Kel 8 Makalah Manajemen BK Di Sekolah Formal Dan Perbedaan Dengan Non Formal Dan Informal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANEJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH FORMAL DAN PERBEDAANNYA DENGAN NON FORMAL DAN INFORMAL Mata Kuliah: Layanan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Menengah dan Tinggi Dosen Pengampu: Veno Dwi Krisnanda, M.Pd., Kons.



Disusun Oleh: Kelompok 8 Lamtiur Maria



201901579013



Moch. Sofyani



202001579022



Muhammad Ahsanul Umam



201701500078



Neng Rani



201601500584



Setiya Budi



201701500124



Vina Miranti



201601500111



Widyatul Jannah



201701500064



Yus Kristin



201701579003



BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI 2021



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Formal dan Perbandingannya dengan Non Formal dan Informal, sebagai wujud pemenuhan tugas Mata Kuliah Layanan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Menengah dan Tinggi. Tentunya penyelesaian makalah ini tidak luput dari berbagai pihak, antara lain: 1. Bapak Veno Dwi Krisnanda, M.Pd., Kons. 2. Temen – teman seperjuangan kelas BK Ekstensi A semester 8



Dalam penulisan makalah ini, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Formal dan Perbandingannya dengan Sekolah Non Formal dan Informal dan berupaya disusun sesuai dengan kaidah penulisan yang baik, agar mudah dipahami oleh pembaca, namun tidak menutup untuk dijadikan bahan diskusi yang menarik. Kami juga mengharapkan makalah ini banyak manfaatnya, karena apalah gunanya makalah ini dibuat apabila tidak ada manfaatnya. Kami juga menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran membangun untuk terciptanya makalah yang lebih baik itu juga menjadi bagian dari harapan kami.



Jakarta, 03 April 2021



Kelompok 8



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 3 C. Tujuan ......................................................................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN A. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Formal .......................................................... 4 B. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Nonformal .................................................... 9 C. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Informal ....................................................... 9 D. Perbedaan Manajemen BK Formal, Nonformal dan Informal ................................................... 10



BAB III SIMPULAN ............................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 13



ii



BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli mempunyai kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri, atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang, sistematis dari pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengunggkap maslah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.



Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluangpeluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hamba tan serta masalah yang dihadapi peserta didik.



Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu siswa dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan siswa, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi bakat, minat, perkembangan, kondisi serta peluang-peluang yang dimiliki (Depdiknas, 2016).



Melalui manajemen yang baik terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, maka diharapkan tercapai efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan 2



dan konseling di sekolah. Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan bagian inti pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan berbagai strategi pelayanan dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai kemandirian, dengan memiliki karakter yang dibutuhkan saat ini dan masa depan. Untuk mendukung implementasi pendidikan karakter agar sesuai dengan visi dan misi yang menjadi tujuan sekolah, perlu proses kegiatan manajemen. Manajemen tentang bagaimana sekolah dalam perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan melakukan karakter pendidikan kegiatan pengawasan tersebut melalui berbagai kegiatan pembangunan karakter dalam sekolah (Guntama & Ningrum, 2019). Dengan demikian peranan bimbingan dan konseling dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan dapat terlaksana sebagaimana mestinya.



b. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah formal? 2. Perbedaan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah formal, nonformal dan informal? c. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan untuk: 1. Memahami konsep manajemen bimbingan dan konseling di sekolah formal 2. Memahami perbedaan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah formal, nonformal dan informal



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Manajemen Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah Formal Manajemen dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling (BK) dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan aktifitas-aktifitas pelayanan bimbingan dan konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Djamarah (2011) menyatakan bahwa manajemen BK yang diawali dari perencanaan kegiatan BK, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung BK, melaksanakan kegiatan BK, memotivasi sumber daya agar kegiatan BK mencapai mengupayakan agar tercapainya evektifitas dan efisien serta tercapainya tujuan. Perencanaan dimulai dengan menganalisis kebutuhan yang diperlukan peserta didik, pengorganisasian merupakan kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat kerjasama dalam sebuah kegiatan, actuating dalam organisasi sekolah adalah merangsang guru dan personal sekolah melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan dengan penuh semangat, monitoring/evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pelayanan sudah terlaksana semua sesuai rencana atau tidak. Pelayanan bimbingan dan konseling menggunakan manajemen agar tercapai efisiansi dan efektifitas serta tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Peter Drucker dalam T. Hani Handoko (1999), efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things), sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing thing right). Prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling adalah: (1) Efesien dan efektif, artinya kesesuaian hasil layanan dengan tujuan yang ingin dicapai dari layanan bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan fasilitas yang ada secara optimal. (2) Kepemimpinan yang efektif, artinya kepala sekolah perlu bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan dan mampu berkoordinasi dengan personel sekolah secara baik. (3) Kerjasama, artinya adanya hubungan kerjasama yang baik antar personel sekolah. (4) Pengelolaan manajemen, sistematika manajemen dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan evaluasi (Sugiyo,2012). 4



Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan layanan ahli oleh konelor. Menurut (Zamroni & Rahardjo, 2015) konselor bukanlah guru pada hakikat sebenarnya dalam konteks keilmuan maka calon konseli di satuan pendidik adalah peserta didik, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di satuan pendidikan tersebut. Maka manajemen pelayanan konseling di sekolah bukan hanya sekedar menangani peserta didik. Selain itu, orang tua dari peserta didik juga mendapatkan pelayanan konseling dari konselor pendidikan dengan topik permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang dialami peserta didik tersebut. Menurut Krisnanda (2021 : 83) Prinsip-prinsip Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling, yaitu: 1. Perancangan (Planning), Perancanaan dalam pelayanan BK akan sangat menentukan proses dan hasil pelayanan BK itu sendiri. 2. Pengorganisasian (Organizing), Pengorganisasian dalam pelayanan BK berkenaan dengan bagaimana pelayanan BK dikelola dan diorganisasikan. 3. Penyususnan Personalia (Staffing), Prinsip ini dalam pelayanan BK berkenaan dengan bagaimana para personalia yang terlibat dalam aktivitas pelayanan BK. 4. Pengarahan dan Kepemimpinan (Leading), Prinsip ini berkenaan dengan bagaimana mengarahkan dan memimpin para personalia layanan BK. 5. Pengawasan (controlling), Prinsip ini dalam pelayanan konseling berkenaan dengan bagaimana melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kegiatan BK mulai dari penyusunan rencana program hingga pelaksanaannya. Menurut Krisnanda (2021 : 84), Pola-pola Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, yaitu:



6



Pola 1. Non-Professional Kepala Sekolah / Petugas Bimbingan Utama



Komite Sekolah



Wakil Kepala Sekolah Urusan Administrasi Umum



Wakil Kepala Sekolah Urusan Pendidikan & Pembelajaran



Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan



Tenaga Pengajar



Para Siswa



Pola 2. Non-Professional Kepala Sekolah



Komite Sekolah



Wakil Kepala Sekolah Urusan Administrasi Umum



Wakil Kepala Sekolah Urusan Pendidikan & Pembelajaran



Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan / Petugas Bimbingan Utama



Tenaga Pengajar



Para Siswa 7



Wali-wali Kelas / Petugas Pembimbing Pembantu



Pola 1. Professional Kepala Sekolah



Komite Sekolah



Wakil Kepala Sekolah Urusan Administrasi Umum



Wakil Kepala Sekolah Urusan Pendidikan & Pembelajaran



Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan



Tenaga Pengajar



Guru BK



Para Siswa



Pola 2. Professional Kepala Sekolah



Komite Sekolah



Wakil Kepala Sekolah Urusan Administrasi Umum



Wakil Kepala Sekolah Urusan Pendidikan & Pembelajaran



Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan



Tenaga Pengajar



Guru BK



Para Siswa Staf BK 8



Tenaga Penunjang



B. Manajemen BK di Sekolah Nonformal Berdasarkan uraian pelayanan bimbingan dan konseling dalam satuan pendidikan non formal dalam pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidikan dan tenaga kependidikan pendidikan jasmani dan bimbingan konseling, sebagai berikut: 1. Pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan nonformal penting untuk dilakukan membantu peserta didik memecahkan masalah yang dihadapinya. 2. Karakteristik perkembangan warga belajar pada satuan jalur pendidikan nonformal disebabkan bervariasinya usia warga belajar, sehingga tahap dan tugas perkembangan yang harus dicapai untuk masing-masing warga belajar satu sama lain adalah berbeda. 3. Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan nonformal adalah membantu warga belajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya 4. Fungsi pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan nonformal mencakup



:



pemahaman,



pencegahan,



pengentasan,



pemeliharaan



dan



pengembangan. 5. Bidang pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan nonformal mencakup pengembangan bidang kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar



dan



pengembang



karir,



kehidupan



berkeluarga,



dan



kehidupan



keberagamaan. 6. Pelayanan bimbingan dan konseling yang menggunakan pendekatan berorientasi pada pemecahan masalah lebih cocok digunakan untuk satuan jalur pendidikan nonformal.



C. Manajemen BK di Sekolah Informal Berdasarkan uraian pelayanan bimbingan dan konseling dalam satuan pendidikan non formal dalam pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidikan dan tenaga kependidikan pendidikan jasmani dan bimbingan konseling, sebagai berikut:



9



1. Pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan informal penting untuk membantu peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. 2. Karakteristik perkembangan peserta didik pada satuan jalur pendidikan informal tidak begitu mencolok, karena peserta didik dalam jalur pendidikan informal (home schooling)



dalam



tahap



perkembangan



yang



sama,



sehingga



tugas



perkembangannyapun dalam usia yang sama. 3. Untuk itu pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan informal lebih berorientasi pada ketercapaian tugas-tugas perkembangannya disamping juga membantu peserta didik dalam pemecahan masalah. 4. Fungsi pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan informal mencakup



:



pemahaman,



pencegahan,



pengentasan,



pemeliharaan



dan



pengembangan. 5. Bidang pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan informal mencakup



pengembangan



bidang



kehidupan



pribadi,



kehidupan



sosial,



kemampuan belajar, pengembang karir, keagamaan, dan kekeluargaan. 6. Pelayanan bimbingan dan konseling yang menggunakan pendakatan berorientasi pada ketercapaian tugas perkembangan dan pemecahan masalah lebih cocok digunakan untuk satuan jalur pendidikan informal.



D. Perbedaan Manajemen BK Formal, Nonformal dan Informal Berdasarkan uraian diatas tersebut maka dapat diklasifikasikan perbedaan manajemen bimbingan dan konseling pada sekolah formal, nonformal dan informal melalui tabel berikut: Tabel Perbedaan Manajemen BK di Sekolah Formal, Nonformal dan Informal Klasifikasi



Sekolah Formal



Sekolah Nonformal



Sekolah Informal



Tingkat keperluan adanya layanan bimbingan dan konseling



Perlu, haruskan ada



Perlu, Tidak diharus ada



Perlu, Tidak diharus ada



10



Peninjau



Standard BK Berdasar



Tugas perkembangan usia



Orientasi Pendekatan



Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BANSM)



-



-



Perundangan Negara dan Kemendikbud



-



-



Memiliki tugas perkembangan usia yang sama



Memiliki tugas perkembangan usia yang tidak sama



Memiliki tugas perkembangan usia yang sama



Memandirikan



Pemecahan masalah



Ketercapaian tugas perkembangan



11



BAB III SIMPULAN



Manajemen sangat penting dan dibutuhkan dalam suatu organisasi juga bagi seorang individu, hal tersebut dikarenakan manajemen berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan. Bimbingan dan konseling merupakan yang ada di dalam sekolah juga memerlukan adanya manajemen agar dapat mencapai tujuannya. Manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan manajemen yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan konseling mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang efektif dan efesien dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Berdasarkan uraian tersebut didapatkan tabel perbedaan manajemen BK disekolah formal, nonformal dan informal sebagai berikut : Klasifikasi



Sekolah Formal



Sekolah Nonformal



Sekolah Informal



Tingkat keperluan adanya layanan bimbingan dan konseling



Perlu, haruskan ada



Perlu, Tidak diharus ada



Perlu, Tidak diharus ada



Peninjau



Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BANSM)



-



-



Perundangan Negara dan Kemendikbud



-



-



Memiliki tugas perkembangan usia yang sama



Memiliki tugas perkembangan usia yang tidak sama



Memiliki tugas perkembangan usia yang sama



Memandirikan



Pemecahan masalah



Ketercapaian tugas perkembangan



Standard BK Berdasar



Tugas perkembangan usia



Orientasi Pendekatan



12



DAFTAR PUSTAKA



Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik ABKIN. Depdiknas. (2016). permendikbud No.23 tahun 2016. In NO. 23 https://doi.org/http://dx.doi. org/10.1016/j.athoracsur.20 09.09.030



Tahun



2016.



Krisnanada, Veno Dwi. 2021. Bimbingan dan Konseling Dalam Satuan Pendidikan. Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004. Surur, Naharus, et.al, Pengembangan Model Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bogor: PPPPTK Penjas dan BK: Makalah tidak dipublikasikan, 2008 Sugiyo. 2012. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya. Widia, Yane Tri. 2019. Manajemen Bimbingan dan Konseling Di sekolah. Jurusan Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.



13