Kelainan Tulang Belakang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PATOFISIOLOGI DALAM KEBIDANAN “Kelainan Tulang Belakang”



DISUSUN OLEH



:



KELOMPOK 5 LURIKE APRIYANI



RAHMI SUNDARI



P05140420007



P05140420012



DOSEN PENGAMPUH: YUNITA BASKA,



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU PRONGRAM STUDI PROFESI BIDAN TAHUN 2020



KATA PENGANTAR 1



Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul KELAINAN TULANG BELAKANG PADA IBU HAMIL Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Patofifiologis kebidanan. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Di samping itu, kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa/i Poltekkes Kemenkes Bengkulu dan terutama bagi mahasiswi kebidanan.



Bengkulu, September 2020



Kelompok 5



DAFTAR ISI ii 2



KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................................4 B. Rumusan Masalah ....................................................................................6 C. Tujuan ......................................................................................................6 BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Kasus .............................................................................................8 B. Screening Awal ........................................................................................20 C. Komplikasi ...............................................................................................21 D. Pencegahan ...............................................................................................23 E. Pengobatan ...............................................................................................24 F. Hasil Peniltian / Jurnal ..............................................................................25 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................................30 B. Saran .........................................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA



BAB I iii 3



PEMBAHASAN A. Latar Belakang Pada saat kehamilan wanita mengalami perubahan-perubahan baik perubahan



anatomi



dan



fisiologi



yang



akan



menyebabkan



ketidaknyamanan selama kehamilan. Pada perubahan anatomi yaitu terjadinya perubahan postur pada punggung bawah menjadi lebih lordosis yang akan berdampak pada nyeri punggug bawah(Sono & Ketanen, 2012).Sedangkan perubahan fisiologi yaitu terjadi peningkatan produksi hormon relaksin yang akan membuat ligamen pada sekitar panggul rileksasi dan sendi menjadi semakin meregang sehingga mudah untuk menjepit saraf dan pembuluh darah disekitar yang akan menimbulkan nyeri (Rukiyah, 2009). Nyeri punggung bawah adalah hal yang sering dikeluhkan oleh ibu hamil saat kandungan memasuki trimester ke II dan III , hal tersebut dapat terjadi karena penambahan berat badan secara drastis yang menyebabkan pertambahan lengkung tulang belakang lumbar menjadi lebih lordosis, serta ketidak seimbangan kerja otot anterior dan posterior lumbal (Clammy, 2007). Berdasarkan survey yang dilakukan oleh University of Ulster tahun 2014, terdiri dari 157 ibu hamil yang mengisi kuisioner 70% mengeluhkan nyeri pada tulang belakang (Marlene, 2014). Penelitian lain dilakukan di Women’s Health Clinics Kuwait pada tahun 2012, terdiri dari 280 ibu hamil, 255 (91%) mengalami nyeri punggung belakang (Al-Sayegh & A, 2012). Penelitian juga dilakukan olehSaudah & Anggraini, (2014)tentang derajat nyeri punggung bawah yang dirasakan ibu hamil memasuki trimester IIIdi Rumah Bersalin Hikmah Desa Tambakagung Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto dari 30 responden ibu hamil ditemukan 23 responden (76,7%) mengalami derajat nyeri punggung ringan. 7 responden (23,3%) yang mengalami nyeri punggung sedang. Sedangkan responden yang mengalami nyeri punggung derajat berat tidak ada (0%).



4



4



Manusia merupakan makhluk vertebrata yang memiliki tulang belakang yang membantu menyokong kerangka tubuh. Tulang belakang berfungsi juga untuk membentuk postur tubuh. Seringkali tulang belakang terabaikan kepentingannya karena merupakan bagian yang kurang terlihat. Hal ini sangat disayangkan karena banyak orang menjadi tidak peduli akan bentuk serta kekuatan tulang belakangnya. Tak sedikit dari mereka yang mengalami kelainan pada tulang belakang.Kelainan pada tulang belakang bermacam-macam



bentuknya.



Kifosis



dan



lordosis



merupakan



melengkungnya bagian atas dan bawah tulang belakang secara berlebihan. Kelainan



tulang



lainnya



adalah



skoliosis.



Skoliosis



merupakan



kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, tulang belakang menjadi berbentuk seperti “S” terbalik. Kelainan ini membuat postur tubuh menjadi tidak sempurna dan seringkali ditemukan gejalagejala yang membuat seseorang menjadi tidak nyaman. Berdasarkan wawancara dengan Dr. Patrick Suckoo, BA, DC sebagaipenelitian pendahuluan, masyarakat Indonesia banyak yang menderita kelainan ini. Sayangnya hanya sedikit dari mereka yang sadar akan kelainan tersebut.Sebagian besar dari mereka tidak menyadari atau sudah terlambat ketika mereka 2 mengetahui bahwa dirinya mengalami kelainan skoliosis. Ini dikarenakan kurangnya informasi yang dapat memenuhi pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai skoliosis. Selama ini telah ditemukan sebanyak 40% dari seluruh anak anak yang berumur 10-14 tahun mengalami



skoliosis;



40-60% diantaranya



ditemukan



pada



anak



perempuan. Sangatlah penting bagi manusia untuk menjaga postur tubuhnya, terutama bagi perempuan karena postur tubuh dapat menunjang kecantikan dari dalam diri seseorang.Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya pengetahuan tentang skoliosis adalah dengan melaksanakan kampanye. Kampanye merupakan salah satu bentuk komunikasi dengan menyampaikan pesan/ pernyataan secara terbuka melalui media tertentu secara satu arah kepada publik yang tersebar dan bersifat mengajak. Kampanye sadar skoliosis ini akan



5



mengajak masyarakat Indonesia agar lebih sadar akan skoliosis dan lebih peka terhadap tanda-tanda yang menunjukkan adanya skoliosis sehingga mereka tidak terlambat saat menyadarinya. Selain itu kampanye ini dilaksanakan untuk mencegah bertambah banyaknya penderita skoliosis di Indonesia.Target utama dari kampanye ini adalah orang tua yang memiliki anak-anak yang berumur 10-14 tahun karena pada umur tersebut skoliosis mulai dapat dideteksi dan orang tua memiliki fungsi penting dalam pertumbuhan anak,contohnya fungsi edukatif dan protektif.Melalui kampanye untuk mensosialisasikan pengetahuan tentang skoliosis ini, diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita skoliosis di Indonesia. Atas 3 kebutuhan kampanye ini, peneliti berniat untuk membuat rancangan dalam bentuk media visual. B. Rumusan Masalah 1. Apa Definisi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis? 2. Apa Etiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis.? 3. Apa Patofisiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis? 4. Apa manifestasi klinis dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis? 5. Bagaimana Screening Awal dari scoliosis, Lordosisi, Kifosis ? 6. Apa komplikasi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis? 7. Bagaimana pencegahan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis? 8. Bagaimana cara pengobatan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis? 9. Adakah hasil penelitian terkait ? C. Tujuan 1. Mengetahui definisi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis 2. Mengetahui Etiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis 3. Mengetahui Patofisiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis 4. Mengetahui Manifestasi klinis dari dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis 5. Mengetahui Screening Awal



6



6. Mengetahui komlikasi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis 7. Mengetahui pencegahan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis 8. Mengetahui pengobatan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis 9. Mengetahui hasil penelitian sebelumnya



7



BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Kasus kelainan tulang belakang 1. Definisi a. Kifosis : Penyakit Scheuermann adalah suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri punggung dan adanya bonggol di punggung (kifosis).Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif.  Kifosis pada masa remaja juga disebut penyakit Scheuermann. Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat



trauma,



gangguan



perkembangan



atau



penyakit



degeneratif. Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berbentuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung ke depan melebihi batas normal, kelainan ini di masyarakat awam sering disebut sebagai



Bungkuk .Kifosis adalah



lengkungan ke depan pada punggung bagian atas



bungkuk



Biasanya pembungkukan ini terjadi secara berlebihan, yaitu lebih dari 50 derajat sehingga punggung akan terlihat memiliki punuk daging yang menonjol pada tengkuk Kifosis adalah penyakit kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan tubuh penderita melengkung ke depan dan melebihi batas normal atau bungkung.



8



b. Lordosis : Tulang belakang yang normal jika dilihat dari



belakang akan tampak lurus. Lain halnya pada tulang belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah . Gejala yang timbul akibat lordosis berbedabeda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang paling sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler, gangguan perkembangan paha, dan gangguan neuromuskuler. Lordosis sendiri adalah penyakit kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan punggung penderita terlalu melengkung masuk pada daerah pinggang seseorang. Sama seperti obesitas, peningkatan



berat



badan



saat



hamil juga



bisa



memengaruhi postur tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan tulang punggung bagian bawah menjadi lebih mudah melengkung ke dalam. Meski demikian, lordosis selama kehamilan biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan.



9



c. Scoliosis : Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang, yang ditandai dengan lengkungan tulang belakang ke samping kiri atau kanan. Biasanya, lengkungan terjadi di punggung atas atau di punggung bagian bawah, yang menyerupai huruf C atau S, bukan garis lurus.Meskipun perempuan dan laki-laki memiliki risiko yang sama mengalami kondisi ini, persentase menunjukkan bahwa kaum perempuanlah yang lebih banyak mengalaminya. Tingkat keparahan skoliosis bergantung dari derajat lengkungan pada batang tulang. Skoliosis dikatakan tergolong ringan jika derajat lengkungan kurang dari 20 derajat. Jika derajat lengkungan sudah mencapai hampir 70 derajat atau lebih, biasanya dapat mengganggu pernapasan dan mungkin perlu penanganan khusus. Kebanyakan perempuan yang mengalami skoliosis mungkin akan merasa khawatir dengan kondisi mereka saat hamil. Banyak dari mereka yang takut kalau skoliosis akan mengganggu aktivitas dan kenyamanan saat hamil, atau bahkan mempengaruhi kesehatan janin mereka. Faktanya, penderita skoliosis masih bisa hamil dan melahirkan seperti perempuan lainnya. Skoliosis juga umumnya tidak akan mempengaruhi kehamilan mereka. Para ilmuwan telah menentukan bahwa



10



skoliosis



tidak



menyebabkan



komplikasi



tertentu



bagi



kehamilan, persalinan, atau bagi janin. Skoliosis



juga tidak mengurangi kesuburan atau



meningkatkan risiko keguguran, kelahiran mati, atau cacat lahir. Bahkan perempuan yang telah menjalani operasi fusi tulang belakang dinyatakan masih bisa hamil. Namun, perempuan dengan tingkat kelengkungan tulang belakang yang parah, atau mereka yang skoliosisnya melibatkan pinggul, panggul, atau bahu, mungkin akan mengalami lebih banyak nyeri dan ketidaknyamanan. Selain itu, skoliosis yang sudah parah juga dapat menyebabkan masalah pernapasan di masa kehamilan. Hal tersebut terjadi karena adanya pergeseran alami akibat tumpuan berat beban perut Mama yang sedang bertumbuh di masa kehamilan. Jika nyeri punggung meningkat selama kehamilan, ambil waktu untuk beristirahat, mandi air hangat dan mintalah pasangan untuk menggosok punggung Mama agar meredakan rasa nyeri. Selain itu, gunakan bantuan bantal saat tidur juga bisa membantu. Jika rasa sakit atau nyeri sudah mengganggu, Mama bisa meminta bantuan fisioterapis melalui beberapa latihan khusus untuk mengurangi rasa sakit terkait dengan skoliosis yang Mama alami. Mama bisa meminta dokter kandungan untuk memberi rujukan ke fisioterapis khusus kebidanan atau pengobatan alternatif lain yang disarankan oleh dokter kandungan.



11



2. Etiologi. a. Skoliosis Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi. Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah. Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis. Terdapat 4 penyebab umum dari skoliosis: 1) Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu. Penyebab penyakit skoliosis ini adalah bisa dari bawaan yang disebabkan oleh tulang belakang yang tidak tumbuh dengan normal saat bayi dalam kandungan di dalam rahim. Hal ini mungkin terjadi karena kurang perhatian dalam menjaga rahim yang ada di dalam, sehingga bentuk tulang bayi yang akan lahir akan terjadi tidak secara normal.Maka dari itu, sangat perlu diketahui bagi masyarakat saat ini, baik yang usia 2) Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan



12



otot



atau



kelumpuhan



akibat



penyakit



berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio, Osteoporosis juvenile. 3) Idiopatik,Jenis penyakit skoliosis yakni salah satunya skoliosis idiopatik. Kasus skoliosis yang tidak diketahui penyebab pastinya disebut idiopatik. Menurut penelitian yang telah dilakukan, sekitar sepertiga penderita skoliosis idiopatik terkait faktor genetika yang dialami individu tersebut. Skoliosis idiopatik diderita sebanyak 80 persen dari jumlah penderita skoliosis. 4) Skoliosos degenerative Selain idiopatik, ada juga skoliosis degenratif dalam jenisnya. Skoliosis degeneratif terjadinya akibat kerusakan pada bagian tulang belakang yang terjadi secara perlahan-lahan. Skoliosis dari tipe ini sering terjadi pada orang dewasa sebab seiring bertambahnya usia, beberapa bagian tulang belakang menjadi sangat mudah lemah dan menyempit. Selain itu, ada beberapa penyakit atau gangguan yang berhubungan dengan tulang belakang yang bisa menyebabkan skoliosis degeneratif, seperti osteoporosis, penyakit Parkinson, motor neurone disease, sklerosis multipel, dan kerusakan tulang belakang yang terjadi akibat dari operasi. b. Lordosis Beberapa otot disekitar HIP dan tulang punggung menjadi tegang dan terkadang mejadi lemah karena tidak ada nya keseimbangan/imbalance,dan ini sering dikenal sebagai lower crossed syndrome(dikaitkan dengan posisi dari otot yang menegang dan otot yang melemah berseberaangan) Seringkali,lordosis muncul di masa kecil tanpa diketahui penyebabnya. Hal ini disebut benign lordosis remaja.



13



Namun,lordosis dapat mempengaruhi orang-orang dari segala usia. Penyebab potensial lain dari lordosis meliputi: 1) Postur tubuh yang buruk Kondisi tubuh dari seseorang yang sejak anak-anak hingga orang dewasa bisa menjadi salah satunya penyebab penyakit lordosis karena, bisa menjadi bawaan hal yang buruk dari tulang belakangnya. Dengan begitu, jika individu tersebut melakukan aktivitas dengan kesalahan kesalahannya akan dapat memperparah penyakit pada pungggungnya yakni lordosis. Aktivitas aktivitas tersebut seperti duduk sembarangan yang dapat merusak tulang punggung. 2)



Kegemukan Salah satu penyebab terjadinya penyakit lordosis pada tulang punggung yakni berat badan pada seseorang yang berlebih obesitas. Hal tersebut akan menjadi penyebab terjadinya lordois karena badan yang ada pada individu tersebut tidak mampu menopang berat badan yang ada pada individu tersebut. Kondisi ini akan membuat tulang pada punggungnya menjadi terbebani dan masuk ke dalam punggung individu tersebut. Osteoporosis (melemahnya tulang dengan usia)Ketika saat tua, seseorang akan sangat mudah mengalami penyakit lordosis tersebut. Seperti yang telah terjadi saat ini, banyak orang tua yang berjalan dengan membungkuk. Hal ini di sebabkan badan yang sudah tidak kuat lagi dari orang lansia menjadi beban yang sangat berat dan sudah mulai rapuh. Sehingga tulang pungung mereka akan rawan sekali terkena penyakit lordosis tersebut.



3) Kyphosis (kelengkungan luar berlebihan pada pertengahan kembali)Kifosis yang terjadi pada seseorang akan pula



14



menjadikan



tulang



punggungnya



tersebut



menjadi



penyakit lordosis, karena tulang punggung bawah yang ada pada individu tersebut mempunyai kerapuhan. Kerapuhan inilah yang akan menjadi mudahnya terkena serangan penyakit lordosis sehingga, sangat sulit sekali untuk berjalan karena kondisi badan yang membungkuk. 4) Ganguan tulang belakang Sering sekali orang yang terkena penyakit lordosis disebabkan karena adanya gangguan yang terjadi pada tulang punggung mereka. Dengan adanya ganguan tersebut, maka akan sangat mudah sekali tulang punggung tersebut rapuh dan tidak dapat menahan hal hal yang berat, sehingga badan dan tulang punggung akan menjadi membungkuk. 5) Alas kaki Alas kaki dengan hak tinggi yang biasa dipakai oleh wanita saat ini akan meningkatkan resiko lordosis. Hak tinggi menyebabkan pusat gravitasi tubuh berpindah ke depan dan peningkatan kelengkungan tulang belakang. 6) Spondylolisthesis (suatu kondisi dimana satu vetebra tergelincir ke depan atau kebelakang relatif terhadap vetebra berikutnya) 7) Discitis (gangguan disk antara tulang-tulang belakang 8) Achondroplasia (bentuk dwarfisme ) c. Kifosis Tulang tunggal (vertebra) yang membentuk tulang belakang yang sehat terlihat seperti silinder yang bertumpuk dalam sebuah kolom. Kifosis terjadi ketika tulang di punggung atas menjadi lebih berbentuk baji. Deformitas ini dapat disebabkan oleh berbagai masalah, termasuk: 1) Osteoporosis. Gangguan pengeroposan tulang ini dapat mengakibatkan



15



tulang



hancur



(kompresi



fraktur).



Osteoporosis adalah yang paling umum pada orang dewasa yang lebih tua, khususnya perempuan, dan pada orang yang mengonsumsi kortikosteroid dalam dosis tinggi untuk jangka waktu yang lama. 2) Degenerasi disk. Disk lembut yang melingkar berfungsi layaknya bantal antara vertebra tulang belakang. Seiring dengan bertambahnya usia, disk ini mengering dan menyusut, yang seringkali memperburuk kifosis. 3) Penyakit Scheuermann. Juga disebut kifosis Scheuermann, penyakit



ini



biasanya



dimulai



selama



lonjakan



pertumbuhan yang terjadi sebelum pubertas. Anak lakilaki lebih sering terkena penyakit ini daripada anak perempuan.



Lengkungan



tulang



belakang



dapat



berkembang semakin buruk ketika masa pertumbuhan anak selesai. 4) Cacat lahir. Jika tulang belakang bayi tidak berkembang dengan



baik



di



dalam



rahim,



tulang



belakang



kemungkinan tidak terbentuk dengan benar, dan kemudian menyebabkan kifosis. 5) Sindrom. Kifosis pada anak-anak juga dapat dikaitkan dengan sindrom tertentu, seperti sindrom Marfan atau penyakit Prader-Willi. 6) Kanker dan pengobatan kanker. Kanker di tulang belakang dapat melemahkan tulang dan membuatnya lebih rentan terhadap fraktur kompresi, seperti halnya kemoterapi dan pengobatan radiasi untuk kanker. Peningkatan lengkungan pada tulang belakang bagian atas juga dapat disebabkan oleh posisi tubuh yang sering membungkuk. Disebut kifosis postural, kondisi ini tidak diakibatkan oleh cacat pada tulang belakang. Kondisi ini adalah yang paling



16



umum pada remaja.lansia maupun anak-anak dan remaja saat ini yang sangat mudah meremehkan kesehatan mereka. Penyebab penyakit ini sangat perlu diketahui bagi semua masyarakat, sebab dengan adanya pengetahuan tersebut, sangat membantu untuk mencegah terjadinya kelainan tulang ini. Kondisi ini tentu sangat tidak diinginkan dan agar tidak menyesal kedepannya di saat sudah berlanjut ke usia lansia 3. Patofisiologi a. Kifosis : Kifosis juga bisa disebabkan ketika vertebra tidak tumbuh berkembang dengan baik. Tulang dapat berbentuk segitiga, bukan persegi panjang atau kotak seperti normalnya. Hal ini menyebabkan tulang belakang berada di luar posisi dan dikenal sebagai kifosis Scheuermann. Pada kasus kifosis Scheuermann, ligamen sekitar tulang belakang bisa lebih tebal dari biasanya. Tidak diketahui apa penyebab pembentukan tulang belakang yang tidak normal. Satu dugaan adalah suplai darah ke tulang belakang yang tidak normal mempengaruhi pertumbuhan tulang belakang. b. Lordosis : Tidak ditemukan sumber yang jelas mengenai patofisiologi terjadinya lordosis.Namun hal-hal yang berkaitan dan merupakan factor resiko terjadinya lordosis pada seseorang adalah usia, jenis kelamin, kegemukan, kehamilan, posturtubuh yang buruk, memakai alas kaki yang tinggi, etnis,pekerjaan, aktivitas/olahraga, danIndeks Massa Tubuh seseorang.lordosis menyebabkan terjadinya pembengkokan pada tulang dan penonjolan bokong. gejala lain berfariasi sesuai dengan keadaan usia dan kesehatan seseorang.biasanya ditandai dengan salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung kedepan melebihi batas normal.



17



c. Skoliosis Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau seperti huruf S atau huruf. Kebanyakan orang mengetahui menderita penyakit skoliosis setelah pemeriksaan oleh dokter. Tapi bila Anda calon ibu yang mengalami kondisi ini, penyakit skoliosis bisa membuat Anda merasa cemas dengan kehamilan. Anda bisa sedikit merasa lega karena wanita dengan penyakit skoliosis ini bisa menjalani kehamilan yang normal tanpa komplikasi yang disebabkan oleh lengkungan tulang belakang. Sebagian kecil pasien dengan lengkungan lebih besar dan penyakit skoliosis lebih parah berisiko lebih besar mengalami nyeri punggung atau sciatica di trimester terakhir. Selama trimester ketiga, penyakit skoliosis tingkat menengah hingga parah (lengkung lebih dari 25 sampai 30 derajat) menyebabkan kehamilan hanya terlihat di satu sisi tubuh saja. Menerima beban yang tidak merata meningkatkan risiko jatuh. Bila cukup parah, kemungkinan ketidaksejajaran ini bisa mempengaruhi aliran darah dari dan menuju plasenta dari



18



sirkulasi ibu dan bayi. Meski kondisi ini terasa sakit, tidak nyaman, dan membuat berjalan dan tidur lebih sulit dan kurang nyaman, tapi jarang mempengaruhi proses kelahiran. 4. Manifestasi Klinis a.



Kiposis : 1)



Gejala: Sakit leher dan punggung adalah gejala yang paling sering terjadi.



2)



Pada Kifosis yang berat akan terjadi sesak napas karena



paru-paru



tidak



dapat



mengembang



sempurna. Seringkali justru orang lain yang sudah lama tidak bertemu yang menyadari adanya kifosis (kebungkukan) ini. 3)



Nyeri



punggung



seperti



diremas-remas/ditarik



disertai kekakuan. 4)



Nyeri dan kaku terasa bila membungkuk ke depan.Kasus kardiopulmoner



berat :



dapat sesak,



terjadi fatik,



gangguan



berkurangnya



toleransi fisik untuk beraktivitas. b. Lordosis 1) gangguan



perkembangan



paha,



dan



gangguan



neuromuskuler. 2) Nyeri pinggang, nyeri yang menjalar ke tungkai, 3) perubahan pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis Perubahan pola BAB & BAK. 4) Penonjolan bokong. 5) Gejala lain bervariasi sesuai dengangangguan lain yang menyertainya. 6) Distrofi muskuler, gangguan perkembanganpaha, dan gangguan neuromuskuler.



19



c. Skoliosis 1) Seringnya mengalami rasa pegal dan sakit pada salah satu sisi pinggang (selalu sisi yang sama) 2) Payudara yang tidak simetris (pada wanita) 3) Cara berjalan yang terlihat limbung 4) Tinggi Pundak yang tidak simetris  5) tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping 6) Bahu dan pinggul kiri & kanan tak sama tingginya 7) nyeri punggung 8) kelelahan pada tulang belakang sesudah duduk / berdiri lama 9) Skoliosis yg berat (dgn kelengkungan yg lebih besar dari 60%) bisa menyebabkan Gangguan pernafan B. Screening awal / Langkah Penapisan 1. Kiposis : Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer agar tidak terkena Kifosis dan pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi a. Duduk dengan posisi yang benar b. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu c. Berolahraga teratur, d. Diet yang cukup kalsium dan Vitamin D 2. Lordosis : a. Mengubah posisi duduk yang benar b. Kurangi tegang pada punggung c. Kosumsi makanan yang mengandung vitamin D d. Olahraga teratur e. Perbanyak mengkonsumsis kalsium



20



3. Scoliosis : Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer agar tidak terkena skoliosis dan pencegahan sekunder bertujuan agar skoliosis ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi : a. Duduk dengan posisi yang benar b. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu c. Berolahraga teratur, terutama olahraga yang menggunakan kedua sisi tubuh secara aktif seperti berenang. d. Periksa di depan cermin tinggi pundak dan tinggi panggul anda. Apabila tinggi ada kelainan segeralah berkonsultasi dengan dokter Ortophedi atau Rehabilitasi Medik. C. Komplikasi 1. Kifosis : Kifosis dapat menyebabkan komplikasi berikut: a. Masalah citra tubuh. Remaja terutama dapat mengembangkan citra tubuh yang buruk karena lengkungan pada punggung atau akibat memakai penjepit untuk memperbaiki kondisi tersebut. b. Sakit punggung. Dalam beberapa kasus, penyelarasan tulang belakang yang tidak tepat dapat menimbulkan rasa sakit, yang bisa menjadi semakin parah dan bersifat melumpuhkan. c. Nafsu makan menurun. Pada kifosis kasus parah, lengkungan tersebut dapat menyebabkan perut terkompres dan menyebabkan penurunan nafsu makan. d. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan janin yang dikandungannya mengalami kelainan tulang belakang yang bisa langsung terlihat di USG saat ibu memriksakan keadaan nya di klinik dokter 2. Lordosis : a. masalah jantung, penderita yang tulangnya dalam keaadaan melengkung bahkan hingga 70 derajat tentu saja jantung akan kesulitan untuk memompa darah untuk keseluruh tubuh. Hal ini akibat dari tertekannya jantung.



21



b. masalah paru – paru ,begitu juga dengan paru – paru, kelengkunagn tulang juga akan menyebabkan kesulitan untuk bernapas. c. nyeri punggung, penderita tentu saja akan sering merasakan nyeri punggu yang berlebih. apalagi jika keadaan semakin parah. 3. Scoliosis :Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti : a. Kerusakan paru-paru dan jantung; ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia. b. Sakit tulang belakang; Semua penderita, baik dewasa atau kanakkanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun. c. Ibu hamil dengan penyakit skoliosis tidak akan mengalami komplikasi spesifik. Tapi kemungkinan di waktu melahirkan, ibu hamil dengan penyakit skoliosis lebih sulit menerima epidural. Geometri tulang belakang yang abnormal kadang menyebabkan masalah ketika harus menggunakan epidural. Efek samping kehamilan lain bisa memicu peningkatan komplikasi ibu hamil dengan penyakit skoliosis. Plasenta mengeluarkan hormon yang disebut relaksin, yang melonggarkan persendian di mana tulang terikat. Tujuannya untuk memudahkan jalan lahir melebar, tapi efek sampingnya persendian jadi terasa sakit. Relaksin yang sama juga berpengaruh pada kehamilan dengan



22



penyakit



skoliosis,



yaitu



melembutkan



persendian



yang



memperburuk kondisi tulang belakang. d. Di kebanyakan kasus, melahirkan sama untuk wanita dengan atau tanpa penyakit skoliosis. Tapi ada beberapa perbedaan seperti: 1) Calon ibu dengan pinggang bengkok bisa mengalami persalinan yang terhenti karena posisi bayi yang tidak tepat. 2) Wanita yang lemah karena penyakit skoliosis bisa lebih sulit mendorong selama persalinan. 3) Penyakit skoliosis bisa membuat ibu sulit menerima epidural, terutama untuk mereka yang pernah menjalani pembedahan tulang belakang.



D. Pengobatan 1. Kifosis : Pengobatan kifosis tergantung pada penyebab, kondisi, tanda, dan gejala yang muncul. Salah satu pilihan pengobatan adalah dengan latihan untuk memperkuat otot punggung. Atau untuk kondisi kifosis yang cukup parah maka dapat juga dikoreksi dengan operasi. Pengobatan kifosis bawaan umumnya dilakukan pada saat penderita masih balita. Hal ini karena kifosis disebabkan oleh adanya kelainan pada tulang belakang saat bayi masih dalam janin ibu. Pembedahan sebaiknya dilakukan seawal mungkin untuk membantu mencegah kondisi kifosis bertambah parah.Terapi osteoporosis diperlukan untuk mencegah terjadinya fraktur di kemudian hari pada kasus kifosis yang disebabkan oleh osteoporosis. Terapi lain seperti olahraga, pengaturan pola makan dan asupan nutrisi dengan mengkonsumsi susu berkalsium tinggi dua kali sehari atau sesuai dengan jumlah harian yang direkomendasikan setiap hari juga dapat memperlambat atau menghentikan progresifitas osteoporosis. Namun untuk kasus kifosis yang parah, pembedahan merupakan pilihan terapi. 2. Lordosis : Pengobatan masalah lordosis akan dilakukan berdasarkan penyebabnya. Namun biasanya dokter akan melakukan pengobatan berdasarkan usia dan riwayat kesehatan. Adapun tujuan dari



23



pengobatan lordosis adalah agar lengkungan tulang tidak bertambah serta mencegah terjadinya deformitas. Penatalaksanaan lordosis tergantung pada penyebab lordosis. Latihan untuk memperbaiki sikap tubuh dapat dilakukan jika lordosis disebabkan oleh kelainan sikap tubuh. 3. Scoliosis : Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat, dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20 derajat, biasanya tidak perlu pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan. Pada anak- anak



yang masih tumbuh,



kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk memperlambat progresivitas kelengkungan vertebra. Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti. Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskular. Jika kelengkungan mencapai 40 atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan.Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulangtulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun). Ada banyak pengobatan rumahan yang disarankan untuk penyakit skoliosis, di antaranya pengobatan herbal, terapi pola makan, pijat, terapi fisik, dan suplemen nutrisi. Matras yang terbuat dari lateks atau jel



dingin



dianjurkan



untuk



beberapa



pasien.



Anda



perlu



membicarakan penanganan ini bersama dokter sebelum mulai melakukannya. Karena penyebab idiopathic skoliosis tidak diketahui, tidak ada cara untuk mencegahnya. Pengobatan rumahan dan penanganan medis bisa menurunkan rasa tidak nyaman tapi tidak menyembuhkan penyakit skoliosis.



24



E. Hasil Penelitian / Jurnal terkait kelainan tulang belakang pada ibu hamil Usia responden terbanyak berada pada rentang umur 20-35 tahun (75%). Hal ini sesuai dengan pernyataan BKKBN (2012) yang menyatakan bahwa usia ideal wanita untuk hamil adalah pada rentang umur 20-35 tahun karena pada usia tersebut merupakan usia yang aman untuk melahirkan dan masa kesuburan sedang dalam kondisi puncak. Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan, dan pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin tinggi risiko mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya gejala gangguan musculoskeletal seperti LBP. Keluhan tersebut mulai dirasakan pada usia 25-65 tahun (Kartana, 2014). LBP merupakan suatu hal yang fisiologis dan normal di alami ibu pada masa kehamilan. Penyebab terjadinya LBP pada ibu hamil adalah berubahnya pusat gravitasi tubuh seiring dengan semakin membesarnya uterus karena adanya janin. Semakin tinggi usia kehamilan maka akan menyebabkan postur tubuh berubah dan punggung akan tertarik atau merenggang kemudian menyebabkan terjadinya LBP. Postur tubuh yang tidak tepat dapat mengakibatkan keletihan pada ibu khususnya pada bagian pelvis sendi dan tulang belakang. Penyebab lain LBP pada ibu hamil karena adanya riwayat LBP sebelum hamil (Sincleir C, 2009). Sebagian besar jumlah kehamilan responden di dominasi oleh responden multigravida yang mengalami LBP sebanyak 11 responden (68.75%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umma (2012) tentang LBP pada ibu hamil ditinjau dari paritas di Desa Ketanen Kabupaten Gresik, hasil yang di dapatkan menunjukkan ada hubungan antara paritas dan LBP pada ibu hamil. Semakin tinggi paritas, maka risiko terjadinya LBP akan semakin meningkat. Tetapi terdapat responden yang mengalami LBP dengan jumlah kehamilan primigravida sebanyak 5 25



responden (31,25%). Pada kehamilan dengan primigravida, terjadinya LBP dapat disebabkan karena ibu hamil mengalami LBP sebelum masa kehamilan. Seperti dalam penelitian Kovacs, Emma dan Ana (2012) di sebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi LBP selama kehamilan pada ibu primigravida adalah adanya LBP sebelum masa kehamilan. Sebagian besar berada di usia kehamilan trimester II dengan jumlah persentase 62,5%. Menurut Hippokratia (2011) di katakan bahwa LBP terjadi sejak usia kehamilan trimester II sampai 3 bulan paska persalinan. Seiring dengan bertambah besarnya ukuran uterus pada wanita hamil, pusat gravitasi akan berpindah ke arah depan. Perubahan tubuh tersebut mengakibatkan adanya lengkung kompensasi spinalis torakik (kifosis) dan lengkung lumbar (lordosis). Kejadian ini terjadi pada minggu ke 16 sampai minggu ke 36 minggu kehamilan, dan akan terjadi sampai 12 minggu paska persalinan. Postur tubuh yang tidak tepat dapat mengakibatkan keletihan bagi tubuh ibu yang sedang hamil khususnya pada bagian pelvis sendi dan tulang belakang. Kejadian tersebut mengakibatkan rasa sakit dan LBP. Kejadian LBP timbul seiring dengan meningkatnya berat badan. Apabila janin di rahim ibu menjadi semakin besar maka punggung akan tertarik atau merenggang kemudian menyebabkan LBP (Bobak, Lowdermik, dan jensen, 2005). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Umma (2012) dimana di jelaskan jika ada hubungan yang signifikan antara body mekanik dengan kejadian nyeri pinggang pada ibu hamil. Semakin buruk body mekanik ibu hamil maka kejadian LBP akan semakin meningkat. Tetapi LBP pada masa kehamilan cenderung di abaikan dan tidak segera di tangani oleh ibu hamil di karenakan mereka merasa LBP adalah suatu hal yang normal selama kehamilan dan akan menghilang seiring berjalannya waktu meskipun LBP tersebut menganggu aktivitas dan kualitas hidup ibu hamil (Dørheim et al., 2013).



26



Sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga dengan jumlah presentase (56,25%). Seperti yang di jelaskan Dianne (2010) dalam penelitiannya, LBP dapat terjadi pada ibu rumah tangga yang sedang hamil karena ibu ketika hamil kurang bergerak atau kurang melakukan peregangan otot. Ketika pusat gravitasi tubuh bergeser ke depan dan ibu hamil kurang melakukan peregangan otot maka dapat menyebabkan lengkung lumbal (lordorsis). Kejadian tersebut menyebabkan punggung semakin



tertarik



atau



meregang



sehingga



dapat



menyebabkan



ketidakseimbangan otot disekitar pelvis atau panggul dan akan terjadi LBP yang



dapat



menjadi



gangguan



punggung



jangka



panjang



jika



keseimbangan otot dan stabilitas pelvis tidak dipulihkan setelah melahirkan. Selain kurangnya akitivitas, LBP pada ibu hamil juga dapat terjadi ketika ibu beraktivitas terlalu berlebihan/berat. Di dalam buku Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan (Asrinah, 2010) mengatakan jika ibu hamil cenderung tidak banyak beraktivitas di karenakan menurut ibu aktivitas berlebihan justru dapat membahayakan janin yang di kandungnya. Pada kenyataan justru sebaliknya, ibu yang aktivitasnya baik akan berisiko kecil terjadi LBP di masa kehamilannya. Intervensi yang dapat di lakukan untuk mengurangi LBP pada masa kehamilan adalah Back Exercise karena gerakan yang terdapat pada Back Exercise bermanfaat untuk meningkatkan stabilitas tubuh dengan meningkatkan ketidakseimbangan kerja otot bagian belakang dan bagian depan, mengendorkan otot yang kaku, menambah kekuatan otot, mengurangi tekanan mekanik pada lumbal, memperbaiki stabilitas sendi dan memperbaiki postur serta meningkatkan mobilitas sendi. Back Exercise efektif dalam mengurangi LBP pada ibu hamil dengan dilakukan 3 kali dalam seminggu (Rielp, 2013; Rinta, 2013). Sejalan dengan manfaat dari exercise yang menyatakan jika melakukan exercise selama 15 menit sehari dan rutin 3 kali seminggu akan memberikan 3 manfaat yaitu: a) melakukan latihan otot punggung dapat memperkuat otot punggung, leher,



27



dan memperbaiki jika ada cedera pada punggung belakang; b) bagian punggung belakang menjadi lebih leluasa dalam meningkatkan jangkauan gerak dan daya tahannya; c) merileksasikan punggung belakang dan mengurangi LBP (The patient institute, 2010) Menangani LBP dengan menggunakan latihan mobilisasi lumbal, back streching 1 dan back streching 2 selama 20 menit setiap hari dengan 5 menit pemanasan 10 menit Back Exercise dan 5 menit penutup. Kegiatan tersebut di lakukan secara rutin dalam 3 kali seminggu selama 3 minggu, terbukti dapat membantu mengurangi Low Back Pain dan ketegangan otot. Berdasarkan penelitian yang di lakukan di klinik bidan Sri Lumintu di Solo, Jawa tengah pada tahun 2012 pada ibu hamil trimester III. Hasil yang di dapatkan di simpulkan bahwa pemberiaan Back Exercise bermanfaat bagi ibu hamil yang mengalami Low Back Pain pada Trimester 3. Melakukan back exercise secara rutin setiap hari selama masa kehamilan dapat menurunkan Low Back Pain dan dapat mempermudah proses jalannya kelahiran saat persalinan (Wahyuni dan Eko Prabowo, 2013)



28



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kifosis dan lordosis merupakan melengkungnya bagian atas dan bawah tulang belakang secara berlebihan. Kelainan tulang lainnya adalah skoliosis. Skoliosis merupakan kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, tulang belakang menjadi berbentuk seperti “S” terbalik. Kelainan ini membuat postur tubuh menjadi tidak sempurna dan seringkali ditemukan gejala-gejala yang membuat seseorang menjadi tidak nyaman. B. Saran Jaga kesehatan jangan lupa banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung Vit D serta kalsium agar terhindar dari kifosis, lordosis dan scoliosis serta olah raga teratur.



29



DAFTAR PUSTAKA 30 Helmi, ZN. 2010. Buku Ajar gangguan muskuloskeletal . Jakarta: EGC



http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22941/H.%20BAB %20IV.pdf?sequence=8&isAllowed=y Muttaqin, A. 2013. Buku saku gangguan muskuloskeletal. Aplikasi pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: EGC Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.



30



31