Laporan Akhir Praktikum Nutrisi Ikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM NUTRISI IKAN Disusun untuk memnuhi salah satu tugas mata kuliah Nutrisi Ikan



Disusun Oleh: Kelompok 1 Fikri Alimajid



230110170177



Niken Rizky Ayu



230110170185



Anggita Hayu P



230110170187



FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PANGANDARAN 2019



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat-Nya karena atas berkat Rahmat dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Nutrisi Ikan . Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Nutrisi Ikan. Laporan ini dalam pembuatannya tak lepas dari bantuan dan koordinasi dari berbagai pihak, maka dari itu penulis berterimakasih pada semua pihak yang membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan laporan praktikum ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Yth. Dosen Pengampu mata kuliah Nutrisi Ikan; 2. Laboran mata kuliah Nutrisi Ikan; 3. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materiil; 4. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini, tidak mudah untuk mencapai kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Banyak kekurangan dalam penulisan laporan praktikum ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga dengan adanya laporan praktikum ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca. Pangandaran, 28 November 2019



Penulis



DAFTAR ISI



DAFTAR TABEL



DAFTAR GAMBAR



DAFTAR LAMPIRAN



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Pertumbuhan ikan merupakan faktor terpenting dalam pemeliharaan. Ikan



mampu mencapai tahap pertumbuhan optimum saat seluruh komponen sesuai dengan kondisi habitat dimana ikan mampu untuk melakukan pertumbuhan secara optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ikan adalah pakan yang diberikan. Kebutuhan ikan terhadap pakan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seutuhnya. Kebutuhan ini juga menjadi kebutuhan mendasar yang akan mempengaruhi pertumbuhan ikan selama masa pemeliharaan. Bagi makhluk hidup pakan mempunyai peranan paling penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Selain itu, pakan juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya diantaranya yaitu sebagai pengobatan, reproduksi, perbaikan dan metabolisme. Mnurut Sunarto dan Sabarian (2009) bahwa dalam usaha budidaya ikan, pakan merupakan salah satu faktor penting. Oleh sebab itu pakan harus berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan ikan untuk pertumbuhannya, pemeliharaan tubuh dan reproduksi. Pada dasarnya pertumbuhan ikan dari pemberian pakan dipengaruhi oleh komposisi kandungan nutrisi yang ada dalam pakan. Dalam budidaya ikan, pemberian makanan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas serta tidak berlebihan merupakan faktor yang sangat menentukan, keadaan ini berkaitan langsung dengan jumlah atau dosis makanan yang diberikan pada ikan, agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dengan dosis pakan yang optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haetami (2007) bahwa Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan kandungan energinya. Sedangkan jumlah pemberian pakan selain dipengaruhi oleh kandungan energi, juga dipengaruhi kapasitas saluran pencernaan ikan. Ransum yang mempunyai keseimbangan energiprotein yang tepat dengan jumlah pemberian yang tepat akan menghasilkan



pertumbuhan dan konversi pakan yang terbaik. Kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi oleh nutrien non-protein seperti lemak dan karbohidrat. 1.2



Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, dilakukanlah praktikum pembuatan pakan



buatan, untuk menentukan komposisi nutrisi yang ada dalam pakan melalui uji proksimat dan mengamati pertumbuhan ikan yang telah diberi pakan buatan tersebut. 1.3



Tujuan Tujuan dari praktikum nutrisi ikan ini adalah untuk melakukan pembuatan



pakan dalam hal menguji komposisi kandungan nutrisi melalui uji proksimat dan mengamati pertumbuhan ikan yang telah diberi pakan buatan tersebut. Adapun manfaat yang akan dicapai yakni mahasiswa dapat mengetahui prosedur pembuatan pakan dan mampu memnentukan komposisi nutrisi yang baik bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara



BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1



Uji Bulky, Densitas dan Durabilitas



Uji Bulky Uji bulky atau Kerapatan Tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya dan satuannya adalah kg/m3 (Khalil 1999). Kerapatan tumpukan memiliki pengaruh terhadap daya campur dan ketelitian penakaran secara otomatis seperti halnya dengan berat jenis. Nilai kerapatan tumpukan menunjukkan porositas dari bahan, yaitu jumlah rongga udara yang terdapat diantara partikel- partikel bahan. Khalil (1999) menyebutkan bahwa bahan yang mempunyai kerapatan tumpukan rendah (500 kg/m3). Nilai kerapatan tumpukan berbanding lurus dengan laju alir pakan, semakin tinggi kerapatan tumpukan maka laju alir pakan semakin meningkat (Sing dan Heldman 1984). Kerapatan tumpukan dinyatakan dengan persamaan menurut Khalil (1999a) dalam Alhasanah (2014) dengan satuan yang dimodifikasi dari kg m-3 menjadi g l-1. Kerapatan tupukan = Berat Bahan (g)Volume ruang yang ditempati (l) Uji Densitas Uji Densitas Bahan Pakan merupakan salah satu metode penentuan kualitas bahan pakan sebelum dilakukan analisis kimia yang mendasar pada ukuran berat bahan pakan per satuan volume (g/l). Densitas digunakan untuk mengetahui kekompakan dan tekstur pakan. Tekstur pakan yang kompak akan tahan terhadap proses penekanan sehinggga ikatan antara partikel pemyusun pakan menjadi kuat dan ruang antara partikel penyusun pakan menjadi sangat kuat dan ruang antara partikel bahan pakan tidak terisi rongga udara (Murdinah 1989). Salah satu contoh dari pengaruh densitas adalah pembuatan pellet. McEllhiney (1994) menyatakan bahwa dua faktor yang mempengaruhi ketahanan serta sifat pellet yaitu karakteristik bahan dan ukuran pertikel . hal ini juga diperkuat pendapat Balago et al. (1988) bahwa ukuran partikel yang kecil akan menyebabkan pellet semakin



kuat. Factor lain yang mempengaruhi kekerasan pellet adalah kadar kehalusan bahan pakan. Uji Durabilitas Durabilitas pelet adalah ketahanan partikel pelet yang dirumuskan sebagai persentase dari banyaknya pakan pelet utuh setelah melalui perlakuan fisik dalam alat uji tumbling cane terhadap jumlah pakan semula sebelum dimasukkan ke dalam alat. Pelet yang baik mempunyai durabilitas di atas 90 % atau kandungan tepung di bawah 10 %. Nilai durabilitas pelet sangat ditentukan oleh penggunaan bahan baku dalam formulasi pakan dan teknis operasional pelet mil. Durabilitas pelet berarti kemampuan pelet mempertahankan bentuknya dari tekanan dan goncangan selama penanganan proses dan distribusi. Durabilitas pelet dapat diukur menggunakan dua metode yaitu pneumatic/hembusan dan mekanis. 2.2



Bahan Baku Pakan



2.4.1 Tepung Jagung Jagung merupakan bahan pangan yang bergizi tinggi dimana jagung juga digunakan sebagai bahan baku penghasil energi, bukan sebagai bahan sumber protein dikarenakan kadar proteinnya yang rendah (8,9%) bahkan terhadap defisiensi asam amino penting, terutama lysin dan triptofan.



Tabel 1. Kandungan nutrisi tepung jagung Nutrisi Asam Pantotenat Bahan kering Calcium Energi gross Fosfor Lemak kasar Niacin Protein kasar Riboflavin Serat kasar TDN Tiamin Vitamin A



Kuantitas 3,9 mg/kg 75 – 90 % 0,02 % 3918 Kkal/kg 3000 IU/kg 3,5 % 26,3 mg/kg 8,9 % 1,3 mg/kg 2,0 % 82 % 3,6 mg/kg Vitamin A



2.4.2 Tepung Kedelai Pada kacang kedelai mentah mengandung anti nutrisi atau bias dibilang mengandung penghambat typsin, penghambat typsin tersebut dapat lepas melalui beberapa proses pengolahan seperti pemanasan atau metoda lainya, sedangkan bungkil kacang kedelai merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kedelai. Pada kacang kedelai terdapat asam amino metionen, dimana asam amino metionin sebagai faktor pembatas. Tabel 2. Kandungan nutrisi tepung kedelai Nutrisi Energi metabolis Protein kasar Serat kasar



Kuantitas 2825-2890 Kkal/kg 42-50% 6%



2.4.3 Tepung Dedak Dedak padi digunakan sebagai bahan pakan ikan, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia. Menurut (Schalbroeck 2001), produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kuwintal padi



dapat menghasilkan 18-20 gram dedak, sedangkan menurut Yudono et al. (1996) proses penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan limbah hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan bekatul sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Murni et al. 2008). Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber energi. Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan.



Tabel 3 kandungan nutrisi dedak Komponen Asam Pantotenat Bahan kering Calcium Energi metabolis Lemak kasar Protein kasar Riboflavin Serat kasar Tiamin Total Fosfor Vitamin A



Kandungan 22,0 mg/kg 91,0 % 0,1 % 1890,0 kal/kg 0,6 % 13,5 % 3,0 mg/kg 13.0 % 22,8 mg/kg 1,7 % Vitamin A



2.4.4 Tepung Ikan Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi



bekasam untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8%. Kandungan gizi: protein 22,65%, lemak 15,38%, abu 26,65%, serat 1,8%, dan air 10,72%. Cara pembuatannya: a) Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas. b) Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya. c) Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung ikan Komponen Fosfor Kalsium Protein kasar Serat kasar



Kandungan 3,0 % 5,0 % 60 – 70 % 1,0 %



2.4.5 Lemna Kering lemna yang merupakan salah gulma air yang tidak memiliki nilai jual dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Lemna bersifat kosmopolitan atau bisa tumbuh di mana seperti rawa, persawahan, genangan air dan kolam. Ketersediaan dan perkembangannya di alam sangat baik, memiliki kandungan nutrisi seperti protein nabati dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Selain itu menurut Crismadha (2015), bahwa laju pertumbuhan lemna yang cepat dan sangat mudah untuk dikembangkan, dimana pertumbuhannya mencapai 40 persen per hari, umur hidupnya sekitar 10 hari dan mampu menghasilkan hingga 20 anakan yang menempel pada induknya. Tingkat produktivitas biomassanya juga cukup tinggi, yaitu 10 ton berat kering per hektar per tahunnya. Biomassa tumbuhan lemna dapat dikeringkan dan disimpan untuk waktu yang relatif lama.Selain itu, lemna mempunyai kandungan protein tinggi, yaitu mencapai 10 – 43 % berat keringnya (Mohaputra dan Putra,



2013; Ilyas, 2014). Oleh karena itu, lemna sangat berpotensi sebagai bahan penyusun pakan ikan sebagai sumber protein nabati pengganti tepung bungkil kedelai. Berdasarkan hasil uji proksimat, tumbuhan lemna memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik seperti protein sebanyak 23,47% ,bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) sebanyak 19,02%, dan lemak sebanyak 3,99%, serat kasar 29,92% dan abu 23,6% yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ikan. 2.4.6 Limbah Rumah Makan (belum di giling) dan Limbah Rumah Makan (sudah di giling) Limbah rumah makan antara lain; sisa sayursayuran, sisa buah-buahan, sisa-sisa makanan rumah makan (nasi, daging, telur). Menurut Rety (2016), salah satu bahan pakan alternatif sumber protein asal nabati yaitu limbah sayuran dan sisa-sisa makanan, sedangkan sumber protein hewani yaitu limbah berasal dari sisa-sisa daging, ayam, ikan, dan tulang. Tabel 5. Kandungan nutrisi limbah rumah makan No



Nama bahan Protein



1.



Limbah



rumah 10.89%



Komposisi Kandungan Gizi Kalsium Posfor Serat Lemak Energi 0.08%



0.39%



Kasar 9.13%



9.70%



Metabolis 1.780 kkal/kg



makan Limbah ini kemudian di buat tepung lalu di jadikan sebagai bahan baku pakan yang nantinya akan di campur dengan bahan baku pakan lainnya, perbedaan limbah rumah makan yang belum di giling dan sudah di giling adalah dari tekturnya, limbah rumah makan yang sudah di giling lebih halus. Limbah rumah makan yang langsung di fermentasi memiliki kandungan Protein kasar 22,40%: Serat kasar 19,12%: Lemak kasar 5,96 : Abu 8,94%: dan bahan kering 88,91%. Berdasarkan hasil uji analisa proksimat bahan pakan yang berasal dari limbah rumah makan maka bahan pakan dengan teknologi fermentasi adalah bahan pakan ternak yang terbaik karena mempunyai nilai protein tinggi yaitu sebesar



22,40%. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak ikan karena standar kebutuhan untuk protein ikan sebesar 20- 60% [ CITATION Ach18 \l 1057 ]. 2.4.7 Minyak Ikan Lemak sebagai komponen penyedia energi terbesar mutlak adanya. Aktivitas harian mulai dari berenang, mencari makan, menghindari musuh, metabolisme, pertumbuhan dan ketahanan tubuh memerlukan energi. Padanya terkandung asamasam lemak esensial dan umumnya ikan tidak dapat membuatnya sendiri dan harus diberikan dalam pakannya. Penggunaan lemak dalam pakan ikan sangat penting artinya dalam menunjang pertumbuhan ikan. Karena lemak merupakan sumber energi yang memiliki nilai cukup tinggi dibanding protein dan karbohidrat (Komariyah dan Setiawan 2009). Minyak ikan merupakan lemak dikarenakan minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak yang memiliki banyak manfaat, didalamnya mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam lemak tidak jenuh. Minyak ikan juga mengandung vitamin A dan D, dua jenis vitamin yang larut dalam lemak dalam jumlah tinggi.Kandungan vitamin A dalam minyak ikan berkisar antara 1.000 -1.000.000 UI (Komariyah dan Setiawan 2009). Minyak ikan merupakan salah satu jenis minyak yang mempunyai kandungan asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan kandungan asam lemak jenuhnya. Bila dibandingkan dengan hewan darat maka lemak pada hewan air memiliki komposisi asam lemak yang lebih kompleks yang terdiri atas asam lemak jenuh dari C-14 sampai C-22 dan asam lemak tak jenuh dari satu hingga enam ikatan rangkap. Minyak ikan merupakan hasil ekstraksi lipid yang dikandung dalam ikan dan bersifat tidak larut dalam air. 2.4.8 Suplemen Booster Pakan suplemen adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang tidak mampu disediakan pakan alami. Untuk mempercepat



pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan nafsu makan ikan. Pada ikan hias di gunakan suplemen tertentu untuk memperbaiki warna,ukuran, bentuk. Boster grotop adalah salah satu alternatif untuk penambahan suplemen kedalam pakan yang diolah dari berbagai macam bahan (hewan dan tumbuhan), manfaat yang terdapat didalam nya yaitu dapat meningkatkan nafsu makan, meningkatkan daya tahan



tubuh,



memacu



enzim-enzim



pencernaan



serta



mempercepat



pertumbuhan[ CITATION Uta18 \l 1057 ]. 2.4.9 Premix Aquavita Premix yang diformulasikan untuk menambah berbagai vitamin yang terkandung dalam berbagai bahan penyusun pakan. Premix aquavita merupakan multivitamin lengkap dan mineral lengkap. Sangat baik untuk meningkatkan mutu pakan dan menaikkan nafsu makan. Dengan kandungan vitamin yang lengkap, ikan akan menjadi lebih tahan terhadap serangan penyakit. Pertumbuhan akan menjadi lebih baik karena fungsi metabolisme pencernaan yang lebih baik. 2.4.10 Vitamin B Kompleks Vitamin adalah komponen organik yang dibutuhkan ikan dalam jumlah yang sangat sedikit namun sangat penting, umunya di campurkan pada bahan pakan. Vitamin B komplek memiliki Kegunaan yaitu : Menunjang Pertumbuhan Ikan/udang,Merangsang Nafsu makan Ikan/udang, Menurunkankan Konversi pakan (FCR), Meningkatkan Fungsi Metabolisme tubuh ikan/udang. Dan memiliki Komposisi untuk tiap 1 kg Vit B Kompleks : 



Vit B1 10.000 mg







Vit B2 20.000 mg







Vit B6 10.000 mg







Vit B12







Ca-d-Pantothenate







Folic Acid



1 mg 20.000 mg



1.500 mg







Nicotinamida 50.000 mg







Biotin 1 mg







Calcium Carbonate add



1 kg



Dosis = 2-3 g/kg pakan 2.4.11 Vitamin C Vitamin adalah komponen organik yang dibutuhkan ikan dalam jumlah yang sangat sedikit namun sangat penting, umunya di campurkan pada bahan pakan. vitamin C yang berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan, mengurangi stress, serta mempercepat dalam pertumbuhan. 2.3



Pakan Komersil Pakan komersil merupakan pakan ikan yang di buat dalam berbagai bentuk ,



seperti pelet ,butiran, dan konsentrat untuk memudahkan pemberian pakan. Dalam suatu kegiatan budidaya kandungan nutrisi pakan di pengaruhi oleh jenis ikan, ukuran ikan dan kebiasaan makan ikan. nilai nutrisi dan jenis pakan komersil yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan ikan lele dan udang vanamai berbeda. 2.4



Pakan Bentuk Cake Cake adalah produk makanan semi basah yang dibuat dengan pemanganggan



adonan, dimana adonan tersebut terdiri dari tepung terigu, gula, telur, susu aroma dan lemak dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan (Fauziati 2018). Aroma dan bau dari olahan bahan baku ikan tuna, telur, susu skim dan tepung terigu dan vitamin dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pakan sebagai subtitusi makanan udang dari pakan alami kepakan buatan. Cake dari olahan beberapa bahan tersebut menghasilkan tekstur pakan yang lembut, bisa dibuat sesuai dengan bukaan mulut ikan, dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, ikan menyukai pakan tersebut, mudah pengolahannya dan memiliki nilai gizi tinggi 33,25 % (Fauziati 2018).



Faktor yang mempengaruhi kualitas pakan bentuk cake menurut Aminah dkk (2015) antara lain: 



Proses pembuatannya dalam pencampuran bahan-bahan baku







Pengadukan adonan yang kurang merata







Pemberian air yang cukup







Proses pengukussan



Bahan



Kandungan



Kandungan



Kandungan



Kandungan



Protein Lemak Karbohidrat Air Telur ayam 12,8 % 11,5 % 0,7% 74% Tepung susu 35,6 % 1% 52 % 3,5 % Tepung terigu 8,9 % 1,3 % 77,3 % 13,25 % Kandungan Nutrisi dari Bahan Pembuatan Pakan Berbentuk Cake Bagian telur ayam yang diambil yaitu bagian kuning telurnya. Biasanya telur ayam digunakan setelah direbus. Tepung susu yang digunakan pada umumnya yaitu tepung susu yang tak berlemak. Sedangkan tepung terigu yang digunakan yaitu tepung terigu yang umum diperoleh di pasaran. Tepung terigu selain menjadi sumber karbohidrat dapat digunakan pula sebagai binder pada bahan pakan. 2.4.1 Kelebihan dan Kekurangan Pakan Berbentuk Cake Pakan berbentuk cake memiliki kelebihan antara lain : 



Pembuatan yang relatif mudah







Dapat digunakan pada ikan yang masih dalam stadia larva







Kandungan nutrisi yang lengkap







Dapat disimpan dalam lemari es untuk digunakan kembali Sedangkan kekurangan dari pakan berbentuk cake antara lain :







Mudah mengalami ketengikan







Ukuran tidak seragam



2.5



Pakan Bentuk Roti Kukus Pada kegiatan pemeliharaan ikan, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah



pemberian pakan. Pakan merupakan faktor penting dalam usaha budidaya ikan intensif dan termasuk biaya variabel terbesar dalam proses produksi ikan intensif yaitu 30% - 60% (Lim dan Webster 2002). Setiap ikan pastinya membutuhkan pakan yang sesuai dengan ukuran mulut mereka, selain itu pakan juga harus mudah untuk dicerna dan memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ikan, terutama bagi larva ikan. Dengan demikian pengetahuan atau keterampilan dalam pembuatan pakan ikan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan perlu diketahui oleh pembudidaya, terutama bagi ikan yang masih larva atau benih yang merupakan fase kritis terhadap mortalitas, sehingga pakan harus tepat sesuai kebutuhan, ukuran bukaan mulut ikan, salah satu pakan buatan untuk larva atau benih ikan adalah pakan ikan bentuk roti kukus. Pakan ikan bentuk roti kukus merupakan bentuk pakan ikan yang terbuat dari adonan yang terdiri dari telur ayam, tepung ikan, tepung terigu, tepung susu dan air yang dilengkapi vitamin. Pakan bentuk roti kukus yang sudah didinginkan dibentuk menjadi gumpalan kecilkecil, kemudian dioleskan vitamin, pada campuran sambil diremas-remas sampai merata. Roti dapat disimpan dalam lemari es selama 3 hari. Sebelum digunakan, pakan ini sebaiknya dibuat suspensi, yaitu dengan cara melarutkannya dalam air sehingga ukurannya sesuai dengan ukuran bukaan mulut buarayak yang diberi makan



2.6



Pakan Bentuk Emulsi Pakan bentuk larutan emulsi merupakan pakan yang berasal dari bahan-bahan



yang terlarut menyatu dengan air sebagai pelarutnya. Apabila dipegang, terasa agak liat mirip lem encer. Biasanya diberikan pada ikan pada stadia larva dan beberapa ikan hias yang berukuran kecil.



2.7



Pakan Bentuk Flake Flake adalah pakan ternak yang disediakan dalam bentuk pecahan tipis. Flaking



adalah proses pemipihan. Flake dibuat dengan cara mengeringkan pakan lembab dalam drum pengering yang berputar untuk membentuk lembaran tipis, kemudian dicrumbling, Prosesnya tersebut disebut flaking (Alamsyah 2005). Biasa diberikan pada ikan hias atau ikan laut dan dibuat dari berbagai bahan baku disesuaikan dengan kebutuhan dan pada saat akan dibentuk dapat menggunakan peralatan pencetak untuk bentuk lembaran atau secara sederhana dengan cara membuat komposisi pakan kemudian komposisi berbagai bahan baku tersebut dibuat emulsi yang kemudian dihamparkan di atas alas aluminium atau seng dan dikeringkan, kemudian diremasremas. Pakan Berbentuk Flake (Flake Diet) Pembuatan pakan dalam bentuk flake, memerlukan peralatan yang spesifik yang dikenal dengan nama "Electro Steam Double Drum Dryer". Dengan alat tersebut akan dihasilkan pakan buatan kering seperti kertas. 2.8



Formulasi Pakan dan Pembuatan Pelet Tenggelam



BAB III BAHAN DAN METODE A.



Uji Bulky, Densitas, dan Durabilitas



3.1



Alat dan Bahan



3.1.1 Alat Praktikum a. Uji Bulky Alat yang Digunakan Timbangan Penggaris



Fungsi Menimbang bahan yang digunakan Mengukur ketinggian bahan



Beaker Glass Stopwatch



Wadah bahan praktikum Menghitung waktu



b. Uji Densitas Alat yang Digunakan Timbangan Penggaris Beaker Glass



Fungsi Menimbang bahan yang digunakan Mengukur ketinggian bahan Wadah bahan praktikum



c. Uji Durabilitas Alat yang Digunakan Timbangan Tumbling box Alat Tulis Ayakan Stopwatch



Fungsi Menimbang bahan yang digunakan Menggoyangkan bahan Menyimpan data Untuk menyaring pakan Menghitung waktu



3.1.2 Bahan Praktikum a. Uji Bulky Dedak Halus (bahan uji) b. Uji Densitas Dedak Halus (bahan uji) c. Uji Durabilitas 1. Pelet tengelam pabrik (sampel uji 1) 2. Pelet tengelam lokal (sampel uji 2) 3. Pelet apung pabrik (sampel uji 3) 3.2



Metode, Prosedur, Tahapan Praktikum a. Prosedur Uji Bulki Gelas ukur diabil dan dimasukan air kedalam gelas ukur sampai ¾ bagian Masukan bahan ke dalam gelas ukur



Perhatikan saat bahan pertama kali jatuh ke dasar gelas ukur, hitung waktu saat bahan jatuh pertama kali



Tunggu selama 10 menit sejak bahan pertama kali tenggelam, lalu ukur menggunakan penggaris



Ditambah selama 5 menit sejak bahan pertama kali tenggelam, lalu ukur menggunakan penggaris Diaduk perlahan-lahan, amati apakah bahan yang terapung jadi tenggelam



b. Uji Densitas Timbang becker glass (1000 ml) kosong (a gram) Masukan pakan yang akan diuji ke dalam becker glass sampai penuh Goyang dengan menggunakan vibrator (atau jika tidak ada memakai tangan yang digerakan/digoyang2kan) selama satu menit kemudian ditimbang (b gram) Amati apakah terlihat ada pemisahan partikel bahan dan Ukur dengan penggaris, tinggi total bahan dalam beaker glass (x cm)



Padatkan pakan dalam becker glass, sampai pakan tidak muat lagi dan selanjutnya ditimbang (c gram)



c. Uji Durabilitas Ditimbang pelet (200 g) Ditempatkan di alat pemutar (tumbling)



Diputar selama 10 menit (1 menit 50 putaran)



Sampel pakan dipindahkan dan diayak Dihitung presentase pelet yang masih utuh 3.3



Parameter yang Diamati a. Uji Bulky Dihitung durabilitasnya Parameter yang diamati adalah daya apung bahan baku pakan. b. Uji Densitas Parameter yang diamati yaitu kerapatan bahan baku pakan c. Uji Durabilitas Parameter yang diamati daya ketahanan atau kekerasan pakan ikan bentuk pellet.



B.



Bahan Baku Pakan



3.4



Alat dan Bahan



3.4.1 Alat Praktikum Menggunakan panca indra. 3.4.2 Bahan Praktikum No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Bahan Jagung Kedelai Dedak Tepung Ikan Lemna kering Tepung Limbah RM (Belum digiling) Tepung Limbah RM (Sudah digiling) Minyak Ikan Vitamin B Kompleks Vitamin C Grotop



12.



Premix Aquavita



3.5



Metode, Prosedur, Tahapan Praktikum



3.6



Parameter yang Diamati



C.



Pakan Komersil



3.7



Alat dan Bahan



3.7.1 Alat Praktikum 3.7.2 Bahan Praktikum 3.8



Metode, Prosedur, Tahapan Praktikum



3.9



Parameter yang Diamati



D.



Pakan Bentuk Cake



3.10 Alat dan Bahan 3.10.1 Alat Praktikum Alat yang Digunakan Timbangan Mixer Baskom Wadah Plastik Kompor Panci



Fungsi Menimbang bahan yang digunakan Mencampurkan bahan Wadah dalam pembuatan pakan Penampung sisa-sisa bahan Pemanas dalam proses pengukusan Wadah dalam proses pengukusan



3.10.2 Bahan Praktikum Bahan Telur ayam (kuningnya saja) Tepung susu SKIM Tepung terigu Air



Satuan 1 butir 150 gr 37.5 gr 50 ml



Fungsi Sumber protein Sumber protein Sumber karbohidrat dan binder Sebagai pelarut



3.11 Metode, Prosedur, Tahapan Praktikum



Telur diambil bagian kuning telurnya



Kuning telur dikocok sampai mengembang



Tepung susu dan tepung terigu dimasukkan



Adonan dicampur sampai merata sambil ditambah air



Adonan diletakkan dalam wadah



Adonan dikukus selama 1 jam



Cake didinginkan dan dilarutkan dalam air



Cake disimpan dalam lemari es setelah digunakan 3.12



Parameter



yang Diamati a. Kenampakan b. Aroma c. Tekstur d. Warna



E.



Pakan Bentuk Roti Kukus



3.13 Alat dan Bahan 3.13.1 Alat Praktikum Alat Timbangan



Fungsi Menimbang bahan yang digunakan



Sendok Mencampur Bahan Baskom Wadah dalam pembuatan pakan Wadah Plastik Penampung Sisa-sisa bahan Pemanas dalam proses Kompor



pemanasan Mengukur ai yang akan



Gelas ukur Cetakan



digunakan Membentuk pakan Wadah dalam proses



Panci



pengukusan



3.13.2 Bahan Praktikum



Bahan Telur Ayam Tepung Susu TepungTerigu Tepung Ikan Air



Jumlah 1 butir 40 gr 10 gr 50 gr 25 ml



3.14 Metode, Prosedur, Tahapan Praktikum Prosedur Praktikum Telur dimasukkan ke dalam baskom lalu diaduk hingga berbuih Ditimbang tepung ikan sebanyak 25 gram, tepung susu sebanyak 5 gram, tepung terigu sebanyak 50 gram dan vitachick 2,5 gram Tepung ikan, tepung susu, tepung terigu dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam baskom dan air ditambahkan secara perlahan Adonan diaduk secara homogen hingga kental



Adonan yang sudah kental dimasukkan ke



menit



Dinginkan dan di amati



3.15 Parameter yang Diamati a. Kenampakan b. Aroma c. Tekstur d. Warna



F. Pakan Bentuk Emulsi 3.16 Alat dan Bahan 3.16.1 Alat Praktikum 3.16.2 Bahan Praktikum 3.17 Metode, Prosedur, Tahapan Praktikum 3.18 Parameter yang Diamati



G. Pakan Bentuk Flake 3.19 Alat dan Bahan 3.19.1 Alat Praktkum



Alat yang Digunakan



Fungsi



Timbangan



Menimbang bahan yang digunakan



Oven



Sebagai wadah Memasak pakan



Telenan



Wadah Pakan yang akan dimasukkan ke oven



Baskom



Sebagai wadah bahan bahan pakan



Kompor



Pemanas dalam proses pengukusan



Mixer



Untuk mengaduk bahan pakan



3.19.2 Bahan Praktikum



Bahan



Jumlah



Air Panas



100 ml



Agar bening



5 gram



Vitachick



2 gram



Tepung Ikan Tepung Kedelai Minyak Ikan Tepung Jagung Telur Mentah



5 gram 15 gram 1 butir 5 gram Putihnya saja



3.20 Metode, Prosedur, Tahapan Praktikum Posedur Praktikum Ditimbang semua bahan baku



Dimasukan tepung ikan, tepung terigu, tepung kedelai, telur, minyak ikan ke dalam baskom



Dihomogenkan semua bahan menggunakan pengadukan



Ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga adonan tersebut tercampur dan berbentuk lendir



Dicetak dengan pencetak flake diatas kompor



Dibungkus/ dimasukan keplastik setelah dingin



3.21 Parameter yang Diamati Kenampakan Warna Tekstur



H.



Formulasi Pakan dan Pembuatan Pelet Tenggelam



3.22 Alat dan Bahan 3.22.1 Alat Praktikum 3.22.2 Bahan Praktikum 3.23 Metode, Prosedur, Tahapan Praktikum 3.24 Parameter yang Diamati



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1



Uji Bulki, Densitas Dan Durabilitas



4.1.1 Uji Bulky Dedak a. Kualitatif  Sebelum tenggelam



= 3,5 cm



 Setelah mengapung



= 2 cm



 Setelah tenggelam



= 3,4 cm



b. Kuantitatif Kuantitatif ¿



540−500 50



= 0,8 ml/g 4.1.2 Uji Densitas Dedak Berat Beaker glass kosong



= 192 g



Berat Pakan sebelum ditekan ( D1)



= 241 g



Tinggi = 135,26 cm



Berat Pakan sesudah ditekan (D2)



= 590 g



Tinggi = 11,5 cm



D1 =



241 = 0,334 g/ml 720



D2 =



590−192 = 0,3305 g/ml 720



4.1.3 UJi Durabilitas Pakan yang diujikan yaitu Bintang 888 dari jumlah awal yaitu 200 gram setelah diputarkan selama 1 menit 50 kali putaran berat pakan berubah menjadi 198 gram. Dengan perhitungan :



198 gram X 100 % = 99 % 200



Dalam praktikum kedua pellet yang digunakan yaitu Ekofit- 4 dengan berat awal 200 gram dan setelah digerakan atau digoyangkan beratnya menjadi 199 gram. Dengan perhitungan :



199 gram X 100 % = 99,5 % 200



Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa pellet tersebut memiliki tingkat ketahanan pakan yang tinggi karena partikel pellet yang telah mengalami uji hanya berkurang 1 dan 2 gram dari berat total yaitu 200 gram. Dan kedua pellet tersebut termasuk kedalam pellet dengan tingkat durabilitas yang baik, karena pellet yang baik memiliki tingkat durabilitas diatas 90 % atau kandungan pakan di bawah 10 %, penggunaan bahan baku pakan juga berpengaruh terhadap tingkat durabilitas pakan yang dihasilkan. 4.2



Bahan Baku Pakan



No



Bahan Pakan



1.



Jagung



2.



kedelai



Jenis Bahan Pakan Kering, Protein basal dan sebagai filler, protein nabati Kering, Protein basal dan sebagai filler, protein nabati



Karakteristik Kasar, Granule



Semi Halus



3.



Kering, Protein basal dan sebagai filler, protein nabati



Dedak



Semi Halus



Kering, Sebagai bahan 4.



Tepung Ikan



5.



Lemna Kering



6.



Tepung limbah RM (belum digiling) Tepung limbah RM



7. (sudah digiling) 8.



baku pakan, sumber proteing hewani Kering, protein nabati, sumber protein suplemen



Semi Halus



Kasar, Granule



kering, sumber protein hewani



Kasar, Granule



kering, sumber protein hewani



Halus



Sumber Omega 3, kental feed aditive Bahan baku pakan terdiri dari sumber protein nabati dan hewani, bahan baku Minyak Ikan



hewani merupakan semua bahan baku berasal dari hewan cintihnya tepung ikan, tepung tulang, tepung limbah udang dan yang linnya. Sedangkan untuk sumber protein nabati yaitu semua bahan baku yang berasal dari tumbuhan contohnya tepung kedelai, tepung jagung. Perbedaan yang sangat mencolok dari protein hewani dan nabati yaitu dari aroma, dimana semua protein hewani mengandung asam amino essensial sehingga aromanya akan lebih menyengat dan cenderung berkesan anyir. Sedangkan protein nabati cenderung emiliki serat yang tinggi sehingga karakteristik tekstur yang masih kasar. 4.3



Perbandingan Hasil Pengamatan Pakan Berbentuk Roti Kukus, Cake, Emulsi dan Flek Pengamatan Roti Cake Emulsi Flek



Kenampakan Aroma



Aroma Ikan



Seperti Bau



Berbau Dedak



Bau Amis



Kuat, Bau



Kue, Lebih



Amis



Amis



Dan Bau Amis



Tepung Ikan, Berbau Manis Dari



Tekstur



Lembek



Lembut, Padat, Kenyal, Liquid Mudah Hancur



Agar Kering, Alot, Tidak Mudah



Warna



Coklat



Kuning Terang



Coklat Terang



Hancur Coklat Gelap



4.4



Formulasi Pakan dan Pembuatan Pelet Tengelam  Kandungan protein pakan yang akan dibuat yaitu 25% dari total pakan 



Pakan yang akan dibuat sebanyak 180 g







Tambahan pada pakan CMC = 5% Premix = 2%



8% = 14,4 gram dari total bahan pakan



Minyak Ikan 1% 



Protein Suplemen (PS) T. Ikan 50%



= 50 x 60,00%



= 30,00%



T. Bungkil Kedelai 50%



= 50 x 48,08%



= 24,04% = 54,04%



 Protein Basal (PB) Tepung Dedak = 11,87%  Persentasi protein =



25 x 100 % = 27,17% (100−8)



 Metode Pearson Square



PS = 54,04%



27,17 – 11,87 = 15,3% 27,17%



+



PB =11,87%



54,05 – 27,17 = 26,87% + = 42,17%



 Tepung Ikan dengan Bungkil Kedelai 15,3 % x 100% = 36,28% 42,17 % Jadi, penggunaan TI (50%), bungkil kedelai (50%), dan TLRMF (0%) berturut-turut adalah sebagai berikut :  Tepung Ikan



= 50% x 36,28% = 18,14% = 18,14% x 92% = 16,68%  Tepung Kedelai = 50% x 36,28% = 18,14% = 18,14% x 92% = 16,68% 26,87  Dedak = x 100% = 63,71% 42,17 Jadi, penggunaan dedak adalah 63,71% x 92% = 58,61% Berdasarkan perhitungan tersebut kebutuhan bahan pakan sebagai berikut: Bahan Tepung ikan Tepung Bungkil Kedelai Tepung Dedak CMC Minyak Ikan Premix



Presentase 16,68% x 82,5g 16,68% x 82,5g



Hasil Yang Dibutuhkan 13,76g 13,76g



58,61% x 82,5g 5% x 7,2g 1% x 7,2g 2% x 7,2g



48,35g 0,36g 0,072g 0,144g



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1



Kesimpulan Dari hasil data praktikum diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pakan ikan



yang dibuat dalam bentuk tradisional atau pun modern harus mengandung nutrisi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan. Kualiats pakan dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu bahan baku yang digunakan cara pembuatnnya dan proses penyimpanannnya. Dalam pembuatan pakan ikan harus memiliki gizi yang mumpuni dan bisa ditambahkan berbagai feed boster atau suplemen sehingga ikan akan lebih nafsu makan dan cepat pertumbuhannya. Pembuatan pakan dalam takaran bahan baku dapat kita kontrol sesuai keinginan sehingga menghasilkan pakan yang baik. Setelah pembuatan pakan maka pakan akan mengalami berbagai uji yang akan membuktikan apakah pakan tersebut berkualitas baik atau tidak, pakan yang baik pada saat dilakukannya uji densias atau uji durabilitas yaitu diatas 95 % atau kandungan tepungnya 10 % dan pada saat penyaringan pellet ikan utuh lebih banyak dari pada pellet yang hancur. 5.2



Saran Dalam pembuata pakan harus lebih diperhatikan prosedur pembuatannya dan



takaran bahan baku pakan harus sesuai, pemilihan bahan baku pakan juga harus diperhatikan pilihlah bahan baku yang memiliki nialai nutrisi yang tinggi tetapi dengan harga yang mudah dijangkau.



DAFTAR PUSTAKA Lim , C. E. dan C. D. Webster. 2006. Nutrient Requiremen, The Haworth Press, New York. Fauziati, Titik. “Penggunaan Pakan Alami Cacing Sutra (tubifex sp) dan pakan bentuk cake pada larva udang galah (macrobrachium rosenbergii) stadia v terhadap jumlah konsumsi pakan (JKP) dan Feed Convertion Ratio (FCR).” Skripsi, 2018: 19-20.



LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum Uji Bulky, Densitas