tersebut bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ns. Moch. Didik Nugraha S.Kep selaku dosen mata kuliah Perawatan Trauma yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Kuningan, juni 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.....................................................................................i DAFTAR ISI ...................................................................................................ii BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................3 1.3 Tujuan......................................................................................3 a. Tujuan Umum....................................................................3 b. Tujuan Khusus ..................................................................3 1.4 Manfaat ...................................................................................4 1.5 Sistematika Penulisan..............................................................4



BAB II



TINJAUAN TEORITIS 2.1 Trauma...................................................................................5 2.1.1. Definisi Trauma .............................................................5 2.1.2. Gejala-gejala Trauma .....................................................5 2.1.3. Penanganan Trauma .......................................................5 2.2 Trauma Pada Anak .............................................................6 2.2.1. Faktor Trauma pada Anak .............................................6 2.2.2. Efek Trauma Masa Kanak-kanak...................................6 2.2.3. Respon Trauma...............................................................6 2.2.4. Ciri-ciri Anak mengalami Trauma..................................7 2.2.5. Cara Mengatasi Trauma pada Anak................................7 2.3 Trauma Pada Remaja..........................................................8 2.3.1. Gejala yang sering muncul ............................................8 2.3.2. Reaksi Mental ................................................................9 2.3.3. Reaksi Emosional ..........................................................9 2.3.4. Reaksi Fisik ....................................................................9 2.3.5. Reaksi Perilaku ..............................................................9 2.3.6. Macam-Macam Trauma pada Remaja............................10 2.3.7. Hal yang harus di ketahui tentang Trauma ....................13



BAB III



PENUTUP ii



3.1 Kesimpulan..............................................................................15 3.2 Saran........................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Dalam (Zamai et al., 2016) Salah satu aspek dalam kehidupan manusia adalah kesehatan mental. Ketika mengalami masalah kesehatan mental, seseorang akan membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengatasi permasalahannya baik anakanak, remaja, orang dewasa, maupun lanjut usia. Hal tersebut dikarenakan kesehatan mental dapat memberikan pengaruh pada kehidupan sehari-hari bahkan memberikan dampak pada masa depan seseorang (Aditiyawarman, 2010). Rosmalina (2016) Mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi berbagai perubahan, yakni perubahan sosial, psikologis, dan biologis. Hal ini menyebabkan masa remaja dapat dikatakan sebagai masa yang kritis. Perubahan yang sedang dialami remaja dapat memicu timbulnya konflik antara remaja dengan diri sendiri, atau dengan lingkungan. Konflik tersebut harus diatasi secara tepat, apabila tidak teratasi dengan baik, maka akan membawa pengaruh yang negatif terhadap kematangan karakter pada remaja atau dapat memicu gangguan mental. Anggriawan (Okezone, 2016) menyatakan bahwa remaja perempuan rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental yang biasa dialami berupa depresi, trauma, gangguan stres, dan gangguan bipolar. Penelitian dari The National Study of Health dan Wellbeing menemukan bahwa satu dari lima remaja perempuan mengalami kecemasan atau depresi. Penelitian ini juga menetapkan bahwa remaja perempuan wanita tiga kali lebih mungkin untuk meminta bantuan yang berhubungan dengan kecemasan dan depresi. Komisi Kesehatan Mental Nasional Australia menyatakan sebanyak 600.000 anak dan remaja Australia memiliki dampak gangguan kesehatan mental karena memiliki perselisihan dengan lingkungan pertemanan. Kondisi ini membuat konselor mendapat laporan darurat seperti remaja yang hendak melakukan bunuh diri dikarenakan tidak ada tempat untuk bercerita (Barker dan Brennan, 2015). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa diseluruh dunia anak-anak dan remaja mengalami gangguan mental khususnya depresi dan kecemasan sebanyak 10-20% dan setengahnya dimulai pada usia 14 tahun. Dilansir dari info DATIN (2015) menurut Badan Kependudukan dan Keluarga 1



Berencana (BKKBN) remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah. Sedangkan Papalia, Olds, & Feldman (2013) mengemukakan adolescence atau yang sering disebut sebagai masa remaja merupakan peralihan masa perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal, serta melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial yang saling berkaitan. Pada rentang usia ini, remaja akan menganggap bahwa gagasan orang tua dianggap kurang penting, sehingga pengaruh dari teman akan meningkat (Goede, Branje, Delsing, & Meeus, 2009). Hal ini juga diakibatkan karena remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, seperti di lingkungan sekolah. Sehingga para remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman sebaya daripada dengan orang tua. Teman sebaya adalah anak-anak yang memiliki usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi penting dari teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia selain keluarga (Santrock, 2011). Kemampuan menjalin relasi pertemanan di sekolah pada remaja dapat berpengaruh pada kehidupan sosial remaja (Rohman & Mugiarso, 2016). Pengaruh positif maupun negatif dari teman sebaya akan memberikan pengaruh yang kuat pada seorang remaja (Priatini, Latifah, dan Guhardja, 2008). Hightower menemukan adanya hubungan yang positif dengan kesehatan mental apabila terjalin hubungan yang harmonis dengan teman sebaya di masa remaja (Desmita, 2013). Dalam masa remaja, hubungan antara remaja dengan teman sebaya tidak selamanya berjalan dengan baik. Kesalahpahaman atau kurang stabilnya emosi sering kali ditemui dalam suatu hubungan pertemanan. Sebagian besar masalah remaja yang muncul di lingkungan sekolah diakibatkan karena cara interaksi dan cara menangani konflik tersebut yang salah, oleh sebab itu remaja perlu mencari solusi atas konflik agar tidak memunculkan masalah yang serius seperti depresi (Angraini dan Cucuani, 2014). Masalah yang sering muncul dalam lingkungan sekolah adalah masalah pertemanan. Masalah pertemanan adalah ketika merasa sulit dalam menjalin pertemanan dan merasa diganggu serta tidak memiliki teman (Rohman & Mugiarso, 2016). Berdasarkan hasil studi Huneck (dalam jurnal Halimah, Khumas & Zainuddin, 2016) mengungkapkan bahwa sebanyak 10% hingga 60% siswa di Indonesia telah melaporkan apabila dirinya mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan,



2



dorongan, atau tendangan dari teman sebaya yang dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari trauma ? 2. Sebutkan gejala-gejala trauma? 3. Jelaskan bagaimana cara penanganan trauma? 4. Bagaimana trauma pada anak ? jelaskan! 5. Sebutkan dan jelaskan factor-faktor yang dapat menyebabkan trauma pada anak? 6. Bagaimana efek trauma pada masa anak-anak? 7. Jelaskan respon trauma pada anak? 8. Sebutksn ciri-ciri trauma pda anak dan cara mengatasinya? 9. Bagaimana trauma pada remaja ? 10. Sebutkan dan jelaskan reaksi atau gejala yang muncul pada trauma remaja? 11. Sebutkan dan jelaskan macam-macam trauma pada remaja ? dan hal apa apa saja yang harus diketahui tentang trauma pda remaja! 1.3 Tujuan Penulisan a) Tujuan Umum Setelah akhir proses pembelajaran para peserta mampu memahami tentang trauma pada anak dan remaja b) Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu memahami pengertian trauma b. Mahasiswa mampu memahami gejala-gejala trauma c. Mahasiswa mampu memahami cara penanganan trauma d. Mahasiswa mampu memahami bagaimana trauma pada anak e. Mahasiswa mampu memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan trauma pada anak f. Mahasiswa mampu memahami efek dari trauma pada anak g. Mahasiswa mampu memahami respon trauma pada anak h. Mahasiswa mampu memahami ciri-ciri trauma pada anak dan cara mengatasinya i. Mahasiswa mampu memahami bagaimaba trauma pada remaja 3



j. Mahasiwa mampu memahami reaksi atau gejala yang muncul pada trauma remaja k. Mahasiswa mampu memahami macam-macam trauma pada remaja dan hal apa saja yang harys diketahui tentang trauma pada remaja 1.4 Manfaat Penulisan a. Manfaat yang diharapkan bagi pendidik : Sebagai suatu sarana untuk meningkatkan pengetahuan yang telah didapat dari materi perawatan trauma psikososial pada anak-anak dan remaja. Yang sebenernya sebagai masukan bagi semua mahasiswa dalam upaya menjelaskan, mampu berdiskusi dalam perkuliahan, dapat digunakan sebagai acuan, dan referensi dalam pembelajaran. b. Manfaat yang diharapkan bagi keperawatan : Perawat dapat menentukan diagnose dan intervensi keperawatan yang tepat terhadap trauma psikososial pada anak-anak dan remaja. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang penulis buat dalam makalah ini adalah dengan cara membaginya ke dalam tiga bab dimana masing-masing bab mempunyai kaitan satu sama lain secara sistematika dan isi, yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN: bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITITIS: kemudian bab ini terdiri dari pengertian trauma, gejala-gejala trauma, penanganan trauma, trauma pada anak dan trauma pada remaja. BAB III PENUTUP: bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA: bab ini terdiri dari sumber referensi yang telah penulis gunakan dalam penulisan makalah ini, baik itu sumber dari artikel, jurnal, maupun yang lainnya.



4



BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Trauma 2.1.1. Definisi trauma Sebuah trauma disebabkan melalui stres, yang bergerak di luar pengalaman normal atau di luar kesadaran manusia dan menimpa hampir setiap orang yang menderita beban yang kuat/berat. Definisi ini dapat diringkas dari pengalaman sebagai berikut: seperti ancaman keras terhadap kehidupan atau ancaman terhadap integritas tubuh manusia).Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata trauma digunakan untuk menggambarkan kejadian atau situasi yang dialami oleh korban. Kejadian atau pengalaman traumatik akan dihayati secara berbeda-beda antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda pula pada saat menghadapi kejadian yang traumatik. pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya. oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang mengalami shock baik secara fisik maupun emosional sebagai suatu reaksi stres atas kejadian traumatik tersebut. Kadangkala efek aftershock ini baru terjadi setelah beberapa jam, hari, atau bahkan bermingguminggu. Respon individual yang terjadi umumnya adalah perasaan takut, tidak berdaya, atau merasa ngeri. gejala dan simtom yang muncul tergantung pada seberapa parah kejadian tersebut. Demikian pula cara individu menghadapi krisis tersebut akan tergantung pula pada pengalaman dan sejarah masa lalu mereka. Jadi trauma merupakan keadaan yag menyebabkan diskontunitas pada tubuh yang menyerang fisik dan psikis. 2.1.2. Gejala-gejala trauma sebagai berikut:  Gangguan tidur  Seringkali menangis  Hiperaktif  Sangat sensitif terhadap cahaya dan suara  Depresi, takut akan datang malapetaka  Kurang tertarik untuk hidup selanjutnya  fluktuasi suasana hati, kadang senang dan kadang marah tanpa sebab.  Tidak mempunyai perasaan menolong.  Mimpi buruk  Sering terkejut  Takut akan kematian, dll. 2.1.3. Penanganan Trauma Penanganan trauma umumnya bertujuan untuk menyelamatkan jiwa, mencegah kerusakan organ yang lebih jauh, mencegah kecacatan tubuh. Sehingga dalam penanganan trauma yang paling utama: 1. Primery survey A = air way 5



B = brething C = circulation D = disabbility 2. Secondary survey bisa dilakukan dengan pembedahan dan obat-obatan 2.2. Trauma Pada Anak Peristiwa traumatis - seperti pelecehan, menyaksikan kekerasan, atau bencana alam - memang selalu menakutkan. Apalagi, anak-anak melihat dunia dengan cara yang berbeda dari orang dewasa. Itu sebabnya, apa yang dianggap biasa oleh orang dewasa bisa menjadi hal menakutkan bagi anak. Peristiwa seperti intimidasi di sekolah, kematian anggota keluarga atau perceraian juga bisa membuat anak trauma. 2.2.1. Faktor yang meningkatkan trauma pada anak Menurut Eshleman, ada banyak hal yang membuat seorang anak bisa mengalami trauma jangka panjang. Berikut faktor yang berperan: 1. Usia Trauma dapat terjadi pada usia berapa pun. Namun, anak-anak yang berusia di bawah delapan tahun sangat rentan mengalami trauma. 2. Tingkat trauma Tidak semua orang mengalami trauma dengan cara yang sama. Beberapa anak dapat bangkit kembali dari stres besar sementara yang lain lebih terpengaruh oleh hal-hal yang dianggap tidak terlalu parah. Secara keseluruhan, semakin ekstrem trauma, semakin tinggi efeknya pada anak. 3. Durasi trauma Paparan kronis atau berulang terhadap kejadian buruk meningkatkan risiko masalah kesehatan yang berkelanjutan. Anak-anak yang menyaksikan kekerasan berulang di lingkungan yang tidak aman, atau mereka yang dilecehkan, lebih cenderung memiliki trauma jangka panjang 2.2.2. Efek trauma masa kanak-kanak Trauma masa lalu dapat berefek panjang bagi anak dan memengaruhi kesehatan fisik mereka. Anak-anak yang mengalami peristiwa traumatis memiliki peluang lebih besar untuk mengalami gangguan kesehatan, seperti berikut:  kegelisahan  kanker  depresi.  diabetes.  penyakit jantung.  kegemukan.  gangguan stres pasca-trauma (PTSD).  stroke.  penyalahgunaan zat. 2.2.3. Respon trauma Respon trauma pada anak bisa terjadi lewat dua cara, yakni respon fisik dan emosional. Berikut penjelasannya:  Respon fisik



6







Menurut Eshleman, tubuh merespon stres emosional dengan cara yang sama seperti tubuh merespon stres fisik. Respon tersebut bisa berupa peningkatan kadar protein atau hormon tertentu. Setelah cedera kepala fisik seperti gegar otak, misalnya, kadar protein yang disebut S100B meningkat. Kadar protein tersebut berpotensi meningkatkan peradangan yang berpotensi merusak di otak. Para peneliti menemukan tingkat protein yang sama pada anak-anak yang mengalami trauma emosional. Sementara itu, stres memengaruhi tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ketika sesuatu yang menakutkan terjadi, hormon stres membuat jantung berdetak kencang dan membuat tubuh mengeluarkan keringat dingin. Jika hormonhormon tersebut meningkat untuk waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh dan menyebabkan masalah kesehatan yang berkelanjutan. Respon emosional Terkadang, stres atau trauma yang signifikan dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang tidak diobati berisiko mengalami hal-hal berikut: - peningkatan risiko penyakit - tidak mampu membuat pilihan yang sehat, seperti mengunjungi dokter secara teratur atau makan dengan baik - cenderung melakukan hal-hal yang merusak tubuh, seperti mengonsumsi alkohol atau merokok.



2.2.4. Ciri-ciri anak yang mengalami trauma Bagi anak-anak, tidak mudah untuk menjelaskan isi pikiran mereka. Setelah kejadian yang menyedihkan atau menakutkan, biasanya anak-anak akan mengalami perubahan perilaku. Hal ini bisa menjati petunjuk bahwa sang anak mengalami trauma. Berikut perubahan perilaku yang biasa terjadi pada anak yang mengalami trauma: - makan lebih atau kurang dari biasanya. - perubahan tidur, termasuk kesulitan tidur atau membutuhkan lebih banyak tidur daripada biasanya - mudah marah dan kesal. Membantu anak yang mengalami trauma Memang tidak mudah untuk membantu anak melewati trauma yang dialaminya. Namun, orang dewasa bisa mengurangi risiko trauma pada anak hanya dengan menjadi pendengar yang baik bagi sang anak. Setelah itu, validasi perasaan sang anak dan biarkan mereka tahu bahwa Anda juga memahami kesulitan yang ia rasakan. Kemudian, katakan pada sang anak bahwa Anda siap membantunya untuk melewati kesulitan yang dihadapinya. Jika trauma yang dialami sang anak sudah semakin parah atau kita tidak mampu mengatasinya, jangan sungkan untuk mencari bantuan profesional. Tidak semua anak bisa mendapatkan akses bantuan untuk mengatasi trauma yang dialaminya. Hal ini bisa berpengaruh pada kehidupan mereka di masa dewasa. Namun, orang dewasa yang masih terpengaruh oleh trauma masa kecil tetap bisa mencari bantuan. Pasalnya, trauma tersebut bisa disembuhkan pada usia berapa pun. 2.2.5. Cara Mengatasi Trauma Pada Anak



7



Untuk mengatasi trauma pada anak ini, Anda sebagai orangtua dapat melakukan sesuatu, sebagai berikut: 1. Melakukan hal-hal rutin keluarga bersama Seperti makan bersama, nonton tv bersama, dan pergi tidur. Lakukan kegiatan sehari-hari ini seperti biasa. Hal ini memungkinkan anak merasa lebih aman dan terkontrol. Biarkan anak tinggal dengan orang yang akrab atau dekat dengannya, seperti orangtua dan keluarga. 2. Anak butuh perhatian khusus dari orangtua Sesudah mengalami trauma, anak cenderung lebih tergantung pada orangtua, terutama ibu, sehingga Anda sebagai ibu harus menyediakan waktu Anda untuk anak. Beri anak pelukan agar ia merasa lebih aman dan nyaman. Jika mereka takut tidur, Anda dapat menyalakan lampu kamar anak atau biarkan anak tidur dengan Anda. Wajar bila anak ingin selalu dekat dengan Anda sepanjang waktunya. 3. Menjauhkan hal-hal yang berhubungan dengan penyebab trauma anak Seperti tidak menonton tayangan bencana, jika anak mengalami trauma karena bencana. Hal ini hanya akan membuat trauma anak lebih buruk, anak dapat mengingat kembali apa yang terjadi, membuat anak takut dan stres. 4. Pahami reaksi anak terhadap trauma Reaksi anak terhadap trauma berbeda-beda, bagaimana Anda memahami dan menerima reaksi anak ini dapat membantu anak pulih dari trauma. Anak mungkin dapat bereaksi dengan cara sangat sedih dan marah, tidak dapat berbicara, dan mungkin ada yang berperilaku seolaholah tidak pernah terjadi hal menyakitkan terhadap dirinya. Beri anak pengertian bahwa perasaan sedih dan kecewa merupakan perasaan yang wajar mereka rasakan saat ini. 5. Berbicara pada anak Dengarkan cerita anak dan pahami perasaan mereka, beri jawaban yang jujur dan mudah dimengerti anak jika ia bertanya. Jika anak terus bertanya pertanyaan yang sama, artinya ia sedang kebingungan dan sedang mencoba untuk memahami apa yang terjadi. Gunakan kata-kata yang membuat anak nyaman, bukan menggunakan kata-kata yang dapat membuat anak takut. Bantu anak dalam mengutarakan apa yang mereka rasakan dengan baik. 6. Dukung anak dan beri ia rasa nyaman Anak sangat membutuhkan Anda pada saat ini, temani ia setiap saat ia membutuhkan Anda. Beri keyakinan pada anak bahwa ia bisa melewati hal ini dan juga katakan bahwa Anda sangat menyayanginya. 2.3. Trauma Pada Remaja Trauma psikologis adalah kondisi yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa buruk yang menimpa diri seseorang ( Remaja ). Kejadian yang tidak menyenangkan ini membuat orang yang mengalaminya merasa tidak aman dan tidak berdaya menghadapi dunia yang penuh bahaya. 2.3.1. Beberapa Reaksi atau Gejala yang Sering Muncul: 1. Reaksi  Sangat emosional dan merasa sedih.  Sangat waspada terhadap berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. 8



   



Lelah secara fisik. Stres dan cemas. Overprotektif terhadap orang-orang terdekat. Takut untuk bepergian karena khawatir akan terjadi sesuatu yang membahayakan dirinya.



2. Gejala  Syok  Insomnia atau sering bermimpi buruk  Mudah kaget  Denyut jantung meningkat  Linglung dan sulit konsentrasi  Mudah marah dan sensitif  Memiliki kecemasan dan ketakutan berlebihan  Merasa sedih dan putus asa  Merasa bersalah, malu, dan menyalahkan diri sendiri  Menarik diri dari lingkungan sekitar 2.3.2. Reaksi mental  Berkurangnya kemampuan untuk mengingat dan berkonsentrasi.  Sulit menghindari pikiran mengganggu yang berkaitan dengan kejadian traumatis.  Terus-menerus teringat kejadian traumatis tersebut tanpa bisa dikendalikan.  Merasa hilang arah dan disorientasi. 2.3.3. Reaksi emosional  Muncul rasa takut, panik, dan cemas.  Mati rasa, hingga tak bisa merasakan apapun.  Mulai mengisolasi diri dan menjauhi semua orang.  Depresi, memiliki perasaan bersalah, dan terlalu sensitif terhadap banyak hal di sekelilingnya.  Terus-menerus merasa waspada karena takut akan ada bahaya lain yang menimpanya.  Shock atau terkejut karena tidak bisa percaya dengan kejadian buruk yang menimpanya. 2.3.4. Reaksi fisik  Kelelahan.  Gangguan tidur.  Mual, muntah, dan pusing.  Sakit kepala.  Keringat berlebih.  Detak jantung meningkat. 2.3.5. Reaksi perilaku  Berusaha menghindari berbagai hal yang mengingatkan terhadap kejadian traumatis. 9



    



Sulit berhenti untuk memikirkan apa yang telah terjadi. Tidak melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Perubahan terhadap nafsu makan, seperti makan lebih banyak atau justru lebih sedikit. Gangguan tidur. Mulai melakukan kebiasaan-kebiasaan tak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau minum kopi secara berlebihan.



2.3.6. Macam – macam Trauma Psikologis Yang Sering Terjadi pada Remaja: 1. Trauma pengobatan Trauma pengobatan terjadi akibat pengalaman tidak menyenangkan terhadap proses pengobatan, rumah sakit, tenaga kesehatan, dan sesuatu yang berhubungan dengan peralatan kesehatan. Hal ini bisa terjadi akibat pengalaman yang dirasakan ketika opname atau sakit dan harus dilakukan tindakan tertentu seperti operasi. Dampaknya penderita menjadi takut pergi ke rumah sakit, takut disuntik, takut dengan petugas berbaju putihputih. Trauma akan rasa sakit selama perawatan tersebut terus terbayang dan menyebabkan ketakutan yang berlebihan. Upaya untuk mengatasi hal ini adalah dengan memberikan dukungan dan pengertian yang mendalam pada penderita sehingga pada kondisi tertentu yang sangat membutuhkan untuk pergi ke rumah sakit, penderita tidak menghindarinya. 2. Trauma bencana alam Bencana alam merupakan kejadian besar yang tidak dapat dicegah terjadinya. Bencana alam seringkali menimbulkan banyak kerusakan yang mengakibatkan penduduk kehilangan rumah, harta benda, bahkan anggota keluarganya. Respon terhadap rasa kehilangan yang begitu banyak tersebut menjadikan seseorang trauma. Sehingga dalam menjalani kehidupan selanjutnya, orang dengan trauma bencana alam akan merasa cemas saat berada di tempat- tempat tertentu. Misalnya ketika dia berada di dekat bendungan akan membayangkan bendungan runtuh, ketika di sekitar gunung membayangkan longsor, ketika di pantai membyangkan tsunami, dan sebagainya. Bayangan bayangan menyeramkan merupakan respon traumatik terhadap kejadian masa lalu dan membuat penderita menjadi lebih cemas dan ketakutan. 3. Trauma duka cita Trauma duka cita diakibatkan oleh keadaan kehilangan orang yang sangat dicintainya. Misalnya hal tersebut terjadi pada keluarga, anak, istri, suami. Trauma psikologis kehilangan ini menyebabkan seseorang menjadi lebih murung, pendiam, dan suka mengurung diri. Pada kondisi yang berlarut larut hal ini bisa menjadi gangguan psikologis kronis yang memunculkan gejala seperti halusinasi. Penderita membayangkan bahwa orang yang dicintainya masih hidup dan berada disisinya. Pada kondisi yang lebih parah, penderita akan menyangkal kenyataan bahwa orang yang dicintainya sudah pergi dan menunjukkan perilaku perilaku menyimpang seperti berbicara sendiri dan lainnya 4. Trauma kompleks 10



Trauma kompleks disebut juga PTSD (Post Traumatik Stres Disorder) yaitu kondisi dimana mental mengalami kecemasan berlebihan akibat pengalaman di masa lalu. Kejadian traumatik dimasa lalu bisa meliputi semua kejadian tidak menyenangkan dan umumnya sangat berat. Pada orang yan glanjut usia PTSD bisa diakibatkan ketakutan akan peristiwa seperti perang, kecelakaan, atau insiden yang menyangkut tentang nyawa. Trauma ini pun mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia kedepannya, karena berpengaruh pada respon keadaan atau situasi lainnya. 5. Trauma atas kesepian Trauma ini bisa terjadi akibat masa kecil yang kerap diabaikan oleh orang tuanya, atau tidak disukai oleh teman temannya. Kurangnya mendapat perhatian dari orang orang disekitarnya membuat penderita selalu merasa kesepian. Hal ini menyebabkan suatu traumatik tersendiri bagi penderita bahwa dia tidak menyukai kesendirian atau perasaan diabaikan. Trauma seperti ini bisa menimbulkan perubahan sikap atau menjadi lebih agresif, marah marah, dan menuntut. Perhatian sebaiknya diberikan, dan orang sekitar menjadi lebih sadar tentang hal ini. 6. Trauma akibat pelecehan seksual Pengalaman masa lalu yang buruk seperti menjadi korban pelecehan seksual merupakan situasi traumatik yang tidak mudah dilupakan dan dapat merubah cara hidup seseorang. Korban pelecehan lebih sensitif jika berdekatan dengan lawan jenis. Sehingga memungkinkan mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial. Dan lagi, perasaan malu dan khawatir atas apa yang orang bicarakan mengenai dirinya membuat penderita semakin depresif, tidak percaya diri, cenderung lebih pendiam dan menarik diri. Trauma semacam ini mungkin perlu pendamping dari psikolog untuk memberikan dukungan dan pandangan positif tentang masa depan 7. Trauma Bulliying Budaya bulliying di area sekolah masih saja terjadi. Hal ini ternyata berdampak buruk bagi korban bulliying. Kondisi traumatik dirasakan oleh korban seperti rasa ketakutan, tidak percaya diri, dan cenderung lebih pendiam. Korban bulliying biasanya memiliki perbedaan dalam menyikapi situasi di sekitarnya. 8. Trauma mendengarkan bunyi keras Pengalaman masa lalu seperti berada di tempat yang dekat dengan perang, mendengar bunyi bom atau tembakan dan kejadian yang menakutkan menyebabkan seseorang trauma mendengar bunyi keras. Bunyi keras dapat memicu peningkatan degup jantung yang tidak beraturan dan kepanikan mendadak yang membuatnya tidak nyaman. Pada kondisi ini, butuh waktu beberapa menit untuk bisa menetralkan diri dan mengembalikan diri tetap tenang. Mereka cenderung menyukai tempat tempat yang sepi  dan nyaman. Berada di tempat ramai membuat penderita tidak dapat fokus dan cenderung membentuk perlindungan diri dari suara suara bising di sekitarnya.



11



9. Trauma menjalin hubungan Pengalaman masa lalu pernah tersakiti, dikecewakan, dan dihianati oleh pasangan membuat trauma pada seseorang untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis lagi. Trauma atas perasaan sakit yang berulang ulang, membuat seseorang tidak ingin merasakannya lagi dan ketakutan akan mengalami lagi terus terbayang. Pengalaman patah hati yang berkali- kali membuat seseorang berfikir berulang ulang lagi untuk menjalin hubungan. 10. Trauma pada kegelapan Adanya pengalaman masa kecil seperti terkunci di tempat sempit, atau terkunci di suatu ruangan dengan tanpa lampu memicu munculnya trauma ini. Ketakutan yang dirasakan sewaktu kecil tersebut  terus terbayang ketika dirinya berada di tempat kegelapan yang sama sekali tidak ada cahaya. Seseorang dengan trauma ini biasanya juga tidak suka ditinggal sendirian 11. Trauma ketinggian Trauma terhadap ketinggian muncul akibat pengalaman masa lalu dimana penderita mungkin pernah terjatuh dari ketinggian tertentu dan menyebabkan cidera yang menyakitkan. Pikiran bahwa jika berada pada ketinggian dia akan jatuh. Berbeda dengan fobia, dimana fobia sepenuhnnya dikendalikan oleh imajinasi individu yang berlebihan dan menimbulkan ketakutan. Pada fobia ketinggian, penderita terus membayangkan apabila dia berada di ketinggian maka dirinya akan jatuh dan mati. 12. Trauma menjadi pusat perhatian Pengalaman dipermalukan di depan umum, atau membuat kesalahan yang mencuri perhatian banyak orang kemudian ditertawakan banyak orang akan memicu trauma ini. Trauma ini menyebabkan seseorang tidak percaya diri untuk tampil dihadapan orang banyak. Jika disuruh untuk maju di depan kelas, maka apenderita akan berdebar, tremor, keluar keringat dingin, bibir membiru, tidak bisa mengeluarkan kata- kata dan bahkan pingsan. 13. Trauma berhubungan seks/ vaginismus Pengalaman masa lalu seperti pelecehan seksual bisa juga penyebab timbulnya trauma ini. Pengalaman yang menyakitkan mengenai hal seksual atau pengalaman berhubungan seksual pertama yang menyakitkan, menyebabkan traumatik untuk melakukan hubungan seks. Tenaga kesehatan pun masih belum mengetahui secara pasti tentang vaginismus. namun hal ini digolongkan pada gangguan psikologis 14. Trauma menyakiti orang lain Adanya pengalaman tidak disengaja yang pada akhirnya berdampak kerugian pada orang lain menimbulkan perasaan bersalah yang mendalam dan kecenderungan menyalahkan diri sendiri akibat peristiwwa tersebut. Pada individu dengan koping yang tidak efektif, perasaan ini terus timbul sehingga mempengaruhi perilakunya dalam sosial. Muncul ketakutan bahwa mungkin dirinya pembawa sial, takut menyakiti oorang orang yang 12



disayanginya, takut menjadi penyebab bencana, atau sebagainya. Ketakutan ini kemudian terlihat dari perilaku yang cenderung menyendiri, menjauh dari interaksi sosial dan memiliki batasan diri yang sangat banyak dengan lingkungannya. 2.3.7. Beberapa hal yang harus kamu ketahui tentang trauma: 1. Trauma Biasanya Hadir dengan Berbagai Emosi Seseorang yang pernah mengalami suatu peristiwa mengerikan mungkin tidak hanya merasa takut atau sedih. Ada perasaan lain yang terkait dengan masalah kesehatan mental juga. Menurut David Austern, instruktur klinis psikiatri, “orang-orang mungkin merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti ketakutan, kemarahan, atau rasa bersalah.” “Mereka mungkin berpikir tentang peristiwa buruk yang pernah mereka alami, dan peristiwa itu dapat memengaruhi tidur mereka. Mereka mungkin merasa tidak aman dan mungkin ingin menghindari situasi yang membuat mereka merasa tidak nyaman.” Jika gejala seperti gelisah atau suasana hati yang berat bertahan selama beberapa bulan, Austern mengatakan sebaiknya mencari bantuan dari seorang profesional. Itu bisa menjadi tanda trauma kondisi kesehatan mental jangka panjang, seperti gangguan stres pasca-trauma. 2. Korban Bukanlah Satu-satunya yang Menderita Responden pertama juga rentan terhadap komplikasi kesehatan mental setelah terjadinya peristiwa yang mengerikan. Contohnya, sangat penting bagi petugas pemadam kebakaran, petugas polisi, dan pekerja darurat lainnya untuk menjaga kondisi psikologis mereka sebab hal tersebut bisa menjadi penyebab trauma. Jeffrey Lieberman, ketua psikiatri di Columbia University, mengatakan bahwa orang yang bekerja sebagai responden pertama juga berisiko mengalami bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah bahaya terhadap fisik berupa cedera, dan emosional berupa trauma. 3. Perawatan Pasca Trauma Seharusnya tidak ada rasa takut atau malu dalam mencari bantuan. Jika kamu berurusan dengan trauma atau kamu mempunyai orang terdekat yang berurusan dengan masalah trauma, sangat penting untuk melakukan perawatan pasca trauma untuk menghilangkan trauma buruk yang pernah terjadi. Kondisi trauma ini perlu dipahami oleh orang-orang disekitar pengidap, sehingga mereka mampu memberikan dukungan kepada pengidap. Dukungan yang baik perlu diberikan kepada pengidap ketika terpapar situasi traumatis yang terulang atau kondisi yang serupa untuk mencegah trauma menjadi semakin buruk. 4. Kamu dapat Pulih dari Trauma Bagi para pengidap trauma, terdapat beberapa langkah penyembuhan yang bisa dilakukan. Langkah-langkah ini harus dilakukan tanpa ada paksaan dan harus disertai dengan kesabaran. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah terapi. Terapi yang dimaksud meliputi beberapa hal berikut: 13



 







Terapi somatik fokus pada sensasi tubuh. Terapi ini akan dianggap berhasil ketika pengidap melepaskan emosinya melalui gemetar tubuh, tangisan, atau getaran fisik lainnya. EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) yang menggabungkan elemen terapi kognitif-behavioral dengan gerakan mata dengan bentuk ritme lainnya, kemudian distimulasi ke kiri dan kanan. Terapi ini dianggap efektif untuk melepaskan memori traumatis agar dapat dihadapi dan disingkirkan. Terapi kognitif-behavioral membantu memproses dan mengevaluasi pikiran dan perasaan mengenai trauma. Namun, terapi ini tidak mengobati secara fisik, sehingga sebaiknya dikombinasikan dengan dua jenis terapi sebelumnya.



14



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kata trauma digunakan untuk menggambarkan kejadian atau situasi yang dialami oleh korban. Kejadian atau pengalaman traumatik akan dihayati secara berbeda-beda antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda pula pada saat menghadapi kejadian yang traumatik. Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya. Oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang mengalami shock baik secara fisik maupun emosional sebagai suatu reaksi stres atas kejadian traumatik tersebut. Faktor yang meningkatkan trauma pada anak Menurut Eshleman, ada banyak hal yang membuat seorang anak bisa mengalami trauma jangka panjang. Namun, anak-anak yang berusia di bawah delapan tahun sangat rentan mengalami trauma. Trauma masa lalu dapat berefek panjang bagi anak dan memengaruhi kesehatan fisik mereka. Anak-anak yang mengalami peristiwa traumatis memiliki peluang lebih besar untuk mengalami gangguan kesehatan. Respon trauma pada anak bisa terjadi lewat dua cara, yakni respon fisik dan emosional. Trauma pengobatan terjadi akibat pengalaman tidak menyenangkan terhadap proses pengobatan, rumah sakit, tenaga kesehatan, dan sesuatu yang berhubungan dengan peralatan kesehatan. Trauma kompleks disebut juga PTSD yaitu kondisi dimana mental mengalami kecemasan berlebihan akibat pengalaman di masa lalu. Trauma terhadap ketinggian muncul akibat pengalaman masa lalu dimana penderita mungkin pernah terjatuh dari ketinggian tertentu dan menyebabkan cidera yang menyakitkan. Pengalaman dipermalukan di depan umum, atau membuat kesalahan yang mencuri perhatian banyak orang kemudian ditertawakan banyak orang akan memicu trauma ini. 3.2 Saran Semoga, apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari dengan sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah makalah tetang trauma pada anak dan remaja ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik kami yang membuat maupun anda yang membaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. 15



16



DAFTAR PUSTAKA



https://health.kompas.com/read/2020/04/29/140000568/memahami-trauma-masa-kecil-danefeknya-bagi-fisik-dan-mental?page=all https://www.scribd.com/doc/263320367/Makalah-Trauma https://hellosehat.com/parenting/anak-6-sampai-9-tahun/perkembangan-anak/mengatasianak-kecanduan-gadget/ https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/trauma/ https://dosenpsikologi.com/macam-macam-trauma-psikologis https://www.halodoc.com/artikel/ini-4-hal-yang-harus-diketahui-tentang-trauma https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/perbedaan-fobia-dan-trauma/ Zamai, C. A., Bavoso, D., Rodrigues, A. A., & Barbosa, J. A. S. (2016). BAB I PENDAHULUAN TRAUMA PADA ANAK DAN REMAJA. Resma, 3(2), 13–22.