Kel 5. Makalah KKP Pada Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEKURANGAN KALORI PROTEIN (KKP) PADA ANAK Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 PASCA KHAIRUN NISA



(2011102411169)



RIZZA ARISTIAWAN SAPUTRA



(2011102411170)



WAHYUNI



(2011102411166)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2021



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kekurangan Kalori Protein”. Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kekurangan Kalori Protein dan beberapa hal yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.



Samarinda, 03 November 2021



Kelompok 5



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan langsung oleh ikatan peptida antara asam amimo satu dengan asam amino lainnya. Asam amino tersusun dari unsur C, H, O, N, dan kadangkadang S serta P. Protein merupakan komponen yang sangat penting dalam proses metabolisme darah. Protein termasuk makromolekul penyusun bagian terbesar tubuh setelah air, yaitu seperlima bagian tubuh.Protein dapat kita peroleh dari hewan (protein hewani) maupun tumbuhan (protein nabati). Sumber protein hewani antara lain ikan, daging, susu, dan telur, sedangkan sumber protein nabati antara lain padipadian, kacang-kacangan, dan sayuran. Pada intinya tubuh kita membutuhkan gizi protein yang cukup untuk beraktivitas. Rata- rata standar kecukupan gizi sehari adalah 45 gram. Tingkat kebutuhan protein dipengaruhi oleh bobot dan ukuran badan, umur, jenis kelamin, penyakit, satuan gizi makan, kondisi tubuh, sifat protein yang dimakan, masa kehamilan, dan status emosional. Bila tubuh kekurangan atau kelebihan protein maka akan mengalami gangguan kesehatan kemudian menjadi penyakit kekurangan atau kelebihan protein. Umumnya hal ini disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat. Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwasiorkor pada anak- anak di bawah lima tahun (balita). Setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi penyakit kurang kalori protein (KKP), yaitu: masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan, salah satu determinan sosial-ekonomi, merupakan akar ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, kumuh, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Komponen biologi yang menjadi latar belakang KKP, antara lain, malnutrisi, penyakit infeksi, serta diet rendah energi dan protein. Berawal dari hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh protein sebagai agen penyakit, contoh penyakit, dan penanganannya. Kurang Kalori Protein (KKP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet, kedua bentuk difesiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih dominan dari pada yang 1



lain. Keparahan KKP berkisar dari hanya penyusutan besar berat badan atau terlambat nya tumbuh sampai ke sindrown klinis yang nyata,dan tidak jarang berkaitan dengan defisiensi vitamin dan mineral. Kekurangan kalori protein atau kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi dari energi protein dalam makanan sehari- hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG) (Mansjoer & Arif, 2000). Kekurangan kalori protein adalah suatu penyakit defisiensi gizi dalam keadaan ringan- berat ( DEPKES RI, 1989). Defisiensi protein energi adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori.(LAB IKA, 1994). Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah “konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau menyusui”. Kekurangan kalori protein (KKP) adalah penyakit yang disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai yang mengakibatkan kekurangan protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Kekurangan kalori protein (malnutrisi), kurang gizi yang dapat menyebabkan penyakit kurang gizi seperti marasmus, jika KKP tersebut masih ringan atau sedang dapat menyebabkan gizi kurang (undernutrition) yang ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan dan apabila sudah menjadi KKP berat maka akan menimbulkan masalah-masalah yang meliputi kwarsiorkor, marasmus, dan marasmik- kwarsiorkor. Penyakit ini banyak menimpa golongan anak, terutama anak-anak berumur di bawah lima tahun. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kekurangan kalori protein ? 2. Bagaimana etiologi dari kekurangan kalori protein ? 3. Bagaimana tanda dan gejala dari kekurangan kalori protein ? 4. Bagaimana patofisiologi dari kekurangan kalori protein ? 5. Bagaimana pathway dari kekurangan kalori protein ? 6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kekurangan kalori protein ? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari kekurangan kalori protein ? 2



8. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan dari kekurangan kalori protein ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi kekurangan kalori protein 2. Untuk mengetahui etilogi kekurangan kalori protein 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala kekurangan kalori protein 4. Untuk mengetahui patofisiologi kekurangan kalori protein 5. Untuk mengetahui pathway kekurangan kalori protein 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kekurangan kalori protein 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan kekurangan kalori protein 8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan kekurangan kalori protein



3



BAB II PEMBAHASAN 1. KONSEP TEORI A. KURANG KALORI DAN PROTEIN (KKP) Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ). Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama. Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi. Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat tidaknya yaitu KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor, marasmus dan kwashiorkor marasmus. Malnutrisi kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Kurang kalori dan protein ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein). Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni : 1. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan. 2. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60 % dari berat badan. 3. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan. Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 macam kkp saja, yakni kkp ringan atau gizi kurang dan kkp berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marasmus (kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus, berat 4



badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan. B. Etiologi Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan protein, kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau sekunder, akibat adanya penyakit yang menyebabkan asupan suboptimal, gangguan penyerapan dan pemakaian nutrien, dan/atau peningkatan kebutuhan karena terjadinya hilangnya nutrien atau keadaan stres. Kekurangan kalori protein merupakan penyakit energi terpenting di negara yang sedang berkembang dan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada masa kanak – kanak diseluruh dunia. Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus kwashiorkor). Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan multifactoral. Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifactoral menuju ke arah terjadinya KKP : 1. Ekonomi negara rendah 2. Pendidikan umum kurang 3. Produksi bahan pangan rendah 4. Hygiene rendah 5. Pekerjaan rendah 6. Pasca panen kurang baik 7. Sistem perdagangan dan distribusi tidak lancar 8. Persediaan pangan kurang 9. Penyakit infeksi dan investasi cacing 10.Konsumsi kurang 11.Absorpsi terganggu 12.Utilisasi terganggu 13.K K P 14.Pengetahuan gizi kurang 15.Anak terlalu banyak



5



C. Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein Secara klinis KKP terdapat dalam 3 tipe yaitu : 1. Kwashiorkor, Istilah kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams pada tahun 1933 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa Ghana, kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang ditunggu kelahirannya. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake yang berlangsung kronis, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia. 2. Marasmus, Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting atau merusak. Merupakan bentuk malnutrisi kalori protein akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak dibawah kulit dan otot (Dorland, 1998:649). Marasmus juga diartikan sebagai malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau hygiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defesiansi protein dan kalori (Nelson, 1999:212), ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare. 3. Marasmik – kwasiorkhor, Gambaran klinisnya merupakan campuran dari beberapa gambaran klinis kwasiokhor dan marasmus dengan BB/U < median WHO ( BB > 120 % baku ), NCHS disertai edema yang tidak mencolok. 6



D. Tanda Dan Gejala 1. KKP Ringan a. Pertumbuhan linear terganggu b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun c. Ukuran lingkar lengan atas menurun d. Maturasi tulang terlambat e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun f. Anemia ringan atau pucat g. Aktifitas berkurang h. Kelainan kulit (kering, kusam) i. Rambut kemerahan 2. KKP Berat a. Gangguan pertumbuhan b. Mudah sakit c. Kurang cerdas d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian E. Patofisiologi Kurang kalori protein akan terjadi mana kala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Arisman, 2012).



7



F. Pathway Kegagalan menyusu ASI, terapi puasa krn penyakit, tidak memulai makanan tambahan



Ekonomi rendah, pendidikan, kurang, hygiene rendah



KEP



Penurunan jml protein tubuh



Energi menurun



Marasmus



Terjadi perubahan biokimia dalam tubuh



Cadangan protein otot terpakai secara terus menerus untuk memperoleh asam amino



kwashiorkor Perbandingan asam amino yang berbeda dengan protein jaringan Gangguan absorbs



Produksi albumin



dan transportasi sat- zat gizi



oleh hepar rendah (hipo



Asam amino tidak berguna bagi sel



Pengambilan energi selain dari protein Penyusutan



Penurunan



otot



BB



Salah satu jenis asam amino rendah konsentasinya



Tekanan



osmotic plasma menurun Cairan dari intravaskuler ke intersisial



Defisit nutrisi



Gangguan pembentukan lipoprotein (lemak) dari hati



Tubuh mengalami kehilangan energi secara terus menerus



Penurunan detoksifikasi hati Otot-otot melemah dan menciut Resiko infeksi



oedema



Gangguan tumbuh kembang



Hipovolemia Gangguan Integritas Kulit



8



G. Pemeriksaan Penunjang 1.



Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum) 2. Pemeriksaan urine 3. Uji faal hati 4. EKG 5. Photo thorax 6. Antropometri anak (TB/U, BB/U, LK/U) H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan kurang kalori protein 1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin 2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit 3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin : 1. Atasi atau cegah hipoglikemi Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan : a. 50 ml bolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau sonde / pipa nasogastrik b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam. 2. Atasi atau cegah hipotermi Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius : a. Segera berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dada ibu, selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5 derajat celcius. 3. Atasi atau cegah dehidrasi Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati – hati, tetesan pelan – pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam khusus



yaitu



resomal



(rehydration



Solution



for



malnutrition



atau



pengantinya). 4.



Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Pada senua KKP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi 9



dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil pada terjadinya edema. Berikan: a. Tambahkan K 2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300mg KCL/kgBB/hari) b. Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5 15mgKCL/kgBB/hari) c. Siapkan makanan tanpa beri garam Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan tambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20ml larutan pada 1 liter formula. Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu : 1) Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro 2) Dermatosis Umum defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik dengan pemberian suplementasi Zn, selain itu : a) Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (Kpermanganat) 1% selama 10 menit. b) Beri salep (Zn dengan minyak kastor) c) Jaga daerah perineum agar tetap kering 3) Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari. 4) Diare melanjut Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara berhati – hati. Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati hanya bila diare berlanjutnya diare. Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik, berikan metronidazol 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari. I. Komplikasi 1. Infeksi kelainan bawaan 2. saluran pencernaan atau jantung 3. Malabsorpsi gangguan metabolik 4. Penyakit ginjal menahun 5. Gangguan pada saraf pusat. 6. Gangguan asupan vitamin dan mineral. 7. Anemia gizi



10



2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas Klien (nama, nomor regular, jenis kelamin, usia, pendidikan, tanggal MRS, tanggal pengkajian, penanggung jawab, nama orang tua, usia, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan anak, agama dan alamat). 2. Keluhan Utama a. Saat MRS



: Lemas dan Menangis



b. Saat Pengkajian : anak lemas, pucat, dehidrasi, aktivitas menurun 3. Riwayat Penyakit Sekarang : anak lemas, pucat, dehidrasi, aktivitas menurun. 4. Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit yang pernah dialami, Kecelakaan ( termasuk kecelakaan lahir/persalinan), Operasi ( jenis dan waktu ) 5. Riwayat Penyakit Keluarga : Penyakit yang pernah diderita keluarga, Lingkungan rumah dan komunitas, Perilaku yang mempengaruhi kesehatan, Persepsi keluarga terhadap penyakit anak). 6. Riwayat Psiko Sosial Spiritual : orang tua merasa cemas dengan keadaan anaknya yang mengalami penurunan aktivitas serta nampak lemas, pucat, dan terjadi penurunan berat badan yang signifikan. Orang tua berharap anaknya dapat sembuh dan kembali. 7. Riwayat Tumbuh Kembang a. Antenatal • Hiperemesis gravidarum



: ibu beresiko mengalami kekurangan



nutrisi dan penurunan berat badan akibat mual muntah yang berlebihan sehingga bayi lahir BBLR dan kekurangan kalori protein (nutrisi). • Perdarahan pervagina : tidak ada perdarahan vagina selama kehamilan. • Anemia : pada awal kehamilan trimester 1 • Penyakit infeksi : tidak ada penyakit infeksi selama kehamilan. • Preeklampsia dan eklampsia : tidak ada preeklampsia dan eklampsia saat kehamilan maupun melahirkan. b. Natal : bisa lahir normal atau SC.



11



c. Post Natal : bayi yang beresiko mengalami KKP antara lain yang lahir premature, dan BBLR. d. Pertumbuhan : mengalami keterlambatan pertumbuhan, TB dan BB tidak sesuai umur. e. Perkembangan : jika masalah nutrisi ini tidak segera diatasi maka akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, perilaku) dan psikomotor (tingkah laku) pada anak. 8. Riwayat Imunisasi : Umur/Kelompok Sasaran



Jenis Imunisasi



2 detik, lesi kulit hipo/hiper pigmentasi 11. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum) b. Pemeriksaan urine c. Uji faat hati d. EKG e. Photo thorax f. Antropometri anak (TB/U, BB/U, LK/U) 12. Terapi yang diberikan a. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin b. Pemberian terapi cairan dan elektrolit c. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic



13



B. Analisa Data N O 1.



2.



3.



Data DS : DO : -BB Menurun -Bising Usus Hiperaktif -Membran Mukosa Pucat



DS : DO : -Adanya Penurunan BB -Turgor Kulit Buruk -CRT >2 detik -Adanya kemerahan pada rambut



DS : DO : -Pasien tampak lesu -Nafsu makan menurun -Pola tidur terganggu -Respon sosial lambat



Etiologi



Masalah



Penurunan jumlah protein tubuh ↓ Ganguan absorbsi zat ↓ Penyusutan otot ↓ Penurunan BB ↓ Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Defisit Nutrisi



Penurunan jumlah protein tubuh ↓ Perubahan biokimia tubuh ↓ Hipoalbuminemia ↓ Tekanan osmotic plasma menurun ↓ Edema ↓ Gagguan integritas kulit



Gangguan integritas kulit



Penurunan jumlah protein tubuh ↓ Pertumbuhan dan perkembangan tubuh terhambat ↓ Defisiensi hormone petumbuhan ↓ Gangguan tumbuh kembang



Gangguan tumbuh kembang



14



C. Diagnosa Keperawatan 1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 2. Hipovolemia berhubungan dengan hipoalbumin 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi (kekurangan protein) 4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisiensi stimulus D. Rencana Keperawatan N O 1.



Diagnosa Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutiren Data Mayor Subjektif : Objektif : - BB menurun minimal 10% dibawah rentan ideal Data Minor Subjektif : - Kram/nyeri abdomen - Nafsu makan menurun - Cepat makan setelah makan Objektif : - Bising usus hiperaktif - Membran mukosa pucat - Serum albumin turun - Otot menelan lemah - Otot pengunyah lemah - Diare - Rambut rontok berlebihan - Sariawan



2.



Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi (kekurangan protein) Data Mayor Subjektif : Objektif : - Kerusakan jaringan atau lapisan kulit



SLKI Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam, diharapkan defisit nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil : Status Nutrisi :



SIKI Manajemen nutrisi :



O: -Identifikasi status nutrisi -Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient -Memonitor IMT dan BB -Monitor asupan membaik makanan -Monitor BB -Mempertahankan asupan makanan yang T: bernutrisi meningkat -Berikan makanan TKTP -Memilih makanan dan -Berikan suplemen minuman yang makanan, jika perlu berprotein dan berkalori tinggi meningkat E: -Ajarkan diet yang -Pengetahuan tentang diprogramkan standar asupan nutrisi yang tepat K : meningkat -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan -Pengetahuan tentang jumlah kalori dan jenis pemilihan makanan dan nutrien yang diberikan, minuman meningkat jika perlu Setelah dilakukan Perawatan integritas tindakan selama 1x24 kulit : jam, diharapkan dehidrasi teratasi dan O: kulit kembali normal -Identifikasi penyebab dengan kriteria hasil : gangguan integritas kulit Integritas kulit dan (mis. Perubahan status jaringan : nutrisi terapeutik) -Elastisitas kulit 15



Data Minor Subjektif : Objektif : - Nyeri - Perdarahan - Kemerahan - Hematoma



meningkat -Perfusi jaringan meningkat -Hidrasi meningkat -Tekstur kulit membaik



T: -Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering -Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering E: -Anjurkan menggunakan pelembab (lotion,serum) -Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi -Asupan meningkatkan asupan buah dan sayur



3.



Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisiensi stimulus Data Mayor Subjektif : Objektif : - tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik,bahasa,motoric,psikososia l) - pertumbuhan fisik terganggu Data Minor Subjektif : Objektif : - tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia - afek datar - respon sosial lambat - Kontak mata terbatas - nafsu makan menurun - lesu - mudah marah - regeresi - pola tidur terganggu (pada



Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam, diharapkan tumbuh kembang normal dengan kriteria hasil : Status perkembangan : -Keterampilan dan perilaku sesuai usia meningkat



K: -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrienyang diberikan, jika perlu Perawatan perkembangan: O: -Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak -Identifikasi isyarat perilaku fisiologis yang ditujukan pada bayi atau anak



-Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat T: -Motivasi anak -Pemantauan perubahan berinteraksi dengan anak status nutri meningkat lain -Pertahankan lingkungan -Penggunaan fasilitas yang mendukung kesehatan meningkat perkembangan optimal -Fasilitasi anak untuk melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri seperti makan, cuci tangan,memakai baju dan sikat gigi



16



bayi) E: -Ajarkan anak keterampilan berinteraksi -Ajarkan anak teknik asertif -Jelaskan pada orang tua/pengasuh tentang milestone perkembangan anak dan perilaku anak K: -Rujuk konseling jika perlu E. Implementasi Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan (Wartonah, 2015). Implementasi pada proses keperawatan berorientasi pada tindakan, berpusat pada klien, dan diarahkan pada hasil. Setelah menyusun rencana asuhan berdasarkan fase pengkajian dan diagnosis, perawat mengimplementasikan intervensi dan mengevaluasi hasil yang diharapkan. F. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan (Wartonah, 2015).



17



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup, makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zatzat tersebut. KKP dibagi menjadi kwashiorkor, marasmus, dan marasmikkwashiorko dan faktor penyebab nya yaitu masalah sosial, masalah ekonomi, masalah biologi dan masalah lingkungan. B. Saran Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah kami ini.



18



DAFTAR PUSTAKA Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Betz, L & Linda S, 2013. Buku saku pedritik. Alih bahasa monica ester edisi 8, Jakarta: EGC Wong, L, D & Whaleys, 2012. Pedoman klinis asuhan keperawatan anak Nelson. 2011. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta. https://pdfcoffee.com/makalah-kkp-pada-anak-pdf-free.html diakses pada 3 November 2021



19



20