KEL 5 MAKALAH STUNTING ANAK USIA SEKOLAH [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Brili
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS “ANAK USIA SEKOLAH” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kelompok Khusus Dosen Pengampu : Ns. Novita Wulan Sari, M.Kep



Nama Anggota : 1. Arifah Nurhayati



(20101440120010)



2. Ayu Novita Z. Z.



(20101440120013)



3. Dri Ratna N.



(20101440120032)



4. Hafid Anwary



(20101440120046)



5. Irma Endah P.



(20101440120051)



6. Nadia Selvi



(20101440120061)



7. Shella Nur Jayanti



(20101440120085)



8. Susi Indah K.



(20101440120087)



PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG 2023



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis menambah



pengetahuan



jauh



agar makalah



lagi



sangat



berharap



semoga



makalah



dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan



ini



dapat



kami berharap lebih



ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi



kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami



sangat



mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Semarang, 9 Maret 2023



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii BAB I...............................................................................................................................................3 PENDAHULUAN.......................................................................................................................3 A.



Latar Belakang..............................................................................................................3



B.



Tujuan............................................................................................................................5



BAB II.............................................................................................................................................6 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................6 1.



Konsep Keperawatan Kelompok Komunitas................................................................6



2.



Konsep Kelompok Usia Anak Sekolah.......................................................................11



3.



Konsep Stunting..........................................................................................................15



4.



Konsep Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus pada Usia Sekolah dengan focus



masalah stunting....................................................................................................................19 BAB III..........................................................................................................................................25 PENUTUP.................................................................................................................................25 1.



Kesimpulan..................................................................................................................25



2.



Saran............................................................................................................................25



DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebab stunting yaitu kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal anak lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun. Salah satu dari faktor penyebab stunting adalah kurangnya akses ke makanan bergizi yang dikarenakan makanan bergizi memiliki harga yang cukup mahal. Faktor dari stunting selanjutnya adalah terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (Ante Natal Care), Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas dikarenakan jika ibu tidak melakukan atau melewatkan imunisasi pada anak akan mengakibatkan anak rentan terhadap penyakit infeksi (Qorriuyu, 2020). Stunting dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor genetik dan lingkungan. Stunting memiliki dampak yang cukup serius baik dalam jangka waktu dekat dan jangka waktu mendatang contohnya, anak akan mudah sakit dan terhambatnya penyerapan vitamin oleh tubuh dan konsentrasi belajar anak akan menurun serta berakibat dalam prestasi akademik anak (Qorriuyu, 2020). Menurut Kemenkes.go.id Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, angka stunting turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Jawa Tengah mencapai 20,8% pada 2022. Provinsi tersebut menempati peringkat ke-20 tertinggi secara nasional. Prevalensi angka stunting di Kota Semarang sebesar 1,4 persen di 2022. Anak yang tumbuh mengidap masalah stunting akan mengalami gangguan perkembangan otak. Pengaruhnya terlihat pada kemampuan kognitif anak. Mereka cenderung sulit mengingat, menyelesaikan masalah, dan tersendat dalam aktivitas yang melibatkan kegiatan mental atau otak. Pertumbuhan kognitif yang lambat di kemudian hari bisa menyebabkan anak mengalami penurunan fungsi intelektual, kesulitan memproses informasi, serta susah berkomunikasi. Ini tentu mempengaruhi proses belajar



3



anak di sekolah dan di rumah, sekaligus membuat mereka kesulitan bergaul serta bermain bersama rekan sebaya. Upaya



pemerintah



mencegah



stunting



dilakukan



melalui



program,



pertama Peningkatan Gizi Masyarakat melalui program Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk meningkatkan status gizi anak. Pemerintah telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Penanganan Stunting pada bulan Agustus 2017, yang menekankan pada kegiatan konvergensi di tingkat Nasional, Daerah dan Desa, untuk memprioritaskan kegiatan intervensi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan hingga sampai dengan usia 6 tahun. Kegiatan ini diprioritaskan pada 100 kabupaten/kota di tahun 2018 (Sandjojo, 2018). Aspek yang paling penting dari peran perawat komunitas adalah menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan kesehatan populasi balita dengan gizi kurang. Berdasarkan hal tersebut maka peran perawat komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan di komunitas harus lebih ditingkatkan khususnya dalam mengatasi masalah gizi pada balita (Kusumawardani et al., 2020). Peran perawat komunitas dalam mengatasi masalah gizi pada populasi balita meliputi pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak balita dan pemberian informasi pada orang tua tentang tanggungjawab dalam memelihara dan kesehatan anak. Intervensi keperawatan komunitas pada populasi balita gizi kurang dapat dilakukan dengan tiga tingkat pencegahan masalah yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer adalah suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah munculnya penyakit. Pencegahan sekunder dapat berupa deteksi dini keadaan kesehatan masyarakat dan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi masalah. Sedangkan pencegahan tersier adalah upaya untuk mengembalikan kemampuan individu agar dapat berfungsi secara optimal. Menurut Gabida et al. (2015) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita pada level pencegahan primer adalah dengan cara memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan makanan (Kusumawardani et al., 2020).



4



Penerapan pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah stunting. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan oleh masyarakat terutama kelompok ibu rumah tangga seperti ibu hamil dan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka stunting di lingkungan masyarakat desa. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mensosialisasikan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (Jupri et al., 2022). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Anak Usia Sekolah dengan Fokus Masalah Stunting 2. Tujuan Khusus 1) Mahasiswa dapat melakukan dan Menyusun instrument pengkajian keperawatan pada kelompok Anak Usia Sekolah dengan focus masalah stunting. 2) Mahasiswa dapat merumuskan diganosa keperawatan pada kelompok Anak Usia Sekolah dengan focus masalah stunting. 3) Mahasiswa dapat menentukan intervensi Keperawatan pada kelompok anak usia sekolah dengan focus masalah stunting. 4) Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan pada kelompok anak usia sekolah dengan focus masalah stunting. 5) Mahasiswa dapat menyusun Evaluasi Keperawatan pada kelompok Anak Usia Sekolah dengan focus masalah stunting. 6)



Mahasiswa dapat Menyusun : Buku Pedoman Anak usia sekolah dan Pencegahan Stunting, Media Flipchart pencegahan stunting pada anak usia sekolah.



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



1. Konsep Keperawatan Kelompok Komunitas A. Pengertian Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015). Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017). B. Tujuan Keperawatan Komunitas 1) Tujuan Umum Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upayaupaya sebagai berikut : 6



a) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas. b) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. 2) Tujuan Khusus Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk : a) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami b) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut c) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan atau keperawatan d) Menanggulangi masalah kesehatan atau keperawatan yang mereka hadapi e) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care). f) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau keperawatan. g) Mendorong dan menigkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan atau keperawatan. h) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri. i) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan. C. Fungsi Keperawatan Komunitas 1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan. 2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan. 3) Memberikan



asuhan keperawatan melalui



pendekatan pemecahan



komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.



7



masalah,



4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006)



D. Area Keperawatan Komunitas Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok meliputi : 1) Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologis, pekerja sosial, nutrisionis dan pendidik kesehatan 2) Organisasi kesehatan pemerintah 3) Penyedia layanan kesehatan 4) Organisasi dan koalisi masyarakat 5) Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hukum dan unit gawat darurat 6) Industri dan bisnis 7) Institusi penelitian dan pendidikan Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi inti dari pengkajian, jaminan dan kebijakan pengembangan. Fungsi inti diaplikasikan dalam cara sistematik dan komprehensif. Proses pengkajian meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan harapan populasi dan dipandu dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh melalui regulasi, advokasi pada penyedia layanan kesehatan profesional lain untuk memenuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki populasi, koordinasi pelayanan komunitas atau ketentuan langsung pelayanan. Srategi asuransi meliputi ketersediaan, bisa diterima, dapat diakses dan kualitas layanan. Kebijakan ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian, prioritas ditentukan oleh populasi dan dengan pertimbangan dari subpopulasi dan komunitas pada resiko terbesar, seperti bukti keefektifan dari berbagai aktivitas atau strategi.



8



E. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi : upaya upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif) dan mengemblikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif. F. Sasaran Keperawatan Komunitas Sasaran yang dituju untuk keerawatan komunitas dibagi menjadi beberapa, diantaranya : 1) Individu Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial. 2) Keluarga Merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015). 3) Kelompok Khusus Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah: a) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhannya, seperti; 



Ibu hamil







Bayi baru lahir







Balita







Anak usia sekolah







Usia lanjut



b) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:



9







Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.







Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.



c) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya: 



Wanita tuna susila







Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba







Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.



d) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah: 



Panti wredha







Panti asuhan







Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)







Penitipan balita



G. Prinsip Keperawatan Komunitas Memberikan dukungan serta merawat, bukan hanya kepada invididual, namun juga keluarga. Dengan demikian, dilihat dari pengertian serta tujuan di atas bisa disimpulkan bahwa penekanan keperawatan komunitas terletak pada ‘health promotion, health maintenance, disease, prevention and treatment of minor illments and restoration of health and rehabilitation (MN, 2012). 1) Pelaksanaannya berdasarkan kebutuhan dan fungsi dalam program kesehatan yang menyeluruh; 2) Maksud dan tujuannya hendaknya jelas dalam pelayanan; 3) Kelompok yang terorganisasi atau perwakilannya adalah bagian integral dari program kesehatan komunitas; 4) Keperawatan komunitas tersedia bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan asal, sosial budaya, ekonomi, umur, jenis kelamin, politik serta bangsa; 5) Keperawatan komunitas mengakui keluarga dan komunitas adalah bagian dari unit pelayanan;



10



6) Pendidikan kesehatan dan pelayanan konsultasi adalah bagian integral dari keperawatan komunitas; 7) Penerima jasa pelayanan kesehatan perlu diikut-sertakan dalam perencanaan terkait dengan tujuan bagi pemeliharaan kesehatan 8) Perawat komunitas harus kualified 9) Keperawatan komunitas harus dilandaskan pada kebutuhan pasien dan kelangsungan pelayanan kepada pasien yang tepat; 10) Evaluasi pelayanan kesehatan ini harus dikerjakan secara periodik dan kontinyu 11) Perawat komunitas berfungsi sebagai bagian terpenting dari tim kesehatan 12) Perawat komunitas membantu mengarahkan pasien yang membutuhkan dukungan finansial 13) Community health agency perlu menyediakan program kelangsungan pendidikan bagi perawat (MN, 2012) H. Strategi Keperawatan Komunitas Strategi inervensi keperawatan komunitas meliputi : 1) Proses Kelompok 2) Pendidikan kesehatan 3) Kerja sama (partnership)



2. Konsep Kelompok Usia Anak Sekolah A. Pengertian Anak Usia Sekolah Anak sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun (middle childhood). Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian kesehatan pada umumnya. Kesehatan disini meliputi kesehatan badan, rohani dan sosial, bukan hanya sekedar bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan (UU No.9 Tahun 1980 tentang pokok-pokok kesehatan). Anak pada usia ini telah memilih fisik yang lebih kuat sehingga kebutuhan untuk melakukan aktivitas tampak menonjol. Penampilannya dan pertumbuhan menjadi mantap pada diri anak tersebut (Adriani, 2012). 11



Kelompok anak usia sekolah merupakan kelompok rentan gizi, kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar (Sediaoetama, 2004). Masalah kesehatan yang sering timbul pada kelompok anak usia sekolah dasar antara lain berat badan rendah, obesitas, anemia, gondok, dan karies gigi. B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon dan kilogram), ukuran panjang (sentimeter dan meter), umur tulang dan keseimbangan metabolisme (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramaikan, sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam perkembangan ini adanya proses diferensiasi selsel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ tubuh serta sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu (Nirwana, 2012). C. Karakteristik Anak Usia Sekolah Anak usia satu tahun sampai remaja merupakan karakteristik sebagai periode laten dengan pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis dibandingkan ketika berstatus bayi. Ditahun pertama kehidupan, panjang bayi pertumbuhan fisiknya bertambah sekitar 50%, tetapi tidak demikian setelah usia bertambah sampai 4 tahun (Moehji, 2009). Anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik dengan mulai mengembangkan kemandirian diri dan menentukan batasan-batasan norma dilingkungan sekitarnya. Variasi pertumbuhan dan perkembangan suatu individu baik variasi perkembangan fisik maupun variasi perkembangan kepribadian. Variasi tersebut diatas dipengaruhi oleh antara lain : pola makan, aktivitas dan asupan makanan. Menurut Moehji (2009) ada beberapa karakteristik lain anak usia sekolah adalah sebagai berikut : 12



1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah. 2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat 3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya 4. Lebih aktif memilih makanan yang disukai 5. Pertumbuhan lambat 6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja. D. Status Gizi Usia Anak Sekolah Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tandatanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2009). Status gizi lebih yang terjadi pada anak usia 7-9 tahun akan terus berlanjut sampai menjadi dewasa, serta akan memberikan dampak timbulnya penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, aterosklerosis, hipertensi dan lain-lain (Serdula, 2008). Menurut Moehji (2009) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari “nutrient” dalam bentuk variabel tertentu. Pada masa anak-anak, total lemak tubuh meningkat minimal 16% pada perempuan dan 13% pada laki-laki. Total lemak tubuh akan meningkat untuk persiapan masa growt spurt saat remaja. Peningkatan total lemak tubuh dan pubertas terjadi lebih dulu pada perempuan dibandingkan laki-laki, sedangkan saat memasuki usia remaja awal lakilaki memiliki masa otot yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (Brown dkk, 2010). E. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Anak Ada 2 Faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu faktor langsung yang meliputi asupan makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut yaitu faktor tidak langsung misalnya faktor ekonomi, keluarga, produktifitas dan kondisi perumahan (Saputra, 2012). a) Faktor Langsung Ada 2 faktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak yaitu : 1)



Konsumsi pangan



Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah, 13



golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Saputra, 2012). 2)



Infeksi



Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya. Yang paling penting adalah efek langsung dari infeks. Sistematik pada katabolisme jaringan menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun hanya terjadi infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen(Saputra, 2012). b) Faktor Tidak Langsung Ada 2 faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi anak yaitu : 1)



Tingkat



pendapatan



Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi. Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga: a) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya. b) Pendapatan orang-orang miskin meningkat otomatis membawa peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga (Khomsan, 2008). 2)



Pengetahuan Gizi



Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber-sumber zat-zat dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang akan diberikan, pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bermanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan.



14



3. Konsep Stunting A. Pengertian Stunting Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah 5 tahun) akibatnya dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain seumurnya merupakan definisi stunting yang ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai dengan umur anak. Stunting dapat diartikan sebagai kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.



B. Faktor Penyebab Stunting Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh, pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya (UNICEF, 2008; Bappenas, 2013). 1. Pengetahuan Ibu tentang gizi dan stunting Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah gizi. 2. Status ekonomi Status ekonomi rendah dianggap memiliki pengaruh yang dominan terhadap kejadian kurus dan pendek pada anak. Orang tua dengan pendapatan keluarga yang memadai akan memiliki kemampuan untuk menyediakan semua kebutuhan primer dan sekunder anak. Keluarga dengan status ekonomi yang baik juga memiliki akses pelayanan Kesehatan yang lebih baik. 3. Jumlah anggota keluarga 15



Anak pada keluarga dengan anggota keluarga yang banyak biasanya lebih pendek daripada anak pada keluarga dengan anggota keluarga yang sedikit. Hal ini dapat disebabkan anak pada keluarga dengan anggota keluarga banyak cenderung mendapat perhatian dan perawatan individu yang minim. Selain itu, penyebabnya yaitu meskipun jumlah anggota keluarga banyak, namun aapabila ibu selau orang yang mengasuh dan mengkoordinir pemberian makan dengan baik dan seimbang maka tidak akan terjadi masalah gizi seperti stunting 4. Asupan energi balita rendah Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang mengalami kekurangan gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang baik sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan perkembangannya. Namun apabila intervensinya



terlambat



balita



tidak



akan



dapat



mengejar



keterlambatan



pertumbuhannya yang disebut dengan gagal tumbuh. Balita yang normal kemungkinan terjadi gangguan pertumbuhan bila asupan yang diterima tidak mencukupi. Penelitian yang menganalisis hasil Riskesdas menyatakan bahwa konsumsi energi balita berpengaruh terhadap kejadian balita pendek, selain itu pada level rumah tangga konsumsi energi rumah tangga di bawah rata-rata merupakan penyebab terjadinya anak balita pendek. 5. Penyakit infeksi Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung stunting, Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk keadaan bila terjadi kekurangan asupan gizi. Anak balita dengan kurang gizi akan lebih mudah terkena penyakit infeksi. Untuk itu penanganan terhadap penyakit infeksi yang diderita sedini mungkin akan membantu perbaikan gizi dengan diiimbangi pemenuhan asupan yang sesuai dengan kebutuhan anak balita. Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan, Infeksi saluran pernafasan Atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya sangat erat hubungannya dengan status mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan 16



hidup dan perilaku sehat (Bappenas, 2013). Ada beberapa penelitian yang meneliti tentang hubungan penyakit infeksi dengan stunting yang menyatakan bahwa diare merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting pada anak umur dibawah 5 tahun. 6. ASI Ekslusif ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6 bulan (Kemenkes R.I, 2012). Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja. Menyusui Eksklusif juga penting karena pada umur ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa pembakaran makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena ginjal belum sempurna (Kemenkes R.I, 2012). Manfaat dari ASI Eksklusif ini sendiri sangat banyak mulai dari peningkatan kekebalan tubuh, pemenuhan kebutuhan gizi, murah, mudah, bersih, higienis serta dapat meningkatkan jalinan atau ikatan batin antara ibu dan anak. C. Dampak Stunting Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes R.I, 2016). Masalah gizi, khususnya anak pendek, menghambat perkembangan anak muda, dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Studi menunjukkan bahwa anak pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa. Anak-anak pendek menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan 17



terhadap penyakit tidak menular. Oleh karena itu, anak pendek merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia yang diterima secara luas, yang selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang (UNICEF, 2012). D. Pencegahan dan Penanganan Stunting Upaya pencegahan stunting sudah banyak dilakukan di negara-negara berkembang berkaitan dengan gizi pada anak dan keluarga. Upaya tersebut oleh WHO (2010) dijabarkan sebagai berikut: 1. Zero Hunger Strategy Stategi yang mengkoordinasikan program dari sebelas kemeterian yang berfokus pada yang termiskin dari kelompok miskin 2. Dewan Nasional Pangan dan Keamanan Gizi. Memonitor strategi untuk memperkuat pertanian keluarga, dapur umum dan strategi untuk meningkatkan makanan sekolah dan promosi kebiasaan makanan sehat 3. Bolsa Familia Program Menyediakan transfer tunai bersyarat untuk 11 juta keluarga miskin. Tujuannya adalah untuk memecahkan siklus kemiskinan antar generasi 4. Sitem Surveilans Pangan dan Gizi Pemantauan berkelanjutan dari status gizi populasi dan yang determinan 5. Strategi Kesehatan Keluarga Menyediakan perawatan kesehatan yang berkualitas melalui strategi perawatan primer Di Indonesia upaya penanggulangan stunting diungkapkan oleh Bappenas (2011) yang disebut strategi lima pilar, yang terdiri dari: 1. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak 2. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi 3. Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam 4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat 5. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan



18



Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (Eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting (Kemenkes R.I, 2013) 4. Konsep Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus pada Usia Sekolah dengan focus masalah stunting 1) Pengkajian Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif (seperti, tanda-tanda vital, wawancara dengan pasien/keluarganya, serta melakukan pemeriksaan fisik) dan meninjau informasi riwayat pasien pada rekam medik. Perawat juga mengumpulkan tentang kekuatan (untuk mengidentifikasi peluang promo kesehatan) dan resiko (area perawat dapat mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda (Komitsuru, 2015). Menurut Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin, (2013) ada berbagai macam pengkajian pada anak yang mengalami stunting, sebagai berikut: a. Riwayat keluhan pasien Pada umumnya, anak yang mengalami keluhan seperti gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare, serta mengalami keluhan lainnya yang menunjukkan terjadi gangguan kekurangan gizi. b. Riwayat kesehatan sekarang



19



Pengkajian prenatal, natal, post natal, hospitalisasi, dan pembedahan yang dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lainnya. Riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama) merupakan data fokus yang perlu dikaji. c. Pemeriksaan fisik Secara umum, pengkajian fisik dilakukan dengan metode head to too. Pengkajian anak dengan stunting berfokus pada pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala). Tnda dan gejala yang mungkin didapat merupakan penurunan antropometri, perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang, dan mudah dicabut), gambaran wajah seperti orangtua (kehilangan lemak pipi),



tanda-tanda gangguan sistem



pernafasan, bising usus akan dapat meningkat jika terjadi diare, edema tungkai, dan kulit kering. d. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium pada anak stunting yaitu: albumin, creatinine, dan nitrogen, elektrolik, hemoglobin, hematokrit.



2) Diagnosa Keperawatan Menurut Maryunani (2016), pada anak yang mengalami stunting masalah keperawatan yang mungkin muncul yaitu: a.



Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan keterbatasan lingkungan



b.



Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan



c.



Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan status nutrisi (kekurangan)



3) Rencana Keperawatan Tahapan perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan dirumuskan oleh perawat dengan menggunakan pengetahuan serta alasan agar hasil yang diharapkan 20



untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan berkembang (Suarni & Apriyani, 2017).



Tabel 2.2 Rencana Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi pada Kasus Stunting



No. 1 1



Rencana Keperawatan



Diagnosa Keperawatan



SLKI



SIKI



2



3



4



Perkembangan Gangguan Tumbuh Status (L.10101) Kriteria hasil: Kembang berhubungan 1. Kemampuan melakukan dengan keterbatasan perawatan diri lingkungan ditandai meningkat dengan pertumbuhan 2. Nafsu makan membaik fisik terganggu, tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia, nafsu makan menurun, tampak lesu



21



Perawatan Perkembangan (I.10339) Observasi 1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak Terapeutik 1. Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain 2. Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lain 3. Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri (mis. Makan, sikat gigi, memakai baju) Edukasi 1. Jelaskan orang tua tentang millestone perkembangan anak dan prilaku anak



1



2



2



Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makan ditandai dengan berat badan menurun 10% di bawah rentang ideal, nafsu makan menurun, sariawan.



3



Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan denganperubahan status nutrisi (kekurangan) ditandai dengan kerusakan lapisan kulit



3



4



2. Ajarkan anak teknik asertif Kolaborasi 1. Rujuk untuk konseling, jika perlu Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (L.03030) Kriteria (I.03119) hasil: Observasi 1. Berat badan membaik 1. Identifikasi status 2. Nafsu makan membaik nutrisi 3. Keluhan sariawan 2. Identifikasi makanan yang menurun disukai 3. Monitor asupan makan 4. Monitor berat badan Terapeutik 1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 3. Berikan suplemen makanan Kolaborasi 1. Kalaborasi dengan ahli gizi untuk mennetukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit (L.14125) Kriteria hasil: (I.11353) Observasi 1. Kerusakan lapisan kulit 1. Identifikasi menurun penyebab integritas 2. Pertumbuhan rambut kulit (mis. membaik



22



1



2



3



4 perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban) Terapeutik 1. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu 2. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering 3. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering. Edukasi 1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion) 2. Anjurkan minum air yang cukup 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur 5. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya



23



4) Implementasi Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan untuk merealisasikan rencana tindakan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan. (Suarni & Apriyani, 2017).



5) Evaluasi Evaluasi adalah tahapan penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibutuhkan pada tahap proses keperawatan, menggunakan komponen SOAP agar mempermudah perawat mengidentifikasi atau memantau perkembangan klien. (Suarni & Apriyani, 2017).



24



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial tertentu yang meliputi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah di setting sekolah dengan kelompok anak usia sekolah yang tergolong berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat setting sekolah menggunakan pendekatan community as partner model. Klien digambarkan sebagai inti mencakup sejarah, demografi, suku bangsa nilai dan keyakinan 8 subsistem.



2. Saran Penulis menyadari bahwa makalas diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.



25



DAFTAR PUSTAKA Jupri, A. et al. (2022) ‘Cegah Stunting dengan Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat di Desa Penedagandor Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur’, Alamtana: Jurnal Pengabdian



Masyarakat



Unw



Mataram,



3(2),



pp.



101–106.



Available



at:



http://ejournal.unwmataram.ac.id/jaltn/article/view/1118%0Ahttp:// ejournal.unwmataram.ac.id/jaltn/article/download/1118/574. Kusumawardani, L.H. et al. (2020) ‘Peningkatan Pengetahuan Gizi Seimbang pada Ibu Balita Melalui Edukasi dan Simulasi Pembuatan Makanan Bergizi di Desa Kebumen, Baturraden’,



Journal



of



Bionursing,



2(1),



pp.



9–14.



Available



at:



https://doi.org/10.20884/1.bion.2020.2.1.32. Qorriuyu, N. (2020) ‘Hubungan Status Sosial Ekonomi Dan Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 Tahun Di Kecamatan …’, Jurnal Surya, 9(2), pp. 73–85. Available at: https://doi.org/10.37048/kesehatan.v9i2.277. Sandjojo, E. putro (2018) ‘Buku saku desa dalam penanganan stunting’, Buku Saku Desa Dalam Penanganan



Stunting,



p.



42.



Available



at:



https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Buku_Saku_Stunting_Desa.pdf. Adriana, D. 2017. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika



26