Kel 6 Haji [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Epidemiologi Deskriptif “Kesehatan Jemaah Selama Haji Sesuai Urutan Pelaksanaan Haji”



Dosen Pengampu : Mega Utami Basra, S.K.M., M.K.M. Kelompok 4 Nindy Fadhilla A



1711212015



Yessi Andara Reza



1711211016



Nikmatul Hayati



1711213030



Soraya Permata Sujana



1711212055



Ananda Irmania Zsalsabila



1711213021



Ulya Azizi Sukma



1711212014



Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang 2019



KATA PENGANTAR



Puji beserta syukur kelompok panjatkan atas nikmat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah Epidemiologi Bencana dengan judul ”Kesehatan Jemaah Selama Haji Sesuai Urutan Pelaksanaan Haji” ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa kelompok mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mega Utami Basra, SKM, MKM. selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah membantu dan membimbing kelompok dalam proses pembuatan makalah ini. Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, sebagai manusia yang harus selalu belajar dan memperbaiki diri, kelompok juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai bahan perbaikan makalah ini ke depannya. Kelompok mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat ilmu bagi para pembaca, tak terkecuali bagi kelompok sendiri. Padang, 16 November 2019



Kelompok



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...................................................................................................i DAFTAR ISI................................................................................................................ii BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1 1.1 Latar Belakang........................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1 1.3 Tujuan.....................................................................................................................1 BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................................3 2.1 Kesehatan Jamaan Haji Selama Perjalanan Haji....................................................3 2.1.1 Penyakit.......................................................................................................3 2.1.2 Non penyakit................................................................................................5 2.2 Hubungan Tempat dengan Kesehatan Haji............................................................7 2.3 Kasus-Kasus Penyakit dan Non-Penyakit Jamaah Haji..........................................7 2.3.1 Penyakit.......................................................................................................7 2.3.2 Non Penyakit...............................................................................................8 2.4 Rute Perjalanan Jamaah Haji................................................................................12 BAB 3 : PENUTUP....................................................................................................17 3.1 Kesimpulan...........................................................................................................17 3.2 Saran.....................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18



ii



BAB 1 : PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional yang dilaksanakan pemerintah secara inter departemental. Departemen kesehatan merupakan salah satu departemen yang bertanggung jawab dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan calon/ jemaah haji indonesia.Tanggung jawab pelayanan ini sejak sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, diperjalanan pergi dan pulang, selama di Arab Saudi, serta setelah kembali ke tanah air. Setiap tahunnya tantangan pelayanan kesehatan haji terus berubah dan bertambah, seperti meningkatnya jumlah calon jemaah haji risiko tinggi, beragamnya latar belakang pendidikan, etnis dan sosial budaya serta kondisi fisik yang kurang baik. Kondisi lingkungan di Arab Saudi yang berbeda secara bermakna dengan kondisi di tanah air misalnya perbedaan musim (panas dan dingin), kelembaban udara yang rendah, perbedaan lingkungan sosial budaya, keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji, dan kepadatan populasi jemaah haji pada saat wukuf di arafah maupun melontar jumrah di Mina. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja penyakit yang dapat mengganggu kesehatan jemaah haji selama perjalanan haji? 2. Apa saja yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan jemaah haji selain penyakit? 3. Bagaimana hubungan tempat dengan kesehatan jemaah haji? 4. Bagaimana kasus-kasus penyakit dan non-penyakit jemaah haji? 5. Apa saja kegiatan jemaah haji di setiap rute perjalanan haji? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang dapat mengganggu kesehatan jemaah haji selama perjalanan haji 2. Untuk mengetahui apa saja yang dapat mengganggu kesehatan jemaah haji selain penyakit 3. Untuk mengetahui hubungan antara tempat dengan kesehatan jemaah haji 1



4. Untuk mengetahui kasus-kasus penyakit dan non-penyakit yang terjadi pada jemaah haji 5. Untuk mengetahui apa saja kegiatan jemaah haji di setiap rute perjalanan haji



2



BAB 2 : PEMBAHASAN



2.1 Kesehatan Jamaan Haji Selama Perjalanan Haji 2.1.1 Penyakit Faktor resiko kesehatan jemaah selama perjalanan haji terdiri dari: 1. Penyakit menular Beberapa penyakit infeksi yang mempunyai potensi tinggi terinfeksi dan berbahaya selama menunaikan ibadah haji antara lain adalah: a. Meningitis meningokokus Kepadatan yang terjadi selama menunaikan ibadah haji merupakan faktor dalam



meningkatkan



penularan



penyakit



meningitis



meningokokus.



Pemerintah Arab Saudi sejak tahun 1987 mewajibkan setiap calon jemaah haji atau yang melakukan umrah harus mendapatkan vaksinasi meningitis meningokokus (Departemen Kesehatan, 2008:45). b. Influenza Influenza merupakan proporsi penyakit terbesar, sementara data survei kesehatan haji Indonesia menunjukkan bahwa kasus influenza merupakan yang terbanyak sebagai penyebab kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan. Influenza merupakan penyakit yang sangat menular dan ada di Arab Saudi. Petugas kesehatan atau dokter menganjurkan bahwa calon jemaah haji usia lanjut atau resiko infeksi influenza tinggi disarankan untuk mendapatkan vaksinasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa penyakit influenza tinggi selama musim haji. c. Polio Mencegah penularan penyakit, kasus polio dibawa oleh jemaah haji yang berasal dari negara yang belum bebas polio. Saat ini pemerintah Arab Saudi mewajibkan setiap pengunjung berusia kurang 15 tahun harus menunjukkan sertifikat vaksinasi polio. d. Diare



3



Penyakit diare menyerang jemaah haji Indonesia. Penyakit diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan tingkat pengetahuan. Kebiasaan makan jajanan yang tidak terkontrol dan menyimpan makanan terlalu lama merupakan faktor resiko yang meningkatkan kejadian penyakit diare. e. Infeksi melalui cairan tubuh Penyakit yang terjadi melalui cairan tubuh adalah penyakit hepatitis B, C dan HIV. Cara penularan yang mudah dapat terjadi melalui cukur rambut yang tidak bersih yang dilakukan selama menunaikan ibadah haji. 2. Penyakit kronis Perjalanan jauh dengan kondisi menderita penyakit kronis atau resiko tinggi harus memperhatikan tidak hanya ketersediaan obat yang selama ini digunakan, tetapi juga kesanggupan kegiatan fisik yang dikerjakan. Penyakit kronis yang berhubungan dengan peningkatan aktifitas fisik, seperti penyakit jantung dan paru kronis (Departemen Kesehatan, 2009). Faktor resiko penyakit-penyakit kronik ini adalah : a. Tekanan darah tinggi b. Obesitas /kegemukan c. Kolesterol tinggi d. Diabetes Melitus e. Kebiasaan merokok f. Kurangnya aktifitas g. fisik h. Usia lanjut Gejala : a. Kadangkala tidak bergejala b. Cepat lelah/ Kalau berjalan cepat terasa sesak c. Nyeri dada kiri dan menjalar ke lengan



4



d. Nadi lebih tinggi dari biasanya e. Rasa panas di ulu hati Pencegahan : a. Konsultasi ke dokter 3 kali dalam seminggu b. Minum obat secara tertaur c. Istirahat yang cukup d. Hindari strees e. Minum yang cukup 2.1.2 Non penyakit 1. Kelelahan Kelelahan adalah kondisi yang ditandai oleh adanya kelethan, kejenuhan, ketegangan otot, dan perubahan dalam kebiasaan makan dan tidur. Gejala : • Badan letih dan lemas • Otot kaku dan pegal Pencegahan : • Istirahat yang cukup (tidur 6-8 jam setiap hari) • Kurangi kegiatan ynag tidak perlu da bnayak menguras tenaga, bila keluar pondokan hindari kontak langsung dengan sinar matahari • Makan yang bergizi dan banyaka makan buah-buahan dan minum yang cukup (1/2-1 gelas air / satu jam) serta suplemen vitamin • Persiapakan fisik untuk kegiatan ibadah haji pada Armina (Wukuf dan Jumrah) • Bila lelah jangan paksakan melakukan kegiatan yang bikan wajib 2. Kecelakaan Sebab: • Jamaah haji tertabrak kendaraan. • Kebakaran.



5



• Terhimpit jamaah haji lain pada saat berdesak-desakan ketika melaksanakan thawaf atau melontar jamrah. Cara penyelesaiannya: a.



Kecelakaan lalu lintas •



Petugas kloter berkoordinasi dengan Sektor melapor ke kantor polisi terdekat dan meminta bantuan ambulance agar segera mendapat perawatan di RSAS.







Melaporkan ke Sektor/Daker dan maktab tentang kejadian tersebut.







Minta bantuan tenaga penghubung yang telah ditunjuk oleh Daker/Maktab untuk mengurus kasus tersebut.







Bila yang bersangkutan oleh pihak polisi diberi formulir isian/berita acara, hendaklah perlu dimintakan kejelasan/terjemahannya sebelum berita acara tersebut ditandatangani.







Bila tidak ada keluarga atau orang yang dapat dipercaya untuk menghadiri pengurusan sidang pengadilan tentang kecelakaan tersebut dapat minta/mewakilkan kepada pihak KJRI dalam hal ini Kantor Urusan Haji.



b.



Kecelakaan lainnya: Kecelakaan yang diakibatkan hal-hal lainnya proses pengurusannya sama dengan kecelakaan lalu lintas yaitu melalui polisi setempat dan unit kesehatan Arab Saudi untuk selanjutnya ke pengadilan. Hal-hal yang harus dilakukan jamaah haji untuk menjaga kesehatan : • Hindari aktifitas berlebihan yang bisa menyebabkan memburuknya kondisi kesehatan • Minum obat dengan teratur • Bagi



jamaah



yang



memiliki



gelang



risti



ORANGE



agar



memeriksakan diri secara tertaur kepada dokter kloternya minimal dua kali dalam seminggu. • Makan makanan bergizi • Gunakan payung saat berada di luar • Semprotkan air ke wajah dan bagian tubuh yang terbuka • Banyak minum air putih 6



• Gunakan masker • Gunakan alas kaki saat berada di luar ruangan • Hindari kontak langsung degan hewan unta 2.2 Hubungan Tempat dengan Kesehatan Haji Dalam pelaksanaan Rukun haji atau Hal-hal yang wajib dilakukan dalam berhaji, apabila ada yang tidak dilaksanakan maka dinyatakan gagal atau tidak syah. Dalam pelaksanaan haji, ada beberapa tempat yang harus dikunjungi para jamaah haji untuk melaksanakan rukun haji. Dan dalam mengunjungi tempattempat tersebut, tentunya ada beberapa penyakit yang perlu diwaspadai, yaitu : 1. Ihram adalah pakaian berwarna putih yang digunakan untuk laki-laki. 2. Thawaf adalah mengelilingi Baitullah (kabah) dengan cara-cara yang ditentukan oleh agama. Penyakit yang sering terjadi pada saat thawaf adalah heat stroke (sengatan panas), meningitis (radang selaput otak), influenza, ISPA, asma dan penyakit kulit yang disebabkan oleh faktor perbedaan cuaca yang ekstrem antara Indonesia dengan Arab Saudi. 3. Sa’i adalah berjalan kaki (berlari-lari kecil) bolak-balik 7 kali dari bukit Shafa ke bukit Marwah dan sebaliknya. Penyakit yang sering terjadi pada saat sa’i adalah influenza, ISPA, asma dan meningitis (radang selaput otak). 4. Wukuf di Arafah adalah berdiam diri di Arafah dimana jemaah haji dihapus dari dosa-dosa walaupun sebesar apapun dosanya. Penyakit yang sering terjadi pada saat wukuf adalah heat stroke (sengatan panas). Penyakit yang disebabkan oleh penumpukan panas yang berlebihan di dalam badan dan suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh dengan kelembaban udara rendah (Sodik, 2014:17). 2.3 Kasus-Kasus Penyakit dan Non-Penyakit Jamaah Haji 2.3.1 Penyakit 1. Kasus: Jemaah Haji Sakit di Tempat Akomodasi Tidak Mau Dirujuk Ke RSAS Sebab: a. Jemaah haji takut tidak ada yang mengawasi. b. Takut tidak ada yang merawat. 7



c. Takut tidak bisa komunikasi dengan orang asing. d. Takut terpisah dengan regunya. Cara penyelesaiannya: a. Dokter kloter mengusahakan semaksimal mungkin agar jemaah haji mau dirujuk. b. Mencari sebabnya mengapa tidak mau dirujuk. Apabila karena takut, maka diberi penjelasan tentang fasilitas BPHI dan RSAS yang disiapkan untuk jemaah haji sakit. c. Apabila penjelasan tidak dapat dimengerti jemaah haji, makameminta bantuan TPHI atau tokoh masyarakat yang ada di kloter untuk menjelaskannya dengan bahasa agama. d. Apabila terpaksa tidak mau dirujuk, maka jemaah haji/keluarganya harus membuat



pemyataan



yang



dikoordinasikan



dengan



petugas



Sektor/Maktab/Daker setempat. 2. Kasus: JemaahHaji Menderita Penyakit Kronis Sebab: Jemaah haji menderita penyakit bawaan dari tanah air. Cara penyelesaiannya: a. Dokter kloter memeriksa buku kesehatan jemaah haji, apakah sesuai dengan hasil pemeriksaan kesehatannya sebelum berangkat. b. Penderita dirujuk ke rumah sakit. c. Jika penderita yang dirujuk ke RSAS belum sembuh tapi sudah dipulangkan, maka penderita dirawat di BPHI untuk memulihkan kesehatannya. d. Bagi penderita chronic renal failure yang perlu dianalisis, agar diingatkan kepada pasien pada hari-hari yang sudah ditetapkan untuk hemodialisis dan dibuatkan surat pengantar rujukan. 2.3.2 Non Penyakit 1. Kasus: Jemaah Haji Melahirkan di Arab Saudi Sebab: a. Jemaah haji lolos dari pemeriksaan di tanah air. b. Berangkat haji karena sebelum hamil sudah divaksin meningitis. 8



Cara penyelesaiannya: a. Jemaah haji yang akan melahirkan dirujuk ke RS bersalin (RS Wiladah). b. Ibu dan bayi yang dirawat di RS dipantau kesehatannya oleh bidan atau paramedis/petugas wanita, sampai kondisi kesehatannya baik/ diizinkan pulang dari RS. c. Dokter BPHI membuatkan surat keterangan kelahiran yangnantinya diganti dengan surat keterangan kelahiran yang dibuat oleh Konsul Jenderal RI di Jeddah. d. Kepada ibu dan suaminya diadakan wawancara untuk mengetahui kronologis peristiwa kehamilan sampai melahirkan termasuk pemberian vaksinasi meningitis. Buku kesehatan jemaah haji yang melahirkan di foto copy sebagai tanda bukti dari hasil pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi. e. Untuk pemulangan ke tanah air bayinya dibuatkan laksana paspor dari KJRI. 2. Kasus: JemaahHaji Kecelakaan Sebab: a. Jemaah haji tertabrak kendaraan. b. Kebakaran. c. Terhimpit jemaah haji lain pada saat berdesak-desakan ketika melaksanakan thawaf atau melontar jamrah. Carapenyelesaiannya: a. Kecelakaan lalu lintas 1) Petugas kloter berkoordinasi dengan Sektor melapor ke kantor polisi terdekat dan meminta bantuan ambulance agar segera mendapat perawatan di RSAS. 2) Melaporkan ke Sektor/Daker dan maktab tentang kejadian tersebut. 3) Minta bantuan tenaga penghubung yang telah ditunjuk oleh Daker/Maktab untuk mengurus kasus tersebut. 4) Bila yang bersangkutan oleh pihak polisi diberi formulir isian/berita acara, hendaklah perlu dimintakan kejelasan/terjemahannya sebelum berita acara tersebut ditandatangani. 5) Bila tidak ada keluarga atau orang yang dapat dipercaya untuk 9



menghadiri pengurusan sidang pengadilan tentang kecelakaan tersebut dapat minta/mewakilkan kepada pihak KJRI dalam hal ini Kantor Urusan Haji. b. Kecelakaan lainnya: Kecelakaan yang diakibatkan hal-hal lainnya proses pengurusannya sama dengan kecelakaan lalu lintas yaitu melalui polisi setempat dan unit kesehatan Arab Saudi untuk selanjutnya ke pengadilan. 3. Kasus : Jemaah Haji Wafat Sebab: a. Karena sakit di perjalanan, tempat akomodasi, BPHI atau di Rumah Sakit Arab Saudi. b. Karena kecelakaan lalu lintas. c. Karena musibah. Cara penyelesaiannya: a. Jika wafat dalam perjalanan, maka yang harus dilakukan oleh petugas ialah: 1) Setiba di tempat tujuan, ketua kloter melapor ke Sektor dan memberitahukan Maktab/Majmuah yang akan ditempati. 2) Dokter kloter membuatkan Certificate of Death (COD). 3) Ketua kloter mengumpulkan dan mencatat tirkahnya. 4) Bila almarhum ada keluarga, tirkahnya diserahkan kepada keluarga dengan tanda terima. Bila tidak ada keluarga, tirkahnya diserahkan kepada Daker dengan tanda terima untuk diproses pengirimannya kepada keluarga almarhum di tanah air. 5) Petugas Sektor menghubungi Maktab/Majmuah yang akan ditempati untuk mengurus dan menyelesaikan pemakamannya. b. Apabila wafatnya di Jeddah, maka pengurusannya oleh Wukala, di Makkah oleh Maktab dan di Madinah oleh Majmuah. Surat-surat yang diperlukan: a) Surat kematian dari dokter pemeriksa. b) Surat keterangan tidak berkeberatan untuk dimakamkan di Arab Saudi dari keluarga/Daker selaku perwakilan KJRI. 10



c) Surat keterangandari Wukala/Maktab/Majmuah c. Jika wafatnya di tempat akomodasi, maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Ketua



kloter



bersama



dokter



kloter



memberitahukan



kepada



Maktab/Majmuah. 2) Dokter kloter membuat Certificate of Death (COD). 3) Ketua kloter mengumpulkan dan mencatat tirkahnya, kemudian melaporkan kepada Sektor dan Daker setempat. 4) Bila almarhum ada keluarga tirkahnya diserahkan kepada keluarga dengan tanda terima. Bila tidakada keluarga, tirkahnya diserahkan kepada



Sektor/Daker



dengan



tanda



terima



untuk



diprosespengirimannya kepada keluarga almarhum di tanah air. 5) Petugas



Maktab



membawa



jenazah



ke



dinas



pemakaman



untukdimakamkan. 6) Jika



keluarganya



menghendaki



shalat



jenazah



di



Masjidil



Haram/Masjid Nabawi agar mengurus bersama Maktab/Majmuah. 7) Selesai dishalatkan jenazah dimakamkan di Ma'la bilameninggal di Makkah atau di Bab Makkah/Siti Hawa bila meninggal di Jeddah atau di Baqi bila meninggal di Madinah. d. Jika wafatnya di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) atau Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Ketua kloter setelah diberitahu oleh petugas Sektor atau Daker segera mengecek dan memberitahukan keluarganya. 2) Ketua kloter mengumpulkan dan mencatat tirkah almarhum serta melaporkan ke Sektor /Daker. 3) Bila almarhum ada keluarga tirkahnya diserahkan kepadakeluarga dengan tanda terima. Bila tidak ada keluarga, tirkahnya diserahkan kepada Daker dengan tanda terima untuk diproses pengirimannya kepada keluarga almarhum di tanah air. 4) Petugas Sektor/Daker memberitahukan kepada Maktab/Majmuah untuk proses pemakaman.



11



2.4 Rute Perjalanan Jamaah Haji NO 01



Tempat/Lokasi



Indonesia/ Di Asrama Haji



Kegiatan Yang Dilaksanakan Kegiatan yang dilakukan selama berada di Asrama Haji  1.



Penimbangan barang-barang yang dibawa.



2.



Pemeriksaan kesehatan dan menerima gelang identitas.



3.



Bimbingan pemantapan manasik haji.



4.



Pembagian Paspor  dan pembagian uang living Cost.  



5.



Kegiatan di Asrama haji ini bisa saja berubah dari tahun yang dilalui, atau bisa saja berbeda antara



Asrama haji yang satu dengan yang lain. 02



Kegiatan yang dilakukan selama berada di Madinah 1.



Shalat berjama’ah di Masjid Nabawi sebanyak 40 waktu ( Arbain ), selama lebih kurang 8 hari.



Usahakan agar dapat melaksanakan shalat di Raudhoh. Madinah 03



2.



Ziarah ke kubur Rasul, Abu Bakar Siddiq, Umar Bin Khattab dan tempat-tempat bersejarah lainnya. 



3.



Persiapan untuk berangkat ke Makkah, yaitu Mandi sunnat Ihram dan mengenakan pakaian Ihram.



Kegiatan yang dilakukan selama berada di Bir Ali. 1.



 Melaksanakan shalat sunnat Tahiyyatul Masjid.



 Bir Ali 12



2.



Melaksanakan shalat sunnat ihram dua rakaat setelah itu berniat umroh.



3.  Berangkat menuju Makkah dan memperbanyak membaca Talbiyah. Kegiatan yang dilakukan selama berada di Makkah



04



1.



Melaksanakan thawaf umroh, setelah itu melaksanakan sa’i dan tahallul.



2.



Berupaya agar tetap shalat berjama’ah di Masjidil Haram dan melaksanakan ibadah-ibadah sunnat



serta ziarah ketempat-tempat bersejarah.  3. Makkah



Tanggal 8 Zulhijjah melakukan persiapan untuk pelaksanaan haji, yaitu mandi sunnat



ihram,  memakai pakaian ihram, shalat sunnat ihram dan berniat untuk haji, selanjutnya berangkat ke Arafah untuk  wukuf pada tanggal 9 Zulhijjah. Kegiatan yang dilakukan selama berada di Arafah



05



1.



Melaksanakan wukuf pada tanggal 9 Zulhijjah setelah tergelincir matahari yang sebelumnya



mendengarkan khutbah wukuf, kemudian melaksanakan shalat zhuhur dan Ashar jama’ taqdim qosor. 2. Arafah



kepada Allah. 3.



06



Melaksanakan ibadah sunnat lainnya, momohon ampun dan bermunajat serta memperbanyak doa



Melaksanakan shalat maghrib dan isya’ jama’ taqdim setelah terbenam matahari apabila khawatir ada



kesulitan untuk melaksanakan jama’ takkhir di Muzdalifah. Kegiatan yang dilakukan selama berada di Muzdalifah. 1.



Mabit ( berada di Muzdalifah pada malam hari ) sampai lewat tengah malam pada malam 10 Zulhijjah



walau hanya sebentar.



13



2. Muzdalifah



Melaksanakan shalat mahgrib dan isya’ jama’ takkhir bagi yang belum melaksanakan jamak taqdim di



Arafah dan selanjutnya memperbanyak zikir. 3.



Mengambil batu secukupnya untuk melontar Jumroh di Mina, namun boleh juga mengambil batu di



Mina. Kegiatan yang dilakukan selama berada di Mina.



07



1.



Melontar Jumroh ‘Aqobah pada tanggal 10 Zulhijjah, setelah itu melaksanakan tahallul awal dan



setelah tahallul awal boleh memakai pakaian biasa. 2.



Mabit di Mina pada malam 11 dan 12 Zulhijjah. Pada taggal 11dan 12 melontar jumroh Ula, Wustho



dan ‘Aqobah, masing-masing dengan 7 buah batu. Dan pada tanggal 12 tersebut bagi yang memilih nafar awal boleh meninggalkan Mina sebelum tenggelam matahari, dan tidak melontar lagi pada tanggal 13 Mina



Zulhijjah. 3.



Bagi yang memilih nafar tsani masih mabit/bermalam di Mina pada malam 13 Zulhijjah dan kembali



melontar tiga Jumroh pada tanggal 13 Zulhijjah, setelah itu baru meninggalkan Mina untuk kembali ke Makkah. Kegiatan yang dilakukan selama berada di Makkah setelah kembali dari Mina.



08



 Makkah



1.



Melaksanakan Thawaf Ifadhoh, Sa’i dan Tahallul  Tsani.



2.



Bila masih ada waktu tetaplah melaksanakan shalat berjama’ah di Masjidil Haram dan memperbanyak



ibadah-ibadah sunnat. 3.



Melaksanakan Tawaf Wada’ ( Thawaf perpisahan ). Dalam hal ini disesuaikan dengan kapan saatnya 14



kita meninggalkan Makkah. Kegiatan yang dilakukan selama berada di Jeddah.



09



Jeddah/Bandar Udara 10



1.



Berada di Jeddah  untuk proses persiapan kembali ketanah Air dan menerima  Paspor kembali.



2.



Istirahat menunggu pulang ke tanah air.



3.



Selanjutnya kita dibawa menuju Bandar Udara King Abdul Aziz Jeddah untuk pulang ke Tanah Air.



4. Hal ini bisa berubah dengan situasi dan kondisi yang ada. K setelah  berada di Indonesia/Asram Haji. 1.



Dari Bandar Udara menuju Asrama haji, dan Mengikuti acara proses pemulangan jama’ah Haji dan



akhirnya jama’ah Haji pulang ke rumah/ke kampung halaman masing-masing dan jangan lupa untuk sujud syukur kepada Allah atas karunia yang diberikannya, serta doakan sanak keluarga dan jiran tetangga agar Indonesia/



mereka dapat kebaikan dan mempunyai kesempatan untuk menunaikan ibadah Haji, terutama mereka yang



Setelah kembali



hadir menyambut kepulangan kita, karena diharapkan orang yang baru pulang menunaikan ibadah haji



ke Tanah Air



doanya mustajab atau mudah dikabulkan Allah. 2.



Proses kepulangan jama’ah haji setelah sampai di Indonesia bisa saja berbeda dengan berbedanya



Embarkasi dari masing-masing daerah.



15



BAB 3 : PENUTUP



3.1 Kesimpulan Selama perjalanan haji, jemaah berisiko terkena penyakit, baik itu penyakit menular maupun penyakit kronis. Selain itu, jemaah juga dihadapkan dengan masalah kesehatan yang diakibatkan oleh kelelahan dan kecelakaan seperti tertabrak, kebakaran, dan terhimpit jamaah lain. Dalam pelaksanaan Rukun haji atau Hal-hal yang wajib dilakukan dalam berhaji, apabila ada yang tidak dilaksanakan maka dinyatakan gagal atau tidak syah. Dalam pelaksanaan haji, ada beberapa tempat yang harus dikunjungi para jamaah haji untuk melaksanakan rukun haji. Dan dalam mengunjungi tempattempat tersebut, tentunya ada beberapa penyakit yang perlu diwaspadai, seperti heatstroke, meningitis, influenza, ISPA, asma, dan penyakit kulit yang sering terjadi saat tawaf, Sa’i, dan wukuf di Arafah. Selama perjalanan haji, berbagai kasus terjadi, misalnya saja seperti jemaah sakit, jemaah melahirkan, jemaah mengalami kecelakaan, hingga jemaah meninggal dunia. Hal ini tentu tidak dapat dihindari setiap pelaksaan haji, namun kasus-kasus tersebut bisa diminimalisir.



3.2 Saran Sebaiknya jemaah haji lebih waspada dan lebih mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan yang terjadi terutama risiko terkena masalah kesehatan selama perjalanan haji dengan mematuhi segala prosedur pelaksanaan haji yang telah ditetapkan demi keselamatan jemaah.



16



DAFTAR PUSTAKA



Kesehatan



Jemaah



Haji



dalam



https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/661/jbptunikompp-gdl-riskadewiy33026-9-unikom_5-i.pdf. diakses pada, 15 November 2019. Materi



Edukasi



Jemaah



haji



di



Atab



Saudi



dalam



http://puskeshaji.kemkes.go.id/assets/doc_img/f20b0cf9495910f1e39a4cbcf eac64a4.pdf. Diakses pada, 14 November 2019. Kementrian Agama RI.2017. Modul II Penanganan Kasus-Kasus Ibadah Haji Dan Satuan



Opersional



Arafah



Mina.



Dalam



http://www.puskeshaji.depkes.go.id/assets/doc_img/0ec46f148592ddd9fa67 8de175ba3371.pdf. Diakses pada, 14 November 2019. Direktorat Penyelenggaraan Haji Dan Umrah. (2019). Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 2019 : Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter). Jakarta : Kementerian Agama RI



17