Kel 5 - Askep Hipospadia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA Tn. A TINDAKAN CHORDECTOMY DENGAN ANESTESI REGIONAL



KELOMPOK : 5 1. Azrand Ikhlasul Amal Darmawan



NIM. 211FI03041



2. Alam Erza Gagarin



NIM. 211FI03042



3. Ferial Buyung Sahya



NIM. 211FI03043



4. Nabilah Della Yulizahirah



NIM. 211FI03044



5. Reynaldi Heryana Pratama



NIM. 211FI03045



6. Asriadi Prihandika Widianto



NIM. 211FI03046



7. Reynaldi Muzahid Syarif



NIM. 211FI03047



8. Najwan Syarif Hidayatullah Aman



NIM. 211FI03048



9. Kemal Fikri Haikal



NIM. 211FI03049



10. Revi Navita Sari



NIM. 211FI03050



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG, 2023



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan Kerja dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Diagnosis Hipospadia dengan Anestesi Regional” ini dengan baik dan lancar, untuk melengkapi nilai Mata Kuliah Metodologi Keperawatan Anestesi, dan mengembangkan kemampuan menulis. Kami menyadari meskipun segala upaya telah penulis lakukan dalam penyusunan laporan ini, namun pastilah ada kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap kepada semua pihak yang sekiranya membaca laporan ini dapat memberikan saran agar di kemudian hari kami dapat menyempurnakan laporan ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada yang terhormat: 1. Fikri Mourly Wahyudi, M.KM., selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana Bandung. 2. Madinatul Munawaroh, M.KM., selaku Dosen Pengampu mata kuliah Metodologi Keperawatan Anestesi, yang telah membimbing dalam penulisan Laporan Kerja Asuhan Keperawatan yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan selama ini. 3. Mahasiswa semester III Tahun Akademik 2022/2023 yang telah bekerjasama dengan baik selama menyusun Laporan Kerja Asuhan Keperawatan ini. 4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kerja Asuhan Keperawatan ini. Semoga segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada kami, mendapat imbalan yang berlipat dari Allah Subhanahu Wata’ala, amin.



Bandung, 03 Januari 2023



Penulis (Kelompok 5)



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii BAB I URAIAN KASUS ............................................................................................... 1 A. DEFINISI .............................................................................................................. 1 B. ETIOLOGI ............................................................................................................ 2 C. PATOFISIOLOGI ................................................................................................. 4 D. MANIFESTASI KLINIK ...................................................................................... 4 BAB II ILUSTRASI KASUS ......................................................................................... 6 BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................ 7 A. PENGKAJIAN ...................................................................................................... 7 B. ANALISA DATA ............................................................................................... 15 C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN ........................................................................ 18 D. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI KEPERAWATAN ....... 19 E. PENATALAKSANAAN PASCA OPERASI ..................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 26



ii



BAB I URAIAN KASUS A. DEFINISI Anestesi regional adalah adalah anestesi pada sebagian tubuh, keadaan bebas nyeri sebagian tubuh tanpa kehilangan kesadaran. Regional anestesi terdiri dari Subarachnoid Block (SAB), Epidural Block (EB), Combined Subarachnoid-Epidural (CSE), dan Block Ganglion/Saraf Perifer. Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesic Hipospadia dapat didefinisikan sebagai adanya muara uretra yang terletak di ventral atau proksimal dari lokasi yang seharusnya. Kelainan terbentuk pada masa embrional karena adanya gangguan pada masa perkembangan alat kelamin dan sering dikaitkan dengan gangguan pembentukan seks primer maupun gangguan aktivitas seksual saat dewasa (Snodgrass & Bush, 2016) Hipospadia adalah salah satu anomali urogenital yang paling umum pada laki-laki baru lahir dan merupakan anomali kongenital kedua yang paling umum pada lakilaki setelah testis tidak turun. Hipospadia adalah kelainan bawaan anatomis genitalia eksterna laki-laki. Hal ini ditandai dengan perkembangan abnormal lipatan uretra dan kulup ventral penis yang menyebabkan posisi abnormal pembukaan uretra. Meatus uretra eksterna pada hipospadia dapat menunjukkan berbagai derajat malposisi dan dapat ditemukan terkait dengan kelengkungan penis.



Klasifikasi Menurut Orkiszewski (2012) terdapat beberapa tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum atau meatus diantaranya sebagai berikut : a. Tipe sederhana/ Tipe anterior Tipe ini terdapat di anterior, pada tipe ini meatus terletak pada pangkal glans penis. Sebenarnya kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomy. Yang termasuk golongan hipospadia tipe ini adalah hipospadia subcoronal atau lubang kencing berada pada sulcus coronarius penis (cekungan kepala penis), dan hipospadia tipe granular yaitu lubang kencing sudah terdapat di kepala penis namun posisinya berada di bawah kepala penisnya.



1



b. Tipe Penil/ Tipe Middle Pada tipe ini, meatus terletak antara glans penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit preputium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glans penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya. Terdapat beberapa tipe hipospadia yang termasuk dalam tipe middle diantaranya yaitu hipospadia tipe penoscrotal atau lubang kencing terletak di antara skrotum dan batang penis, hipospadia tipe peneana proksimal yaitu lubang kencing berada di bawah pangkal penis, hipospadia tipe mediana yaitu lubang kencing berada di bawah bagian tengah dari batang penis, serta hipospadia tipe distal peneana yaitu lubang kencing berada di bawah bagian ujung batang penis. c. Tipe Posterior Pada tipe posterior, biasanya akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan penis, seringkali disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun. Yang termasuk hipospadia posterior diantaranya yaitu hipospadia tipe perineal, lubang kencing berada di antara anus dan skrotum, dan hipospadia tipe scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan skrotum.



B. ETIOLOGI Penyebab Penyebab hipospadia sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor, namun penyebab pasti kelainan ini belum ditemukan. Para peneliti mengemukakan beberapa kemungkinan Etiologi hipospadia. Faktor risiko faktor risiko yang mempengaruhi kejadian Hipospadia adalah: a. Faktor genetik dan embrional Menurut penelitian, anak laki laki yang memiliki saudara kandung dengan hipospadia memiliki risiko hipospadia 13,4 kali lebih besar juga mengalami hipospadia, sedangkan anak-anak yang ayahnya menderita hipospadia berisiko 10.4 mengalami hal yang sama (Van der Zaden et al., 2012).



2



Ketika periode embrio, kegagalan dalam pembentukan genital folds dan penyatuanya diatas sinus urogenital juga dapat menyebabkan terjadinya hipospadia. Biasanya semakin berat derajat hipospadia ini, semakin besar terdapat kelainan yang mendasari. Kelainan kromosom dan ambigu genetalia seperti hermafrodit maupun pseudohermafrodit merupakan kelainan yang kerap kali ditemukan bersamaan dengan hipospadia (Krisna & Maulana, 2017). b. Faktor hormonal Perkembangan genitalia pada laki laki merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan banyak interaksi gen dan hormon yang terjadi pada ibu hamil. Proses pembentukan saluran uretra ini berlangsung pada minggu ke-6 trimester pertama dan bersifat androgen dependent, sehingga pada fase tersebut dapat menghasilkan metabolisme abnormal seperti defisiensi reseptor androgen pada penis, kegagalan konversi testosteron menjadi dihidrotestosteron, dan reduksi ikatan antara dihidrotestosteron dengan reseptor androgen juga dapat menyebabkan hipospadia (Noegroho etet al., 2018). c. Faktor lingkungan Faktor lingkungan diduga sebagai salah satu penyebabnya hipospadia, seperti adanya paparan estrogen atau progesteron pada awal kehamilan bagi ibu hamil, yang biasanya terkandung dalam pestisida yang digunakan pada buahbuahan, sayur-sayuran, tanaman dan obat-obatan yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Pada ibu hamil yang mengkonsumsi obat anti epilepsi seperti Asam valproat juga diyakini meningkatkan risiko hipospadia tetapi untuk pil kontrasepsi dengan hormon estrogen dan Progesteron tidak menyebabkan hipospadia (Krisna &Maulana, 2017). d. Lain-lain Pada anak laki-laki yang lahir dengan program Intra-cytoplasmic sperm Injection (ICSI) atau In Vitro Fertilization (IVF) beresiko tinggi mengalami hipospadia (Krisna & Maulana, 2017). Faktor lainnya adalah ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua juga sangat berpengaruh, diketahui bayi yang dilahirkan oleh Ibu berusia di atas 35 tahun berisiko mengalami hipospadia berat. Bayi prematur dan berat lahir rendah, termasuk bayi kembar sering dikaitkan dengan hipospadia (Widjajana, 2017).



3



C. PATOFISIOLOGI Patofisiologi Hipospadia (Widjajana, 2017)



D. MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinis menurut Nurrarif & Kusuma (2015) yang sering muncul pada penyakit hipospadia sebagai berikut : a. Tidak terdapat preputium ventral sehingga preputium dorsal menjadi berlebihan (dorsal hood). b. Sering disertai dengan korde atau penis melengkung ke arah bawah. c. Lubang kencing terletak di bagian bawah dari penis. Gejala yang terjadi bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kelainan. Namun secara umum gangguan fungsi jarang terjadi, biasanya terkait dengan 4



masalah kosmetik karena letak muara uretra di sisi ventral penis. Dalam kebanyakan kasus, juga ditemukan kulit luar bagian ventral lebih tipis atau bahkan tidak ada, dimana kulit luar di bagian dorsal menebal. Pada hipospadia sering ditemukan adanya chorda (Sigumonrong, 2016). Chorda adalah adanya pembengkokan menuju arah ventral dari penis. Hal ini disebabkan oleh karena adanya atrofi dari corpus spongiosum, fibrosis dari tunica albuginea dan facia di atas tunica, pengencangan kulit ventral dan fasia buck, perlengketan antara uretra plate ke corpus cavernosa. Keluhan yang mungkin ditimbulkan adalah adanya pancaran urin yang lemah ketika berkemih, nyeri ketika ereksi, dan gangguan dalam berhubungan seksual. Hipospadia sangat sering ditemukan bersamaan dengan cryptorchismus dan hernia inguinalis sehingga pemeriksaan adanya testis tidak boleh terlewatkan (Krisna & Maulana, 2017).



5



BAB II ILUSTRASI KASUS Tn. A masuk RS Santosa Bandung pada tanggal 03 Januari 2023 pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan muara saluran kemih tidak berada di ujung kepala penis. Lubang kencing berada di bagian bawah penis. Buang air kecil lancar 4-6 kali sehari, tidak ada nyeri (-), dan tidak panas saat buang air kecil (-). Kelainan ini sudah dialami sejak lahir.



6



BAB III PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN Tanggal masuk



: 03 Januari 2023



Ruang



: Ruang Rawat Inap Elizabet RS Santosa Bandung



No. Registrasi



: RIR/20230301/00414



1. BIODATA : a. Identitas pasien : Nama



: Tn. A



Umur



: 20 Tahun



Jenis kelamin



: Laki-laki



Suku / bangsa



: Jawa



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMP



Pekerjaan



: Pelajar



Alamat



: Jl. Kencana No. 21, Bandung



Tanggal pengkajian



: 03 Januari 2023



Jam pengkajian



: 09.00 WIB



b. Identitas penanggung jawab : Nama



: Ny. B



Umur



: 40 Tahun



Jenis kelamin



: Perempuan



Suku / bangsa



: Jawa



Agama



: Islam



Pendidikan



: Sarjana



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Alamat



: Jl. Kencana No. 21, Bandung



Hubungan dengan pasien : Ibu



2. KELUHAN UTAMA



:



Lubang kencing di bagian bawah



7



3. RIWAYAT KEPERAWATAN : a. Riwayat keperawatan sekarang Tn. A masuk RS Santosa Bandung pada tanggal 03 Januari 2023 pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan muara saluran kemih tidak berada di ujung kepala penis. Lubang kencing berada di bagian bawah penis. Buang air kecil lancar 4-6 kali sehari, tidak ada nyeri (-), dan tidak panas saat buang air kecil (-). Kelainan ini sudah dialami sejak lahir. b. Riwayat keperawatan masa lalu 1) Alergi Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan. 2) Perawatan Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit 3) Pengobatan Klien mengatakan bahwa klien belum pernah melakukan pengobatan. 4) Penyakit Klien mengatakan bahwa klien merasakan penyakit ini sejak 5 tahun terakhir. c. Riwayat keperawatan keluarga Klien mengatakan sepupu pasien yang merupakan salah satu anggota keluarga pasien pernah mengalami hipospadia. d. Genogram (terutama bagi pasien dengan penyakit keturunan) Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit keturunan yaitu hipospadia.



4. POLA-POLA KESEHATAN FUNGSIONAL MODEL KONSEPTUAL SESUAI KASUS ( CONTOH : MODEL KONSEPTUAL GORDON ) a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan Sebelum masuk RS : Klien belum menyadari ada kelainan yang klien alami sejak kecil. Baik orang tua ataupun klien tidak memeriksakan kelainan tersebut kepada yang lebih ahli. Sesudah masuk RS :



8



Klien mengatakan dan menyadari bahwa klien mengalami suatu kelainan dan perlu untuk memeriksanya. b. Pola nutrisi Klien dengan hipospadia biasanya tidak terjadi gangguan nutrisi. c. Pola eliminasi Pada saat buang air kecil, pada klien hipospadia mengalami kesulitan karena penis yang bengkok mengakibatkan pancaran urin mengarah ke arah bawah dan menetes melalui batang penis. d. Pola aktivitas dan latihan Pada umumnya klien dengan hipospadia tidak memiliki gangguan aktivitas. e. Pola istirahat dan tidur Pada klien biasanya tidak memiliki gangguan pola tidur kecuali saat dirawat di rumah sakit. f. Pola persepsi kognitif Tn. A tidak mengetahui penyakit yang dialami karena kurangnya pemahaman klien terkait penyakit hipospadia dan pada umumnya pemeliharaan kesehatan klien tidak ada masalah 1) Harga diri Klien mengetahui dirinya sedang sakit dan membutuhkan pengobatan yang baik agar cepat sembuh dan klien tidak merasa malu. 2) Ideal diri Pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan mendapatkan perhatian dari keluarga g. Pola peran dan hubungan Klien tidak memiliki masalah hubungan dengan orang lain. h. Pola reproduksi dan seksual Klien dengan hipospadia biasanya mengalami masalah dalam hal berhubungan jika tidak menjalani prosedur operasi untuk memperbaiki uretra yang tidak berkembang. i. Pola koping terhadap stress Klien mengatakan bahwa sekarang ini tidak merasa cemas karena sudah ditangani dan sudah ada pengobatan di rumah sakit.



9



j. Pola nilai dan kepercayaan Klien mengatakan dan yakin bahwa penyakitnya akan sembuh dan klien selalu berdoa kepada Allah SWT.



5. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum : klien tampak sakit sedang b. Tingkat kesadaran: Compos mentis GCS



: E4 M6 V5



c. Tanda-tanda vital : 1. Tekanan Darah : 120/80 mmHg 2. Nadi : 104X/menit 3. RR : 20X/menit 4. Suhu : 36,7°C d. Status gizi: BB : 50 kg Tb : 165 cm e. Kepala: Rambut



: Hitam



Wajah



: Simetris, tidak dijumpai deformitas dan tidak edema



Mata



: Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya langsung (+/+), reflek cahaya tidak langsung (+/+).



Mulut : Mallampati 1 f. Ekstremitas: Akral hangat (+/+), deformitas (-), edema (-), sianosis (-) g. Genitourinaria: Inspeksi : Tampak belum disirkumsisi, warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, penis menekuk ke arah depan bawah OUE berada di antara penis bagian inferior dan skrotum. Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada. h. Thorax Paru : Inspeksi : Bentuk dada normal dan simetris



10



Palpasi



: Stem fremitus simetris



Perkusi



: Bunyi sonor pada semua lapang paru



Auskultasi



: Vesikuler(+/+), Wheezing (-/-), Ronki (-/-)



Jantung: Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi



: Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)



Perkusi



: Pekak, batas jantung kanan ICS IV linea parasternal dextra, batas



jantung kiri ICS V linea midclavicula sinistra Auskultasi: S1/S2 normal, murmur (-), gallop (-) i. Abdomen: Inspeksi : Distensi (-) Auskultasi: Peristaltik (+), bruits (-) Perkusi



: Timpani



Palpasi



: Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)



j. Kulit: Warna



: Sawo Matang



Turgor



: Dalam batas normal



Sianosis : Tidak ada Ikterus



: Tidak ada



6. DATA PSIKOLOGIS a. Status emosi Emosi klien stabil, namun terkadang klien terlihat lebih murung karena tau apa yang menjadi kelainan nya. b. Gaya bicara / komunikasi Klien berkomunikasi dengan baik c. Interaksi sosial Sosial yang dialami klien normal terbukti dengan keluarganya yang membawa ke rumah sakit d. Orientasi Klien dapat menjawab pertanyan dari dokter atau perawat dengan baik



11



7. DATA SPIRITUAL : Agama : Islam Tidak membutuhkan bimbingan rohani 8. PEMERIKSAAN PENUNJANG : a) Laboratorium Pada pemeriksaan darah akan diketahui apakah terjadi tanda infeksi atau tidak.



b) USG USG Ginjal disarankan untuk mengetahui adanya kelainan lainnya pada saluran kemih.



12



9. DIAGNOSIS DAN PENGGOLONGAN STATUS FISIK a) Penggolongan Status ASA Status Fisik ASA II b) PERENCANAAN OPERASI Rencana Pembedahan : Chordectomy Rencana Anestesi



: Regional Anestesi



PERSIAPAN PRA ANESTESI 1. Ruang Perawatan ● Pasien dikonsultasikan kepada dokter spesialis Anestesiologi untuk persetujuan operasi dan diberikan Informed consent dan surat persetujuan operasi. ● Pasien dianjurkan untuk puasa selama 6 jam sebelum operasi, dilakukan untuk memastikan lambung pasien kosong sebelum pembedahan untuk menghindari aspirasi. 2. Ruang Persiapan a. Memakai pakaian operasi : Pakaian yang telah disediakan di ruang persiapan dan sudah terpasang infus Ringer Laktat. b. Persiapan Alat Anestesi Umum i. STATICS ● Scope : Stetoskop, Laryngoscope Tube : ETT, NTT ● Airway : Gudel, Orofaringeal airway ● Tape : Plaster ● Introducer : Mandrin, klem magil ● Connector : Penghubung ETT ke ambu bag/resuscitator ● Suction : Multifungsi suction ii. Mesin anestesi dan monitor (Sphygmomanometer, pulse oximeter, gel, infus set+abocath, spuit, kasa steril)



13



c. Persiapan Obat Obat Anestesi Spinal Anestesi 1. Premedikasi : Midazolam, Ondansetron 4 mg 2. Obat induksi : Morfin 0,01 mg, Bupivacaine 0,5%, Propofol 3. Analgetik post op : Ketorolac 30 mg 4. Antibiotik profilaksis : Cefotaxime 750 mg 5. Obat emergency : Ephedrine Alat Untuk melakukan Pembiusan 1. Spuit 3 cc 2. Spuit 5 cc 3. SPuit 10 cc d. Maintenance selama operasi M:



4 cc x 10 Kg = 40 cc 2 cc x 10 Kg = 20 cc 1 cc x 30 Kg = 30 cc



M : 90 cc/kgBB/Jam e. Operasi (O) Chordectomy termasuk dalam operasi sedang, maka kebutuhan cairannya: 4 cc/kg/jam = 4 cc/50 kg/jam = 200 cc/jam f. Pengganti Puasa (PP) Karena pasien puasa selama 6 jam, maka kebutuhan cairannya adalah: M x Lama puasa = 90 cc x 6 jam = 540 cc/jam



14



B. ANALISA DATA a. Pre Anestesi NO 1



DATA / SIMPTOM DS:



ETIOLOGI / PENYEBAB Faktor Genetik



PROBLEM Penyakit Kongenital



- Ibu klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarga yang



Mutasi gen yang mengkode sintesis androgen



pernah mengalami hipospadia



Androgen tidak terbentuk



DO: - Klien beresiko mengalami gangguan untuk



Diferensiasi uretra pada penis tidak terbentuk



berkembang. - Menurut penelitian, anak laki laki yang memiliki



Hipospadia



saudara kandung dengan hipospadia memiliki risiko hipospadia 13,4 kali lebih besar juga mengalami hipospadia. 2



DS:



Klien mengetahui kondisi



- Klien merasa khawatir



saat ini



dengan kondisi yang dihadapi saat ini.



Klien cemas dan khawatir



- Klien merasa



dengan operasi yang akan



kebingungan



dilakukan



DO: - Klien tampak gelisah - Frekuensi napas



Ansietas b.d prosedur pembedahan



meningkat menjadi 20x permenit



15



Gangguan psikologis



- Frekuensi nadi meningkat menjadi 100x per menit



b. Intra Anestesi NO 1



DATA / SIMPTOM DS: -



ETIOLOGI / PENYEBAB Pembedahan



DO: - Klien diberikan injeksi bupivacain 3 ml, regivel 5 mg, sedacum 5 mg,



Terputusnya kontinuitas jaringan lunak



katerolac 8 mac, ondansentron 2mg. - Posisi klien litotomi - Tindakan chordectomy - Klien tampak dilakukan pembedahan di penis - Pembedahan dilakukan 1 jam - Tingkat kesadaran GCS E2V3M2 (Somnolen) - TTV TD 120/80 N 90x/menit RR 22x/menit S 36,5 C - Klien dipindahkan ke ruang recovey room



16



PROBLEM Resiko pendarahan



c. Pasca Anestesi NO 1



DATA / SIMPTOM DS:



ETIOLOGI / PENYEBAB Pembedahan



- Klien mengatakan nyeri pada daerah penis - Muncul saat ada gerakan seperti ingin berkemih



Terputusnya kontinuitas jaringan lunak



- Rasa seperti ditusuk tusuk dan ditekan pada area penis durasi ± 1-3 menit



strangulasi



DO: - Klien tampak meringis



Penekanan pada syaraf



kesakitan - Skala nyeri 6 - Terpasang kateter - Klien tampak gelisah - Tampak luka post operasi pada area penis tetutup perban - Airway :Jalan napas paten tidak ada obstruksi jalan napas - Breathing : Gerakan dada simetris, irama napas teratur, pola napas teratur, suara napas vesikuler, saturasi SPO2 99% RR: 22x/menit - Circulation:



17



PROBLEM Nyeri Akut



TD 125/75 mmHg, N 90x/menit, nadi teraba, irama reguler, sianosis (-), CRT