Kelompok 2 - CFIT Skala 2 Dan 3-2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CULTURE FAIR INTELLIGENCE TEST (CFIT) SKALA 2 DAN 3 Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konstruksi Instrumen Assesment Psikologi yang di ampu oleh Dewang Sulistiana, M.Pd



Disusun oleh: Fadiah Izzati Hendri



C1986201049



Fitria Ummu Gaida Azzahro



C1986201045



Lilis Fatiroh



C1986201050



Nisa Hermadianti



C1986201019 BK4B



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah, atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “ Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 Dan 3 ” penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Konstruksi Instrumen Assesmen Psikologis”. Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan saran dan bantuan, maupun masukan masukan guna penyempurnaan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca pada umumnya.



Tasikmalaya, Maret 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1 A. Latar Belakang.............................................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................................2 C. Tujuan Penulisan .........................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4 A. Hakikat Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3......................4 B. Teori Culture Fair all Intelligence Test (CFIT) skala 2 Dan 3.....................5 C. Tokoh pengembang Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3...9 D. Perkembangan Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3.........10 E. Jenis-jenis Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3................11 F. Manfaat Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3 dalam dunia pendidikan........................................................................................12 BAB III PENUTUP..............................................................................................13 A. Kesimpulan................................................................................................13 B. Saran...........................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes ini dibuat oleh Raymond B.Cattel dan A. Karen S. Cattel, serta se-jumlah staf penelitian dari 'Institute of Personality and Ability Testing' di uni-versitas Illinois,Champaign, Amerika Serikat pada tahun 1949. Tes ini di-maksudkan untuk mengukur 'kemampuan umum' atau 'G' faktor. Menurut teori inteligensi yang dikemukakan oleh Cattel, CFIT adalah untuk mengukur fluid ability seseorang. Fluid ability adalah kemampuan kognitif seseorang bersifat herediter. Kemampuan kognitif yang 'fluid' ini, di dalam perkembangan individu selanjutnya mempengaruhi kemampuan kognitif lainnya yang disebut sebagai cristalized ability. Cristalized ability seseorang merupakan kemampuan kognitif yang diperoleh dalam interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Sampai seberapa jauh kemampuan kognitif seseorang adalah tergantung pada seberapa jauh keadaan fluid ability-nya



dan



bagaimana



perkembangan



cristalized



ability-nya.



Keuntungan dari pemakaian CFIT adalah: 1. Merupakan alat ukur yang dapat dipercaya untuk mengetahui kemampuan umum seseorang dalam waktu yang relatif singkat. 2. Dapat dipergunakan secara klasikal atau dalam kelompok 20 sampai 30 atau lebih di dalam kelas yang dipimpin oleh seorang psikolog. CFIT mengalami beberapa kali revisi sejak disusunnya pertama kali pada tahun 1920-an. Ada tiga skala seri CFIT yaitu skala 1 yang dirancang untuk digunakan anak pada usia 4 sampai 8 tahun, skala 2 dan skala 3 dipakai bagi anak usia 8 tahun dan anak yang lebih tua maupun orang dewasa. Pada skala 2 dan skala 3 diterbitkan dua bentuk yaitu bentuk A dan bentuk B. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan CFIT 3A. Pada masing-masing skala 2 dan skala 3 ada empat subtes. Waktu untuk mengerjakan masing-masing subtess secara berurutan ialah 5 menit, 4 menit, 3 menit dan 21/2 menit. Dasar pengukuran adalah deviation IQ,



1



dengan nilai rata-rata = 100, dan besar penyimpangan = 16. Standardised Progressive Matrixes (SPM) dari Raven. Hal-hal mengenai CFIT, Sejarah CFIT, tokoh-tokoh CFIT, perkembangan CFIT, jenis-jenisnya akan dijelaskan dalam tulisan ini. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka rumusan masalahnya ialah: 1. Bagaimana hakikat dari Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3 ? 2. Bagaimana Teori Culture Fair all Intelligence Test (CFIT) skala 2 Dan 3? 3. Siapa tokoh pengembang Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3 ? 4. Bagaimana Perkembangan Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3 ? 5. Apa saja jenis-jenis dari Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3 ? 6. Bagaimana pemanfaatan Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3 dalam bidang pendidikan? C. Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan memahami hakikat dari Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3. 2. Untuk mengetahui dan memahami Teori Culture Fair all Intelligence Test (CFIT) skala 2 Dan 3. 3. Untuk mengetahui dan memahami tokoh-tokoh pengembang Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3. 4. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3. 5. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3.



2



6. Untuk mengetahui dan memahami manfaat Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3 dalam bidang pendidikan.



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Hakikat Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 2 dan 3 Roberto Colom, Botella, Santacreu (2002) melaporkan bahwa Culture Fair Intelligence Scale (CFIT) merupakan tes yang cukup terkenal dalam mengukur intelligensi fluid. Dalam penelitian ini menggunakan alat tes CFIT, CFIT merupakan tes non verbal yang mengukur intelligensi fluid yang terdiri dari empat bagian yang dibagi perwaktu pengerjaan yakni series, classification, matrices, dan topology. Keempat bagian tersebut terdiri atas problem pilihan ganda dengan taraf kesukaran yang semakin meningkat, serta termasuk di dalamnya aspek-aspek dari pemahaman visual spasial. Skor mentah kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor komposit yang kemudian dikonversikan dalam IQ yang terstandarisasi (Naderi & Abdullah, 2010). Di Indonesia dikenal dengan nama : 1. Tes G skala 2A (A7A) 2. Tes G skala 2B (A7B) 3. Tes G skala 3A 4. Tes G skala 3B Test Culture Fair Intelligence atau disingkat Tes CFIT terdiri dari 3 (tiga) skala yang disusun dalam Form A dan Form B secara paralel. Tes ini dibuat oleh Raymond B. Cattel dan A. Karen S. Cattel serta sejumlah staff penelitian dari Institute of Personality and Ability Testing (IPAT) di Universitas Illinois, Champaign, Amerika Serikat tahun 1949. Tes ini adalah bentuk skala 3 Form A dan B yang biasanya digunakan untuk tes klasikal bagi subjek-subjek berusia 13 tahun sampai dengan dewasa. Culture Fair Intelligence Test dimaksudkan untuk mengukur kemampuan umum (General Ability) atau di sebut dengan G-Factor. Menurut teori kemampuan yang dikemukakan oleh Raymond B. Cattell, Culture Fair Intelligence Test adalah untuk mengukur Fluid Ability seseorang. Fluid



4



Ability adalah kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter. Kemampuan kognitif yang Fluid ini di dalam perkembangan individu selanjutnya mempengaruhi kemampuan kognitif lainnya yang disebut sebagai Cristalized Ability. Cristalized Ability seseorang merupakan kemampuan kognitif yang diperoleh dalam interaksi individu dengan lingkungan disekitarnya. Kemampuan kognitif seseorang tergantung dari sampai berapa jauh keadaan Fluid Abilitynya dan bagaiamana perkembangan Cristalized Abilitynya. Atas dasar pengertian ini, maka penggunaan Culture Fair Intelligence Test akan lebih lengkap apabila disertai pula dengan penggunaan tes-tes intelegensi umum lainnya yang mengukur Cristalized Ability, misalnya tes intelegensi umum 69 (TINTUM 69) atau Tintum bentuk A atau bentuk B.



B. Teori Culture Fair Intellegence Test (CFIT) Skala 2 dan 3 1. Klasifikasi IQ CFIT Berikut ini adalah klasifikasi tingkat IQ manusia menurut skala Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Raymond B. Cattell :



2. Penyajian Test Skala 2 dan 3 Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan faktor kemampuan mental umum atau kecerdasan.Tes ini dapat disajikan secara individual maupun klasikal. Disamping tester, perlu pengawas tambahan bagi kelompok yang terdiri dari 25 orang atau lebih. Seluruh penyajian untuk setiap bentuk membutuhkan waktu sekitar 20 sampai 40 menit, tergantung pada daya paham kelompok atau subyek. a. Skala 2 5



Pada skala 2 di khususkan untuk 8-14 tahun dan dewasa, yang terdiri dari 2 formulir isian dengan masing-masing 4 sub-tes.



b. Skala 3 Pada skala 3 di khususkan untuk dewasa, yang terdiri dari 2 formulir isian dengan masing-masing 4 sub-tes.



3. Administrasi 1. waktu. Waktu yang di tentukan untuk seluruh penyajian bentuk tes membutuhkan waktu sekitar 20 – 40 menit, tergantung pada daya faham kelompok atau subjek. Waktu Pelaksanaan Skala 2 & 3 Subtes 1. Seri



: 3 menit



Subtes 2. Klasifikasi



: 4 menit



Subtes 3. Matriks



: 3 menit



Subtes 4. Persyaratan



: 2,5 menit



2. Instruksi a. Sub-tes 1 Series Di sebelah atas, Anda akan menemukan sederet kotak yang berisi urutan gambar. Namun, kotak terakhir belum ada isinya. Tugas Anda adalah mengisi kotak tersebut dengan gambar yang sesuai, yang bisa dipilih dari enam pilihan jawaban yang tersedia, yaitu A, B, C, D, E, dan F. Perlu diingat bahwa gambargambar pada soal memiliki pola tertentu sehingga untuk



6



mengisinya, Anda perlu mengetahui pola dari urutan gambar tersebut. b. Sub-tes 2 Clasification Pada setiap soal, Anda akan menemukan 5 buah gambar yang disusun secara berdampingan. Telitilah gambargambar tersebut. Tugas Anda adalah menemukan 2 gambar yang tepat yang memiliki karakteristik yang sama. 3 gambar lainnya berfungsi sebagai pengecoh, sehingga berhati-hatilah dalam menentukan pilihan. c. Sub-tes 3 Matrices Di bagian sebelah kiri, Anda akan menemukan sebuah kotak besar, yang di dalamnya terdapat kotak-kotak kecil bergambar. Di dalam kotak besar terdapat kotak kecil bergambar garis tebal miring. Perhatikan bahwa bagian sebelah kanan bawah masih kosong. Tugas Anda adalah melengkapi bagian kosong tersebut dengan salah satu dari 5 pilihan jawaban di sebelah kanan (A, B, C, D, E, dan F). d. Sub-tes 4 Topology Perhatikan contoh soal. Pada contoh nomor 1, terdapat kotak yang berisikan gambar dan mempunyai titik hitam tebal. Tugas Anda adalah mencari gambar yang mempunyai titik hitam, dimana titik hitam tersebut berada pada 2 gambar sekaligus. Roberto Colom, Botella, Santacreu (2002) melaporkan bahwa Culture Fair Intelligence Scale (CFIT) merupakan tes yang cukup terkenal dalam mengukur intelegensi fluid. Dalam penelitianini menggunakan alat tes CFIT, CFIT merupakan tes nonverbal yang mengukur intelegensi fluid yang terdiri dari empat bagian yang dibagi perwaktu pengerjaan yakni series, classification, matrices, dan topology. Keempat bagian tersebut terdiri atas problem pilihan ganda dengan taraf kesukaran yang semakin meningkat, serta termasuk di dalamnya aspek-aspek dari pemahaman visual spasial. Skor mentah kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor komposit yang kemudian dikonversikan dalam IQ yang terstandarisasi (Naderi & Abdullah, 2010). 4. Cara Pemberian Skor



7



Skoring pada test CFIT ini dilakukan dengan melihat jawaban yang diberikan oleh peserta atau klien, dan menghitung total jawaban benar yang dimiliki oleh klien setelah melaksanakan test. Total jawaban yagn benar akan disebut sebagai RS atau Raw Score, yang harus dirubah atau dikonversi ke dalam Scaled Score. Setelah itu, skor tersebut kemudian dipasangkan degnan norma yang sudah baku, untuk kemudian melihat tingkat kecerdasan dari peserta atau klien. Sama seperti test APM, CFIT cenderung hanya memberikan gambaran berupa tingkat kecerdasan ataupun kategori kecerdasan klien saja, dan tidak memberikan nilai IQ. Skor tersebut tidak valid bila mempunyai pola tertentu, misalnya dijawab berurutan pada satu kolom secara menyolok, atau terdapat pilihan jawaban lebih dari satu, kecuali pada subtes-subtes dimana ada dua jawaban yang harus benar untuk masing-masing butir. 5. Aspek yang Diukur a. Subtes 1 Sistematika berpikir, yaitu kemampuan berpikir runtut untuk memahami rangkaian suatu permasalahan yang berkesinambungan. b. Subtes 2 Ketajaman diferensiasi, yaitu kemampuan untuk mengamati hal-hal yang



detil



secara



tajam



dan



berpikir



dengan



kritis



untuk



mengidentifikasi permasalahan. c. Subtes 3 Asosiasi, yaitu kemampuan analisa-sintesa untuk menghubungkan dua atau lebih permasalahan yang serupa. d. Subtes 4 Pemahaman konsep, yaitu kemampuan memahami suatu prinsip untuk diterapkan ke dalam situasi yang berbeda.



8



6. Validitas dan Reliabilitas Skala 2 dan 3 telah diselidiki validitasnya untuk anak-anak SD kelas VI dan V di Kabupaten Sleman DIY (Sukadji, 1983; Susilowati, 1982). Menurut manual aslinya (Cattel, 1973) reliabilitas lebih kuat bila digunakan kedua bentuk; penyajian bentuk A langsung diikiuti penyajian bentuk B, atau dengan istirahat diantaranya. C. Tokoh Pengembang Tes Intelegensi  Roymond Bernard Cettel Cattell merupakan psikolog inggris dan amerika yang dikenal karena penemuan instrumen kepribadian 16 pf. Cattel sendiri dikenal sebagai psikolog peringkat ke-16 yang sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu psikologi pada abad 20an. Cattell lahir pada 20 Maret 1905 di Hiltop, Inggris, besar di Devonshire dan meninggal dalam usia 92 tahun. Masa kecil cattel dapat dikatakan cukup menyenangkan karena dia sangat menikmati masa kecilnya tersebut. Cattell sendiri termasuk remaja yang menonjol dalam bidang ilmu akademis. Dia adalah yang pertama dari keluarganya (dan satu-satunya di generasinya). Pada tahun 1921, ia dianugerahi beasiswa untuk belajar kimia di Universitas London, dimana ia memperoleh gelar BSc pada usia 19 tahun. Pada perang dunia pertama menggerakkan Cattell untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya agar penderitaan mereka dapat berkurang. Menyadari bahwa bidang kimia dan fisika belum dapat memenuhi keinginnannya untuk membantu para korban perang, maka ia memutuskan untuk mengubah bidangnya studi dan mengejar gelar Ph.D di bidang psikologi di Universitas London yang ia terima pada tahun 1929 dengan bimbingan Charles Spearman. Selama Perang Dunia II, Cattell menjabat sebagai konsultan sipil untuk pemerintah AS meneliti dan mengembangkan tes untuk memilih perwira dalam angkatan bersenjata. Dengan perang akan segera berakhir, Cattell kembali untuk mengajar di Harvard dan menikah Alberta Karen Schuettler, Ph.D. siswa dalam matematika di Radcliffe College. Selama



9



bertahun-tahun, ia bekerja dengan Cattell pada banyak aspek penelitian, menulis, dan pengembangan tes. Mereka menikah selama lebih dari 30 tahun dan memiliki tiga anak perempuan dan seorang putra. Pada saat Herbert Woodrow, Profesor Psikologi di University of Illinois di UrbanaChampaign dan Presiden APA sedang mencari seseorang dengan latar belakang metode multivariat untuk mendirikan laboratorium penelitian, Cattell diundang untuk mengambil posisi ini pada tahun 1945 dan ia diterima. Salah satu alasan Cattell pindah ke Universitas Illinois adalah bahwa mereka mengembangkan komputer elektronik pertama. Di Universitas



Illinois,



Raymond



Cattell



mendirikan



Laboratorium



Personality Penilaian dan Kelompok Perilaku. Pada tahun 1949 ia dan istrinya, Karen Alberta Cattell, mendirikan The Institute for Kepribadian dan Kemampuan Pengujian (IPAT). Karen Cattell menjabat sebagai direktur IPAT sampai 1993. Pada tahun 1960, Cattell mengorganisir dan mengadakan sebuah simposium internasional untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara peneliti psikologis yang menggunakan statistik multivariat untuk mempelajari tingkah laku manusia. Hal ini mengakibatkan dasar dari Masyarakat Multivarian Psikologi Eksperimental. Ia tetap di Illinois professor riset sampai ia mencapai usia pensiun University illinois pada tahun 1973. Beberapa tahun setelah ia pensiun dari University of Illinois dia membangun sebuah rumah di Boulder, Colorado, di mana ia menulis dan menerbitkan hasil dari berbagai proyek penelitian yang telah ditinggalkan belum selesai di Illinois. Pada tahun 1977 ia memutuskan untuk pindah ke Hawaii, terutama karena cintanya pada laut dan berlayar. Ia melanjutkan karirnya sebagai seorang profesor paruh waktu dan penasihat di University of Hawaii. Dia juga menjabat sebagai dosen tambahan dari Sekolah Hawaii Profesional Psikologi, yang menjadi Sekolah Amerika Profesional Psikologi. Setelah menetap di Hawaii ia menikah Heather Birkett, seorang psikolog klinis, yang kemudian melakukan penelitian yang luas dengan menggunakan tes 16PF dan lainnya.



10



Selama dua dekade terakhir hidupnya di Hawaii, Cattell terus menerbitkan berbagai artikel ilmiah, serta buku-buku tentang motivasi, penggunaan



ilmiah



analisis



faktor,



teori



kepribadian



dan



teori



pembelajaran volume dua, warisan kepribadian dan kemampuan, teori belajar terstruktur, dan co-mengedit sebuah buku tentang tes psikologi fungsional, serta revisi Buku Panduan nya Multivarian Psikologi Eksperimental. Cattell dan istrinya Heather Birkett Cattell tinggal di sebuah laguna di sudut tenggara Oahu di mana ia menyimpan sebuah kapal layar kecil. Sekitar tahun 1990, ia harus menyerah berlayar di hampir 80 tahun karirnya karena tantangan navigasi akibat usia tua. Ia meninggal damai di rumahnya di Honolulu pada tanggal 2 Februari 1998, pada usia 92 (satu bulan pendek dari 93). Ia dimakamkan di Lembah Kuil di lereng bukit menghadap ke laut. Sesuai dengan keinginannya, dana yang tersisa telah digunakan untuk membangun sekolah untuk anak-anak kurang mampu di Kamboja. D. Perkembangan Tes CFIT Intelegensi Culture Fair Intelligence Test (CFIT) dikembangkan oleh Raymond B. Cattel (1949) untuk mengukur intelegensi individu dalam suatu cara yang direncanakan untuk mengurangi pengaruh kecakapan verbal, iklim budaya, dan tingkat pendidikan (Cattel, dalam Kumara, 1989). Alasannya yaitu perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi performance test (hasil) sehingga dikembangkan tes yang adil budaya (culture fair) antara lain CFIT. Culture Fair Intelligence Test adalah pengukuran non verbal terhadap fluid intelligence yang diciptakan oleh Raymond B. Cattel. Tujuan dari CFIT adalah untuk mengukur fluid intelligence (kemampuan analisis dalam situasi abstrak) dalam pola yang sebebas mungkin dari pengaruh budaya (Gregory, 2000). Culture Fair Intelligence Test dirancang untuk memberikan sebuah estimasi kecerdasan yang relatif bebas dari pengaruh bahasa dan budaya (Kaplan & Saccuzo, 2005). Roberto Colom, Botella, Santacreu (2002) melaporkan bahwa Culture Fair Intelligence Scale (CFIT) merupakan tes yang cukup terkenal dalam



11



mengukur intelligensi fluid. Dalam penelitian ini menggunakan alat tes CFIT, CFIT merupakan tes non verbal yang mengukur intelligensi fluid yang terdiri dari



empat



bagian



yang



dibagi



perwaktu



pengerjaan



yakni series,



classification, matrices, dan topology. Keempat bagian tersebut terdiri atas problem pilihan ganda dengan taraf kesukaran yang semakin meningkat, serta termasuk di dalamnya aspek-aspek dari pemahaman visual spasial. Skor mentah kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor komposit yang kemudian dikonversikan dalam IQ yang terstandarisasi (Naderi & Abdullah, 2010). Di Indonesia sendiri, CFIT diadopsi dan dikembangkan oleh Universitas Indonesia pada tahun 1975. Cattel merancang CFIT untuk mengurangi pengaruh budaya, perbedaan kecakapan verbal, dan perbedaan tingkat pendidikan. CFIT dirancang untuk bebas dari bias budaya dan cocok dipakai oleh beragam populasi, termasuk peserta tes yang tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris (Lynn dkk, dalam “Buku Petunjuk Penggunaan CFIT”, 2013), maka CFIT dapat digunakan di Indonesia tanpa adanya perubahan atau adaptasi terhadap aitem-aitemnya (“Buku Petunjuk Penggunaan CFIT”, 2013). E. Manfaat Tes CFIT dalam Dunia Pendidikan Tes inteligensi yang sudah sering digunakan umumnya akan lebih dikenali oleh masyarakat luas. Oleh karena tes inteligensi ini, termasuk CFIT, sudah sangat sering digunakan, maka orang-orang yang pernah mengikuti tes inteligensi ini akan memiliki pengalaman untuk menghadapi tes yang sama di masa depan, dengan kata lain ada proses belajar yang dialami oleh peserta sehingga ini dapat menimbulkan bias pada hasil tes inteligensi tersebut. Menurut Anastasi dan Urbina, 2006 ‘’Tes inteligensi merupakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognisi atau inteligensi pada individu yang terlihat dari perilakuperilaku yang ditunjukkan.’’ Oleh karena kegunaan tes inteligensi untuk mengukur hal-hal tersebut, banyak pihak maupun institusi seperti sekolah dan perusahaan yang menggunakan tes inteligensi untuk memilih orang yang tepat untuk jurusan yang tepat di jurusan pendidikan tertentu maupun untuk posisi yang tepat dalam pekerjaan



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Test Culture Fair Intelligence atau disingkat Tes CFIT terdiri dari 3 skala yang disusun dalam Form A dan Form B secara paralel. Tes ini adalah bentuk skala 3 Form A dan B yang biasanya digunakan untuk tes klasikal



bagi



subjek-subjek



berusia



13



tahun



sampai



dengan



dewasa. Culture Fair Intelligence Test dimaksudkan untuk mengukur kemampuan umum atau di sebut dengan G-Factor. Menurut teori kemampuan yang dikemukakan oleh Raymond B. Cattell, Culture Fair Intelligence Test adalah untuk mengukur Fluid Ability seseorang. Fluid Ability adalah kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter. Kemampuan kognitif yang Fluid ini di dalam perkembangan individu selanjutnya mempengaruhi kemampuan kognitif lainnya yang disebut



sebagai



Cristalized



Ability. Cristalized



Ability



seseorang



merupakan kemampuan kognitif yang diperoleh dalam interaksi individu dengan lingkungan disekitarnya. Culture Fair Intelligence Test adalah pengukuran non verbal terhadap



fluid



intelligence



yang



diciptakan



oleh



Raymond



B. Cattel. Tujuan dari CFIT adalah untuk mengukur fluid intelligence dalam pola yang sebebas mungkin dari pengaruh budaya. Culture Fair Intelligence Test dirancang untuk memberikan sebuah estimasi kecerdasan yang relatif bebas dari pengaruh bahasa dan budaya. CFIT dirancang untuk bebas dari bias budaya dan cocok dipakai oleh beragam populasi, termasuk peserta tes yang tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris, maka CFIT dapat digunakan di Indonesia tanpa adanya perubahan atau adaptasi terhadap aitem-aitemnya. Tes inteligensi yang sudah sering digunakan umumnya akan lebih dikenali oleh masyarakat luas. Oleh karena tes inteligensi ini, termasuk CFIT, sudah sangat sering digunakan, maka orang-orang yang pernah mengikuti tes inteligensi ini akan memiliki pengalaman untuk menghadapi tes yang



13



sama di masa depan, dengan kata lain ada proses belajar yang dialami oleh peserta sehingga ini dapat menimbulkan bias pada hasil tes inteligensi tersebut. Menurut Anastasi dan Urbina, 2006 ‘’Tes inteligensi merupakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognisi atau inteligensi pada individu yang terlihat dari perilakuperilaku yang ditunjukkan. Oleh karena kegunaan tes inteligensi untuk mengukur hal-hal tersebut, banyak pihak maupun institusi seperti sekolah dan perusahaan yang menggunakan tes inteligensi untuk memilih orang yang tepat untuk jurusan yang tepat di jurusan pendidikan tertentu maupun untuk posisi yang tepat dalam pekerjaan. B. Saran Kami berterima kasih kepada rekan - rekan semua yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini Masih banyak kekurangan dalam penulisan dan masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi kami kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin



14



DAFTAR PUSTAKA Andriani Neny (2016) Buku Panduan Tes Intelegensi. Padang Azwar, Saifuddin. (2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cattell, RS. 1973. Measuring Intelligence with the Culture Fair Intelligence Test. Champaign, III : Institute for Personality and Ability Testing. No name (2020).Test Inteligensi CFIT (Culture Fair Intelligence Test) https://www.psikoma.com/test-inteligensi-cfit/ Di akses pada 27 maret 2021 Petunjuk Praktis Penggunaan Tes Culture Fair Intelligence Skala 3 Bentuk A/B. (n.d). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. No name. Hakikat (2019). CULTURE FAIR INTELLIGENCE SCALE (CFIT) https://www.konsultanpsikologijakarta.com/culture-fair-intelligence-scale-cfit/ Di akses 27 maret 2021 Derbello.



2014.



Biografi



Raymond



Bernard



Cattell.



https://id.scribd.com/doc/223327053/Biografi-Raymond-Bernard-Cattell diunduh pada tanggal 28 Maret 2021 Psikologi, Konsultan. 2019. CULTURE FAIR INTELLIGENCE SCALE (CFIT). Jakarta. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42525/Chapter%20I.pdf? sequence=6&isAllowed=y



15