7 0 181 KB
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL KOPING TIDAK EFEKTIF
Oleh: ADE BAYU SAPUTRA P17212205061
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH : KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
A.
Pengertian Koping individu tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana individu mempunyai
pengalaman atau mengalami keadaan yang berisiko tinggi, suatu ketidakmampuan untuk mengatasi stressor internal dan ekternal secara adekuat yang berhubungan dengan tidak adekuatnya sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku dan kognitif (Carpenito, 2000). Sedangkan koping individu tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia (NANDA, 2011, Wilkinson, 2007). Menurut Kim (2006) koping individu tidak efektif merupakan kerusakan perilaku dan kemampuan adaptif seporang individu dalam memenuhi tuntutan dan peran hidupnya. Koping individu tidak efektif merupakan keadaan ketika seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku dan kognitif) (Carpenito-Moyet, 2007).
B.
Penyebab
Menurut NANDA (2011) koping individu tidak efektif dapat disebabkan karena adanya : 1.
Gangguan dalam pola penilaian ancaman
2.
Gangguan dalam pola melepaskan tekanan/ketegangan
3.
Perbedaan gender dalam strategi koping
4.
Derajat ancaman yang tinggi
5.
Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6.
Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
7.
Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor
8.
Sumber yang tersedia tidak adekuat
9.
Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan
10. Krisis maturasional 11. Krisis situasional 12. Ragu/tidak percaya 13. Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah C.
Karakteristik Koping Keluarga Tidak Efektif Menurut Carpenito-Moyet (2007) koping keluarga tidak efektif sering ditunjukkan
dengan : 1.
2.
Mayor a.
Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
b.
Penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai
c.
Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
Minor a.
Rasa khawatir kronis dan ansietas
b.
Melaporkan tentang kesukitan dengan stres kehidupan
c.
Ketidakefektifan partisipasi sosial
d.
Perilaku destruktif yang ditujukan pada diri sendiri atau orang lain
e.
Tingginya insiden kecelakaan
f.
Sering sakit
g.
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
h.
Pola respons non asertif
i.
Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa
j.
Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
D.
Proses Terjadinya
1.
Faktor Predisposisi a.
Biologis Adanya riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor
Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia dan tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam kandungan. Riwayat kesehatan secara umum, misalnya menderita penyakit kronis yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks Ada riwayat sering menderita sakit Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok, penurunan BB Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik, nikotin, kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkhohol, narkotik dan sedatifhipnotik) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood, tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
Secara anatomi gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal
Sistem neurokimia GABA
mengalami
defisiensi
relatif
atau
ketidakseimbangan.
Norephinefrin terlalu aktif atau kurang aktif di bagian otak yang berkaitan
dengan
ansietas.
Serotonin
kekurangan
ayau
ketidakseimbangan b.
Psikologis Intelegensi rendah sehingga sulit memahami sebuah informasi Ketidakmampuan
mengungkapkan
perasaan
secara
efektif
atau
ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal Self kontrol :
Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri yang rendah
Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor
Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga mengalami ketidakpastian Mengalami gangguan penglihatan dan pendegaran yang menyulitkan untuk melakukan interaksi atau komunikasi dengan orang lain atau membantu anggota keluarga yang sakit. Kesulitan melakukan komunikasi verbal akibat pemasangan NGT, ETT, trakeostomi dalam jangka panjang Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: ada riwayat penggunaan zat, retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek atau mood Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya perceraian atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan, gagal sekolah, kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan sedih dan putus asa , kehilangan orang yang
dicintai,
penculikan,
perampokan,
kehamilan
di
luar
nikah,
perselingkuhan. Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh, dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang tidak realistis serta kerancuan identitas Sumber psikologis yang adekuat yang dapat mengancam konsep diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keuakinan negatif tentang diri yang berlebihan, model peran yang negatif Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan selama fase perkembangan awal, misalnya :
Metode disiplin yang tidak konsisten
Takut kegagalan Trauma masa kanak-kanak
Orang tua dengan penyalahgunaan obat-obat terlarang
Penolakan orang tua
Keterampilan sosial yang buruk
Penolakan sebaya
Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori misalnya lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi udara, aktivitas yang berlebihan) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan kurangnya motivasi dalam menerima respons dari luar . Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan dengan cara yang memadai cenderung menguatkan pertahanan sehingga sehingga memudahkan menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak adaptif, individu
mempunyai
kerentanan
yang
tinggi,
kepribadian
narsistik,
menghindar, obsesif kompulsif, dependen Pertahanan psikologis : adanya konflik antara dua elemen kepribadian, id dan superego c.
Sosial Budaya Usia: Tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik terutama remaja dan dewasa awal. Gender/jenis kelamin: perrbedaan gender dalam strategi koping (wanita lebih banyak daripada pria Pekerjaan: bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak mandiri dalam ekonomi, beban kerja yang telalu tinggi Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan ketidakcukupan keuangan Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat karena kematian Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
Status sosial : Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat akibat karakteristik hubungan, tinggal di panti asuhan, rumah orang tua angkat, relokasi. Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan, institusional, penjara. Belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi Agama
dan
keyakinan:
kurang
mengamalkan
ajaran
agama
dan
keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk Keikutsertaan daam politik: sebagai pengurus atau post power sindrome Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal dengan orang lain 2.
Faktor Presipitasi a) Nature 1) Biologi
Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh sehingga mengalami gangguan kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab peran, kehilangan salah satu anggota tubuhnya
Kesehatan secara umum, misalnya didiagnosa menderita penyakit kronis yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks, tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh
Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok, penurunan BB
Status gizi, misalnya BB tidak ideal atau terlalu gemuk sebagai akibat dari peningkatan asupan makanan sebagai respon dari stress
Adanya kelainan kongenital: tuli atau buta
Adanya perubahan fisik akibat penuaan
Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood, tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
2) Psikologi
Ketidakmampuan dalam melakukan penilaian terhadap ancaman yang terjadi yang disebabkan karena kurangnya kemampuan memahami (intelegensi yang rendah)
Adanya perubahan pola komunikasi yang biasa dan sehingga tidak mampu melepaskan tekanan atau ketegangan yang dialami akibat stressor yang datang
Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: penggunaan zat, retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek atau mood
Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga mengalami ketidakpastian
Sumber psikologis yang tidak adekuat yang dapat mengancam konsep diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam kemampuan
mengatasi
masalah,
harga
diri
rendah,
ketidakberdayaan, keuakinan negatif tentang diri yang berlebihan, model peran yang negatif
Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh, dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang tidak realistis serta kerancuan identitas
Tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh yang berdampak pada perubahan citra tubuh
Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok, penurunan BB sehingga menjadi harga diri rendah dan gangguan citra tubuh karena terjadi perubahan penampilan
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya perceraian atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan, gagal sekolah, kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan sedih dan putus asa
Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori misalnya lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi udara, aktivitas yang berlebihan)
Kepribadian:
mudah
cemas.
Ketidakmampuan
mengatasi
kecemasan dengan cara yang memadai cenderung menguatkan pertahanan sehingga keluarga melakukan penolakan pada klien dan terhadap pengobatan
Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan kurangnya motivasi dalam menerima respons dari luar .
Self kontrol :
Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri yang rendah
Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor
Ketidakadekuatan sumber psikologis yang mengancam konsep diri
Masa remaja Perubahan fisik dan emosional Kemandirian dari keluarga
Hubungan persahabatan Kesadaran seksual Kebutuhan pendidikan Pilihan karier
Dewasa Muda Pilihan karier Kebutuhan pendidikan Menjadi orang tua Meninggalkan rumah Menikah
Usia Paruh Baya Tanda-tanda fisik penuaan Tekanan karier Masalah membesarkan anak Masalah dengan kerabat Kebutuhan status sosial Orang tua yang menjadi lansia
Lansia Perubahan fisik Perubahan status finansial Perubahan tempat tinggal Pensiun Respons orang lain terhadap individu lansia
3) Sosial Budaya
Usia: Krisis maturasional
Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami
kegagalan menjalankan peran
Pendidikan: kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal sekolah
Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari- hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan ketidakcukupan keuangan, adanya perubahan status finansial
Pekerjaan: Pilihan karier, tidak tetap, penggangguran atau baru terkena PHK, turun jabatan, memasuki masa pensiun
Status Sosial Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat Perpisahan dengan keluarga karena harus dirawat di rumah sakit atau perawatan di panti Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan, institusional, penjara Adanya perubahan tempat tinggal
Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif mengikuti kegiatan politik dan organisasi atau post power sindrom
Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat karena kematian
Peran sosial: keterlibatan individu dalam kegiatan sosial di masyarakat yang kurang.
b) Origin 1) Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya
2) Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang sekitar/masyarakat serta peer group 3) Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang atau terus menerus 4) Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai masalah yang sangat berat
E.
Penilaian Terhadap Stressor 1.
Kognitif
Kesulitan mengorganisasi informasi
Ketidakmampuan memperhatikan informasi
Konsentrasi buruk dan tidak berani mengambil resiko
Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
Mengungkapkan sering menderita sakit
Mengungkapkan sering mengalami kecelakaan
Mengungkapkan tidak bisa memenuhi peran yang diharapkan
Mengungkapkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
2.
Mengungkapkan ketidakmampuan untuk memecah masalah
Mengungkapkan kesulitan dengan stres kehidupan
Afektif
Merasa depresi
Merasa takut
Merasa mudah marah
Merasa frustasi
3.
4.
Merasa cemas yang berlebihan
Merasa tidak sabar
Merasa tidak bersemangat
Fisiologis
Perasaan letih
Gangguan tidur
Bukti adanya kekerasan fisik/psikologis
Peningkatan tekanan darah, pusing
Sakit kepala
Kurang napsu makan
Penurunan berat badan
Konstipasi/diare
Mual/muntah
Gangguan skilus haid
Perilaku
Penyalahgunaan agens kimia / obat-obat terlarang
Perilaku destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
Tidak dapat melakukan pemecahan masalah secara adekuat
Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan, penyelesaian masalah, termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti dan mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan informasi
Kurangnya upaya untuk mencari resolusi masalah
Menggunakan bentuk koping yang mengganggu perilaku adaptif
Ekspresi wajah tentang harapan yang tidak realistis
Ketidaktepatan penggunaan mekanisme pertahanan diri
Pengambilan keputusan /tindakan yang merusak keharmonisan keluarga
5.
Penyalahgunaan obat, alkhohol, rokok, menyalahkan diri sendiri
Sosial
Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya
Penurunan penggunaan dukungan sosial
Manipulasi verbal
Perubahan dalam partisipasi di lingkungan sosial
Pola respon non asertif atau ketidakmampuan mengekspresikan perasaan kepada orang lain
Anggota keluarga berpisah atau membentuk koalisi yang tidak mendukung
Interaksi dengan kata-kata antara keluarga dan pasien tidak ada atau menurun
Orang yang berarti menarik diri atau memasuki komunikasi personal dengan klien secara temporer atau terbatas pada saat dibutuhkan
F. 1.
Hubungan yang kejam dan melalaikan anggota keluarga lain
Sumber Koping Personal ability a.
Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal
b.
Kemampuan dalam memecahkan masalah: mengidentifikasi masalah yang dihadapi, mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut, menguraikan alternatif pemecahan yang dapat digunakan dan kemampuan mencari sumber pendukung yang dapat digunakan untuk mengatasi masalahnya
c.
Hubungan interpersonal dengan orang lain di sekitarnya
d.
Pengetahuan klien tentang tindakan atau cara yang dapat digunakan untuk menghadapi stressor
e.
Adanya gangguan fisik (kesehatan secara umum) yang menghambat upaya membantu anggota keluarganya yang sakit.
2.
Sosial support
a.
Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga kelompok dan masyarakat.
b.
keterlibatan dalam organisasi social/kelompok sebaya atau adanya komitmen organisasi kemasyarakatan yang ada disekitarnya
c.
Adanya kader kesehatan jiwa yang dapat membantu menguraikan atau membantu masalah kesehatan yang dihadapi oleh anggota keluarganya
d. 3.
Adanya kader kesehatan di sekitar tempat tinggal
Material asset a.
Penghasilan secara individu : cukup atau tidak
b.
Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah, rumah, tabungan) untuk melakukan perawatan anggota keluarganya yang sakit
c.
Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES yang dapat digunakan untuk mendukung pengobatan anggota keluarganya.
d.
Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak
e.
Akses pelayanan kesehatan terdekat yang dapat didatangi oleh anggota keluarganya
4.
Positive believe a.
Kenyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri bahwa mampu menghadapi stressor dengan cara yang lebih baik
b.
Memiliki motivasi atau tidak dalam menghadapi stressor menggunakan cara yang telah dimiliki
c.
Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan terjadinya penyakit yang lebih parah pada keluarganya dari pada mengobati
G. 1.
Mekanisme Koping Konstruktif Kecemasan dijadikan sebagai tanda dan peringatan. Individu menerimanya sebagai suatu pilihan untuk memecahkan masalah seperti dengan cara
Negosiasi/kompromi
2.
Meminta saran
Perbandingan positif, penggantian rewards
Destruktif Menghindari kecemasan dengan cara tanpa menyelesaikan masalah atau konflik tersebut tetapi dengan cara :
H. 1. I.
Denial
Supresi
Proyeksi
Menyerang
Menarik diri Diagnosa keperawatan
Koping tidak efektif Tindakan keperawatan
(Wilkinson, 2007) Ditujukan pada individu : Tujuan : a. Klien menunjukkan koping yang efektif dengan indikator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
Menggunakan perilaku untuk menurunkan stres
Mengindentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
Melaporkan penurunan perasaan negatif
b. Klien menunjukkan pengendalian impuls dengan mempertahankan pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten c. Klien menunjukkan pemprosesan informasi yang normal dengan menunjukkan d. proses berpikir logis secara konsisten
Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Perencanaan Keperawatan Intervensi (SIKI) Dukungan Penampilan Peran
Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI)
Koping tidak efektif
Status koping
D.0096
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan koping membaik
Pengertian :
Kriteria Hasil:
Ketidakmampuan menilai dan merespon stesor yang ada untuk mengatasi masalah
Menurun 1
Cukup Menurun
3
4
5
2
3
4
5
3
4
5
3
4
5
2
3
4
5
2
3
4
5
Perilaku koping adaptif
Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah 1
4
2
Verbalisasi pengakuan masalah 1
5
2
Verbalisasi kelemahan diri 1
6
Meningkat
2
1 3
Cukup Meningkat
Kemampuan memenuhi peran sesuai usia 1
2
Sedang
Perilaku asertif 1
Observasi: Identifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai tingkat perkembangan Identifikasi peran yang ada dalam keluarga Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi
Meningkat 7
Cukup Menurun
Menurun
2
3
4
5
3
4
5
3
4
5
Verbalisasi rasionalisai kegagalan 1
9
Sedang
Verbalisasi menyalahkan orang lain 1
8
Cukup Meningkat
2
Hipersensitif terhadap kritik 1
2
J.
Strategi Pelaksanaan STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN SP-1 Pasien : Diagnosa KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF Pertemuan ke I
1.
Proses Keperawatan A. Kondisi klien Ibu...., perempuan usia .... tahun, akhir-akhir ini tampak sering marah dan cemberut. Ibu mempunyai masalah dengan tetangganya yang memusuhi dan dianggap sebagai sainganya sebagai pedagang di pasar . Ibu ... merasakan perasaan cemas kalau tetangganya tersebut lebih sukses darinya. Sehingga Ibu ... selalu kesal, tapi tidak mau menceritakan hal itu kepada siapapun. Ibu selalu menyimapn masalahnya sendiri, tidak mau menceritakan dengan siapapun. Dia hanya memendam rasa kesalnya kepada semua orang. Ibu cemas kalau usaha sebagai pedagang gagal lagi, B. Diagnosa keperawatan Koping individu tidak efektif C. Tujuan
Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif
Pasien mampu mengatasi koping individu tidak efektif
Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasi ansietas
D. Tindakan keperawatan
kaji status koping yang digunakan oleh klien: tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya dengan peristiwa dan perubahannya.
berikan dukungan jika pasien mengungkapkan perasaannya
motivasi untuk melakukan eveluasi perilaku sendiri: apa yang positif pada dirinya, apa yang perlu ditingkatkan, apa yang dipelajari tentang dirinya
2.
bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
ajarkan alternatif koping yang konstruktif.
Pelaksanaan Tindakan
SP 1Orientasi
:
Salam : assalamualaikum, selamat pagi bu. Perkenalkan nama saya ......Saya biasanya dipanggil mbak .....saya mahasiswa ilmu keperawatan universitas indonesia yang sedang berpraktek di Rt sini. Saya praktek di sini selama 1 minggu mulai hari senin samapi hari sabtu, mulai jam 8 sampai jam tiga sore. Nama Ibu siapa? Suka di panggil siapa? Evaluasi/ Validasi : “ Bagaimana perasaan Ibu hari ini?.. Oh jadi Ibu merasa kesal dengan tetangga Ya? Dan Ibu jadi memusuhi orang lain. Kontrak : Baiklah Bu kita nanti akan berbincang-bincang tentang perasaan Ibu.. Saya akan membantu memecahkan masalah IbuBerapa lama kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana tempatnya bu? Bagaimana kalau di ruang tamu saja. Kerja : Tadi Ibu menceritakan kepada saya kalau Ibu sekarang kesal dengan tetangga Ibu? Apa yang Ibu pikirkan sekarang? oh Ibu merasa cemas dan tidak nyaman ya ? Apa yang menjadi kecemasan Ibu? Oh Ibu cemas kalau tetangga Ibu lebih kaya Ya? mulai kapan Ibu merasakan hal itu? Sebelumya Ibu apa punya masalah kok Ibu cemas menjadi tidak berhasil?? “Ibu usianya berapa ya? bekerja sebagai apa? Cita-cita ingin menjadi Pedagang? apakah Ibu puas dengan sebagai pedagang? Penghasilan Ibu sebagai pedagang
berapa? Cukup tidak Bu untuk keperluan rumah tangga? puas ya, jadi ga masalah kalau tidak sesuai cita-cita Ibu karena ibu hanya membantu keuangan keluarga saja ya? Selain ibu cemas tetangga lebih sukses. Apa ada lagi yang di pikirkan? apakah Ibu mempunyai masalah lain?oh tidak ada ya Bu. Usia ibu yang ... tahun ini apa pernah di rawat di RS karena penyakit Ibu? tidak ada ya Bu, selama ini Ibu Sehat-sehat saja ya? tidak ada keluhan penyakit fisik. Biasanya di mana kalau Ibu periksa kesehatan? Baiklah Ibu, tadi Ibu mengatakan kalau cemas dan kesal, apa yang sudah Ibu lakukan? Oh, belum melakukan apa-apa ya, Ibu hanya bisa Kesal dan bermusuhan karena kecemasan iBu. Apakah keluarga Ibu seperti orang tua juga sering marah/kesal kalau ada masalah?bagaimana hubungan ibu dengan keluarga? Oh keluarga Ibu sangat mendukung sekali ya dengan apa yang Ibu lakukan, Ibu paling dekat dengan siapa? Kalau di masyarakat kegiatan apa yang Ibus ikuti? Ibu, sebenarnya perasaan kesal, marah dan bermusuhan tersebut, karena Ibu tidak mendapatkan cara yang sehat dan baik untuk mengatasi masalah dan kecemasan . Menurut Ibu, apakah dengan marah dan bermusuhan bisa menyelesaikan masalah? Bagus sekali Ibu sudah tahu akibat dari perilaku Ibu Oh ya Bu, sebelumnya apa pernah mempunyai masalah tapi berhasil menyelesaikanya?boleh saya tahu pak?bagaimana Ibu menyelesaikanya? Oh jadi kalau dulu Ibu punya masalah, Ibu pergi olahraga dan pasrah kepada Allah. Bagaimana perasaan Ibu setelah itu? Bagus sekali Ibu menjadi lebih tenang. Menurut Ibu apa keuntungan yang Ibu lakukan degan olahraga dan berdoa kepada Tuhan? Bu kalau sekarang masalah berkaitan dengan orang lain, apakah cara yang Ibu pilih tadi bisa digunakan? Bagaimana agar orang yang sedang bermasalah tersebut tahu? Bu ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah dengan sehat, salah satunya dengan mengajak komunikasi atau bercerita dengan orang lain yang Ibu percaya dan Ibu nyaman dengannya. Tadi Ibu kan dekat dengan Suami , Ibu kan bisa bercerita dengannya. Bagaimana kalau nanti kita berlatih mengungkapkan
perasaan kepada suami. Terminasi
:
“bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi tadi? Jika ibu merasa kesal atau marah, bisa kembali menggunakan cara yang bapak miliki selama ini, coba sebutkan lagi tadi apa ? Bagus sekali. Selain itu juga bisa apa tadi? Dua hari lagi saya akan datang lagi ke rumah , untuk mendiskusikan tentang kegiatan yang bermanfaat yang dapat lakukan dan nanti kita bisa membuat jadwal ya, kegiatan yang bisa lakukan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : Penebit Buku Kedokteran EGC NANDA International. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams & Wilkins Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis Company: Philadelphia. Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8. Philadelphia: Elsevier Mosby Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Cetakan II). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Cetakan II). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi I Ce). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing _4th ed. F. A. Davis Company: Philadelphia
Varcarolis, Elizabeth M & Margareth Jordan Halter. (2010). Foundations of psychiatric mental health nursing: a clinical approach. Canada: Saunders