Kelompok 1 - Makalah Akuntansi Manajemen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “PELAPORAN TERSEGMEN DAN EVALUASI KINERJA PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI” Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen



Dosen Pengampu: Enny Hardi, SE, M,Si, Ak, CA Disusun Oleh: 1. Silva



(2110313220043)



2. Talitha Risma



(2110313220045)



3. Hibrizi Rofi



(2110313310049)



4. Rezha Eka Putri



(2110313220059)



5. Siska Ariestya Pratiwi



(2110313220061)



UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI 2023



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini membahas secara singkat terkait perilaku biaya aktivitas dalam suatu perusahaan. Penyusunan makalah berjudul “Pelaporan Tersegmen dan Evaluasi Kinerja Perusahaan yang Terdesentralisasi” merupakan bentuk pemenuhan tugas untuk mata kuliah Akuntansi Manajemen yang diberikan oleh Ibu Enny Hardi, SE, M.Si, Ak, CA. selaku dosen pengampu. Kami ucapkan terima kasih kepada diri sendiri dan Ibu Enny Hardi, SE, M.Si, Ak, CA. yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Meskipun makalah ini masih belum sempurna baik dari segi penyusunan maupun isi materinya, namun kami tetap bangga karena mampu menyusun makalah ini sesuai dengan kaidahnya. Saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar makalah ini dapat disusun dengan lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.



Banjarmasin, 3 Juni 2023



Kelompok 1



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1



Latar Belakang ............................................................................................. 1



1.2



Rumusan Masalah ........................................................................................ 1



1.3



Tujuan ........................................................................................................... 2



BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3 2.1



Desentralisasi dan Pusat Pertanggungjawaban......................................... 3



2.2.1.



Alasan Perusahaan Melakukan Desentralisasi .................................. 3



2.2.2.



Keunggulan dan Kekurangan Desentralisasi ..................................... 4



2.2.3.



Pusat Pertanggungjawaban ................................................................. 4



2.2 Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laporan Laba Rugi Variabel dan Absorpsi ......................................................................... 5 2.3.1.



Penilaian Persediaan ............................................................................. 7



2.3.2.



Laporan Laba Rugi Menggunakan Biaya Variabel dan Absorpsi... 7



2.3.3.



Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba ............................ 8



2.3.4.



Perlakuan Overhead Tetap pada Perhitungan Biaya Absorpsi ...... 13



2.3.5.



Mengevaluasi Manajer Pusat Laba ................................................... 14



2.3.6. Laporan Laba Rugi Segmen Menggunakan Perhitungan Biaya Variabel............................................................................................................... 15 2.3



Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan ROI ........ 17



2.3.1.



Pengembalian atas Investasi .............................................................. 17



2.3.2.



Margin dan Perputaran...................................................................... 18



2.3.3.



Keunggulan ROI ................................................................................. 20



2.3.4.



Kelemahan Pengukuran ROI ............................................................ 21



2.4 Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laba Residu dan Nilai Tambah Ekonomi..................................................................... 21 2.4.1.



Laba Residu ......................................................................................... 21



2.4.2.



Nilai Tambah Ekonomi ...................................................................... 23



2.5



Penetapan Harga Transfer ........................................................................ 24



2.5.1.



Dampak Penetapan Harga Transfer pada Divisi dan Perusahaan 25 iii



2.5.2.



Kebijakan Penetapan Harga Transfer .............................................. 26



BAB III PENUTUP ................................................................................................... 29 3.1



Kesimpulan ................................................................................................. 29



3.2



Saran ............................................................................................................ 31



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 32



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya, perusahaan diatur oleh garis tanggung jawab. Bagan organisasi berbentuk piramida tradisional mengilustrasikan garis tanggung jawab yang mengalir dari CEO turun melewati wakil direktur menuju manajer madya dan manajer yang lebih rendah. Sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting system) adalah sistem yang mengukur hasil yang dicapai oleh pusat pertanggungjawaban terhadap apa yang dibutuhkan manajer data untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Idealnya, sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur organisasi. di perusahaan yang organisasinya telah dibagi-bagi menjadi pusat-pusat laba. Transfer barang atau jasa antar unit laba dapat menimbulkan masalah dalam hal penentuan harga transfer karena setiap unit laba diukur dari kinerjanya berdasarkan laba, sehingga setiap transfer barang atau jasa antar unit laba mempengaruhi laba masing-masing pihak. Latar belakang munculnya permasalahan harga transfer dapat dikaitkan dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang menerapkan diferensiasi bisnis. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut: a.



Bagaimana dan mengapa perusahaan memilih untuk melakukan desentralisasi?



b.



Bagaimana perbedaan antara perhitungan biaya absorpsi dan variabel dalam mengukur kinerja pusat investasi serta menyiapkan laporan laba rugi segmen?



c.



Bagaimana pengukuran kinerja pusat investasi menggunakan ROI?



d.



Bagaimana pengukuran kinerja pusat investasi menggunakan laba residu dan EVA?



e.



Bagaimana



peran



penetapan



harga



terdesentralisasi? 1



transfer



pada



perusahaan



yang



1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul “Pelaporan Tersegmen dan Evaluasi Kinerja Perusahaan yang Terdesentralisasi” adalah sebagai berikut: a.



Untuk menjelaskan alasan perusahaan memilih untuk melakukan desentralisasi.



b.



Untuk menjelaskan perbedaan antara perhitungan biaya absorpsi dan variabel dalam mengukur kinerja pusat investasi serta menyiapkan laporan laba rugi segmen.



c.



Untuk menjelaskan cara pengukuran kinerja pusat investasi menggunakan ROI.



d.



Untuk menjelaskan cara pengukuran kinerja pusat investasi menggunakan laba residu dan EVA.



e.



Untuk menguraikan peran penetapan harga transfer pada perusahaan yang terdesentralisasi.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Desentralisasi dan Pusat Pertanggungjawaban Desentralisasi ialah wewenang pengambilan keputusan yang memperkenankan kepada jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan merealisasikan keputusan yang berkaitan. Maksudnya ialah bentuk pemberian kewenangan kepada suatu unit atau pengelola dengan tingkat kewenangan yang lebih rendah dalam struktur organisasi atau perusahaan Jadi pada desentralisasi, dalam membuat keputusan tidak hanya dilakukan oleh pimpinan puncak tetapi juga melibatkan bawahannya untuk mengambil keputusan sesuai dengan kapasitasnya. 2.2.1. Alasan Perusahaan Melakukan Desentralisasi a. Mudah dalam Mengumpulkan dan Menggunakan Informasi Lokal Kualitas dari berbagai keputusan dipengaruhi oleh kualitas informasi yang tersedia. Dengan adanya manajer tingkat rendah yang berhubungan dengan kondisi operasional langsung, mereka sering berada dalam suatu posisi yang lebih baik untuk memuat keputusan lokal. b. Memfokuskan Manajemen Pusat Dengan desentralisasi, manajemen pusat bebas menangani perencanaan dan pengambilan keputusan strategis. Keberlangsungan jangka panjang perusahaan harus lebih penting bagi manajemen pusat dari operasional sehari-hari. c. Melatih dan Memotivasi Manajer Dengan melatih dan memotivasi para manajer, memungkinkan manajer puncak dapat mengevaluasi kemampuan manajer lokal lainnya. Manajer yang menghasilkan keputusan terbaik adalah manajer yang dapat dipromosikan atau dinaikkan jabatannya.



3



d. Meningkatkan Daya Saing Salah satu cara guna lebih meningkatkan kinerja perusahaan yaitu dengan memeperkenalkan lebih jauh akan kekuatan-kekuatan pasar. 2.2.2. Keunggulan dan Kekurangan Desentralisasi a. Keunggulan 1) Pengambilan dan kualitas keputusan lebih cepat dan baik. Dengan adanya desentralisasi tentu pengambilan keputusan operasi dapat lebih cepat karena langsung dilaksanakan oleh manajer pelaksana dan juga menghasilkan kualitas keputusan yang baik sebab para manajer tingkat yang lebih rendah mempunyai pengetahuan yang terbaik tentang kondisi setempat karena mereka memilki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan manajer tingkat di atas. 2) Memudahkan evaluasi kerja dikarenakan adanya kebebasan bagi manajer tingkat bawah. 3) Mendorong manajer tingkat bawah untuk menunjukan kerja terbaik mereka, hal ini muncul karena semangat kerja mereka meningkat sehubungan dengan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab. b. Kekurangan 1) Para manajer mungkin membuat keputusan-keputusan yang hanya menguntungkan divisi yang dipimpinnya saja, yang mengakibatkan kerugian organisasi secara keseluruhan. 2) Memungkinkan manajer membuat keputusan tanpa sepenuhnya memahami gambaran keseluruhan dari perusahaan dikarenakan pemahaman yang sedikit mengenai strategi perusahaan. 2.2.3. Pusat Pertanggungjawaban Dalam organisasi sebuah perusahaan, penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab dilaksanakan dengan menetapkan pusat-pusat pertanggung-jawaban dan tolok ukur kinerjanya. Pusat pertanggungjawaban



4



merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab. Saat perusahaan berkembang, manajemen puncak biasanya menciptakan berbagai area pertanggungjawaban yang dikenal sebagai pusat pertanggungjawaban



dan



menugaskan



manajer



dibawahnya



untuk



untuk



menanganinya. Adapun jenis-jenis pusat pertanggungjawaban (responsibility center) sebagai berikut: a. Pusat Biaya (Cost Center), dimana manajer hanya bertanggungjawab terhadap biaya. Dalam hal ini, departemen produksi yang mengendalikan biaya manufaktur, tetapi tidak mengatur harga atau membuat keputusan pemasaran. b. Pusat Pendapatan (Revenue Center), dimana manajer hanya bertanggungjawab terhadap penjualan. Dalam hal ini, departemen pemasaran yang mengatur harga dan memproyeksikan penjualan. c. Pusat Laba (Profit Center), dimana manajer bertanggungjawab terhadap penjualan dan biaya. Dalam hal ini, manajer pabrik yang bertanggungjawab terhadap membuat dan memasarkan produk. d. Pusat Investasi (Investment Center), dimana manajer bertanggungjawab terhadap penjualan, biaya, dan investasi modal. Dalam hal ini, divisi-divisi memiliki kendali atas biaya dan keputusan penetapan harga, kekuasaan untuk membuat keputusan investasi seperti penutupan dan pendirian pabrik, serta keputusan untuk meneruskan atau menghentikan suatu lini produk. 2.2 Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laporan Laba Rugi Variabel dan Absorpsi Dalam pengembangan laporan laba rugi segmen untuk setiap pusat laba, ada dua metode perhitungan laba yang digunakan yaitu perhitungan dengan biaya variabel dan biaya absorpsi. Keduanya dijadikan metode perhitungan karena berhubungan dengan penentuan biaya produk. Perbedaaan signifikan antara kedua metode tersebut dilihat berdasarkan perlakuan atas satu biaya tertentu, yaitu biaya overhead tetap.



5



Perhitungan Biaya Variabel Perhitungan Biaya Absorpsi (Variable Costing) (Absorption Costing) Menekankan perbedaan antara biaya Tidak menekankan perbedaan dalam variabel dan biaya tetap. pembebanan biaya variabel dan tetap. Dikenal juga dengan nama biaya langsung (direct costing) karena hanya membebankan biaya variabel ke produk. Overhead tetap tidak diakui sebagai bagian dari biaya produk, melainkan sebagai biaya periode. Hal ini didasari dengan anggapan bahwa overhead tetap adalah biaya kapasitas dimana akan habis pada akhir periode sehingga dibebankan secara total terhadap pendapatan setiap periode. Perhitungan biaya variabel digunakan untuk pengambilan keputusan internal karena memberikan informasi biaya yang penting. Klasifikasi Biaya: 1. Biaya produk, terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. 2. Biaya periode, terdiri atas overhead tetap, beban penjualan, dan beban administrasi.



6



Dikenal juga dengan sebutan biaya penuh karena membebankan semua biaya, baik variabel maupun tetap ke produk. Overhead tetap diakui sebagai biaya produk, bukan biaya periode. Oleh karena itu, overhead tetap akan dibebankan pada produk melalui penggunaan tarif yang ditetapkan sebelumnya dan tidak akan dibebankan sampai produk terjual. Perhitungan biaya absorpsi digunakan untuk pelaporan eksternal karena lembaga pengatur seperti FASB dan IRS tidak menerima perhitungan biaya variabel untuk pelaporan secara eksternal. Klasifikasi Biaya: 1. Biaya produk, terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap. 2. Biaya periode, terdiri atas beban penjualan dan beban administrasi.



2.3.1. Penilaian Persediaan Persediaan akan dinilai berdasarkan biaya produk. Berikut tersedia data dari Fairchild Company sebagai ilustrasi untuk mencontohkan penilaian persediaan. Unit di persediaan awal



-



Unit diproduksi



10.000



Unit terjual ($300 per unit)



8.000



Biaya variabel per unit: Bahan baku langsung



$50



Tenaga kerja langsung



$100



Overhead variabel



$50



Biaya tetap: Overhead tetap per unit yang diproduksi



$25



Penjualan dan administrasi tetap



$100.000



Berikut penilaian persediaan berdasarkan data di atas: Perhitungan Biaya Variabel Perhitungan Biaya Absorpsi (Variable Costing) (Absorption Costing) Bahan baku langsung $50 Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung $100 Tenaga kerja langsung Overhead variabel $50 Overhead variabel Overhead tetap



$50 $100 $50 $25



Biaya produk per unit



$225



Nilai persediaan akhir: 2.000 x $200 = $400.000



$200 Biaya produk per unit Nilai persediaan akhir: 2.000 x $225 = $450.000



2.3.2. Laporan Laba Rugi Menggunakan Biaya Variabel dan Absorpsi Laba bersih yang dihasilkan dari perhitungan menggunakan biaya variabel dapat berbeda dengan biaya absorpsi. Hal ini dikarenakan biaya produk dari kedua metode tersebut berbeda sehingga akan mempengaruhi perhitungan harga pokok penjualan. Berikut adalah ilustrasi laporan laba rugi menggunakan biaya variabel dan absorpsi:



7



Fairchild Company Laporan Laba Rugi Menurut Perhitungan Biaya Variabel Penjualan ($300 x 8.000) $2.400.000 Dikurangi Beban Variabel: Harga Pokok Penjualan* ($1.600.000) Margin Kontribusi $800.000 Dikurangi Beban Tetap: Overhead Tetap Beban Penjualan dan Administrasi



$250.000 $100.000



Laba Operasi



($350.000) $450.000



*Perhitungan HPP = Biaya unit * Unit terjual = $200 x 8.000 = $ 1.600.000 Fairchild Company Laporan Laba Rugi Menurut Perhitungan Biaya Absorpsi Penjualan ($300 x 8.000) $2.400.000 Dikurangi: Harga Pokok Penjualan* ($1.800.000) Margin Kotor $600.000 Dikurangi: Beban Penjualan dan Administrasi



($100.000)



Laba Operasi



$500.000



*Perhitungan HPP = Biaya unit * Unit terjual = $225 x 8.000 = $ 1.800.000 2.3.3. Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba Menurut perhitungan biaya variabel dan absorpsi, laba akan berubah apabila hubungan antara produksi dan penjualan mengalami perubahan. Jika jumlah barang yang dijual lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang yang produksi, maka laba menurut perhitungan biaya variabel akan lebih tinggi daripada laba menurut 8



perhitungan biaya absorpsi. Hal ini dikarenakan menurut biaya absorpsi, setiap unit yang keluar dari persediaan mengandung overhead tetap dari periode sebelumnya dan setiap unit yang diproduksi dan dijual mengandung seluruh overhead tetap periode berjalan. Oleh karena itu, jumlah biaya overhead tetap menurut perhitungan biaya absorpsi akan lebih tinggi dibanding perhitungan biaya variabel. Namun jika jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual, maka tidak akan terjadi perbedaan pada laba yang dilaporkan. Karena semua unit terjual, maka baik menurut perhitungan biaya variabel ataupun biaya absorpsi akan mengakui total overhead tetap periode tersebut sebagai beban. Jika Produksi > Penjualan Produksi < Penjualan Produksi = Penjualan



Maka Laba Bersih Absorpsi > Laba Bersih Variabel Laba Bersih Absorpsi < Laba Bersih Variabel Laba Bersih Absorpsi = Laba Bersih Variabel



Berikut contoh ilustrasi untuk hubungan antara produksi, penjualan, dan laba berdasarkan data operasional Belnip, Inc. untuk tahun 2006, 2007, dan 2008. Biaya variabel per unit: Bahan baku langsung



$4,00



Tenaga kerja langsung



$1,50



Overhead variabel (estimasi dan aktual)



$0,50



Penjualan dan administrasi variabel



$0,25



Estimasi: Volume produksi



150.000



Overhead tetap



$150.000



Aktual (setiap tahun): Volume produksi



150.000



Overhead tetap



$150.000



Beban penjualan dan administrasi tetap



$50.000



Harga jual



$10 per unit



9



Data operasional lainnya sebagai berikut:



Persediaan Awal Produksi Penjualan Persediaan Akhir



2006



2007



2008



150.000 150.000 -



150.000 100.000 50.000



50.000 150.000 200.000 -



Berikut adalah bentuk laporan laba rugi dari Belnip, Inc. dengan menggunakan dua metode yaitu biaya variabel dan biaya absorpsi. Laporan Laba Rugi Menurut Perhitungan Biaya Variabel (dalam ribuan dolar) 2006 2007 2008 Penjualan Beban Variabel: HPP Variabel Penjualan dan Administrasi Variabel Margin Kontribusi Beban Tetap: Overhead Tetap Penjualan dan Administrasi Tetap Laba Operasi *Persediaan Awal Harga Pokok Produksi Variabel Barang yang Tersedia untuk Dijual Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan Variabel



1.500,0



1.000



2.000



(900,0) (37,5) 562,5



(600) (25) 375



(1.200) (50) 750



(150,0) (50,0) 362,5



(150) (50) 175



(150) (50) 550



-



300 900 1.200 1.200



900 900 900



10



900 900 (300) 600



Laporan Laba Rugi Menurut Perhitungan Biaya Absorpsi (dalam ribuan dolar) 2006 2007 2008 Penjualan Harga Pokok Penjualan* Margin Kotor Beban Penjualan & Administrasi Laba Operasi



1.500,0 (1.050,0) 450,0 (87,5) 362,5



1.000 (700) 300 (75) 225



2.000 (1.400) 600 (100) 500



1.050 1.050 1.050



1.050 1.050 (350) 700



350 1.050 1.400 1.400



*Persediaan Awal Harga Pokok Produksi Barang yang Tersedia untuk Dijual Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan



Di tahun 2006, laba bersih untuk setiap metode adalah sama karena membebankan jumlah overhead tetap yang sama. Menurut perhitungan biaya variabel, jumlah overhead tetap yang dibebankan adalah $150.000. Begitu pula menurut perhitungan biaya absorpsi, jumlah overhead tetap yang dibebankan juga sama namun menjadi bagian dari biaya produk sehingga nominalnya tersirat dalam Harga Pokok Produksi. Dalam perhitungan biaya absorpsi, tarif overhead tetap per unit adalah $1 yang diperoleh dari hasil pembagian antara overhead tetap yang diestimasikan dengan jumlah unit produksinnya ($150.000 / 150.000) untuk tiga tahun (2006 s.d. 2008). Dari tarif tersebut maka overhead yang dibebankan adalah sebesar $150.000 ($1 x 150.000) selama tiga tahun. Di tahun 2007, laba menurut perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari laba menurut perhitungan biaya variabel. Terdapat selisih sebesar $50.000 ($225.000 $175.000). Selisih tersebut terjadi karena overhead tetap pada biaya absorpsi lebih kecil dibanding perhitungan biaya variabel. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tarif overhead tetap per unit adalah $1. Karena di tahun ini hanya 100.000 unit yang diproduksi, maka sisa 50.000 unit akan dimasukkan ke dalam persediaan dan inilah yangn membawa beban overhead tetap sebesar $50.000 ($1 x 50.000). Nilai tersebut tidak akan diakui sebagai beban sampai persediaannya terjual. Maka menurut



11



perhitungan ini, overhead tetap dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu $100.000 sebagai beban dan $50.000 sebagai persediaan. Sedangkan menurut perhitungan biaya variabel, jumlah overhead tetap yang diakui sama seperti tahun sebelumnya meskipun jumlah unit yang diproduksi berbeda. Hal ini dikarenakan overhead tetap dianggap sebagai biaya periode. Maka ini pun berpengaruh pada laba yang dilaporkan dimana menurut perhitungan biaya absorpsi lebih besar $50.000. Di tahun 2008, laba menurut perhitungan biaya variabel lebih besar dari laba menurut perhitungan biaya absorpsi. Terdapat selisih sebesar $50.000 yang karena perhitungan biaya absorpsi tidak hanya mengakui overhead tetap pada periode ini, namun juga mengakui overhead tetap untuk unit-unit persediaan yang diproduksi trahun sebelumnya namun baru terjual di tahun ini. Dengan demikian, total overhead tetap yang diakui adalah sebesar $200.000 ($150.000 + $50.000) menurut biaya absorpsi sedangkan hanya $150.000 menurut biaya variabel. Dari analisis atas laporan laba rugi tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan biaya absorpsi hanya mengakui overhead tetap yang ada pada unit produksi yang terjual. Jika ada perbedaaan jumlah produksi dengan yang terjual, maka overhead tetap akan dialirkan ke dalam maupun luar persediaan. Jika jumlah overhead tetap dalam persediaan meningkat, maka laba menurut biaya absorpsi akan lebih besar. Sedangkan jika jumlah overhead tetap persediaan berkurang, maka laba menurut biaya variabel yang akan lebih besar. Adapun perbedaan overhead tetap dalam persediaan memiliki besaran yang sama dengan selisih di antara kedua laba. Perubahan ini dihitung melalui perkalian tarif overhead tetap dengan perubahan total unit persediaan awal dan akhir (selisih antara produksi dan penjualan). Selisih antara laba operasi menurut perhitungan biaya absorpsi dan biaya variabel dinyatakan sebagai berikut. Laba menurut perhitungan biaya absorpsi



-



Laba menurut perhitungan biaya variabel



=



12



Tarif overhead tetap



x



(Unit produksi – Unit terjual)



2006 Laba Operasi: Perhitungan biaya absorpsi Perhitungan biaya variabel Selisih Penjelasan: Unit diproduksi Unit terjual Perubahan dalam persediaan Tarif overhead tetap Selisih yang dijelaskan*



x



2007



2008



362,5 362,5 0



225 175 50



500 550 (50)



150 150 0 $1 0



150 100 50 $1 50



150 200 (50) $1 (50)



x



x



*Pada tahun 2006, perhitungan biaya absorpsi hanya mengakui overhead tetap periode sebagai beban. Tidak ada overhead tetap yang keluar dan masuk persediaan. Pada tahun 2007, $50.000 overhead tetap masuk dalam persediaan dan pengakuannya sebagai beban ditangguhkan ke periode berikutnya. Pada tahun 2008, $50.000 overhead tetap keluar dari persediaan dan diakui sebagai beban. 2.3.4. Perlakuan Overhead Tetap pada Perhitungan Biaya Absorpsi Menurut perhitungan biaya absorpsi, overhead tetap harus dilokasikan pada setiap unit yang diproduksi. Namun dengan dibebankannya overhead tetap, ternyata menimbulkan dua masalah. Pertama, bagaimana perusahaan dapat melakukan konversi atas overhead tetap yang dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung atau jam mesin terhadap overhead yang ditetapkan pada setiap unit produksi? Kedua, bagaimana jika overhead aktual ternyata tidak sama dengan yang dibebankan? Solusi untuk masalah pertama cukup mudah dilakukan. Misalnya overhead yang ditetapkan adalah atas dasar jam tenaga kerja langsung dan diperlukan 0,25 jam untuk memproduksi per unitnya. Jika tarif overhead tetapnya adalah $12 per jam, maka biaya overhead tetap per unitnya adalah sebesar $3 (0,25 x $12). Sedangkan solusi untuk masalah kedua memerlukan analisis lebih detail. Pertama, perusahaan harus menghitung overhead tetap yang ditetapkan dan membebankannya pada setiap unit produksi. Kemudian bandingkan total overhead yang ditetapkan dengan yang aktual. Jika terjadi kelebihan ataupun kekurangan yang tidak material, maka akan ditutup ke dalam Harga Pokok Penjualan. Begitu pula perlakuan terhadap overhead variabel. Jika jumlah yang ditetapkan terlalu tinggi atau



13



rendah dan masih dalam keadaan material, maka akan dialokasikan di antara Barang Dalam Proses, Barang Jadi, dan Harga Pokok Penjualan. 2.3.5. Mengevaluasi Manajer Pusat Laba Para manajer biasanya dievaluasi dan dikaitkan pada profitabilitas setiap unit yang masing-masing mereka kendalikan. Kemampuan manajerial akan dinilai berdasarkan bagaimana perubahan laba dari satu periode ke periode berikutnya dan perbandingan antara laba aktual dan yang direncanakan. Keberhasilan seorang manajer akan tercermin ketika kerja keras mereka membuahkan hasil yaitu meningkatnya penjualan namun biaya tak berubah sama sekali sehingga laba bisa meningkat. Dalam hal ini jika pendapatan menurun sedangkan faktor lainnya tetap, maka laba akan menurun. Sedangkan jika pendapatan setiap periode masih sama dan faktor lain pun masih sama, maka laba tidak akan mengalami perubahan. Hubungan tersebut dapat dipastikan dengan perhitungan biaya variabel, namun tidak dengan biaya absorpsi. Berikut ilustrasi untuk menggambarkan hubungan tersebut: 2007 Biaya manufaktur variabel per unit Produksi (unit yang diharapkan dan aktual) Unit terjual ($25 per unit) Overhead tetap (estimasi dan aktual)



$10 10.000 5.000 $100.000



2008 $10 5.000 10.000 $100.000



Berdasarkan laporan laba rugi menurut perhitungan biaya variabel dan absorpsi yang tersaji di bawah ini, penjualan meningkat sebesar 5.000 unit. Di samping itu, total biaya tetap, biaya manufaktur variabel per unit, dan harga jual per unit memiliki nilai yang sama untuk tahun 2007 dan 2008. Jadi, kenaikan penjualan adalah satusatunya yang mencerminkan perubahan pada satu periode ke periode berikutnya. Menurut perhitungan biaya variabel, laba meningkat sebesar $75.000 sedangkan menurut biaya absorpsi, laba menurun sebesar $25.000 walaupun terjadi peningkatan penjualan. Dapat disimpulkan bahwa biaya absorpsi tidak dapat menunjukkan perubahan yang terjadi meskipun perusahaan telah meningkatkan kinerjanya.



14



Laba Menurut Perhitungan Biaya Variabel 2007 Penjualan $125.000 Dikurangi Beban Variabel: HPP Variabel ($50.000) Margin Kontribusi $75.000 Dikurangi Beban Tetap: Overhead Tetap Laba (Rugi) Operasi



($100.000) $25.000



Laba Menurut Perhitungan Biaya Absorpsi 2007 Penjualan $125.000 Dikurangi HPP* ($100.000) Laba (Rugi) Operasi $25.000



* $10 x 5.000 pada 2007 * $10 x 10.000 pada 2008 * Persediaan Awal Harga Pokok Produksi Barang yang Tersedia Untuk Dijual Dikurangi: Persediaan Akhir HPP



$200.000 $200.000 $100.000 $100.000



2008 $250.000 ($100.000) $150.000 ($100.000) $50.000



2008 $250.000 ($250.000) 0



$100.000 $150.000 $250.000 $250.000



2.3.6. Laporan Laba Rugi Segmen Menggunakan Perhitungan Biaya Variabel Dalam menyiapkan laporan laba rugi segmen, perhitungan biaya variabel sangat berguna untuk menyediakan informasi mengenai beban variabel dan tetap. Segmen yang dimaksud dapat berupa divisi, departemen, lini produk, kelompok pelanggan, dll. Di samping itu, beban tetap dalam laporan laba rugi segmen dibagi menjadi dua yaitu beban tetap langsung dan beban tetap umum. Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah beban tetap yang secara langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen yang mana bebannya akna hilang jika segmen tersebut ditutup. Misalnya pada segmen penjualan, maka beban tetap



15



langsungnya berupa sewa kantor bagian penjualan, gaji manajernya, dsb. Beban ini biasanya disebut juga sebagai beban tetap yang dapat dihindari atau ditelusuri. Beban tetap umum adalah beban yang disebabkan oleh dua atau lebih segmen secara bersamaan. Beban ini akan tetap ada bahkan jika salah satu segmen ditutup. Misalnya, beban depresiasi gedung kantor pusat, gaji CEO, dsb. Sebagai contoh, Audiomatronics memproduksi alat pemutar MP3 dan pemutar DVD dengan informasi untuk tahun ini sebagai berikut: Pemutar MP3 $400.000 $200.000 $30.000



Penjualan Harga Pokok Penjualan Variabel Overhead Tetap Langsung



Pemutar DVD $290.000 $150.000 $20.000



Berikut adalah informasi tambahan beserta laporan laba rugi segmennya:  Sebuah komisi penjualan sebesar 5% dari penjualan dibayarkan ke setiap lini produk.  Beban penjualan dan administrasi tetap langsung diperkirakan sebesar $10.000 untuk lini MP3 dan $15.000 untuk lini DVD.  Overhead tetap umum untuk pabrik diperkirakan sebesar $100.000.  Beban penjualan dan administrasi umum diperkirakan sebesar $20.000. Jika dilihat dari laporan laba rugi di bawah ini, pemutar MP3 dan pemutar DVD memiliki margin kontribusi yang besar. Keduanya memperoleh penghasilan melebihi biaya variabel sehingga dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Kontribusi laba yang digunakan untuk menutupi biaya tetap umum perusahaan disebut sebagai margin segmen. Setiap segmen minimal mampu menutupi biaya variabel dan biaya tetap langsungnya sendiri



16



Audiomatronics, Inc Laporan Laba Rugi Segmen untuk Tahun Depan (dalam satuan dolar) Pemutar Pemutar MP3 DVD Penjualan 400.000 290.000 Harga Pokok Penjualan Variabel (200.000) (150.000) Beban Penjualan Variabel (20.000) (14.500) Margin Kontribusi 180.000 125.500 Dikurangi Beban Tetap Langsung: Overhead Tetap Langsung Penjualan dan Administrasi Langsung Margin Segmen



(30.000) (10.000) 140.000



(20.000) (15.000) 90.500



Dikurangi Beban Tetap Umum: Overhead Tetap Umum Penjualan dan Administrasi Umum



Total 690.000 (350.00) (34.500) 305.500 (50.000) (25.000) 230.500 (100.000) (20.000)



Laba Bersih



110.500



2.3 Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan ROI Pusat-pusat investasi umumnya dievaluasi berdasarkan pengembalian atas investasi. Ukuran-ukuran lainnya, seperti laba residu dan nilai tambah ekonomi dibahas pada bagian selanjutnya. 2.3.1. Pengembalian atas Investasi Salah satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah dengan menghitung pengembalian atas investasi (return on investment – ROI), yaitu laba yang diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang paling sering digunakan oleh suatu pusat investasi. ROI dapat didefinisikan sebagai berikut. ROI = Laba operasi / Aktiva operasi rata-rata Laba operasi (operating income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk



17



menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan. Gambaran aktiva operasi rata-rata dihitung sebagai berikut. Aktiva operasi rata-rata = (Nilai buku bersih awal + Nilai buku bersih akhir) 2 Hal yang paling penting dalam menentukan bagaimana seharusnya aktiva jangka panjang (pabrik dan peralatan) dinilai adalah memastikan suatu metode diterapkan secara konsisten sepanjang waktu. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk membandingkan ROI antar berbagai divisi sepanjang waktu. 2.3.2. Margin dan Perputaran Cara kedua untuk menghitung ROI adalah dengan memisahkan rumusnya (Laba operasi / Aktiva operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran. ROI



=



Margin



=



Laba operasi



x x



Penjualan



Perputaran Penjualan Aktiva operasi rata-rata



Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukkan jumlah laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal ini menyatakan bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, dan laba. Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Perputaran menunjukkan jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva operasi. Hal ini menunjukkan produktivitas aktiva yang digunakan untuk menghasilkan penjualan. Anggaplah, sebagai contoh, Celimar Company memperoleh laba operasi tahun lalu seperti yang ditunjukkan pada laporan laba/rugi berikut. Penjualan Harga Pokok Penjualan Margin Kotor Beban Penjualan dan Administrasi Laba Operasi



$480.000 $222.000 $258.000 $210.000 $48.000



18



Pada awal tahun, nilai buku bersih dari aktivitas operasi adalah $277.000. Pada akhir tahun, nilai buku bersih dari aktivitas operasi adalah $323.000. Maka: Aktivitas operasi rata-rata



= = =



(Aktiva awal + Aktiva akhir) 2 ($277.000 + $323.000) 2 $300.000



Margin = Laba operasi / Penjualan = $48.000 / $480.000 = 0,10 atau 10% Perputaran = Penjualan / Aktiva operasi rata-rata = $480.000 / $300.000 = 1,6 ROI = Margin x Perputaran = 0,10 x 1,6 atau 16% atau ROI = Laba operasi / Aktivitas operasi rata-rata = $48.000 / $300.000 Meskipun kedua pendekatan menghasilkan ROI yang sama, perhitungan margin dan perputaran mampu memberikan informasi berharga kepada seorang manajer. Untuk mengilustrasikan informasi tambahan itu, pertimbangkan data yang disajikan di bawah ini. Divisi Electronics meningkatkan ROI-nya dari 18% pada tahun 1 menjadi 20% pada tahun 2. Namun, ROI Divisi Medical Supplies turun dari 18% menjadi 15%. Gambaran yang lebih jelas mengenai penyebab perubahan pada setiap divisi. Rasio-rasio tersebut juga disajikan pada tampilan di bawah ini. Perhatikan bahwa margin untuk kedua divisi turun dari tahun 1 ke tahun 2. Kedua divisi sebenarnya mengalami penurunan persentase yang meningkat, tekanan persaingan (yang memaksa penurunan harga jual), atau keduanya. Informasi untuk Divisi Electronics dan Divisi Medical Supplies Divisi Divisi Medical Electronics Supplies Tahun 1: $30.000.00 $117.000.00 Penjualan 0 0 Laba operasi $1.800.000 $3.510.000 Aktiva operasi rata$10.000.00 rata 0 $19.500.000 ROI (a) 18% 18%



19



Tahun 2: $40.000.00 $117.000.00 Penjualan 0 0 Laba operasi $2.000.000 $2.925.000 Aktiva operasi rata$10.000.00 rata 0 $19.500.000 ROI (a) 20% 15% Perbandingan Margin dan Perputaran Divisi Electronics Margin (b) Perputaran (c) ROI



Tahun 1 6,0% x 3,0 18,0%



Tahun 2 5,0% x 4,0 20,0%



Divisi Medical Supplies Tahun 1 3,0% x 6,0 18,0%



Tahun 2 2,5% x 6,0 15,0%



Keterangan: (a) Laba operasi dibagi aktiva operasi rata-rata (b) Laba operasi dibagi penjualan (c) Penjualan dibagi aktiva operasi rata-rata Meskipun marginnya turun, Divisi Electronics mampu meningkatkan tingkat pengembaliannya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan perputaran yang lebih besar daripada penurunan margin. Salah satu sumber dari peningkatan perputaran adalah kebijakan yang sengaja mengurangi persediaan. Perhatikan bahwa aktiva rata-rata yang digunakan tetap sama pada Divisi Electronics meskipun penjualan meningkat $10 juta. Divisi Medical Supplies dinilai tidak mampu mengatasi penurunan marginnya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat perputarannya yang tidak berubah. 2.3.3. Keunggulan ROI Sedikitnya, ada tiga hasil positif dari penggunaan ROI. a. ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi. b. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya. c. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.



20



2.3.4. Kelemahan Pengukuran ROI Penekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang sempit. Berikut dua aspek negatif ROI yang sering disebutkan. a. ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan. b. ROI mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang. 2.4 Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laba Residu dan Nilai Tambah Ekonomi 2.4.1. Laba Residu Laba residu (residual income) adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian dolar minimum yang disyaratkan atas aktiva operasi perusahaan. Laba residu = Laba operasi – (Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata-rata) Tingkat pengembalian minimum ditentukan perusahaan dan sama dengan hurdle rate yang disebutkan pada bagian ROI. Jika laba residu lebih besar dari nol, divisi memperoleh lebih banyak tingkat pengembalian minimum yang diminta atau hurdle rate. Jika laba residu kurang dari nol, divisi memperoleh lebih sedikit tingkat pengembalian minimum yang diminta. Laba residu yang sama dengan nol menunjukkan divisi memperoleh tepat sama dengan tingkat pengembalian minimum yang diminta. Ingat kembali bahwa manajer Cleaning Product Division menolak proyek 1 karena akan menurunkan ROI divisi. Namun, keputusan tersebut membebani laba perusahaan sebesar $300.000. Penggunaan laba residu sebagai ukuran kinerja akan mencegah kerugian ini. Laba residu untuk setiap proyek dihitung sebagai berikut. Proyek I Laba residu



=



Laba operasi – (Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata-rata)



= $1.300.000 – (0,10 x $10.000.000)



21



= $1.300.000 - $1.000.000 = $300.000 Proyek II Laba residu



=



Laba operasi – (Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata-rata)



= $640.000 – (0,10 x $4.000.000) = $640.000 - $400.000 = $240.000 Perhatikan bahwa kedua proyek memiliki laba residu positif. Untuk tujuan perbandingan, laba residu divisi untuk setiap alternatif tersebut diidentifikasikan sebagai berikut. Alternatif



Aktiva Operasi Laba Operasi Pengembalian minimum* Laba residu



Hanya



Hanya



Memilih



Tidak



Memilih



Memilih



Kedua



Memilih



Proyek I



Proyek II



Proyek



Kedua Proyek



$60.000.000



$54.000.000



$64.000.000



$50.000.000



$8.800.000



$8.140.000



$9.440.000



$7.500.000



6.000.000



5.400.000



6.400.000



5.000.000



$2.800.000



$2.740.000



$3.040.000



$2.500.000



Seperti yang ditunjukkan di atas, memilik kedua proyek meghasilkan peningkatan laba residu yang terbesar. Penggunaan laba residu mendorong para manajer untuk menerima proyek apa pun yang menghasilkan tingkat di atas minimum. Laba residu, seperti halnya ROI, bisa mendorong orientasi jangka pendek. Masalah lainnya dengan laba residu tidak seperti ROI, laba residu adalah ukuran absolut dari profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung dari kinerja adalah pada dua pusat investasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda. Sebagai contoh, pertimbangkan perhitungan laba residu untuk Divisi A dan Divisi B, dimana tingkat pengembalian yang diminta adalah 8%. 22



Divisi A



Divisi B



$15.000.000



$2.500.000



Laba operasi



$1.500.000



$300.000



Pengembalian minimum*



(1.200.000)



(200.000)



$300.000



$100.000



2%



4%



Aktiva operasi rata-rata



Laba residu Pengembalian residu**



Terdapat kecenderungan untuk menyatakan kinerja Divisi A lebih baik daripada Divisi B karena laba residunya tiga kali lebih besar. Akan tetapi, perhatikan bahwa Divisi A jauh lebih besar daripada Divisi B dan memiliki aktiva enam kali lebih banyak. Salah satu cara yang memungkinkan untuk mengoreksi kelemahan ini adalah menghitung pengembalian atas investasi dan laba residu, serta menggunakan kedua ukuran tersebut untuk evaluasi kinerja. Kemudian, ROI bisa digunakan untuk perbandingan antardivisi. 2.4.2. Nilai Tambah Ekonomi Cara khusus menghitung laba residu adalah nilai tambah ekonomi. Nilai tambah ekonomi (economic value added – EVA) adalah laba bersih (laba oprasi dikurangi pajak) dikurangi total biata modal tahunan. Pada dasarnya, EVA adalah laba residu dengan biaya modal sama dengan biaya modal aktual dari perusahaan (sebagai ganti dari suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan perusahaan karena alasan lainnya). Jika EVA positif, maka perusahaann sedang menciptakan kekayaan. Jika EVA negatif, maka perusahaan sedang menyiapkan modal. EVA membantu perusahaan untuk menentukan apakah uang yang didapatkannya lebih besar daripada uang yang digunakan untuk mendapatkan uang tersebut. Dalam jangka panjang, hanya perusahaan-perusahaan yang menghasilkan modal atau kekayaan yang dapat bertahan. Inti EVA adalah penekanan pada laba bersih operasi dan biaya aktual dari modal. Berikut adalah contoh cara menghitung EVA:



23



Celimar Company memperoleh laba bersih tahun lalu seperti yang ditunjukkan pada laporan laba rugi berikut ini. Penjualan



$480.000



Harga Pokok Penjualan



222.000



Margin Kotor



$258.000



Beban Penjualan dan Administrasi



210.000



Laba Operasi



$48.000



Dikurang: Pajak penghasilan (30%) Laba Bersih



14.400 $33.600



Jumlah modal yang dipakai sama dengan $300.000. Biaya modal aktual Celimar Company adalah 10%. EVA = Laba operasi setelah pajak - (Presentase biaya modal aktual x Total modal yang dipakai = $33.600 - (0,10 x $300.000) = $33.600 - $30.000 = $3.600 EVA adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal yang dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah persentase aktual dari biaya modal dikali dengan total modal yang dipakai. Persamaan EVA dinyatakan sebagai berikut. EVA = Laba operasi setelah pajak – (Persentase biaya aktual x Total modal yang dipakai) EVA membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dari berbagai divisi dengan menunjukkan penekanan semata-mata pada pendapatan operasi tidaklah mencukupi, alasannya adalah karena EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya. 2.5 Penetapan Harga Transfer Dalam suatu perusahaan yang terdesentralisasi, keluaran dari suatu divisi akan digunakan sebagai masukan pada divisi yang lain. Proses tersebut akan menimbulkan



24



suatu nilai barang yang ditransfer yakni pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai itulah yang disebut sebagai harga transfer (transfer price) yaitu harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual kepada divisi pembeli di dalam perusahaan yang sama. 2.5.1. Dampak Penetapan Harga Transfer pada Divisi dan Perusahaan Harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer akan berpengaruh pada biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi penjual. Dengan demikian, laba dari kedua divisi serta evaluasi dan kompensasi manajernya akan dipengaruhi oleh penetapan harga transfer. Berikut ilustrasi untuk menjelaskan dampak harga transfer terhadap divisi perusahaan. ABC, Inc. Divisi A Memproduksi



Divisi C



komponen



dan Membeli komponen dari divisi A



mentransfernya ke divisi C dengan dengan harga transfer $30 per unit dan harga $30 per unit.



menggunakan komponen tersebut untuk produksi akhir.



Harga transfer = $30 per unit



Harga transfer = $30 per unit



Pendapatan bagi divisi A



Biaya bagi divisi C



Meningkatkan laba bersih



Menurunkan laba bersih



Meningkatkan ROI



Menurunkan ROI



Pendapatan harga transfer = Biaya harga transfer Dampak nol bagi ABC, Inc. Konsep penetapan harga transfer sama halnya dengan konsep jual-beli pada umumnya dimana penjual menginginkan laba dengan mengharapkan harga yang minimum. Sedangkan pembeli juga menginginkan laba dengan mengharapkan harga yang maksimum. Meskipun harga transfer aktual tidak akan berpengaruh terhadap perusahaan secara keseluruhan, namun pada perusahaan multinasional harga transfer dapat berpengaruh pada tingkat laba yang dihasilkan melalui pajak badan dan persyaratan hukum lain di negara tempat divisinya beroperasi. Misalnya, divisi 25



penjual ada di negara dengan pajak rendah sedangkan divisi pembeli ada di negara dengan pajak yang tinggi. Maka biaya transfer yang ditetapkan bisa cukup tinggi. Dalam hal ini, divisi penjual akan memperoleh laba dan biaya dibebankan pada divisi pembeli. 2.5.2. Kebijakan Penetapan Harga Transfer Perusahaan yang terdesentralisasi memiliki lebih banyak wewenang dalam pengambilan keputusan di tingkat manajemen yang lebih rendah. Oleh karena itu, kebijakan penetapan harga transfer akan kurang efektif jika dilakukan oleh tingkat manajemen yang lebih rendah antara dua divisi. Maka, manajemen puncak-lah yang menetapkan harga transfer atas persetujuan dari divisi yang bersangkutan. Dalam menyusun kebijakan penetapan harga transfer dapat menggunakan pendekatan biaya peluang untuk mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi penjual dan harga maksimum yang ingin dibayar divisi pembeli. a. Harga transfer minimum, yaitu harga transfer yang membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual ke divisi internal dibanding ke pihak luar. Hal ini bisa juga disebut dengan “batas bawah (floor)” dari rentang penawaran. b. Harga transfer maksimum, yaitu harga transfer yang membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk dengan membeli barang input dari divisi internal dibanding di pihak luar. Hal ini bisa disebut juga dengan “batas atas (ceiling)” dari rentang penawaran. Melalui pendekatan biaya peluang, tak ada satu manajer pun yang dirugikan oleh transfer internal. Hal ini dikarenakan biaya peluang dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan transfer internal, yakni ketika biaya peluang divisi penjual (harga minimum) lebih rendah dari biaya peluang divisi pembeli (harga maksimum). Adapun beberapa kebijakan penetapan harga transfer yang digunakan, antara lain sebagai berikut:



26



a. Harga Pasar Jika terdapat pasar luar dengan persaingan yang sempurna untuk produk yang ditransfer, maka harga transfer yang paling sesuai adalah menggunakan harga pasar. Dalam hal ini, divisi penjual dapat menjual produknya pada harga pasar sehingga jika transfer internal dilakukan dengan harga transfer kurang dari harga pasar, divisi tersebut akan rugi. Sedangkan, divisi pembeli tentunya tidak ingin membayar harga transfer di atas dari harga pasar karena akan membuatnya rugi. Sebagai contoh, divisi furnitur suatu perusahaan memproduksi tempat tidur lipat dan divisi matras memproduksi matras yang cocok untuk tempat tidur lipat. Di antara dua divisi tersebut dapat terjadi transfer internal dimana divisi matras berperan sebagai divisi penjual, sedangkan divisi furnitur sebagai divisi pembeli. Jika pada pasar luar, divisi matras dapat menjual produknya seharga $50 maka mereka tidak akan melakukan transfer internal dengan harga lebih rendah daripada itu. Begitu pula divisi furnitur, mereka tidak akan bersedia membayar matras tersebut pada harga yang lebih tinggi dari $50. Maka dalam hal ini, harga transfer ditetapkan berdasarkan harga pasar. b. Harga Transfer Berdasarkan Biaya Terkadang harga pasar luar tidak tersedia karena bisa jadi produk transfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan induk. Dalam hal ini, perusahaan dapat menetapkan harga transfer dengan berdasarkan pada biaya. Jika ditetapkan berdasarkan biaya, maka divisi penjual dapat membebankan biaya penuh dari produknya (biaya bahan baku langsung, BTKL, biaya overhead variabel, dan bagian dari overhead tetap). Namun, divisi penjual tidak akan memperoleh laba jika langsung menetapkan harga transfer sama dengan biaya penuh produknya. Oleh karena itu, manajemen puncak dapat meningkatkan biayanya atau biasa disebut dengan “biaya plus” agar divisi penjual tetap memperoleh laba. Sebagai contoh, divisi matras memproduksi matras dengan kualitas yang lebih baik daripada kualitas pasar dan diketahui biaya penuh untuk produk dari



27



divisi matras adalah $28. Jika mereka melakukan transfer internal dengan harga $28, maka tidak akan memperoleh laba. Namun jika manajemen puncak menetapkan biaya plus sebesar 10% yakni menjadi $30,8 ($28 + (10% x $28)), maka divisi matras akan memperoleh laba. Divisi furnitur dapat memilih produk luar dengan harga dan kualitas yang lebih rendah sehingga tidak terjadi transfer internal. Begitu pula dengan divisi matras yang dapat menolak melakukan transfer internal jika mereka dapat menjual produknya ke pasar luar dengan harga yang lebih tinggi, misalkan $40. c. Harga Transfer yang Dinegosiasikan Pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna, manajemen puncak dapat mengizinkan divisi penjual dan pembeli untuk bernegosiasi untuk penetapan harga transfer. Dalam hal ini, biaya yang dihemat dapat dibagi di antara dua divisi. Sebagai contoh, jika divisi matras biasanya menjual matras dengan harga $50, biaya penuh produknya $28, dan harus membayar komisi penjualan $5. Jika dilakukan transfer internal, maka divisi tersebut tidak perlu membayar komisi penjualan. Dalam hal ini berarti harga minimumnya adalah $45 ($50 - $5), sedangkan harga maksimumnya adalah $50. Jadi, harga yang akan dinegosiasikan berada pada rentang $45 sampai dengan $50.



28



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, banyak perusahaan memiih desentralisasi. Inti desentralisasi adalah kebebasan pengambilan keputusan. Perusahaan yang terdesentralisasi membentuk pusat pertanggungjawaban. Empat pusat pertanggungjawaban adalah pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi. Hasil-hasil aktual dari setiap pusat pertanggungjawaban bisa dibandingkan dengan aktual yang diharapkan. Perhitungan biaya variabel memperlakukan overhead tetap sebagai beban periode. Oleh karena itu, biaya unit produksi menurut perhitungan biaya variabel terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. Perhitungan biaya absorpsi memperlakukan overhead tetap sebagai biaya produk. Jadi, biaya unit produksi menurut perhitungan biaya absorpsi terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel dan bagian dari overhead tetap. Laporan laba rugi menurut perhitungan biaya variabel memisahkan beban menurut perilaku biaya. Pertama, penjualan akan dikurangi dengan total beban variabel untuk mendapatkan margin konstribusi. Kemudian, untuk mendapatkan laba bersih dihitung dengan mencari selisih antara margin kontribusi dan total beban tetapt. Laporan laba rugi menurut perhitungan biaya absorpsi memisahkan beban menurut fungsi. Pertama, harga pokok penjualan dikurangi dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor, kemudian beban penjualan dan administrasi dikurangi dari laba kotor untuk mendapatkan laba bersih. Laporan laba rugi segmen memungkinkan pihak manajemen untuk mengevaluasi konstribusi setiap segmen terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. ROI adalah rasio laba operasi terhadap aktiva operasi rata-rata. Rasio ini dapat dibagi dalam dua komponen: margin (rasio laba operasi terhadap penjualan) dan perputaran (rasio penjualan terhadap aktiva operasi rata-rata). Laba residu adalah 29



perbedaan antara laba dan tingkat pengembalian minimum yang diminta perusahaan dikalikan dengan modal yang dipakai. EVA sangat mirip dengan laba residu, tetapi laba setelah pajak dan presentasi aktual dari biaya modal digunakan dalam perhitungan. Pengembalian atas investasi adalah ukuran kinerja manajer yang paling lazim pada unit-unit desentralisasi. Pengembalian atas investasi mendorong manajer untuk memperhatikan perbaikan profitabilitas divisinya melalui peningkatan penjualan, pengendalian biaya, dan pemanfaatan aktiva secara efisien. Sayangnya, ukuran kinerja ini juga dapat mendorong manajer meningkatkan ROI dengan mengorbankan manfaat jangka panjang demi manfaat jangka pendek. Laba residu adalah laba operasi dikurangi persentase minimum dari laba modal dikalikan modal yang dipakai. Laba residu positif berarti divisi memperoleh lebih banyak dari biaya modal minimum. Laba residu negatif berarti divisi memperoleh lebih sedikit dari biaya modal minimum. Laba residu yang sama dengan nol menunjukkan divisi memperoleh tepat sama dengan biaya modal minimum. EVA adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika EVA positif, perusahaan menciptakan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan merusak modalnya. EVA adalah dalam satuan dolar, bukan persentase tingkat pengembalian. Fitur utama dari EVA adalah penekanan pada laba operasi setelah pajak dan biaya modal aktual. Para investor menyuakai EVA karena menghubungkan laba dengan jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perusahaan yang terdesentralisisasi mampu menghasilkan kesesuaian tujuan dengan menciptakan program kompensasi manajemen yang memberi penghargaan bagi para manajer karena melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan perusahaan. Sistem penghargaan yang mungkin meliputi kompensasi tunai dan tunjangan nonkeuangan. Ketika satu divisi dari suatu perusahaan menghasilkan produk yang digunakan dalam proses produksi divisi lain, timbul proses penetapan harga transfer. Harga



30



transfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Jadi, harga yang dikenakan terhadap barang antara tersebut memengaruhi laba operasi kedua divisi. Karena kedua divisi dievaluasi menurut profitabilitasnya, maka harga yang dikenakan terhadap barang dapat menjadi masalah yang sangat serius. Ada tiga kebijakan penetapan harga transfer yang lazim digunakan: harga pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan harga transfer yang dinegosiasikan. 3.2 Saran Demikian makalah yang kami buat, kami memohon maaf atas segala kekurangan dari makalah ini baik dari penulisan maupun isi yang disampaikan. Melalui makalah ini, kami berharap penyusun makalah berikutnya bisa melengkapi isi materi dengan lebih mendetail dan sesuai dengan perkembangan yang terbaru nantinya. Dengan ini kami juga berharap agar pembaca dapat memahami makna dari materi ini dengan mudah dan mendapat pengetahuan yang bermanfaat.



31



DAFTAR PUSTAKA Hansen, Don R, Mowen, Maryanne M. (2013). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.



32