Kel6 - Laporan Perc Kimia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR LAJUTAN KESETIMBANGAN KIMIA DAN PRINSIP LE CHATELIER



Oleh :



Nama



: Raffaello Santoso



NIM



: 201910901048



Kelompok / kelas : 6/Teknik Pertambangan Asisten



: Tyara Salsabila A.P



LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2021



I. II.



Judul Kesetimbangan Kimia dan Prinsip Le Chatelier Tujuan Tujuan dari percobaan kesetimbangan kimia dan prinsip Le Chatelier adalah sebagai berikut : 



Mempelajari sistem kesetimbangan







Mempelajari pengaruh penambahan konsentrasi dan temperatur terhadap kesetimbangan



III. III.1



Pendahuluan Pustaka MSDS ( Material Safety Data Sheet )



III.1.1 Amonia ( NH3) Amonia memiliki ciri fisik berupa cairan bening atau tiadk berwarna dan tidak berbau. Amonia memiliki pH sekitar 5-7. Amonia tidak memiliki titik lebur, beku, didih dan titik nyala. Amonia memiliki kelarutan berat jenis 1 g/ml dan larut dalam air. Bahaya dari amoni diperkirakan tidak menimbulkan bahaya yang signifikan dalam kondisi pengunaan normal yang di antisipasi. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, korban dbiarkan menghirup udara segar dan beristirahat. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit, pakaian yang terkena dilepaskan dan semua area kulit yang terbuka dicuci dengan sabun lembut dan air serta diikuti pembilasan menggunakan air hangat. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, segera bilas dengan air yang banyak, dapatkan pertolongan medis jika nyeri, berkedip atau kemerahan secara berlajut. Tindakan pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, mulut dibilas dan jangan memaksakan untuk muntah. (LabChem, 2017) III.1.2 Aquadest ( H2O ) Aquadest memiliki keadaan fisik berupa cairan tanpa warna dan bau serta memiliki pH 7. Aquadest memiliki massa jenis seberat



0,99823 g/ml dan massa molekul 18 m/mol. Tindakan pertolongan pertama ketika terjadi kontak dengan aquadest. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, biarkan korban menghirup udara segar dan beristirahat. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan



kulit,



buka



pakaian



yang



terkontaminasi.



Tindakan



pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, efek yang merugikan tidk diharapkan dari aquadest ini. Tindakan pertolongan pertama setelah tertelan, jangan memaksakan muntah, efek merugikan juga tidak diharapkan dari aquadest ini. Bahaya sepesifik yang muncu dari aquadest tidak mudah terbakar. (LabChem,2020) III.1.3 Asam Fosfat (H3PO4) Asam fosfat memiliki ciri fisik berupa cairan, bening tidak berwarna dan tidak berbau. Asam fosfat memiliki massa jenis relatif 1.7 dengan berat jenis/massa jenis 1687 kg/m3 dan memiliki massa molekul 98 g/mol. Gejala/efek akut dan tertnda saat terjadi kontak dengan asam fosfat. Gejala/efek setelah terhirup, akan mengalami betuk, tenggorokan kering/sakit, iritasi pada saluran pernapasan dan iriasi pada selaput lendir hidung. Gejala/efek setelah terjadi kontak dengan kulit, akan mengalami luka bakar kaustik/korosi pada kulit. Gejala/efek setelah terjadi kontak dengan mata akan mengalami korosi jaringan mata. Gejala.efek setelah tertelan, dapat membakar ke mukosa lambung/usus, mual, sakit perut dan adanya darah dalam muntahan.(LabChem,2016) Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan Asam fosfat. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, korban diindahkan ke tempat yang berudara segar jika terjadi masala pada pernapasan konsultasi ke dokter. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit, cuci dengan air yang banyak sekitar 15 menit dengan segera, jangan gunakan agen penetral, hapus



pakaian saat mencuci, pakaian jangan dilepas jika menempel pada kulit, tutupi luka dengan perban steril. Tindakan ertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, segera bilas dengan air yang banyak selama 15 menit, jangan gunakan agen penetral dan bawa korban ke dokter. Tindakan pertolongan pertama setelah tertelan, mulut dibilas dengan air segera setelah tertelan beri banyak air untuk diminum, jangan dimuntahkan, jangan beri arang aktif dan hubungi pusat informasi racun.( LabChem,2016 ) III.1.4 Asam Klorida ( HCl ) Asam klorida memiliki ciri fisik cair, tidak berwarna dan tidak berbau. Asam klorida memiliki pH 0, memiliki massa jenis 1-1.1 dan massa molekul sebesar 36,46 g/mol. Gejala dan efek akut atau tertunda setelah terjadi kontak dengan Asam klorida. Gejala/efek pada kulit dapat menyebabkan luka bakar yang parah dan terjadinya kuastik/korosi pada kulit. Gejala.efek setelah terhirup kemungkinan teradi peradangan pada saluran pernapasan serta terjadinya luka bakar. Gejala/efek setelah terjadi kontak dengan mata dapat menyebabkan kerusakan mata yang serius. Gejala/efek setelah tertelan dapat mengakibatkan mual dan muntah.(LabChem,2020) Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan asam klorida. Tindakan pertolongan pertama secara umum yaitu jangan pernah memberikan korban apapun melalui mulut kepada oatang yang tidak sadar. Jika korban merasa tidak enak badan, segera dapatkan bantuan medis. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, korban dipindahkan ke tempat berudara segar dan baringkan dengan posisi yang nyaman untuk bernapas serta segera hubungi pusat racun atau dokter. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit, segera dilepas pakaian yang terkontaminasi, bilas kulit dengan air/pancuran, segera hubungi dokter. Tindakan



pertolongan pertama setelah terjadi konak dengan mata, segera bilas dengan air beberapa menit secara hati-hati, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah dilakukan dan bilas serta segera hubungi dokter. Tindakan pertolongan pertama setelah tertelan, mulut dibilas jangan



memaksakan



muntah



dan



segera



hubungi



dokter.



(LabChem,2020) III.1.5 Besi(III) klorida (FeCl3) Besi(III) kloride memiliki ciri fisik berupa cairan berwarna amber dan tidak berbau. Besi(III) klorida tidak memiliki pH tidak memiliki titik lebur dan titik beku. Bahaya setelah terjadi kontak dengan besi(III) klorida dapat menyebabkan luka bakar yang parah dan kerusakan mata yang serius. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan Besi(III) klorida. Tindakan ertolongan pertama setelah terhirup, korban dipindahkan ke tempat yang berudara segar dan baringkan dengan posisi yang nyaman untuk bernafas. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit, segera lepas pakaian yang terkontaminasi dan bilas kulit dengan air. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah untuk dilakukan dan dilajut dengan



membilas.



Tindakan



pertolongan



pertama



setelah



mengkonsumsi, bilas mulut dan jangan memaksakan untuk muntah. (LabChe,2017)



III.1.6 Kalium Sianat (KSCN) Kalium sianat memiliki ciri fisik padat berwarna putih dan tidak berbau. Kalium sianat memiliki larutan pH sebesar 5 (5.3-8.7)% dengan titik lebur 170-179 ºC tetapi tidak memiliki titik lebur dan titik



didih. Kalium sianat memiliki massa jenis relatif 1.886 dengan massa molekul 97,18 g/mol. Bahaya setelah terjadi kontak dengan kalium sianat. Bahaya setelah terjadi kontak dengan kulit akan terjadi iritasi pada kulit. Bahaya setelah terjadi kontak dengan mata dapat menyebabkan gangguan mata berat. Bahaya setelah tertelan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan yang serius.(LabChem,2018) Tindakan



pertolongan



pertama



setelah



terhirup,



korban



dibiarkan menghirup udara segar dan beristirahat. Tindakan pertolongan pertaa setelah trejadi kontak dengan kulit, cuci dengan sabun dan air, cuci pakaian yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah dilakukan, lanjutkan dengan membilas. Tindakan pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, bilas mulut jangan memaksakan untuk muntah. (LabChem,2018) III.1.7 Kobalt Diklorida (CoCl2) Kobalt diklorida memiliki ciri fisik kristal adat, bubuk kristal berwarna merah dan berbau ringan maupun menyengat. Kobalt diklorida memiliki pH sekitar 3-5,5 dengan larutan pH nya 5%. Kobalt diklorida memiliki titik lebur pada suhu 86 ºC sedangkan titik bekunya tidak tersedia. Klobat diklorida memiliki berat jenis/massa jenis 1924 kg/m3 dengan masa molekul 237,93 g/mol. Bahaya yang terjadi setelah terjadi kontak dengan kobalt diklorida. Bahaya setelah terjadi kontak dengan kulit dapat menyebabkan irritasi ringa. Bahaya sestelah terjadi kontak dengan mata dapat mengalami iritasi ringan. Bahaya setelah tertelan, akan mengalami mual, pelebaran pembuluh darah, kulit merah, dan tekanan arteri rendah. (LabChem,2017)



Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kobalt diklorida. Tindakan pertolongan pertama setelah menghirup korban dipindahkan ke tempat yang berudara segar. Tindakan pertolongan pertama setlah terjadi kontak dengan kulit, segera cuci dengan air yang banyak, bisa menggunakan sabun, dan jangan gunakana gen penetralisir serta bawa korban ke dokter jika iritasi terus berlanjut. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, bilas dengan air dan jangan gunakan agen penetral. Tindakan pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, mulut dibilas dengan air, segera setelah tertelan beri aira yang banyak untuk diminum. (LabChem,2017) III.1.8 Natrium Klorida (NaCl) Natrium klorida memiliki ciri fisik padat yaitu berupa bubk kristla putih dan tidak berbau. Natrium klorida memiliki pH sekitar 59 5% dengan titik lebur 801 ºC dan titik didih 1413ºC . Natrium klorida memiliki berat jenis /massa jenis 2.165 g/cm 3 dan massa molekul 58,44 g/mol. Bahaya yang terjadi setelah terjadi kontak dengan natrium klorida . Bahaya ynag terjadi setelah menghirup akan mengalami batuk. Bahaya setelah terjadi konatk dengan mata dapat menyebabkan iritasi ringan. Bahaya yang terjadi setelah tertelan dapat mengalami mual.(LabChem,2018) Tindakan pertolongan pertama setelah terajdi kontak dengan natrium klorida. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, korban dipindahkan ke tempat yang berudara segera, baringkan dengan posisi yang nyaman untuk bernapas dan biarkan dia beristirahat.



Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak



dengan kulit, cuci dengan lembut menggunakan sabun dan air yang banyak, lepaskan pakaian yang terkena dan cuci semua area kulit yang terbuka dengan sabun lembut dan air serta diikuti penggunaan air



hangat. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah untuk dilakukan, dilanjut dengan membilas dengan air yang banyak. Tindakan pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, jangan dimuntahkan, minum air yang banyak serta konsultasi dengan dokter jika merasa tidak enak badan.(LabChem,2017) III.1.9 Natrium Hidroksida (NaOH) Natrium hidroksida memiliki ciri fisik padat berupa kristal padat, bubuk kristal, bola kecil, benjolan, jarum, timbangan dan serpih yang memiliki warna putih tetpi tidak berbau. Natrium hidroksida memiliki pH sebesar 14(5%) dengan titik lebur 323 ºC dan titik didih 1388 ºC. Natrium hidoksida memiliki massa jenis 2130 kg/m3 dan massa molekul 40 g/mol. Bahaya terjadinya kontak dengan Natrium Hidroksida. Ketika terjadi kontak dengan kulit, maka akan terjadi luka bakar kaustik / korosi pada kulit. Bahaya setelah terjadi kontak dengan mata dapat menyebbakan korosi jaringan mata serta kerusakan mata yang permanen. Bahaya setelah tertelan, akan mengalami tenggorokan kering/sakit, mual, sakit perut dan sulit menelan. Bahaya setelah terhirup, terjadi peradangan pada tenggorokan, batuk, iritasi pada saluran pernapasan. (LabChem, 2018) Tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan setelah terjadi kontak dengan Natrium hidroksida. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, korban di pindahkan ke tempat yang berudara segra. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit, produk kering di pisahkan dari kulit, pakaian di hapus sebelum di cuci, sgeera cuci dengan air yang banyak, jangan gunakan agen penetralisir , jika kulit menempel pakaian jangan di lepaskan dan tutupi luka dengan perban steril. Tindakan pertolongan pertama



setelah terjadi kontak dengan mata, segera bilas mata dengan air selama 15 menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah dilakukan, dilanjut dengan membils dan jangan gunakan agen enetral. Tindakan pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, bilas mulut dengan air, segera setelah tertelan beri korban air minum , jangan dimuntahkan, jangan beri arang aktif dan penwar kimiawi. ( LabChem,2018) III.1.10 Seng Nitrat [Zn(NO3)2] Seng nitrat memiliki ciri fisik berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau. Seng nitrat titik memiliki batas titik lebur, beku dan didih. Seng nitrat memiliki kelarutan berat jenis sebesar 1,05 g/ml. Bahaya terjadinya kontak dengan seng nitrat . Bahaya terjadinya kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar. Bahaya setelah terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Bahaya setelah terjadi kontak dengan mata akan menyebabkan kerusakan mata yang serius. Bahaya setelah mengkonsumsi terbakarnya mukosa atau usus.(LabChem,2018) Tindakan pertolongan pertama setelah terjadinya kontak dengan seng nitrat. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, korban dipindahkan ke tempayt yang berudara segra da baringkan dengan posisi yang nyaman untuk bernafas. Tindakan pertolongan pertama setelah



terjadi



kontak



dengan



kulit,



semua



pakaian



yang



terkontaminasi segera di lepas dan bilas kulit dengan air. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, bilas dengan air secara hati-hati selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah untuk dilakukan dan dilanjut dengan membilas. Tindakan pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, mulut dibilas , jangan memaksakan untuk muntah dan segera hubungi pusat racun atau dokter.(LabChem,2018)



III.1.11 Tembaga Sulfat (CuSO4) Tembaga sulfat memiliki ciri fisik berbentuk cairan berwarna kebiruan dan tidak berbau. Tembaga sulfat tidak memiliki batas titik lebur maupun titik didih. Tembaga sulfat memiliki kelarutan berat jenis 1 g/ml. Identifikasi bahaya setelah terjadi kontak dengan tembaga sulfat diperkirakan tidak menimbulkan bahaya yang signifikan dalam kondisi penggunaan normal yang di antisipasi. (LabChem,2017) Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan tembaga sulfat. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup , biarkan korban menghirup udara segar dan biar korban beristirahat. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit, pakaian yang terkena di lepaskan dan semua area kulit yang terbuka di cuci dengan sabun lembut dan air, diikuti dengan pembilasan menggunakan air hangat. Tindakan petolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, segera bias dengan air, dapatkan pertolongan medis jika nyeri, berkedip atau kemerahan terus berlanjut. Tindakan pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, bilas mulut , jangan memkasakan



muntah



dan



dapatkan



perhatia



medis



darurat.



(LabChem,2017) III.2



Tinjauan Pustaka Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada setiap zat tinggal tetap pada suhu konstan. Reaksi kimia banyak yang tidak sampai berakhir, dan mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-zat bereaksi dan produk tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap berubah dari pereaksi menjadi produk dan dari produk menjadi preaksi, tetapi tanpa perubahannetto konsentrasinya (Stephen, 2002).



Reaksi-reaksi kimia banyak yang berjalan tidak sempurna artinya reaksi-reaksi tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan antara konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi tetap. Reaksi saat setimbang,kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri. Kesetimbangan disini merupakan kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan statis. Reaksi sebenarnya masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti. Teori ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada kesetimbangan. Reaksi sempurna,kesetimbangan sangat berat disebelah kanan (Purwoko& Agus, 2006). Kecepatan reaksi kimia pada suhu konstan sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat yang bereaksi. Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan yang dinamis, dimana terdapat reaktan dan produk, tetapi kedudukannya tidak lagi mempunyai kecenderungan untuk berubah. Konsentrasi produk kadang-kadang jauh lebih besar dari konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam campuran kesetimbangan, sehingga reaksi dikatakan reaksi yang “sempurna”. G N Lewis memperkenalkan besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa dipakai sebagai ganti konsentrasi. Teori tersebut memudahkan jika keaktifan dianggap sebagai perkalian antara konsentrasi zat yang dimaksud dengan suatu koefisien keaktifan (Sunaryan& Yayan, 2010). Sistem dalam suatu kesetimbangan, dimana suatu katalis menaikkan suatu kecepatan reaksi maju dan reaksi balik dengan kuat yang sama. Katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan tetapan kesetimbangan tidaklah berubah, katalis dapat mengubah waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan. Reaksi yang berlangsung dengan laju yang sesuai hanya pada temperature yang sangat tinggi, dapat berjalan dengan cepat pada



temperatur yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis (Irmita, 2018). Kegunaan konstanta salah satunya dalam kesetimbangan kimia adalah memprediksi arah reaksi . Mempelajari kecenderungan arah reaksi ,digunakan besaran Qc, yaitu hasil perkalian konsentrasi awal produk dibagi hasil perkalian konsentrasi awal reaktan yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksi1nya. Nilai Qc apabila dibandingkan dengan nilai Kc, terdapat tiga kemungkinan hubungan yang terjadi, antara lain : 1. Qc < Kc Sistem reaksi1 reversibel kelebihan reaktan dan kekurangan produk. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah reaktan diubah menjadi produk. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah produk (ke kanan). 2. Qc = Kc Sistem berada dalam keadaan kesetimbangan. Laju reaksi, baik ke arah reaktan maupun produk, sama. 3. Qc > Kc Sistem reaksi reversibel kelebihan produk dan kekurangan reaktan. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah produk diubah menjadi reaktan. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah reaktan (ke kiri) (Sunaryan& Yayan, 2010). Reaksi kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan dan produknya. Kesetimbangan dari 2 fase dari zat yang sama dinamakan kesetimbangan fisis karena perubahan yang terjadi hanyalah proses fisis. Penguapan air didalam wadah tertutup merupakan



contoh



kesetimbangan



fisis.



Persamaan



yang



menghubungkan konsentrasi reaktan dan produk pada kesetimbangan yang dinyatakan dalam suatu kuantitas yang disebut konstanta kesetimbangan. Kesetimbangan dinyatakan sebagai hasil bagi dengan pembilangnya adalah hasil kali antara konsentrasi-konsentrasi kesetimbangan



produk,



masing-masing



dipangkatkan



dengan



koefisien stoikiometrinya dalam persamaan setara. Kesetimbangan homogen berlaku untuk reaksi yang semua spesi bereaksinya berada



sefase. Kesetimbangan heterogen adalah reaksi reversibel yang melibatkan reaktan dan produknya yang berbeda. Ada satu aturan umum yang membantu kita mempediksi kearah mana reaksi kesetimbangan bergerak bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan, volume dan suhu.aturan ini dikenal sebagai asas Le Chatelier (Chang, 2005). Reaksi kesetimbangan berkaitan erat dengan asas Le Chatelier, suatu sistem dalam keadaan setimbang cendrung mempertahankan kesetimbangannya, sehingga bila ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut diperoleh



akan



keadaan



berubah



sedemikian



kesetimbangan



lagi.



rupa



agar



Seorang



segera



kimiawan



berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan bahwa jika reaksi1 kimia yang setimbang menerima perubahaan



keadaan



(menerima aksi dari luar), reaksi1 tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk mengatasi perubahan



yang



diterima



(melakukan



reaksi1 sebagai



respon



terhadap perubahan yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le Chatelier (Stephen, 2002). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan, yaitu: 1. Perubahan konsentrasi Besi(III) tiosianat mudah larut dalam air dan menghasilkan larutan berwarma



merah.



Warna



tersebut



disebabkan oleh adanya ion terhidrasi FeSCN2+ . Kesetimbangan antara ion-ion FeSCN2+ yang tidak terurai dan Fe3+ dan SCNdituliskan sebagai berikut: FeSCN2+ ⇌ Fe3+ + SCNSaat ditambahkan sedikit natrium tiosianat ke dalam larutan akan mengakibatkan larutan bertambah merah tua. Hal ini sama ketika ditambahkan besi (III) nitrat ke dalam larutan asal, warna merah akan bertambah tua akibat ion Fe3+ tambahan dari besi (III) nitrat akan menggeser kesetimbangan dari kanan ke kiri.



Percobaan ini menunjukkan bahwa pada kesetimbangan, semua reaktan



dan produk sama dalam sistem reaksi1. Kedua,



peningkatan konsentrasi produk akan menggeser kesetimbangan ke



kiri



dan



penurunan konsentrasi produk akan menggeser



kesetimbangan ke arah kanan. Hal tersebut sesuai dengan asas Le Chatelier. 2. Perubahan suhu Perubahan konsentrasi, tekanan, atau volume dapat mengubah posisikesetimbangan, tetapi suhu mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat



mengubah konstanta



kesetimbangan.



Contoh



mempengaruhi kesetimbangan adalah pembentukan yang



merupakan



proses



endotermik,



kesetimbangan bergeser ke kiri dan Pendinginannya



akan



jika



larutan



suhu



CoCl22dipanaskan



menjadi



biru.



menghasilkan reaksi1 eksotermik dan



larutan menjadi merah muda. Peningkatan suhu akan menghasilkan reaksi 1 endotermik dan penurunan suhu akan menghasilkan reaksi 1 eksotermik. 3.



Perubahan tekanan dan volume Tekanan dan volume berbanding terbalik. Semakin besar tekanan maka semakin kecil volume dan begitupula



sebaliknya.



Konsentrasi



gas



berdasarkan rumus



merupakan konsentrasi gas dalam mol per liter konsentrasinya umumnya



berbanding



peningkatan



lurus



tekanan



dengan dan



sehingga



tekanan. Pada



penurunan



volume



menghasilkan reaksi1 yang menurunkan jumlah total mol gas. Tekanan suatu sistem dapat diubah tanpa mengubah volumenya. 4.



Pengaruh katalis Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi1. Untuk reaksi1 reversibel, katalis mempengaruhi laju reaksi1 maju sama besar dengan reaksi1 balik. Jadi, keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan dan tidak menggeser posisi sistem kesetimbangan. Penambahan katalis pada campuran reaksi1



yang tidak



berada



pada



kesetimbangan



akan



mempercepat laju campuran



reaksi1 maju dan reaksi1 balik sehingga



kesetimbangan



tercapai



lebih



cepat.



Campuran



kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis, tetapi mungkin



menunggu



lebih



lama



agar kesetimbangan terjadi



(Chang, 2005). Katalis dalam kesetimbangan dapat mempercepat laju reaksi1 agar kesetimbangan cepat tercapai. Katalis adalah suatu substansi



yang



dapat meningkatkan



laju



reaksi1



untuk



mencapai kesetimbangan tanpa ikut bereaksi1 secara permanen. Contoh katalis pada fuel cell hidrogen berfungsi untuk memecah molekul oksigen (katoda) menjadi atom atau ion oksigen yang bereaksi1 dengan atom atau ion hidrogen dari anoda (Darmin, dkk. 2013)



IV. Metode Percobaan IV.1 Alat dan Bahan IV.1.1 Alat  Gelas arloji  Gelas beaker  Pemanas air  Pengaduk  Pipet tetes  Rak tabung reaksi  Tabung reaksi



IV.1.2 Bahan             



Aquadest 0,5M CoCl2 0,1M CuSO4 3M HCl HCl pekat NaCl jenuh NaOH 0,1 M FeCl3 0,1 M KSCN Larutan Zn(NO3)2 Kertas lakmus 3M NH3 Larutan H3PO4



IV.2 Skema Kerja IV.2.1 Reaksi Pembentukan Larutan CuSO4



 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah diersihkan dan dikeringkan 20 tetes (kurang lebih 1 mL) larutan CuSO4  Diteteskan ke dalam tabung yang sudah berisi larutan CuSO4 larutan 1 M NH3 secara perlahan. Dikocok tabung setiap selesai penetesan  Dilanjutkan penetesan jika belum terjadi perubahan warna. Dicatat jumlah tetesan yang diperlukan untuk merubah warna larutan  Diteteskan ke dalam larutan yang sudah setimbang tersebut larutan HCl 1 M sampai warna larutan berubah menjadi biru pucat  Dicatat jumlah tetesan HCl 1 M yang di butuhkan Hasil



IV.2.2 Efek Ion Senama Larutan H3SO4



 Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering 2 mL larutan H3SO4  Diambil kertas lakmus, dicelupkan ujungnya ke dalam larutan tersebut. Dicatat hasil pengujian tersebut  Ditambahkan ke dalam kertas lakmus satu tetes larutan HCl 1 M  Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi  Ditambahkan ke dalam tabung reaksi satu tetes larutan HCl 1 M, kemudian di kocok  Dicelupkan kertas lakmus ke dalam larutan campuran  Diamati dan dicatat hasilnya Hasil



IV.2.3 Pengaruh Konsentrasi FeCl3



 Dipersiapkan ke dalam 50 mL akuades dalam beaker glass larutan induk dengan menambahkan 1 mL 0,1 M besi (III) klorida (FeCl3) dan 1 mL 0,1M pottasium sianat (KSCN)  Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih, beri label 1-4 untuk masing-masing tabung  Ditambahkan 2 mL larutan yang telah disiapkan induk ke dalam setiap tabung  Digunakan tabung pertama sebagai standart yang akan dibandingkan dengan tabung-tabung yang lain  Ditambahkan 10 tetes larutan FeCl3 0,1 M, pada tabung kedua  Ditambahkan 10 tetes larutan KSCN 0,1 M pada tabung ketiga  Ditambahkan 5 tetes larutan NaCl jenuh pada tabung keempat  Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi untuk setiap tabung Hasil



IV.2.4 Pengaruh Suhu CoCl2 0,5 M



 Dimasukkan ke dalam suatu tabung reaksi yang kering dan bersi 5 tetes larutan CoCl2



 Ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes sampai terjadi perubahan warna  Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi  Dimasukkan ke dalam suatu tabung reaksi yang kering dan bersih 1 mL CoCl2 , dicatat warnanya  Dimasukkan tabung tersebut ke dalam penganas air  Diamati dan dicatat perubahannya Hasil



IV.2.5 Kestabilan dan keseimbangan ion kompleks dari ion seng Zn(NO3)2



 Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering masing-masing 2 mL larutan Zn(NO3)2 Ditambahkan masing-masing dua tetes NaOH 3 M dan di aduk  Dicatat perubahan yang terjadi  Ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung pertama, diamati perubahannya  Ditambahkan NaOH 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung kedua, diamati perubahannya  Ditambahkan NH3 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung ketiga, diamati perubahannya  Dicacat perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung dalam tabel pengamatan Hasil



IV.3 Prosedur Kerja IV.3.1 Reaksi Pembentukan



Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan sebanyak 20 tetes (kurang lebih 1 mL) larutan CuSO 4. Diteteskan larutan 1 M NH3 ke dalam tabung yang sudah berisi larutan CuSO4 dan dikocok tabung setiap selesai penetesan. Dilanjutkan penetesan jika belum terjadi perubahan warna dan dicatat jumlah tetesan yang diperlukan untuk mengubah warna larutan. Diteteskan larutan HCl 1 M ke dalam larutan yang sudah seimbang tersebut sampai warna larutan berubah menjadi biru pucat. Dicatat jumlah tetesan HCl 1 M yang dibutuhkan. IV.3.2 Efek ion senama Dimasukkan 2 mL larutan H3SO4 ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering. Diambil kertas lakmus, dicelupkan ujungnya ke dalam larutan tersebut dan dicatat hasil pengujiannya. Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1 M kertas lakmus. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Ditambahkan satu tetes larutan HCl 1M ke dalam tabung reaksi, kemudian di kocok. Dicelupkan kertas lakmus ke dalam larutan campuran tersebut. Diamati dan dicatat hasilnya. IV.3.3 Pengaruh konsentrasi Dipersiapkan larutan induk dengan menambahkan 1 mL 0,1M besi(III) klorida (FeCl3) dan 1 mL 0,1 M pottasium sianat (KSCN) ke dalam 50 mL akuades dalam beaker glass. Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih, beri label 1-4 untuk masing-masing tabung. Ditambahkan 2 mL larutan induk yang disiapkan ke dalam setiap tabung.Digunakan tabung pertama sebagai standart yang akan dibandingkan dengan tabung-tabung yang lain. Ditambahkan 10 tetes larutan FeCl3 0,1 M pada tabung kedua. Ditambahkan 10 tetes larutan KSCN 0,1M pada tabung ketiga. Ditambahkan 5 tetes larutan NaCl jenuh pada tabung keempat. Diamati dan dicatat perubahannya.



IV.1.4 Pengaruh suhu Dimasukkan 5 tetes larutan CoCl2 0,5 M ke dalam suatu tabung reaksi yang kering dan bersih. Ditambahkan HCl 3M tetes demi tetes sampai terjadi perubahan warna . Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Dimasukkan 1 mL CoCl2 ke dalam suatu tabung reaksi yang kering dan bersih dan di catat warnanya. Dimasukkan tabung tersebut ke dalam penganas air. Diamati dan di catat perubahannya. IV.1.5 Kestabilan dan kesetimbangan ion komleks dari ion seng Dimasukkan masing-masing 2 ml larutan Zn(NO3)2 0,1 M ke dalam 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Ditambahkan masing-masing dua tetes NaOH 3 M dan diaduk. Dicatat perubahan yang terjadi. Ditambahkan HCl 3 M tetees demi tetes dan diaduk pada tabung pertama. Ditsmbahkan NaOH 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung kedua. Ditambahkan NH3 3 M tetes demi tetes dan diaduk pada tabung ketiga. Dicatat perubahan yang trjadi pada masingmasing tabung dalam tabel pengamatan.



V.



Data dan Perhitungan



5.1



Data



5.1.1



Reaksi pembentukan CuSO4 0,1 M = 10 tetes + NH3 1 M = 10 tetes + HCl 1 M = 5 tetes



5.1.2



Efek Ion Senama H3PO4 + kertas lakmus biru = warna berubah menjadi merah HCl 1 M + kertas lakmus merah = warna tetap merah



HCL 1 M + kertas lakmus biru = warna berubah menjadi merah 5.1.3



Pengaruh Konsentrasi FeCl3 0,1 M + KSCN 0,1 M = warna jingga muda FeCl3 0,1 M + KSCN 0,1 M + FeCl3 0,1M = warna coklat tua FeCl3 0,1 M + KSCN 0,1 M + KSCN 0,1 M = warna kuning tua FeCl3 0,1 M + KSCN 0,1 M + NaCl = warna kuning muda



5.1.4



Pengaruh Suhu CoCl2 0,5 M + HCl 3 M = 30 detik, warna merah muda bening CoCl2 0,5 M dimasukkan ke dalam penangas = warna bening



5.1.5



Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng Zn(NO3)2 0.1 M 2 ml = tidak berwarna +NaOh 3 M menjadi putih keruh Tabung 1 + HCl 3 M 5 tetes = tidak berwarna Tabung 2+ NaOH 3 M = semakin keruh dan terdapat endapan Tabung 3+ NH3 3M = dua fase yaitu endapan dan larutan tidak berwarna



VI.



Hasil dan Pembahasan



a.



Hasil



6.1.1



Tabel reaksi Pembentukan



No .



Perlakuan



1. 2. 6.1.2



Perubahan Sebelum



sesudah



CuSO4 0,1 M + NH3 1 M



Biru bening



Biru keruh



CuSO4 0,1 M + HCl 1 M



Biru keruh



Biru pucat



Efek Ion Senama Perubahan



No



Perlakuan



Sebelum Kertas



1



H3PO4 2 mL



2



HCl 1 tetes



Kertas lakmus biru



Sesudah lakmus berubah



warna



menjadi merah Kertas lakmus tetap berwarna merah



Kertas lakmus merah Kertas



3



6.1.3



HCl 1 tetes



Kertas lakmus biru



lakmus



berubah



warna



menjadi merah



Pengaruh Konsentrasi Perubahan



No 1



Sebelum



Sesudah Larutan 1 mL 0,1 M (FeCl3) + 1 mL 0,1 Warnanya kuning, Warnanya kuning, M (KSCN)



2



larutannya sangat



larutannya



sangat



cair cair 1 mL 0,1 M (FeCl3) + 1 mL 0,1 Warnanya kuning, Warnanya



coklat



M (KSCN) + 10 tetes FeCl3 0,1 larutannya sangat 3



M cair 1 mL 0,1 M (FeCl3) + 1 mL 0,1 Warnanya kuning, Warnanya M (KSCN) + 10 tetes KSCN larutannya sangat



4



tua, larutan kental



tua, larutannya cair



0,1 M cair 1 mL 0,1 M (FeCl3) + 1 mL 0,1 Warnanya kuning, Warnanya M (KSCN) + 5 tetes NaCl



larutannya sangat cair



kuning



kuning



muda, larutan cair



6.1.4



Pengaruh Suhu Perubahan



No Perlakuan 1 CoCl2 0,5 M + HCl 3 M 2 6.1.5



CoCl2 1 mL dipanaskan



Sebelum



Sesudah



Warna merah muda



Warna merah muda



Warna merah muda



bening Warna bening



Kestabilan dan Kesetimbangan Ion Kompleks dari Ion Seng Perubahan Warna sebelum Warna Sesudah



No 1



Perlakuan 2 ml Zn(NO3)2 0,1 M + 2 tetes



Warnanya putih



Warnanya putih



2



NaOH 3 M + HCl 3M 2 ml Zn(NO3)2 0,1 M + 2 tetes



keruh Warnanya putih



bening Warnanya putih



3



NaOH 3 M + NaOH 3 M 2 ml Zn(NO3)2 0,1 M + 2 tetes



keruh Warnanya putih



keruh, lebih kental Warnanya putih



NaOH 3 M + NH3 3 M



keruh



keruh dibagian bawah, bagian atas bening



b.



Pembahasan Hasil dan Pembahasan dalam laporan ini berupa deskripsi mengenai



kesetimbangan kimia dan prinsip le châtelier. Pembahasan yang dibahas berupa sistem kesetimbangan, pengaruh penambahan konsentrasi dan temperatur terhadap kesetimbangan. Larutan yang memiliki perubahan dalam hasil akhir tentunya mengalami pergeseran kesetimbangan yang ditandai dengan perubahan warna pada larutan tersebut. Percobaan pertama yaitu mengetahui reaksi pembentukan yang diawali dengan larutan CuSO4 0,1 M sebanyak 10 tetes dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan. Tabung dibersihkan dahulu agar tidak ada zat lain yang tercampur sehingga percobaan lebih akurat. Larutan pertama tidak dicampur dengan zat lain karena larutan pertama akan digunakan sebagai pembanding dengan larutan lainnya. Tabel 6.1.1 pada percobaan CuSO4



menunjukan perubahan warna menjadi warna biru tua ketika ditambah dengan NH3 pada tabung kedua. Tabung ketiga ditambahkan larutan HCl 1M sebanyak 5 tetes, hasilnya terjadi perubahan warna larutan menjadi biru pucat. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut : CuSO4 + NH3



Cu(NH3)4 + SO4



(6.2.1)



Larutan 1 M NH3 perlahan-lahan diteteskan kedalam tabung yang sudah berisi larutan CuSO4 tersebut. Tabung kemudian dikocok setelah selesai penetesan yang berfungsi agar larutan dapat tercampur rata. Larutan ditambahkan NH3 menyebabkan warna larutan lebih tua dari tabung pertama menjadi biru keruh. Larutan tersebut kemudian ditambah dengan HCl sebanyak 5 tetes kemudian dikocok agar larutan dapat tercampur secara rata. Hasilnya larutan tersebut berubah warna menjadi warna biru tua dikarenakan penambahan zat lain. Hasil percobaan kesatu ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika suatu efek diterapkan pada suatu sistem dalam keadaan seimbang, keseimbangan akan bergeser untuk mengurangi efek yang terjadi. Percobaan kedua yaitu mengetahui efek ion senama dalam reaksi kesetimbangan. Percobaan ini diawali dengan larutan H3PO4 dimasukkan sebanyak 2 mL kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung dibersihkan dahulu agar tidak ada zat lain yang tercampur sehingga percobaan lebih akurat. Kertas lakmus diambil lalu dicelupkan ujungnya ke dalam larutan tersebut yang berfungsi sebagai pendeteksi larutan asam atau basa berdasarkan perubahan warna yang terjadi. Larutan HCl 1 M ditambahkan sebanyak 1 tetes ke dalam tabung reaksi lalu dikocok. Fungsi pengocokan agar larutan dapat tercampur secara merata.



Reaksi yang berlangsung dapat dituliskan sebagai



berikut : H3PO4 HCl



H+ + PO43-



(6.2.2)



H+ + Cl-



(6.2.3)



Percobaaan ini diperoleh hasil sesuai teori bahwa kertas lakmus yang dimasukkan ke senyawa asam yaitu H3PO4 dan HCl, maka jumlah H+ pada indikator akan bertambah. Akibatnya, Kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri



(endotermis) sehingga warna kertas lakmus berubah menjadi merah. Sebaliknya, kertas lakmus yang dimasukkan ke senyawa basa akan bereaksi dengan OHsehingga membentuk H2O. Ion H+ yang berkurang menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan (eksotermis) dan warna kertas lakmus akan berubah menjadi biru. Percobaan ketiga yaitu mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap reaksi kesetimbangan. Mula-mula larutan induk dipersiapkan dengan menambahkan 1 mL 0,1 M Besi(III) Klorida (FeCl3) dan 1 mL 0,1 M Potassium Sianat (KSCN) ke dalam 50 mL akuades dalam beaker glass. Empat tabung reaksi disiapkan yang kering dan bersih agar tidak ada zat lain yang tercampur sehingga percobaan lebih akurat. Persamaan reaksi yang terjadi antara FeCl3 dan KSCN adalah sebagai berikut: FeCl3 (aq) + KSCN(aq)



(FeSCN) Cl2(aq) + KCl(aq)



(6.2.4)



Sedangkan persamaan reaksi kesetimbangannya, yaitu: Fe3+(aq) + SCN-(aq)



FeSCN3+(aq)



(6.2.5)



Tabung pertama digunakan sebagai standart yang akan dibandingkan dengan tabung-tabung yang lain. Hasil pengamatan perubahan yang terjadi pada tabung pertama yaitu, warna larutan cenderung berwarna putih kekuningkuningan. Tabung kedua ditambahkan FeCl3, hasilnya larutan berubah menjadi warna cokelat tua. Warna larutan yang lebih tua daripada tabung pertama karena penambahan konsentrasi Fe3+ sehingga kesetimbangan bergeser ke arah kanan atau produk. Tabung ketiga ditambahkan KSCN, hasilnya larutan berubah warna menjadi kuning tua. Warna larutan yang lebih tua daripada tabung pertama karena penambahan konsentrasi SCN- sehingga kesetimbangan bergeser ke arah kanan atau produk. Tabung keempat ditambahkan NaCl, hasilnya warna larutan berubah menjadi kuning muda. Warna bening yanag dihasilkan dari pencampuran menunjukan bahwa reaksi kesetimbangan bergeser ke arah reaktan dan warna pekat menunjukan kesetimbangan bergeser ke arah produk. Hal ini dikarenakan ion-ion yang dicampurkan memberi tambahan konsentrasi pada reaktan atau produk, sehingga terjadi perubahan warna menjadi bening ataupun pekat. Hasil ini



sudah sesuai teori yang ada bahwa konsentrasi reaksi akan menggeser kesetimbangan ke sisi yang berkurang konsentrasinya. Dengan kata lain, reaksi akan bergeser ke arah zat yang tidak ditambahi atau dikurangi konsentrasinya. Percobaan



keempat



yaitu



mengetahui



pengaruh



suhu



terhadap



kesetimbangan. Mula-mula larutan CoCl2 0,5 M dimasukkan sebanyak 5 tetes ke dalam suatu tabung reaksi yang kering dan bersih lalu ditambahkan HCl tetes demi tetes. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut : CoCl2 + 2HCl



CoCl4 + 2H



(6.2.6)



Larutan yang sudah ditambah HCl mengalami perubahan warna yang semula warna merah muda berubah menjadi merah muda cerah. Larutan CoCl2 kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dipanaskan dalam penangas. Hasilnya larutan berubah menjadi bening. Hal ini disebabkan warna merah muda dari CoCl2 menguap ketika suhu dinaikkan. Proses pengurain CoCl2 membutuhkan panas sehingga proses penguraian adalah reaksi endotermis. Warna yang



lebih



bening



dari



warna



awal



menunjukkan



terjadi



pergeseran



kesetimbangan ke arah reaktan atau ke kiri, sehingga ketika suhu dinaikkan reaksi akan mengarah ke yang membutuhkan kalor. Hasil percobaan sesuai dengan teori bahwa reaksi akan bersifat eksotermis yaitu berjalan ke arah kanan apabila suhu reaksi diturunkan. Sebaliknya, reaksi akan bersifat endotermis yaitu berjalan ke arah kiri apabila suhu reaksi dinaikkan.suhu yang dinaikkan merupakan peristiwa peningkatan kalor atau menambah energi kedalam sistem. Percobaan kelima yaitu mengetahui kestabilan dan kesetimbangan ion kompleks dari ion seng. Mula-mula Larutan Zn(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 ml dimasukkan masing-masing ke dalam 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering agar tidak ada zat lain yang tercampur sehingga percobaan lebih akurat. NaOH 3 M ditambahkan masing-masing dua tetes dan diaduk bertujuan agar larutan bercampur merata. Tabung pertama diteteskan HCl 3M, tabung kedua diteteskan NaOH 3M, dan tabung ketiga diteteskan NH3 3M lalu diaduk. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :



Zn(NO3)2 + 2 NaOH → Zn(OH)2 + 2 NaNO3



(6.2.7)



Pada tabung 1 ditambahkan larutan HCl 3M tetes demi tetes hasil perubahan yang terjadi dari hasil pengamatan tersebut yaitu, tidak berwarna atau bening dan wujudnya berbentuk cair. Hal ini menunjukkan terjadi pergeseran kesetimbangan ke kiri atau produk. Pada tabung 2 yang ditambahkan dengan NaOH 3 M tetes demi tetes, hasil perubahan yang terjadi pada tabung reaksi kedua hasil dari pengamatan pada percobaan tersebut yaitu warna larutan menjadi lebih keruh dan terdapat endapan. Hal ini menunjukkan semakin banyak NaOH ditambahkan maka akan terjadinya endapan. Sedangkan pada tabung ketiga dari hasil percobaan dan pengamatan tersebut yaitu, penambahan larutan NH3 3 M tetes demi tetes, perubahan yang terjadi pada tabung tersebut yaitu perubahan warna menjadi bening dan masih terdapat endapan. Percobaan memiliki perlakuan yang berbeda-beda. Perlakuan pemanasan berfungsi untuk mendapatkan suhu larutan yang diinginkan. Pengambilan larutan dengan menggunakan pipet ukur memiliki fungsi agar larutan yang dipakai memiliki perbandingan yang sama atara satu dengan yang lain. Pengukuran waktu menggunakan stopwatch berfungsi untuk mendapatkan hasil perhitungan yang akurat dan tepat. Larutan dimasukkan ke tabung ukur agar praktikan mendapat hasil larutan yang diinginkan. Tabung reaksi sebelum digunakan harus kering agar hasil dari percobaan lebih akurat. Pengocokan atau pengadukan larutan memiliki fungsi agar larutan dapt tercampur secara merata. Faktor kesalahan yang dilakukan selama praktikum ini adalah kelalaian praktikan yaitu, kurang teliti dan kurang paham prosedur percobaan yang dilakukan. Penggunaan gelas ukur yang kurang teliti sehingga larutan yang diinginkan volumenya tidak tepat.



VII.



Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan mengenai kesetimbangan



kimiadan prinsip le chatelier, maka dapat disimpulkan bahwa :



1. Kesetimbangan kimia menjelaskan keadaan dimana laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar, serta konsentrasi reaktan dan produk tetap tidak berubah seiring berjalannya waktu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia, seperti perubahan konsentrasi, perubahan tekanan dan volume, perubahan suhu, dan katalis 2. Jika konsentrasi diperbesar maka reaksi sistem akan mengurangi komponen tersebut. Bila ke dalam suatu sistem kesetimbangan, konsentrasi salah satu komponennya ditambah maka kesetimbangan akan bergeser dari arah penambahan itu, dan bila salah satu komponen dikurangi maka kesetimbangan akan bergeser ke arah pengurangan itu. Jika suhu reaksi dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm). Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).



DAFTAR PUSTAKA Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga Heltina D., Indriani R. 2009. Biosorpsi II pada Jamur Trichoderma Asperrellum TNJ-63. Jurnal Rekayasa Prosel 3(1) :1-4 Kartoahdiprojo, Irma I. 1994. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga Krisnadwi. 2014. Istilah Kimia Umum. Bandung : Kimia FMIPA LabChem.2017. Material Safety Data Sheet of Amonia. (serial online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10900.pdf ( 01 April 2021)



LabChem.2020. Material Safety Data Sheet of Aquadest. (serial online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (diakses 17 Maret 2021) LabChem.2017. Material Safety Data Sheet of Cobalt Chloride. (serial online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC13190.pdf (01 April 2021) LabChem.2017. Material Safety Data Sheet of Copper Sulfate. (serial online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC13443.pdf ( 01 April 2021) LabChem.2017. Material Safety Data Sheet of Ferric Chloride. (serial online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC14380.pdf (diakses 02 April 2021) LabChem.2020. Material Safety Data Sheet of Hydrochloric Acid. (serila online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15300.pdf (dikases 01 April 2021) LabChem.2016. Material Safety Data Sheet of Phosphoric Acid. (serial online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18640.pdf (diakses 21 Maret 2021) LabChem.2018. Material Safety Data Sheet of Pottasium Thiocyanate. (serial online) https://www.lbchem.com/tools/msds/msds/LC20120.pdf (diakses 01 April 2021) LabChem.2017. Material Safety data Sheet of Sodium Chloride. (serial online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23420.pdf (diakses 02 April 2021) LabChe.2018. Material Safety Data sheet of Sodium Hydroxide. (serial online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23900.pdf (diakses 31 Maret 2021) LabChem.2018. Material Safery Data Sheet of Zink Nitrate. (serila online) https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC27150.pdf (diakses 01 April 2021) Moroni L, Gelkini C, Salvi P. 2015. Thermal Denatoration of Proteins and Chemical Equilibrium. Word Journal of Chemical Education. 3(3):59 Oxtaby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga : Jakarta



Purwoko, Agus A. 2006. Kimia Dasar 1. Mataran:university Press Sunaryan, Yayan. 2010. Kimia Dasar. Bandung : Yrama Widya