Kel 3 Sap Lupus Sem 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II Dosen Pengampu Eliza Zihni Zahitulwani, S.Kep.,Ns.,M.Kep



Disusun Oleh Kelompok 3: 1. Winda Sri Lestari Subhan



(2019030012)



2. Mitha Laras Sonia Putri



(2019030013)



3. Aprilia Putrining Tyas



(2019030372)



4. Kukuh Hendra Setyoko



(2019030006)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG MEI 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyalesaikan Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yang mana SAP ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang diampu oleh ibu Eliza Zihni Zahitulwani, S.Kep.,Ns.,M.Kep Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran, kritik, bimbingan dan juga dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis minta maaf apabila dalam penulisan SAP



ini masih



terdapat kesalahan maupun kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan.



Jombang, 20 Mei 2021 Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 1 BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)..................................................... 2 2.1 Tujuan Penyuluhan ........................................................................................................ 2 2.2 Materi Penyuluhan ........................................................................................................ 2 2.3 Rencana Kegiatan Penyuluhan .................................................................................... 3 2.4 Kegiatan Penyuluhan .................................................................................................... 3 2.5 Kriteria Evaluasi ............................................................................................................ 4 BAB III MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN ............................................. 5 3.1 Definisi ............................................................................................................................ 5 3.2 Etiologi ............................................................................................................................ 5 3.3 Manifestasi Klinis .......................................................................................................... 6 3.4 Penatalaksanaan ............................................................................................................. 7 3.5 Diit Pada Pasien Lupus ................................................................................................. 9 3.6 Pencegahan ................................................................................................................... 10 3.7 Lampiran 1 Leafleat .................................................................................................... 11 BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 13 4.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 13 4.2 Saran .............................................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Lupus adalah penyakit dengan seribu wajah, merupakan salah satu penyakit reumatik autoimun yang memerlukan perhatian khusus baik dalam mengenali tampilan klinis penyakitnya hingga pengelolaannya (Sudoyo,AW.2011). Penyakit lupus merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi kronis. Penyakit ini terjadi didalam tubuh akiibat sistem kekebalan tubuh salah menyerang jaringan sehat. Penyakit ini juga merupakan penyakit multi-sistem dimana banyak manifestasi klinis yang didapat penderita, sehingga setiap penderita mengalami gejala yang berbeda dengan penderita yang lainnya tergantung dari organ yang diserang oleh antibodi tubuhnya. Manifestasi klinis yang paling sering dijumpai adalah skin rash, arthritis, dan lemah. Pada kasus yang lebih berat SLE bisa menyebbkan



nefritis,



masalah



neurologi,



anemia



dan



trombositonemia



(Muthusamy,V.2017). Penyakit lupus lebih banyak menyerang wanita usia 15-45 tahun dengan perbandingan mengenai perempuan antara 10-15 kali lebih sering dari pria. Artinya, penyakit ini sering mengenai wanita usia produktif tetapi jarang menyerang laki-laki dan usia lanjut. Sebetulnya terdapat tiga jenis penyakit lupus, yaitu lupus diskoid, lupus terinduksi obat dan lupus sistemik atau SLE ini (Roviati,E.2012). Faktorfaktor yang bersifat predisposisidan yang ikut berkontribusi menimbulkan penyakit autoimun antara lain, faktor genetik, kelamin (gender), infeksi, sifat autoantigen, obat-obatan serta faktor umur (Hasdianah,2014).



1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perencanaan dari satuan acara penyuluhan (SAP) dengan topic Systemic Lupus Erythematosus (SLE)?



1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui perencanaan dari satuan acara penyuluhan (SAP) dengan topic Systemic Lupus Erythematosus (SLE)



1



BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)



Bidang Studi : Sistem Imun & Hematologi Topic



: Systemic Lupus Erythematosus (SLE)



Sasaran



: Masyarakat Samata



Hari/Tanggal : Kamis, 27 Mei 2021 Pukul



: 10.00 - Selesai



Durasi Waktu : 50 Menit Tempat



: Balai Desa Samata



2.1 Tujuan Penyuluhan 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami dan mengerti tentang penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE). 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan tentang Systemic Lupus Erythematosus (SLE)., peserta dapat mengevaluasi kembali tentang : 1) Pengertian Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 2) Tanda dan gejala Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 3) Penyebab Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 4) Pengobatan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 5) Pencegahan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 6) Diet Systemic Lupus Erythematosus (SLE)



2.2 Materi Penyuluhan 1. Pengertian Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 2. Tanda dan gejala Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 3. Penyebab Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 4. Pengobatan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 5. Pencegahan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 6. Diet Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 2



2.3 Rencana Kegiatan Penyuluhan 1. Metode



: Ceramah , Diskusi, Dan Tanya Jawab



2. Media Dan Alat Bantu



: Leaflet, Pertunjukan Slide PPT (Melalui LCD



Proyektor), Video Pembelajaran 3. Tempat Dan Waktu a) Tempat Kegiatan



: Balai Desa Samata



b) Hari/Tanggal



: Kamis, 27 Mei 2021



4. Pemateri



: Winda Sri Lestari Subhan



5. Peserta



: Masyarakat Samata



6. Waktu



: 50 Menit



2.4 Kegiatan Penyuluhan Tahap Kegiatan



Orientasi (3 menit)



Kerja (30 menit)



Kegiatan Pemateri



Kegiatan Peserta



Media



1. Salam pembuka



1. Menjawab salam



1. Ceramah



2. Memperkenalkan diri



2. Mendengaran



2. Tanya jawab



3. Menjelaskan



maksud



dan tujuan penyuluhan 4. Menggali



keterangan penyaji 3. Menyampaikan



pengetahuan



pengetahuan



peserta tentang materi



tentang



materi



yang akan disampaikan



yang disampaikan



1. Definisi lupus



1. Memperhatikan



1. Ceramah



2. Tanda dan gejala lupus



2. Mendengarkan



2. Tanya jawab



3. Penyebab lupus



keterangan penyaji



4. Pengobatan lupus



3. PPT



(LCD



proyektor)



5. Cara mencegah lupus



4. Leaflet



6. Diet pasien lupus



5. Video pembelajaran



Evaluasi (15 menit)



1. Mengevaluasi



atau Peserta



menanyakan



kembali pertanyaan,



materi



yang



disampaikan



telah pada 3



menjawab



Tanya jawab



peserta 1. Menyimpulkan kembali Peserta materi



yang



menjawab



Ceramah



telah salam



disampaikan Terminasi 2. Menyampaikan (2menit)



terima



kasih atas waktu yang telah



diberikan



oleh



peserta 3. Memberi salam penutup



2.5 Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi Struktur 1) Menyiapkan SAP 2) Menyiapkan materi dan media 3) Menyiapkan tempat 4) Peserta hadir di tempat penyuluhan 5) Menyiapkan pertanyaan 2. Evaluasi Proses 1) Peserta memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan berlangsung 2) Peserta aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti 3) Peserta memberi jawaban atas pertanyaan dari pemateri 4) Peserta tidak meninggalkan tempat saat penyuluhan berlangsung 5) Tanya jawab berjalan dengan baik 6) Peserta dapat mendemonstrasikan kembali 3. Evaluasi Hasil Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian lupus,tanda dan gejalanya, penyebab, pengobatan, pencegahan, dan diet pada pasien lupus.



4



BAB III MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN 3.1 Definisi Lupus berasal dari bahasa latin yang berarti anjing hutan. Sedangkan eritematosus berarti merah. Ini untuk menggambarkan ruam merah pada kulit yang menyerupai gigitan anjing hutan di sekitar hidung dan pipi. Istilah ini mulai dikenal sejak abad ke-10. Sehingga dari sinilah istilah lupus tetap digunakan untuk penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Penyakit ini sebenarnya telah dikenal sejak jaman Yunani kuno oleh Hipokrates, namun pengobatan yang tepat belum diketahui (Roviati,E.2012). Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun multisistem dimana organ, jaringan dan sel mengalami kerusakan yang dimediasi oleh autoantibodi pengikat jaringan dan kompleks imun. Gambaran klinis SLE dapat berubah,



baik



dalam



hal



akivitas



penyakit



maupun



keterlibatan



organ.



Imunopatogenisis SLE kompleks dan sejalan dengan gejalan klinis yang beragam. Tidak ada mekanisme aksi tunggal yang dapat menjelaskan seluruh kasus dan kejadian awal yang dapat memicu terjadinya SLE belum diketahui secara konkrit (Muthusamy.V,2017).



3.2 Etiologi Menurut



Pusdatin



(2017),



factor-faktor



penyebab



Systemic



Lupus



Erythematosus (SLE) sebagai berikut : 1. Faktor Genetik Berbagai gen dapat berperan dalam respon imun abnormal sehingga timbul produk autoantibodi yang berlebihan. Kecenderungan genetik umum untuk menderita SLE telah ditunjukkan oleh studi yang dilakukan pada anak kembar. Sekitar 2-5% anak kembar dizigot beresiko menderita SLE, sementara pada kembar monozigot resiko terjadinya SLE dalah 58%. Resiko terjadinya SLE pada individu yang memiliki saudara dengan penyakit ini adalah 20 kali lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum (Rindhi.DW,2014).



5



2. Faktor lingkungan Beberapa fakor lingkungan yang dapat memicu terjadinya SLE antara lain (Pusdatin,2017) : 1) Stres Stres berat dapat memicu terjadinya SLE pada pasien yang sudah memiliki kecenderungan akan penyakit ini. Karena respon imun tubuh akan terganggu ketika sesorang dalam keadaan stres. Stres sendiri idak mencetuskan SLE pada seseorang yang sistem auto antibodinya tidak ada gangguan sejak awal (Rindhi.DW,2014). 2) Obat-obatan Beberapa obat dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistem imun melalui mekanisme molecular mimicry, yaitu molekul obat memiliki teksur yang sama dengan molekul didalam tubuh sehingga menyebabkan gangguan toleransi imun. 3) Infeksi Infeksi dapat memicu respon imun dan pelepassan isi sel yang rusak akibat infeksi dan dapa meningkatkan respon imun sehingga menyebabkan penyakit autoimun 4) Paparan sinar ultraviolet Adanya paparan sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel kulit dan berkaitan dengan fotosensitifitas pada SLE.



3.3 Manifestasi Klinis Menurut (Roviati,E.2012) penjelasan singkat gejala pada penderita lupus meliputi : 1. Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperi ada bentukan kupu-kupu, dalam istilah kedokteran disebut Malar Rash/Buterfly Rash. 2. Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya jaringan perut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya. 3. Fotosensitive, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar matahari. 4. Luka dimulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers). 6



5. Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala ini dijumpai pada 90% odapus. 6. Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembentukannya terisi cairan. 7. Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein didalam urine. 8. Gangguan pada otak/sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan lainlain. 9. Kelainan pada sistem darah, dimana pada jumlah sel darah putih dan trombosit berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia. 10. Tes ANA (Antinuclear Antibody) positif 11. Gangguan sistem kekebalan tubuh.



3.4 Penatalaksanaan Tidak ada pengobatan permanen untuk SLE. Tujuan dari terapi adalah mengurangi gejala dan melindungi organ dengan mengurangi peradangan dan atau tingkat aktifitas autoimun ditubuh. Pasien dengan SLE lebih memutuhkan istirahat selama penyakitnya aktif. Kualitas tidur yang buruk adalah faktor yang signifikan dalam menyebabkan kelelahan. Hal ini memperkuat pentingnya bagi pasien dan dokter untuk meningkatkan kualitas tidur. Selama periode ini, latihan tetap penting untuk



menjaga



tekanan



otot



dan



luas



pergerakan



dari



persendian



(Muthusamy.V,2017). Terapi SLE sebaiknya dilakukan secara bersamaan dan berkesinambungan agar tujuan terapi dapat tercapai. Berikut terapi SLE (Rindhi.DW,2014) : 1. Terapi Farmakologi Jenis obat-obatan yang digunakan untuk terapi SLE sebagai berikut sesuai dengan manifestasi klinis yang dialami adalah (Rindhi.DW,2014) : 1) NSAID (Non Sterois Anti-Inflamation Drugs) NSAID dapat digunakan untuk mengendalikan gejala SLE pada tingkatan yang ringan, seperti menurunkan inflamasi dan rasasakit pada otot, sendi dan jaringan lain. Contoh obat : aspirin, ibuprofen, baproxen dan sulindac. Obat-obatan tersebut dapat menimbulkan efek samping, yaitu pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare dan perdarahan lambung.



7



2) Kortikosteroid Penggunaan dosis seroid yang tepat merupakan kunci utama dalam pengendalian lupus. Dosis yang diberikan dapat terlalu rendah atau tinggi sesuai tingka keparahan penyaki untuk pengendalian penyakit. Penggunaan kortikosteroid dapat dilakukan secara oral, injeksi pada sendi dan intravena. Contoh : Metilprednisolon. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian dosis yang tinggi, namun tidak disertai dengan konrol dan dalam waktu yang lama. Beberapa efek samping dari mengonsumsi korikosteroid terdiri dari meningkatkan berat badan, penipisan kulit, osteoporosis, meningkatnya resiko infeksi virus dan jamur, perdarahan gastrointesinal, memperberat hiperensi dan moon face. 3) Antimalaria Antimalaria yang dapat digunakan untuk terapi SLE terdiri dari hydroxychloroquinon atau kloroquin. Hyrdoxychloroquinon lebih sering digunakan dibanding kloroquin karena resiko efek samping ada mata lebih rendah. Obat antimalaria efekif untuk SLE dengan gejala fatique, kulit dan sendi. Baik untuk mengurangi ruam tampa meningkatkan penipisan pembuluh darah. Toksisitas ada mata berhubungan dengan dosis harian dan kumulatif, sehingga selama dosis tidak melebihi resiko tersebut sangat kecil. Pasie SLE dianjurkan untuk memeriksakan ketajaman visual setiap enam bulan untuk identifikasi dini kelainan mata selama pengobatan. 4) Immunosupresan Obat immunosuprosan merupakan obat yang befungsi untuk menekan sistem imun tubuh. Ada beberapa jenis obat immunosupresan yang biasa dikonsumsi pasien SLE sperti azathioprine (imuran), mycophenolate mofetil (MMF), methotrexate cyclosporine, cycloposphamide, dan Rituximab. 2. Terapi Non Farmakologi Terapi non farmakologi yang bisa dilaukan oleh pasien SLE, yaitu (Muthusamy.V,2017) : 1) Menghindari sinar matahari atau menutupinya dengan pakaian yang melindungi dari sinar matahari bisa efekif mencegah masalah yang disebabkan oleh fotosensitive. 8



2) Menurunkan berat bedan juga disarankan pada pasien yang obesitas dan kelebihan berat badan untuk mengurangi efek dari penyakit ini, khususnya jika ada masalah dengan persendian. 3) Pada pasien yang diberikan terapi dengan kortikosteroid sesuai teori. Kortikosteroid yang digunakan adalah methylprednisolone. Selain itu pasien juga dinasehatkan agar melindungi dirinya dari sinar matahari.



3.5 Diit Pada Pasien Lupus 1. Pola hidup pada pasien SLE (Sumariyono,2018) : Pasien SLE harus menjaga antobodi tubuhnya karena penyakit SLE ini merupakan penyakit autoimun yang menyerang sistem kekebalan tubuh, yakni dengan tetap aktif melakukan aktifias fisik dan kurangi tirah baring berlebihan dan juga latihan secara berkesinambungan. Tujuannya untuk mengurangi gejala kelelahan, gangguan tidur, resiko penyakit jantung. Contoh : berenang, berjalan kaki, bersepeda, dan aerobil low impact. Pasien yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas lebih beresiko penyakit jantung karena orang yang memiliki berat badan berlebih akan mudah merasakan kelelahan. 2. Pola hidup pengaturan makanan pada pasien SLE (Sumariyono,2018): 1) Makanan dengan nutrisi yang seimbang 2) Makanan yang mengandung ; kalori, protein, lemak tak jenuh, serat dan mikronutrien (vitamin) 3) Omega-3 Peradangan pada lupus bisa dikurangi dengan mengkonsumsi makanan kaya akan omega-3. Omega-3 juga dapat membantu menurunkan risiko terjadinya berbagai masalah jantung dan stroke. Contoh dari omega-3 yaitu: minyak ikan (fish oil) didalamnya terdapat kandungan eicosapentanoic acid dan docosahexanoid acid dan didalamnya terdapat asam lemak yang bermanfaat membantu meningkatkan system kekebalan tubuh dengan cara mempengaruhi jumlah dan aktifitas sitokin dan eicosanoid didalam tubuh (Rustanti, E.2020)



9



3. Beberapa jenis makanan yang harus dihindari oleh pasien lupus (Rustanti, E.2020) 1) Menghindari makanan yang mengandung banyak asam amino seperti toge. 2) Mengkonsumsi asam arakidonat juga perlu dihindari oleh penderita lupus. Seperti daging, susu, telur, kacang tanah, dan rumput laut. 3) Mengkonsumsi sayuran seperti buncis, dan jamur tidak baik bagi penderita lupus karena kandungan amina dan hydrazines yang bisa meningkatkan gejala lupus. 4) Saat memasak hindari penggunaan gara secara berlebihan, karena jika mengkonsumsi terlalu banyak bisa menyebabkan lupus kambuh.



3.6 Pencegahan Menurut Sumariyono (2018), berikut beberapa pencegahan yang bisa dilakukan: 1. Hindari aktifitas merokok dan paparan asap rokok dari orang lain 2. Hindari stress berlebihan 3. Menerapkan pola hidup sehat 4. Istirahat yang cukup 5. Hindari paparan sinar matahari berlebih 1) Gunakan tabir surya (SPF >30) 15 menit sebelum beraktifitas diluar ruangan. 2) Pakai pakaian yang melindungi dari paparan sinar matahari. 3) Beraktifitas diluar ruangan sebelum jam 10:00 atau setelah jam 16:00



10



3.7 Lampiran 1 Leafleat



11



12



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan Dengan adanya kegiatan penyuluhan tingkat pemahanan masyarakat mengenai penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) lebih berfikir kritis akan hal tersebut, bahwa Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan salah satu penyakit yang banyak menyerang wanita usia 15-45 tahun dengan perbandingan mengenai perempuan antara 10-15 kali lebih sering dari pria. Artinya, penyakit ini sering mengenai wanita usia produktif tetapi jarang menyerang laki-laki dan usia lanjut.



4.2 Saran Diharapkan masyarakat dapat memahami dan menambah ilmu pengetahuan mengenai latar belakang dari penyakit lupus.



13



DAFTAR PUSTAKA Muthusamy, V. 2017. Penelitian Systemic Lupus Erythematous (SLE). (Online). https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir.pdf (Diakses pada 20 Mei 2021) Pusdati.



2017. Definisi Systemic Lupus Erythematous (SLE). (Online). http://eprints.umm.ac.id/50452/3.pdf (Diakses pada 20 Mei 2021)



Rindhi, DW. 2014. Karya Tulis Ilmiah Systemic Lupus Erythematous (SLE). (Online).http://eprints.undip.ac.id/44553/3/22010110120110_BAB2KTI. pdf (Diakses pada 20 Mei 2021) Roviaty, E. 2012. Systemic Lupus Eruthematous (SLE) Kelainan Autoimun Bawaan Yang Langka Dan Mekanisme Biokimianya (Ebook Online).https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/sceducatia/articl e/view/474/451 (Diakses pada 20 Mei 2021) Rustanti, E. 2020. Diet pada gangguan system imun dan hematologi. Bahan ajar. Jombang; program S1 keperawatan Sumariyono. 2018. Mengenal Lupus Eritematosus Media Briefing Hari Lupus Sedunia. (Online) http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2018/05/ pdf (Diakses pada 20 Mei 2021)



14