12 0 2 MB
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PEMERIKSAAN PARASIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan semester genap
Disusun oleh : Haikal Munfaridzi Yusup
230110150101
Indra
230110150136
Sania Malika
230110150137
Kelas : PerIkanan B/ Kelompok 9
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2017
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberIkan rahmat, hikmah, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaIkan laporan praktikum Parasit dan Penyakit Ikan ini dengan baik. Adapun materi yang kami bahas dalam laporan ini adalah mengenai “Pemeriksaan Parasit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)”. Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti memiliki tujuan. Begitu pula dengan pembuatan laporan ini. Tujuan penulisan laporan ini adalah memenuhi salah satu tugas laporan akhir praktikum Parasit dan Penyakit Ikan semester genap tahun akademik 2016-2017. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan membalas segala amal budi serta kebaIkan pihak-pihak yang membantu kami dalam penyelesaian laporan ini. Sekali lagi, kami sangat berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Semoga di masa yang akan datang penyusun mampu menulis karya yang lebih baik.
Jatinangor, Juni 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab
Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1 1.2 Tujuan .............................................................................................. 2 1.3 Manfaat ............................................................................................ 2
II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas .......................................................................................... 3 2.1.1 Klasifikasi...................................................................................... 3 2.1.2 Biologi dan Morfologi Ikan Mas ................................................... 3 2.2 Parasit Ikan ...................................................................................... 4 2.2.1 Ektoparasit ..................................................................................... 5 2.2.2 Endoparasit .................................................................................... 6 2.3 Pemeriksaan Parasit Ikan ................................................................. 6 2.3.1 Pemeriksaan Bagian Kulit, Sisik dan Sirip ................................... 7 2.3.2 Pemeriksaan Parasit pada Insang .................................................. 8 2.3.3 Pemeriksaan Parasit pada Usus ..................................................... 9 2.3.4 Pemeriksaan Parasit pada Otot Daging ......................................... 10
III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat........................................................................... 11 3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 11 3.2.1 Alat ................................................................................................ 11 3.2.2 Bahan ............................................................................................. 11 3.3 Prosedur Kerja ................................................................................. 11 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ................................................................................................. 13 4.1.1 Data Kelompok ............................................................................. 13 4.1.2 Data Angkatan ............................................................................... 13 4.2 Pembahasan ..................................................................................... 20 V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 30 5.2 Saran ................................................................................................ 30 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 31 LAMPIRAN ............................................................................................. 33 ii
DAFTAR TABEL
Nomor 1 2 3 4
Judul
Halaman
Hasil Pemeriksaan Ektoparasit Ikan Mas Kelompok......................... 13 Hasil Pemeriksaan Endoparasit Ikan Mas Kelompok ........................ 13 Data Ektoparasit Ikan Mas Angkatan ................................................ 14 Data Endoparasit Ikan Mas Angkatan ............................................... 18
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1 2 3 4 5
Judul
Halaman
Morfologi Ikan Mas .......................................................................... 4 Grafik Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Mas ................................... 23 Grafik Intensitas Ektoparasit pada Ikan Mas .................................... 24 Grafik Prevalensi Endoparasit pada Ikan Mas .................................. 25 Grafik Intensitas Endoparasit pada Ikan Mas ................................... 25
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1 2 3 4 5
Judul
Halaman
Dokumentasi Alat yang Digunakan ................................................... 33 Dokumentasi Bahan yang Digunakan ................................................ 34 Dokumentasi Pengamatan Praktikum ................................................ 35 Prosedur Praktikum ............................................................................ 36 Tabel Hasil Pengamatan ..................................................................... 39
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penyakit ikan merupakan permasalahan yang sangat serius dalam kegiatan
budidaya ikan, karena hal ini dapat mengakibatkan penurunan mutu ikan dan juga kematian ikan. Menurut penyebabnya, penyakit ikan dibedakan atas penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi adalah penyakit yang menular yang disebabkan oleh jasad parasitik, bakteri, jamur dan virus sedangkan penyakit non infeksi adalah penyakit yang tidak menular. Penyakit parasiter ditakuti pembudidaya karena sangat cepat menyerang/menginfeksi ikan dalam suatu populasi sehingga akan menurunkan produksi. Berdasarkan lokasinya tubuh inang diketahui ada organisme yang tergolong sebagai ektoparasit. Ektoparasit Ikan meliputi protozoa, cacing dan krustase. Kelimpahan, keragaman jenis dan sensifitas ektoparasit mungkin berbeda antara jenis Ikan dan spesifitas ektoparasit mungkin berbeda antara jenis Ikan. Sumber untuk memperoleh ektoparsit adalah lapisan lendir sirip, tubuh dan insang (Hadioetomo 1993) Endoparasit dan meso parasit merupakan parasit yang berlokasi dalam tubuh insang. Dapat ditemukan pada otot daging, organ internal, usus, lumen dan rongga tubuh inang. Meso dan endoparasit Ikan meliputi protozoa dan cacing. Kelimpahan, keanekaragaman dan sensifitasnya mungkin berbeda antara jenis Ikan. Dari organ tersebut dapat dilihat adanya nodul-nodul sebagai kelainan yang tampak makroskopik yang mungin disebabkan oleh adanya kista protozoa (terutama myxosporea atau microspora) maupun kista parasit cacing. Parasit cacing pada usus dapat terlihat dengan mata telanjang, sedangkan parasit usus protozoa tidak terlihat secara makroskopik (Hadioetomo 1993). Atas dasar tersebut, maka penting dilakukan identifikasi dan pemeriksaan pada Ikan untuk mencegah dan meminimalisir kemungkinan kerugian dari parasit tersebut baik secara biologi, ekonomi dan lingkungannya.
1
2
1.2
Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
Praktikan dapat mengidentifikasi jenis-jenis ektoparasit dan endoparasit pada Ikan mas yang berasal dari ciparanje
2.
Praktikan dapat menghitung prevalensi dan intensitas parasit pada Ikan yang terinfeksi
1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui spesies - spesies parasit yang ada pada Ikan dan menghitung jumlah parasit yang terdapat pada Ikan dan dapat membuat preparat parasit untuk bahan praktikum pengamatan parasit.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ikan Mas Ikan Mas dalam istilah umum disebut sebagai Ikan Karper. Ikan Mas
sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras Ikan Mas bersisik penuh dan ras Ikan Mas bersisik sedikit. Kelompok ras Ikan Mas yang bersisik penuh adalah ras-ras Ikan Mas yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh (Santoso 1993). 2.1.1
Klasifikasi Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) menurut Khairuman, dkk (2008)
adalah sebagai berikut: Filum: Cordata Kelas: Pisces Ordo: Cypriniformes Famili: Cyprinidae Genus: Cyprinus Spesies: Cyprinus carpioL
2.1.2
Biologi dan Morfologi Ikan Mas Ikan Mas merupakan ikan konsumsi air tawar, ikan mas sudah dipelihara
sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang (Susanto 2007). Ikan mas biasa hidupdi perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan derasseperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 15O-600 meter di atas permukaan air laut,pada suhu 25-30° C DO >3, salinitas 0 dan pH air antara 7-8(Khairuman, dkk 2008) Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan pemakan segala (omnifora). Kebiasaan makan ikan mas yaitu mengaduk
3
-ngaduk dasar kolam, termasuk dasar pematang untuk mencari jasad-jasad organik. Karena kebiasaan makannya seperti itu, ikan mas dijuluki sebagai bottom feeder atau pemakan dasar. Di dalam danau atau sungai tempat hidupnya ikan ini hidup menepi sambil mengincar makanannya berupa binatang-binatang kecil yang biasanya hidup dilapisan lumpur tepi danau atau sungai (Susanto 2004). Ikan mas dapat tumbuh cepat pada suhu antara 20-28oC. Bila suhu lingkungan lebih rendah, maka ikan akan mengalami penurunan pertumbuhan. Pertumbuhan ikan mas akan menurun dengan cepat apabila suhu berada di bawah 13oC bahkan pada suhu di bawah 5oC, dapat menyebabkan aktifitas makan terhenti. Pada kolam-
4
5
kolam budidaya dengan suhu rata-rata 15-18oC, Ikan Mas dapat hidup dan tumbuh namun tidak dapat berkembang biak (Huet 1970). Menurut Vonti (2008) Semakintinggi suhu air, maka kandungan oksigen terlarut akan semakin sedikit.Sebaliknya jika suhu air semakin rendah maka kandungan oksigen terlarut akan semakin besar.
Gambar 1. Morfologi Ikan Mas
Tubuh ikan mas terbagi tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Memiliki mulutkecilyang membelah bagian depan kepala, sepasang mata, sepasang lubang hidung terletak di bagian kepala, dan tutup insang terletak di bagian belakang kepala.Seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi dengan sisik yang besar, dan berjenis cycloid yaitu sisik halus yang berbentuk lingkaran. Ikan Mas memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggungyangterletak di bagian punggung(dorsal fin), siripdada yang terletak di belakang tutup insang(pectoral fin), sirip perut yang terletak pada perut(pelvic fin), siripdubur yang terletak di belakang dubur(anal fin) dan sirip ekor yang terletak di belakang tubuhdengan bentuk cagak(caudal fin) (Santoso, 2011) 2.2
Parasit Ikan Parasit merupakan organisme yang kelangsungan hidupnya bergantung dari
makhluk hidup lain sebagai inangnya. Kebergantungan ini dapat berupa kebutuhan nutrien oleh parasit yang terdapat dalam tubuh inang, maupun lingkungan internal inang (Dogiel et al. 1970). Berdasarkan habitatnya, parasit dalam tubuh Ikan dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit (parasit yang menyerang bagian luar tubuh Ikan,
6
misalnya pada insang, sirip dan kulit), dan endoparasit (parasit yang menyerang bagian dalam tubuh Ikan, misalnya usus, ginjal dan hati) (Balai Karantina Ikan Batam 2007). Kabata (1985) menyatakan bahwa penyakit pada ikan dapat terjadi akibat adanya interaksi yang tidak seimbang antara lingkungan, ikan dan agen penyakit. Interaksi tersebut dapat menyebabkan ikanmenjadi stres dan mekanisme pertahanan tubuhnya melemah, sehingga mudahterserang penyakit (Kordi 2004) 2.2.1
Ektoparasit Menurut Grabda (1991) dalam Adji (2008), ektoparasit adalah parasit yang
hidup di kulit, insang, dan bagian permukaan luar tubuh. Arnott et al. (2000) menyatakan bahwa umumnya ektoparasit pada ikan adalah golongan crustacea, cacing (trematoda, nematoda dan cestoda) dan protozoa. Ektoparasit ini menginfeksi sirip, sisik, operkulum dan insang ikan. Silsilia (2000) menyatakan bahwa ektoparasit menginfeksi inangnya pada bagian yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan nutrient untuk kelangsungan hidupnya. Sumber untuk memperoleh ektoparsit adalah lapisan lendir sirip, tubuh dan insang (Hadioetomo 1993). Menurut Silsilia (2000) menyebutkan ektoparasit mengin0eksi inangnya pada bagian yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan nutrien untuk kelangsunganhidupnya. Selanjutnya Aliffudin et.al (2002) menyatakan baha'a parasit dapatmenyebabkan terhambatnya pertumbuhan bahkan kematian, sehingga menyebabkan penurunan produksi dan kualitas ikan yang mengakibatkan kerugian ekonomi bagi pembudidayanya. Menurut Arnott (2000) bahwa umumnya ektoparasit pada ikan adalah golongan crustacea, cacing (nematoda, crestoda,dan cestoda) ektoparasit ini menginfeksi sirip, sisik, operkulum dan insang ikan. Dogiel et al. (1970) menyatakan, bahwa meningkatnya keberadaan beberapa ektoparasit misalnya Trichodina sp. dan Cylodonella cyprini tidak ditentukan oleh umur. Sementara Noble et al. (1989), menyebutkan bahwa pada beberapa spesies Ikan, semakin meningkatnya umur Ikan maka intensitas ektoparasitnya cenderung semakin berkurang. Namun menurur Kennedy (1975),
7
semakin tua Ikan, berarti semakin lama waktu yang dimiliki Ikan untuk kontak dengan ektoparasit, sehingga prevalensi dan intensitas ektoparasit meningkat sesuai dengan umur Ikan. Tubuh inang merupakan tempat untuk kolonisasi ektoparasit. Semakin luas permukaan tubuh Ikan, maka koloni ektoparasit juga bertambah, sehingga nilai intensitas dan prevalensi ektoparasit meningkat.
2.2.2
Endoparasit Endoparasit dan meso parasit merupakan parasit yang berlokasi dalam
tubuh inang. Dapat ditemukan pada otot daging, organ internal, usus, lumen dan rongga tubuh inang. Meso dan endoparasit Ikan meliputi protozoa dan cacing. Kelimpahan, keaneka ragaman dan sensifitasnya munkin berbeda antara jenis Ikan. Dari organ tersebut dapat dilihat adanya nodul-nodul sebagai kelainan yang tampak makroskopik yang mungin disebabkan oleh adanya kiste protozoa (terutama myxosporea atau microspora) maupun kiste parasit cacing. Parasit cacing pada usus dapat terlihat dengan mata telanjang, sedangkan parasit usus protozoa tidak terlihat secara makroskopik (Hadioetomo 1993). Keberadaan endoparasit dapat menyebabkan kematian pada populasi inang dan konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian besar bagi industri perIkanan. Infeksi endoparasit dapat menyebabkan dampak yang dapat merugikan secara ekonomi, yaitu Ikan kehilangan berat badan, penolakan oleh konsumen karena perubahan patologi pada inang, penurunan fekunditas Ikan dan penurunan jumlah dalam penetasan Ikan dan larva (Anshary 2008). Perkembangan endoparasit dalam tubuh Ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya suhu dan kandungan bahan kimia suatu perairan (Hassan 2008). Selain itu, adanya organisme invertebrata yang hidup di sekitar karamba jaring apung juga menjadi faktor penyebaran endoparasit pada Ikan, karena organisme tersebut dapat berperan sebagai inang perantara dari beberapa spesies endoparasit (Ruckert et al. 2009). 2.3
Pemeriksaan Parasit Ikan Pada waktu pemeriksaan atau mengamati parasit Ikan, maka sampel Ikan
yang diambil harus masih hidup (segar). Jika Ikan sudah mati meskipun beberapa
8
menit saja parasit yang bersifat ektoparasit akan meninggalkan inangnya terutama yang terdapat pada insang dan kulit. Untuk pemeriksaan endoparasit, jika Ikan baru mati asalkan tidak membusuk atau hancur masih dapat diperiksa isi ususnya, untuk darah dan otot daging sudah tidak dapat dilakukan pemeriksaan (Trimariani 1994). Pemeriksaan parasit dapat dilakukan secara natif (langsung) atau dengan pewarnaan. Untuk melihat parasit diluar tubuh dapat menggunakan lup dengan perbesaran 10× - 30× ; jika menggunakan mikroskop yaitu antara 5× - 100× perbesaran, hal ini tergantung dari objek yang diamati. Untuk protozoa biasanya menggunakan perbesaran antara 45× - 100× objektivenya, untuk arthropoda dan cacing perbesaran 50× - 150× atau dengan menggunakan objektive berukuran 5× 45× (Trimariani 1994). Pembedahan ikan berguna untuk mengetahui perbedaan ikan yang terin#eksi bakteri dengan yang tidak terin#eksi bakteri baik pada organ luar maupun organdalam pada dalam ikan. Penyakit tidak hanya menyerang organ dalam ikan tetapi jugamenyerang organ dalm ikan, Sehingga perlu dilakukan pembedahan ikan untuk mengetahui penyakit yang menyerang organ dalam ikan dengan melakukan pembedahan ini kita bisa melakukan pen*egahan perkembangan biakan parasit dan bakteri yang menyerang organ dalam ikan 2.4
Pengobatan Parasit yang menyerang bagian kulit ikan relatif mudah dideteksi. Apabila
organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus diidentifikasi dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh serangan organisme-organisme tersebut. Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri, virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan. Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali menimbulkan luka baru yang
9
dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Pemeriksaan pada kulit, sirip, dan sisik ikan dilakukan ketika ikan masih hidup. Langkah untuk mengindentifikasi parasit menggunakan mikroskop, pertama-tama Ikan dikerok di beberapa bagian tubuh setelah dibunuh dengan menusukkan jarum ke daerah otak. Hasil kerokan dikumpulkan dalam gelas petri atau gelas erloji yang telah diberi larutan NaCl fisiologis atau air akuades. Jika jumlah kerokan sedikit misalnya dari benih ukuran kebul maka hasil kerokan dapat langsung ditaruh di atas gelas objek yang telah diberi larutan NaCl fisiologis atau akuades (Trimariani 1994). Bahan hasil kerokan dapat langsung diamati dibawah mikroskop. Pemeriksaan cara ini disebut pemeriksaan secara natif atau langsung. Selain pemeriksaan langsung, dapat juga dengan cara pewarnaan yaitu pewarnaan Giemsa, Malachiet Green, Haematoxilin eosin dan lain sebagainya. Sebelum diberi warna, maka preparat di atas gelas objek perlu difiksasi terlebih dahulu artinya bahan dibunuh dengan larutan fiksatif agar bentuk organisme parasit tersebut masih dalam bentuk utuh (tidak banyak mengalami perubahan bentuk. Setelah itu kemudian diberi warna yang diinginkan. Demikian pula untuk pemeriksaan sirip dilakukan dengan pengerokan atau dilihat langsung dibawah mikroskop setelah diambil sebagian dari siripnya. Untuk mencegah agar jangan kering, maka diberi larutan NaCl fisiologi 0,8 – 0,9 % (Trimariani 1994). 2.4.1
Pengobatan Herbal
Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara dini karena kaena tertutup operculum. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati pola tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk bernafas. Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan
10
telah terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel. Pemeriksaan parasit pada insang dilakukan dengan mengeluarkan insang dari rongga insang. Agar insang tidak kering dan parasit tidak mati, maka setelah insang dikeluarkan dan ditaruh di gelas petri atau gelas erloji maka diberi beberapa tetes larutan NaCl fisiologis atau akuades (Trimariani 1994). Sebelum insang dikerok diamati dahulu dengan lup atau disekting mikroskop, ada tidaknya butir-butir halus seperti pasir pada insang atau ada tidaknya organisme yang melekat. Jika telah dikerok, maka hasil kerokan diamati di bawah mikroskop setelah ditaruh bahan kerokan itu di atas gelas objek yang diberi setetes larutan NaCl fisiologis (Trimariani 1994). Jika insang tidak dikeluarkan untuk dikerok maka Ikan yang akan diperiksa insangnya dipegang pada bagian kepala dengan tutup insang ditaruh diantara ibu jari dan telunjuk dan ekornya ada dekat kelingking. Kemudian kepala Ikan dimasukkan ke dalam larutan NaCl fisiologis sambil dikocok perlahan-lahan. Setelah itu, cairan NaCl tersebut diperiksa terhadap ada tidaknya parasit setelah diendapkan selama setengah jam (Trimariani 1994). 2.4.2
Pengobatan Kimia Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ
(alat-alat) dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang sangat kurus. Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pada usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik tidak terkontrol. Pemeriksaan parasit pada usus dilakukan dengan membuka bagian perutnya. Setelah perut dibuka kemudian diambil isi perutnya dengan memotong bagian oesophagus dan bagian rektum. Setelah isi perut dikeluarkan dan dipisahpisahkan dari organ-organ lainnya, baru usus dibelah dua sepanjang usus. Dengan
11
menggunakan ose, jika ingin mengamati setiap bagian usus, diambil sedikit dari bahan yang akan diamati tersebut kemudian bahan tersebut ditaruh diatas gelas objek, setelah itu baru diamati dibawah mikroskop (Trimariani 1994). Jika tidak mengamati setiap bagian usus maka seluruh isi usus dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam gelas petri yang telah diberi larutan NaCl fisiologis atau akuades. Isi usus diambil sebagian lalu ditaruh di atas gelas objek untuk diamati. Untuk mengamati ada-tidaknya parasit yang menempel pada dinding usus maka usus dibersihkan dalam larutan NaCl pada gelas petri, kemudian dengan lup atau binokuler diperiksa dengan cermat. Parasit cacing cestoda dapat dilihat dengan mudah karena berwarna putih dan bersegmen, serta ukurannya panjang. Terhadap nematoda ada yang dapat dilihat tanpa mikroskop dan ada yang mikroskopis. Terhadap protozoa bahan diperiksa di bawah mikroskop (Trimariani 1994).
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan mengenai Pemeriksaan Parasit pada
Ikan Mas ini dilaksanakan pada hari Senin, 22 Mei 2017 yang bertempat di Laboratorium FHA (Fisiologi Hewan Air) Fakultas PerIkanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat 1. Cawan petri, sebagai wadah sampel. 2. Object glass, sebagai wadah pengamatan. 3. Pipet tetes, sebagai alat untuk mengambil air atau darah ikan. 4. Jarum ose, sebagai alat untuk memingsankan ikan. 5. Toples, sebagai wadah ikan uji. 6. Gunting, sebegai alat untuk membedah ikan. 7. Pisau bedah, sebagai alat untuk pembedah dan mengambil lendir ikan. 8. Mikroskop, sebagai alat untuk mempermudah mengemati sampel. 9. Kamera, untuk mendokumentasIkan kegiatan praktikum
3.2.2 Bahan 1. Ikan Mas, sebagai sampel yang akan diteliti. 2. Akuades, sebagai pengencer sampel.
3.1. Prosedur Kerja 1. Ikan mas Cyprinus carpio diambil untuk dijadikan sampel penelitian praktikum identifikasi parasit 2. Diambil lendir ikan bagian kulit dan disimpan di atas object glass. Diamati dibawah mikroskop dan dicatat hasilnya.
12
13
3. Diambil lendir dan sedikit filamen insang lalu dicacah dan disimpan diatas object glass. Diamati dibawah mikroskop dan dicatat hasilnya. 4. Diambil beberapa sisik ikan dan disimpan di atas object glass. Diamati dibawah mikroskop dan di catat asilnya. 5. Ikan dipingsankan dengan ditusuk bagian kepala dengan jarum sonde. 6. Ikan dibedah di bagian perut untuk pengamatan mesoparasit dan endoparasit. Diambil lendir di bagian otot ikan dan disimpan di atas object glass. Diamati dibawah mikroskop dan di catat asilnya. 7. Dipotong bagian usus ikan, dikeluarkan isinya dan diamati dibawah mikroskop lalu dicatat hasilnya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pada praktikum parasit dan penyakit ikan yang bertujuan untuk melakukan
pemeriksaan parasit pada ikan mas, didapatkan data kelompok dan data angkatan yang bisa digunakan untuk
mengidentifikasi dan menganalisa parasit pada ikan
mas. Data yang dihasilkan berasal dari pengamatan terhadap bagian luar tubuh ikan yaitu kulit, lendir, sisik, insang dan sirip yang menghasilkan parasit jenis eksoparasit serta pengmatan terhadap bagian dalam ikan yaitu usus dan otot yang menghasilkan parasite jenis endoparasit. 4.1.1
Data Kelompok Pada praktikum pemeriksaan parasit pada ikan mas (Cyprinus carpio),
kelompok 9 kelas perikanan B mendapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Data Eksoparasit di Ikan Kelompok 9 Kel
Kulit/Lendir/Sisik
9
2 ekor Gyrodactylus sp.
Insang
Sirip
18 ekor Dactylogyrus sp.
Tidak ditemukan
2 ekor Trichodinella sp.
parasit
Tabel 2. Data Endoparasit di Ikan Kelompok 9 Kel
Usus
Otot
9
Tidak ditemukan parasite
Tidak ditemukan parasite
4.1.2 Data Angkatan Data angkatan yang didapatkan dalam praktikum pemeriksaan parasit pada ikan mas adalah berupa prevalensi parasit terhadap ikan dan intensitas infeksi parasit pada Ikan mas.
14
15 Tabel 3. Data Ektoparasit Ikan Angkatan Ektoparasit Kulit / Lendir / Sisik
-
-
-
5
3 6 10 10 1 17 20 3 3 6 5 3 13 4 10 3 6 1
-
5 -
73 -
-
1 1 1 3
1 -
-
-
-
-
-
Chirodinella sp
-
Trichodina sp
-
Rhabditis sp Camallanus sp
1 4 -
Acarus sp
-
Myxobolus sp
-
Ichtyopthirius sp Epistylis sp
-
Sirip Diplozoon sp
-
Gyrodactylus sp
Myxosoma sp
-
Trichodinella sp Trichodina sp
Argulus sp
20 5 73 3 1 2 1 1 3 1
Clinostonum sp
Rhabditis sp
1 1 1 1 1 1 1
Dactylogyrus sp
Trichodina sp
1 -
Echinorhyncus sp Epistilis sp
Gyrodactylus sp
-
Myxobolus sp
Opistorchis sp
1 3 3 4 3 -
Camallanus sp
Transversotrem a sp
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Chironomus sp
Dactylogyrus sp
1A 2A 3A 4A 5A 6A 7A 8A 9A 10A 11A 12A 13A 14A 15A 16A 17A 18A 19A 20A 21A
Cyclops sp
Ikan ke
Achantocephal a sp Marsipometra sp Nycthoterus sp
Kel
Insang
-
-
16 Ektoparasit Kulit / Lendir / Sisik
2 3 1 3 1 18 15 4 4 12 23 4 15 1 -
1 3
-
2 2 -
1 1 -
1 2 -
1 1 3 -
-
-
-
-
-
Chirodinella sp
-
Trichodina sp
-
Rhabditis sp Camallanus sp
-
Acarus sp
-
Myxobolus sp
- - - - - 1 - - - 1 1 - - 1 - - - - - - - - - - - - -
Ichtyopthirius sp Epistylis sp
1 1 -
Diplozoon sp
-
Sirip
Gyrodactylus sp
2 35
Trichodinella sp Trichodina sp
32 -
Clinostonum sp
-
Dactylogyrus sp
-
Echinorhyncus sp Epistilis sp
3 1 3 2 1 1 1 22
Myxobolus sp
Achantocephal a sp Marsipometra sp Nycthoterus sp
3 1 27 2 2 4 -
Camallanus sp
Myxosoma sp
1 -
Chironomus sp
Argulus sp
1 2 -
Cyclops sp
Rhabditis sp
2 1 87 252 -
Trichodina sp
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Gyrodactylus sp
Dactylogyrus sp
22A 23A 24A 1B 2B 3B 4B 5B 6B 7B 8B 9B 10B 11B 12B 13B 14B 15B 16B 17B 18B 19B 20B
Opistorchis sp
Ikan ke
Transversotrem a sp
Kel
Insang
-
-
17 Ektoparasit Kulit / Lendir / Sisik
1 1 1 -
2 4 2 -
-
5 -
1 3 3 4 4 5 -
1 -
1 -
1 1 6 1 1 11 8 -
1 -
15 19 2 14 11 5 5 24 14
-
1 -
-
-
1 -
7 -
1 -
2 1 -
Chirodinella sp
-
Trichodina sp
-
Rhabditis sp Camallanus sp
1 1 4 2 1 -
Acarus sp
1 -
Myxobolus sp
-
Ichtyopthirius sp Epistylis sp
-
Diplozoon sp
-
Gyrodactylus sp
Myxosoma sp
2 -
Trichodinella sp Trichodina sp
Argulus sp
1 2
Clinostonum sp
Rhabditis sp
1 4 5 3 2 -
Sirip
Dactylogyrus sp
Trichodina sp
-
Echinorhyncus sp Epistilis sp
Gyrodactylus sp
2 -
Myxobolus sp
Opistorchis sp
2 -
Camallanus sp
Transversotrem a sp
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Chironomus sp
Dactylogyrus sp
21B 22B 23B 1C 2C 3C 4C 5C 6C 7C 8C 9C 10C 11C 12C 13C 14C 15C 16C 17C 18C 19C 20C
Cyclops sp
Ikan ke
Achantocephal a sp Marsipometra sp Nycthoterus sp
Kel
Insang
-
-
18 Ektoparasit
Clinostonum sp
Gyrodactylus sp
Diplozoon sp
Myxobolus sp
Acarus sp
Trichodina sp
Chirodinella sp
1
-
-
-
-
1 1
-
-
-
-
-
-
-
361
5
6
78
31
12
6
0
1
7
1
3
0
0
Ichtyopthirius sp Epistylis sp
Gyrodactylus sp
Trichodina sp
Rhabditis sp
Argulus sp
Myxosoma sp
Chironomus sp
Camallanus sp
Myxobolus sp
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3 -
5
2
76
147
2
0
32
37
1
16
1
3
3
8
3
10
Trichodinella sp Trichodina sp
Opistorchis sp
9 5 1 21C 22C 23C
1 1 1
Achantocephal a sp Marsipometra sp Nycthoterus sp
Ikan ke
359 Jumlah
Echinorhyncus sp Epistilis sp
Transversotrem a sp
-
Cyclops sp
Dactylogyrus sp
-
-
Rhabditis sp Camallanus sp
Dactylogyrus sp
1
1
Kel
Sirip Insang Kulit / Lendir / Sisik
19
Tabel 4. Data Endoparasit Ikan Angkatan
Corcocaecum sp
Epistylis sp
Dactylogyrus sp
Lamproglena sp
0
Rhabditis sp
-
Trichodina sp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jumlah
Otot
Culex sp
Kel
Chironomus sp
PERIKANAN A Usus
1 1
0
0
0
0
0
0
20
PERIKANAN B Usus
Culex sp
Trichodina sp
Rhabditis sp
Corcocaecum sp
Epistylis sp
Dactylogyrus sp
Lamproglena sp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jumlah
Chironomus sp
Kel
Otot
1 1
1 1
10 10
1 1
1 1
1 1
2 2
1 1
21
PERIKANAN C Otot
4.2
Trichodina sp
Rhabditis sp
Anisakis sp
Epistylis sp
Dactylogyrus sp
Lamproglena sp
Rhabditis sp
Camallanus sp
Trichinella sp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jumlah
Culex sp
Kel
Camallanus sp
Usus
1 1 2
0
0
0
1 1 3 5
0
0
0
0
0
6 1 1 8
Pembahasan Pada pembahasan ini akan menganalisa data kelompok dan data angkatan
yang didapatkan pada praktikum pengamatan parasite pada ikan mas (Cyprinus carpio).
22
4.2.1
Data Kelompok Pemeriksaan parasit pada praktikum kali ini dilakukan pada Ikan Mas yang
berasal dari Kolam Ciparanje, Jawa Barat. Pemeriksaan ektoparasit pada Ikan Mas dilakukan dengan mengerok bagian lendir yang terdapat pada kulit, sisik dan sirip dengan kondisi Ikan dalam keadaan hidup, karena ektoparasit akan lepas dari inangnya jika inangnya sudah mati. Karena hal tersebut, perlakuan yang diberikan pada Ikan setelah lendir Ikan diambil, Ikan dimasukan kembali ke wadah yang berisi air, agar Ikan tetap hidup untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada insang, dimana insang masih termasuk ke dalam pemeriksaan ektoparasit. Sementara itu, dalam pemeriksaan endoparasit, Ikan terlebih dahulu dimatikan dengan menusuk bagian kepalanya. Kemudian dilakukan pembedahan pada bagian perut dengan menggunting bagian urogenital melingkar ke arah anterior dekat operculum. Kemudian diambil sampel usus dan otot untuk dilakukan pemeriksaan, dalam perlakuannya harus dilakukan secara cepat, tepat dan cermat, sebab kesulitan dalam pemeriksaan endoparasit lebih sulit dibandingkan dengan pemeriksaan ektoparasit. Semua pemeriksaan parasit dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10× dan penggunaan akuades pada sampel yang disimpan pada objek gelas yang bertujuan agar sampel tidak mengering dan terlihat jelas pada mikroskop. Hasil pemeriksaan parasit pada Ikan Mas, kelompok kami mendapatkan hasil dari Ikan Mas yang dilakukan pemeriksaan teridentifikasi terdapat parasit. Terdapat 3 spesies ektoparasit pada tubuhnya. Spesies parasit tersebut antara lain Gyrodactylus sp. pada bagian sisik, serta Dactylogyrus sp. dan Trichodinella sp. pada bagian insang. Gyrodactylus sp. ini teridentifikasi ketika pemeriksaan sisik dilakukan. Walaupun dalam pendukomentasian agak sulit karena ukuran yang sangat mikroskopis dan keterbatasan alat pengamat, namun dari ciri morfologi parasit dapat diketahui bahwa parasit tersebut adalah Gyrodactylus sp. Selain itu pengamatan juga dilakukan dari tanda klinis pada ikan. Tanda klinis dari infeksi parasit ini adalah kulit ikan mas yang diamati terdapat bercak-bercak kemerahan
23
pada bagian sisiknya, kulitnya berwarna pucat dan lendirnya relatif banyak dari pada ikan biasa. Dactylogyrus sp. ini teridentifikasi ketika pemeriksaan insang dilakukan. Dalam penginfeksian organ inang, parasit Dactylogyrus sp. menyebakan tanda– tanda yaitu, insang ikan rusak, luka dan timbul perdarahan, sirip ikan menguncup, bahkan kadang terjadi kerontokan pada sirip ekor, ikan menggosok-gosokkan badannya ke dasar kolam atau benda keras lainnya, kulit menjadi berlendir dan berwarna pucat. Hasil identifikasi tersebut sesuai dengan tanda klinis serangan Dactylogyrus sp. yang dikemukakan Tiuria (2013), ikan yang terinfeksi Dactylogyrus sp. akan memperlihatkan sekresi mukosa yang berlebihan, warna kulit menjadi gelap, epitel insang hiperplasia, dan insang pucat. Gejala ikan yang terinfeksi Dactylogyrus sp. dapat ditangani dengan menjaga kualitas air agar tetap bersih. Hal ini disebabkan karena kualitas air yang bersih mampu mempercepat penyembuhan luka akibat infeksi Dactylogyrus sp. serta dapat mencegah terjadinya infeksi ulang. Dactylogyrus sp.yang teridentifikasi pada sampel insang ikan Mas ini adalah seperti pada gambar berikut ini. Trichodinella sp. teridentifikasi berada pada bagian insang Ikan Mas yang diteliti. Trichodinella sp. ini termasuk golongan protozoa. Keberadaan parasit Trichodinella sp. dan Trichodina sp. pada ikan, akan menyebabkan ikan akan terkena penyakit trichodiniasis. Penyakit trichodiniasis yang sudah parah ini dapat menyebabkan gejala klinis ikan yang terinfeksi yaitu ikan lemah, warna tubuh tidak cerah (kusam) dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada bagian dinding atau dasar kolam. Penularan penyakit ini bisa melalui air dan kontak langsung antara ikan yang terinfeksi penyakit dan ikan yang sehat. Faktor yang mendukung berkembangnya penyakit trichodiniasis adalah menurunnya kadar oksigen dalam air hingga kurang dari 4 ppm, suhu air yang fluktuatif, dan bahan organic yang tinggi di dalam air kolam. Pengendalian penyakit trichodiniasi dapat dilakukan dengan pemberian makanan yang baik (mutu dan jumlahnya), kondisi air kolam cukup oksigen, air kolam banyak mengandung bahan organic, dan suhu air kolam sesuai dengan kehidupan ikan. Ikan yang sudah terinfeksii penyakit segera
24
ditangkap dan dipindahkan ke dalam kolam tersendiri, kemudian diobati dengan cara direndam dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam.
4.2.2 Data Angkatan Berdasarkan jenis parasit yang menyerang, yaitu ektoparasit dan endoparasit, dapat dihitung nilai prevalensinya sebagai berikut : a. Ektoparasit Jumlah Ikan Terinfeksi × 100% Jumlah Total Ikan 70 Prevalensi = × 100% 70 Prevalensi = 100 % Prevalensi =
b. Endoparasit Jumlah Ikan Terinfeksi × 100% Jumlah Total Ikan 14 Prevalensi = × 100% 70 Prevalensi = 20 % Prevalensi =
Berdasarkan data prevalensi ektoparasit, maka dapat dibuat grafik histogram prevalensi ektoparasit parasit per spesies parasit sebagai berikut ini :
Gambar 2. Grafik Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Mas
25
Berdasarkan data prevalensi endoparasit, maka dapat dibuat grafik histogram prevalensi endoparasit parasit per spesies parasit sebagai berikut ini :
Gambar 3. Grafik Prevalensi Endoparasit pada Ikan Mas Berdasarkan jenis parasit yang menyerang, yaitu ektoparasit dan endoparasit, dapat dihitung nilai intensitas sebagai berikut : a.
Ektoparasit Jumlah Parasit Jumlah Ikan Terinfeksi 792 Intensitas = 70 Intensitas = 11,31 ≅ 11 Individu Parasit⁄Ekor Inang Intensitas =
b. Endoparasit Jumlah Parasit Jumlah Ikan Terinfeksi 34 Intensitas = 14 Intensitas = 2,43 ≅ 2 Individu Parasit⁄Ekor Inang Intensitas =
Berdasarkan data prevalensi ektoparasit, maka dapat dibuat grafik histogram Intensitas ektoparasit parasit per spesies parasit sebagai berikut ini :
26
Gambar 4. Grafik Intensitas Ektoparasit pada Ikan Mas Berdasarkan data prevalensi ektoparasit, maka dapat dibuat grafik histogram Intensitas ektoparasit parasit per spesies parasit sebagai berikut ini :
Gambar 5. Grafik Intensitas Endoparasit pada Ikan Mas Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum pemeriksaan parasit pada Ikan Mas ini, maka didapatkan berbagai macam ektoparasit maupun endoparasit yang menyerang Ikan. Ektoparasit yang menyerang Ikan Mas berdasarkan data angkatan terdapat 19 spesies, antara lain Dactylogyrus sp., Transversometra sp.,
27
Ophistorchis sp., Gyrodactylus sp., Trichodina sp., Trichodinella sp., Rhabditis sp., Camallanus sp., Myxosoma sp., Ichtyopthirius sp., Micthoterus sp., Marsipometra sp., Acanthocephala sp., Cyclops sp., Chironomus sp., Epistylis sp., Diplozoon sp., Echinorhyncus sp. dan Cinostonum sp. sedangkan endoparasit yang menyerang ikan mas menurut data angkatan terdapat 11 spesies, antara lain adalah Chironomus sp., Culex sp., Trichodina sp., Rhabditis sp., Corocaecum sp., Epistylis sp., Anisakis sp., Camallanus sp., Dactylogyrus sp., Lamproglena sp. dan Trichinella sp. Berdasarkan hasil perhitungan prevalensi, maka ektoparasit memiliki tingkat serangan terhadap inang yang lebih besar dibandingkan dengan endoparasit. Hal tersebut juga dapat dilihat dari banyaknya spesies ektoparasit yang menyerang ikan dibandingkan dengan endoparasit. Hal yang demikian dikarenakan sirip, kulit/lendir/sisik, insang berhubungan langsung dengan lingkungan. Dimana dalam kondisi lingkungan yang kurang baik dan manajemen budidaya yang jelek seperti kepadatan ikan yang terlalu tinggi pada satu kolam ataupun kurangnya pengontrolan kualitas air, sehingga dengan manajemen yang kurang sempurna akan mengakibatkan parasit akan lebih muda menyerang ikan, hal ini sesuai dengan pernyataan Sinderman (1990) dalam Rustikawati et al. (2004), jika keadaan ikan terganggu antara lain karena kepadatan yang tinggi, nutrisi yang kurang serta kualitas air yang jelek akan menyebabkan kondisi ikan menjadi lemah sehingga mudah terserang penyakit. Untergasser (1989) dalam Rustikawati et al. (2004), menambahkan bahwa semakin tinggi kepadatan, maka semakin besar kemungkinan gesekan yang dapat terjadi antara ikan yang dapat menularkan parasit secara langsung atau menimbulkan luka yang dapat menjadi sasaran organisme patogen lain (infeksi sekunder). Berdasarkan grafik prevalensi parasit pada Ikan Mas (gambar 6), maka dapat dianalisis bahwa prevalensi parasit Dactylogyrus sp. memiliki persentase prevalensi yang paling besar dibandingkan parasit lainnya, yaitu sebesar 79%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat infeksi parasit Dactylogyrus sp. cukup tinggi. Kondisi seperti ini bisa terjadi jika kondisi lingkungan tempat hidup Dactylogyrus sp. tumbuh mendukung, baik dari kondisi perairan dan juga kondisi inangnya. Faktor yang mendukung berkembangnya parasit pada dasarnya adalah kepadatan
28
populasi yang tinggi, suhu air yang berubah-ubah dan kekurangan pakan (Cahyono 2000). Hal ini juga dikarenakan cara perkembangbiakan Dactylogyrus sp. yang berkembangbiak dengan bertelur dimana dalam satu kali pemijahan Dactylogyrus sp. dapat menghasilakan beratus-ratus telur sehingga mampu menginfeksi banyak ikan. Alasan tersebut sesuai dengan pernyataan Rustikawati et al. (2004) yang menyatakan bahwa, Dactylogyrus sp. berkembangbiak dengan cara bertelur dan ratusan ekor parasit dapat menginfeksi satu ekor ikan. Serangan Dactylogyrus sp. terutama terjadi pada benih ikan berukuran 3-5 cm yang berada pada kondisi perairan terburuk (Huet 1979 dalam Rustikawati et al. 2004). Selain itu lingkungan dari perairan yang mendukung Dactylogyrus sp. untuk berkembangbiak dan karena kepadatan dari lingkungan budidaya sehingga ikan yang terinfeksi oleh Dactylogyrus sp.
bergesekan dengan ikan sehat sehingga ikan yang sehat
terkontaminasi oleh ikan yang terkena parasit sehingga dapat menyebabkan intensitas Dactylogyrus sp. tinggi. Selanjutnya dengan prevalensi yang cukup tinggi pula yaitu Trichodina sp. dengan persentase sebesar 29 %, hal tersebut juga dapat terjadi karena Trichodina sp. merupakan parasit yang hidup pada inang (ikan) berbagai ukuran, tetapi kebanyakan menyerang ikan yang sudah berukuran besar. Parasit ini akan menyebabkan penyakit trichodiniasis. Penyakit ikan ini menimbulkan kerusakan pada tubuh ikan dan insang. Penyakit trichodiniasis yang sudah parah ini dapat menyebabkan gejala klinis ikan yang terinfeksi yaitu ikan lemah, warna tubuh tidak cerah (kusam) dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada bagian dinding atau dasar kolam dan jika sudah sangat parah kematian ikan akibat serangan parasit ini cukup sering terjadi. Berdasarkan data pada data angkatan, juga dapat dianalisis hasil prevalensi pada endoparasit yang memiliki prevalensi yang hampir sama pada tiap spesiesnya yaitu berkisar 1-4%, hal ini dikarenakan imunitas ikan dewasa pada umumnya sudah cukup baik sehingga walaupun ada parasit yang masuk ke dalam tubuh, maka sistem imunnya akan berusaha untuk melawan parasit tersebut. Selain itu, beberapa spesies parasit yang ditemukan di dalam tubuh ikan tersebut juga, merupakan
29
spesies-spesies yang umum ditemukan pada ikan, hal tersebut karena parasit juga membutuhkan inang yang sesuai dengan karakteristik hidup mereka. Berdasarkan data hasil praktikum pemeriksaan parasit pada Ikan Mas, maka dapat dianalisis Intensitas ektoparasit yang menginfeksi Ikan Mas secara keseluruhan cukup besar yaitu berkisar antara 1-32 individu parasit/ekor inang, yang menandakan bahwa dalam 1 ekor Ikan Mas terdapat 1-32 parasit yang menyerang. Dimana Nilai intensitas jenis ektoparasit yang paling tinggi terdapat pada spesies Myxosoma sp. yang memiliki nilai intensitas sebesar 32. Tingginya intensitas jenis ektoparasit tersebut dikarenakan Myxosoma sp. merupakan ektoparasit yang umumnya menyerang Ikan dikarenakan kondisi perairan yang sangat mendukung bagi pertumbuhan parasit Myxosoma sp. Sedangkan intensitas yang paling rendah diantaranya terdapat pada spesies Chironomis sp., Cyclops sp. dan Marsipometra sp. yang semuanya memiliki nilai intensitas yang sama yaitu 1, hal ini diakibatkan karena pada Ikan Mas yang dilakukan pemeriksaan, banyak terdapat spesies parasit yang berbeda sehingga akan terjadi persaingan yang tinggi antar parasit untuk dapat menyerap nutrisi yang terdapat pada Ikan sehingga dengan adanya persaingan tersebut maka akan menyebabkan adanya spesies parasit yang mendominasi di bandingkan parasit yang lain, salah satu yang mendominasi adalah Trichodina sp. dan Michtoterus sp. Sedangkan Chironomis sp., Cyclops sp. dan Marsipometra sp. memiliki daya saing yang rendah sehingga intensitas dari ketiga jenis parasit itu juga sangan rendah. Pada parasit yang bersifat endoparasit yang memiliki nilai intensitas yang paling tinggi ada pada spesies Trichodina sp., dimana Trichodina sp. merupakan endoparasit yang memiliki nilai intensitas yang cukup tinggi dibandingkan endoparsit lainnya yaitu sebesar 10 individu/ekor yang menunjukkan bahwa dalam 1 ekor Ikan terdapat 10 Trichodina sp. yang menyerang Ikan. Hal ini juga dapat menunjukan bahwa ikan mas yang diteliti banyak yang terkena penyakit trichodiniasi, karena penyakit ini bisa disebabkan oleh parasite Trichodina sp. dan Trichodinella sp., yang pada ikan mas yang diteliti ini jumlahnya lumayan banyak intensitasnya. Sedangkan 10 parasit yang bersifat endoparasit lain yang menyerang ikan mas tingkat intensitasnya hampir sama, contohnya ada spesies Culex sp.,
30
Chironomus sp., dan Rhabditis sp. yang memiliki tingkat intensitas 1 parasit/inang ikan.
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan parasit pada Ikan Mas, maka dapat
disimpulkan hasilnya sebagai berikut : 1.
Didapatkan prevalensi ektoparasit tertinggi dari cacing Dactylogyrus (79%), Gyrodactylus (34%), dan protozoa Trichodina (29%), sementara prevalensi endoparasit umumnya hanya sedikit dengan yang paling banyak adalah Anisakis dan Trichinella sebanyak 4%
2.
Didapatkan intensitas ektoparasit tertinggi dari protozoa Myxosoma (32 ind/ekor) dan Trichodinella (19,5 ind/ekor), sementara intensitas endoparasit terbanyak adalah Trichodina dengan 10 ind/ekor.
3.
Berdasarkan data angkatan yang di dapatkan dan dibuat diagram ditemukan intensitas parasit Ektoparasit lebih dominan sedangkan Endoparasit lebih sedikit. Jumlah yang diketahui dalam data angkatan juga sangat beragam, hal tersebut berarti jumlah parasit yang ditemukan dalam suatu ikan yang terinfeksi, sangat tinggi dan ikan terinfeksi berat.
5.2
Saran Pada praktikum pemeriksaan parasit Ikan ini sudah cukup baik, namun perlu
ada peningkatan kembali dari segala aspeknya, baik dari Praktikan dan laboran sendiri. Masih perlunya bimbingan dari asisten dan laboran untuk mengontrol kegiatan praktikum ini, agar Praktikan tidak salah dalam mengidentifikasi jenis parasit pada praktikum pemeriksaan parasit ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
Amri. 2008. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka, Tanggerang. Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL) Mata Kuliah Parasitologi Ikan. Lembaga Kajian dan Pengembangan PendidIkan (LKPP). Universitas Hasanuddin. Makassar. 126 hal. Arnott, S.A., I. Barber and F.A. Huntingford. 2000. Parasiteassociated growth enchancement in a fish-cestode system. Proc. Roy. Soc. B. 267:657-663. Balai Karantina Ikan Batam. 2007. Laporan Pemantauan HPI/HPIK Tahun 2007. Balai Karantina Ikan Batam. Batam. 52 hal. Dogiel, V.A.G., G.K. Petrushevski dan I. Polyanski. 1970. Parasitology of Fishes. T.F.H. Publisher, Hongkong. 384 p. Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. Polish Scientific Publishers. Poland. Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam praktek : Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Granmedia Pustaka Utama: Jakarta Hassan, M. 2008. Parasites of Native and Exotic Freshwater Fishes in the SouthWest of Western Australia. Thesis. Murdoch University. Perth, Western Australia. 173 hal. Kennedy, C.R. 1975. Ecological Animal Parasitology. Blackwell Scientific Publications, Oxford. Noble, E.R., G.A. Noble, G.A Schad and A.J. Mclnnes. 1989. Parasitology. The Biology of Animal Parasites. 6th Edition. Lea and Febiger Philadelphia London. Olsen, O.W. 1974. Animal Parasites, Their Life Cycles and Ecology. Univ. Park Press, Baltimore, London, Tokyo. Page, L.M., and B.M. Burr. 1991. A field guide to freshwater fishes of North America north of Mexico. The Peterson Field Guide Series, volume 42. Houghton Mifflin Company, Boston, MA. Rochdianto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas. Penebar Swadaya, Jakarta. Ruckert, S., S.Klimpel, S. Al-Quraishy, H. Mehlhorn, and H.W. Palm. 2009. Transmission of Fish Parasites into Grouper Mariculture (Serranidae: Epinephelus coioides (Hamilton, 1882)) in Lampung Bay, Indonesia. Journal Parasitology Reseach (2009) 104: 523-532. Santoso, Budi. 1993. Petunjuk teknis budidaya ikan mas. Kanisius, Yogyakarta Silsilia, N. S. 2000. Parasit Pada Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesimyers) yang Diekspor Melalui Badan Karantina Ikan Bandara SoekarnoHatta, Jakarta. Skripsi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
32
33
Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya, Jakarta. Trimariani, Agnes. 1994. Petunjuk Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan. Jatinangor : Fakultas PerIkanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat Praktikum
Pisau, Gunting, Pinset, dan Jarum Ose, Petri Disk, Penggaris, Gelas Objek dan Pipet
Mikroskop
Wadah
Neraca Digital
34
35
Lampiran 2. Bahan Praktikum
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
36
Lampiran 3. Kegiatan Praktikum
Infeksi Gyrodactylus
Infeksi Dactylogyrus
Infeksi Dactylogyrus
Infeksi Dactylogyrus dan Trichodinella
37
Lampiran 4. Prosedur Praktikum Pengamatan pada Lendir Ikan Diambil ikan dari wadah
Diambil lendir ikan menggunakan pisau dan disimpan pada cawan petri
Diambil lendir ikan dengan pipet tetes
Dilakukan pengamatan dengan mikroskop
Dicatat jenis parasit yang ditemukan
Pengamatan pada Sisik Ikan Diambil sisik ikan menggunakan pisau dan disimpan pada cawan petri
Diambil air dengan menggunakan pipet ddicampurkan dengan sisik Diambil air dari cawan petri dan simpan pada objek glas Dilakukan pengamatan dengan mikroskop
Dicatat jenis parasit yang ditemukan
38
Pengamatan pada Insang Diambil insang ikan menggunakan gunting dan disimpan pada cawan petri
Diambil sisik sebagian kemudian dicacah pada objek glass Diambil air dengan pipet tetes kemudian dicampurkan dengan cacahan insang
Dilakukan pengamatan dengan mikroskop
Dicatat jenis parasit yang ditemukan
Pengamatan Pada Daging dan Otot Dilakukan pembedahan pada ikan
Diambil sebagian otot dan daging ikan kemudian dicacah pada objek glass
Diambil air dengan pipet tetes kemudian dicampurkan dengan cacahan otot dan daging
Dilakukan pengamatan dengan mikroskop
Dicatat jenis parasit yang ditemukan
39
Pengamatan Pada Usus Dilakukan pembedahan pada ikan
Diambil sebagian usus ikan kemudian dicacah pada objek glass
Diambil air dengan pipet tetes kemudian dicampurkan dengan cacahan usus
Dilakukan pengamatan dengan mikroskop
40
Lampiran 5. Tabel Hasil Pengamatan Identifikasi Ektoparasit di Tubuh Ikan Mas Kelas A Ektoparasit Kulit / Lendir / Sisik
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6
1 1
2 - - - - - - - - - 3 0 1 - - 1 - - - - - - - - - - 6 1 3 - - - 5 - - - - - - - - 0 7 1 3 - - - - - - - - - - 3 0 - - - - - - - - - - - - - - 1 1 4 - - - 3 - - - - - - - - 7 2 - - - 1 1 - - - - - - - - 0 - - - 1 - - - - - - - - - - 3 - - - 1 - - - - - - - - - - 3
1
- - - 1
Chirodinella sp Trichodina sp
1
Ichtyopthirius sp Epistylis sp Diplozoon sp Gyrodactylus sp Trichodinella sp Trichodina sp
1
Clinostonum sp
Dactylogyrus sp Echinorhyncus sp Chironomus sp Cyclops sp Achantocephala sp Marsipometra sp Nycthoterus sp Myxosoma sp Argulus sp Rhabditis sp Trichodina sp Gyrodactylus sp Opistorchis sp Transversotrema sp Dactylogyrus sp
I k K a e n l- k e -
Si ri p
Insa ng
-
- - - - - -
-
-
-
- - - - - 7 - - 3
-
-
-
-
-
5 - - - - -
-
-
-
- - - - - -
-
-
-
- - - 1 - -
-
-
-
- - - 1 - -
-
-
-
- - - - - - - - - - -
-
-
3 - - - - - - - - - - - - - -
-
- - - - - -
-
-
1
- - 1 - - - - - - - - - - - 6
-
- - - - - -
-
-
1
- - - - 2 - - - - - - - - - 5
-
- - - - - -
-
-
1
- - - - - - - - - - - - - - 3
-
- - - - - -
-
-
1
- - - - - - - - - - - - - -
1 3
-
- - - - - -
-
-
1
- - - - 1 - - - - - - - - - 4
-
- - - - - -
-
-
1
- - - - - - - - - - - - - -
1 0
-
- - - 1 - -
-
-
-
41
1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 J u m l a h
1
- - - - 1 - - - - - 1 - - - -
-
- - - - 1 -
-
-
1
- - - - - - - - - - 4 - - - 3
-
- - - - - -
-
-
1
- - - - 3 - - - - - - - - - 6
-
- - - - - -
-
-
1
- - - 1 - - - - - - - - - - -
-
- - - - - -
-
-
1
- - - 1 1 - - - - - - - - 5 1
-
- - - 3 - -
-
-
1
- - - - 3 - - - - - 1 - - - -
1
- - - - 1 -
-
-
1
- - - - - - - - - - 1 - - - -
-
- - - - 1 -
-
-
- - - - - - - - - - - - - - -
-
- - - 1 - -
-
-
1 1 1 0 1 7 1 0 0 0 0 0 7 0 0 5 2 4 3 4
1
5
7 0 7 3 0 3
0
0
1
2 4
Identifikasi Endoparasit di Tubuh Ikan Mas Kelas A Endoparasit Usus
Ke l-
Ika n ke-
Otot
Chiro nomus sp
Cul ex sp
Trich odina sp
Rhab ditis sp
Corcoc aecum sp
Epis tylis sp
Dactylogyrus sp
Lampr oglena sp
1 2
1 1
-
-
-
-
-
-
-
-
3 4
1 1
-
-
-
-
-
-
-
-
5 6
1 1
-
-
-
-
-
-
-
-
7
1
-
1
-
-
-
-
-
-
42
8
1
-
-
-
-
-
-
-
-
9 10
1 1
-
-
-
-
-
-
-
-
11 12
1 1
-
-
-
-
-
-
-
-
13 14
1 1
-
-
-
-
-
-
-
-
15 16
1 1
-
-
-
-
-
-
-
-
17 18
1 1
-
-
-
-
-
-
-
-
19 20
1 1
-
-
-
-
-
-
-
-
21 22 23
1 1 1
24 Ju ml ah
1
-
-
-
-
-
-
-
-
24
0
1
0
0
0
0
0
0
Identifikasi Ektoparasit di Tubuh Ikan Mas Kelas B Ektoparasit
1 2
-
3 1 -
1 -
-
-
-
-
-
-
1
1 1
-
2 3 1 -
-
-
-
1 1 -
-
-
Chirodinella sp Trichodina sp
2 1 -
Ichtyopthirius sp Epistylis sp Diplozoon sp Gyrodactylus sp Trichodinella sp Trichodina sp
1 1 1 1 1 1
Si ri p
Insa ng
Clinostonum sp
1 2 3 4 5 6
Kulit / Lendir / Sisik
Dactylogyrus sp Echinorhyncus sp Chironomus sp Cyclops sp Achantocephala sp Marsipometra sp Nycthoterus sp Myxosoma sp Argulus sp Rhabditis sp Trichodina sp Gyrodactylus sp Opistorchis sp Transversotrema sp Dactylogyrus sp
I k K a e n l- k e -
-
-
-
43
7
1
8
1
9
1
1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 J u m l a h
1
2 - - - - - - - - - - 3 7 - - - - - - - - - - - - 1 - 1 1 - - - 2 - - - - - - - - - 8 3 1 - - - - 3 - 2 - - - - 2 5 - - -
-
- - - - - -
-
-
-
- - - - - -
-
-
-
- 2 - - - -
-
-
-
- 2 - - - -
-
-
1
- - - - 2 - - - - - - - - - 4
-
- - - - - -
-
-
1
- - - 2 1 - - - - - - - - - 4
-
- - - - - -
-
-
1
- - 1 - - - - - - - - - - -
-
- - - 2 - -
-
-
-
- - - - - -
-
-
1
1 2 2 - - - 4 - - - - - - - - - 3
1
- - - - 1 - - - - - - - - - 4
-
- - - - - -
-
-
1
- - - - - - - - - - - - - -
1 5
-
- - - - - -
-
-
-
- - - - - -
-
-
-
- - - - 3 -
-
-
1 1
8 - - - - - - - - - - - - - 7 2 5 - - - - - - - - - - - - - 2
1
- - - - 1 - - - - - - - - - 1
-
- - - - - -
-
-
1
- - - -
2 3 - - - - - - - 2 5
3
- - - - - -
-
-
1
- - - 1 - - - - - - - - - 5 1
-
- - - - - -
-
-
1
- - - - - - - - - - 1 - - - -
1
- - - - - -
-
-
1
- - - - - 2 - - - 1 1 - - - -
-
- - 1 - - -
-
-
2 3
3 1 4 3 3 3 4 3 1 2 0 1 2 1 3 5 0 0 1 2 7 2 7
4
0 4 3 2 3 0
0
0
44
Identifikasi Endoparasit di Tubuh Ikan Mas Kelas B Endoparasit Usus Ke l-
Ika n ke-
Otot
Chiro nomus sp
Cul ex sp
Trich odina sp
Rhab ditis sp
Corcoc aecum sp
Epis tylis sp
Dactylogyrus sp
Lampr oglena sp
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 -
1 -
-
-
-
-
2 -
1 -
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Ju ml ah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
-
-
10 -
1 -
1
1
-
-
23
1
1
10
1
1
1
2
1
45
Identifikasi Ektoparasit di Tubuh Ikan Mas Kelas C Ektoparasit
-
4 5 -
1 -
-
1 1 1 -
-
-
2
4 2 1 -
-
-
-
3 3 4 4 5
-
1
- - - - - - - - - 4 - - - - -
-
1
- - - - - - - - - - - - - 1
1 5
1 1
- - - - - - - - - - - - - -
2 1 -
-
-
- - - -
-
-
-
- - - - - - -
-
-
- - - - - - - - - - - - - - -
-
- - 8 - - - -
-
-
1 9
7
- - - - - - -
-
-
1
- - - - - - - - - - - - - - 2
-
- - - - - - -
-
-
1
- - - - - - - - - - - - - -
-
- - - - - - -
-
-
-
- - - - - - -
-
-
1 4 1 - - - - - - - - - - - - - 1
1 -
1 -
1 6 1 1 1 - 1
-
-
1 -
Chirodinella sp Trichodina sp
-
Rhabditis sp Camallanus sp Epistylis sp Diplozoon sp Gyrodactylus sp Trichodinella sp Trichodina sp
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
-
Si ri p
Insa ng
Acarus sp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0
Kulit / Lendir / Sisik
Dactylogyrus sp Myxobolus sp Chironomus sp Epistilis sp Achantocephala sp Myxobolus sp Transversotroma sp Myxosoma sp Camallanus sp Rhabditis sp Trichodina sp Gyrodactylus sp Opistorchis sp Trichodina sp Dactylogyrus sp
I k K a e n l k e -
1
2 - - 3 - - - - - - - - - - 5
-
- - - - - - -
-
-
1
- - - - - - - - - 2 - - - - 5
-
- - - - - - -
-
-
1
- - - 2 - - - - - - - - - -
-
- - - 1 - - -
-
-
-
- - - - - - -
-
-
1
2 4 1 - 2 - - - - - - - - - - - 4
46
2 1 2 2 2 3 J u m l a h
1
- - - 9 - - - - 2 - - 3 - - 1
-
- - - - - - -
-
-
1
- - - 5 - - - - - - - - - - -
-
- - - 1 - - -
-
-
1
1 - - 1 - - - - - - - - - - 1
-
- - - 1 - - -
-
-
2 3
3 2 0
1 2 1 0 3 0 2 8 7 3 0 1 3 9 0
7
1 1
2 3 0 1 3 0 8
0
Identifikasi Endoparasit di Tubuh Ikan Mas Kelas C
K el -
Ik an ke -
Endopara sit Usu s
Otot
Otot
Ca mall anu s sp
C ul ex sp
Tric hod ina sp
Rha bdit is sp
Ani sak is sp
Ep isty lis sp
Dactylog yrus sp
Lam prog lena sp
Rh abd itis sp
Ca mall anu s sp
Tric hin ella sp
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 -
-
-
-
1 1 -
-
-
-
-
-
6 1 1
9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4
1
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
47
1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 J u m la h
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
23
2
0
0
0
5
0
0
0
0
0
8
Prevalensi Parasit pada Ikan Mas Data Angkatan
Jenis Parasit
Jumlah Parasit yang ditemukan (ekor)
Jumlah Ikan yang terinfeksi (ekor)
Jumlah Ikan yang diperiksa (ekor)
1 Gyrodactylus sp.
107
30
70
42.86%
2 Dactylogyrus sp. 3 Transversotrema sp
722 5
61 3
70 70
87.14% 4.29%
4 5 6 7
2 161 6 7
2 22 4 7
70 70 70 70
2.86% 31.43% 5.71% 10.00%
32 39
1 3
70 70
1.43% 4.29%
10 Marsipometra 11 Acanthocephala
9 16
4 9
70 70
5.71% 12.86%
12 Cyclops 13 Chironomus sp. 14 Echinorhynchus
1 3 10
1 3 2
70 70 70
1.43% 4.29% 2.86%
No
Ophistorchis sp. Trichodina sp. Rhabditis sp. Camallanus sp.
8 Myxosoma 9 Nyctotherus
Prevalensi (%)
48
15 16 17 18 19 20 21 22 23
Myxobolus sp. Epistylis sp. Clinostomum sp. Trichodinella sp. Epystilis sp. Diplozoon Acarus sp. Culex Corcocaecum
9 7 5 78 296 12 7 2 1
4 5 3 4 4 9 1 2 1
70 70 70 70 70 70 70 70 70
5.71% 7.14% 4.29% 5.71% 5.71% 12.86% 1.43% 2.86% 1.43%
24 Trichinella 25 Anisakis
8 5
2 3
70 70
2.86% 4.29%
26 Lamproglena
1
1
70
1.43%
Intensitas Parasitas pada Ikan mas Data Angkatan Jumlah Parasit yang No
Jenis Parasit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Gyrodactylus sp. Dactylogyrus sp. Transversotrema sp Ophistorchis sp. Trichodina sp. Rhabditis sp. Camallanus sp. Myxosoma Nyctotherus Marsipometra Acanthocephala Cyclops Chironomus sp. Echinorhynchus Myxobolus sp. Epistylis sp. Clinostomum sp. Trichodinella sp. Epystilis sp. Diplozoon Acarus sp.
Jumlah Ikan yang terinfeksi ditemukan (ekor) (ekor) 107 722 5 2 161 6 7 32 39 9 16 1 3 10 9 7 5 78 296 12 7
30 61 3 2 22 4 7 1 3 4 9 1 3 2 4 5 3 4 4 9 1
Intensitas
3.57 11.84 1.67 1.00 7.32 1.50 1.00 32.00 13.00 2.25 1.78 1.00 1.00 5.00 2.25 1.40 1.67 19.50 74.00 1.33 7.00
49
22 23 24 25 26
Culex Corcocaecum Trichinella Anisakis Lamproglena
2 1 8 5 1
2 1 2 3 1
1.00 1.00 4.00 1.67 1.00