Kelompok 2 - Kecerdasan Emosi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN KECERDASAN EMOSI



Dosen Pembimbing : Indah Rahmaningtyas, S.Kp., M.Kes.



Disusun Oleh : Semester VII Alih Jenjang



1. Erva Deviana



(P17321175007)



2. Arum Sari Dwi Pramesthi



(P17321175008)



3. Tri Wahyuni



(P17321175009)



4. Shillatud Diniyah



(P17321175010)



5. Anggi Purtikawati



(P17321175011)



6. Resta Oktaviani



(P17321175012)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN KEDIRI TAHUN AKADEMIK 2017/2018



PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN KECERDASAN EMOSI Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian



Dosen Pembimbing : Indah Rahmaningtyas, S.Kp., M.Kes.



DisusunOleh : Semester VII Alih Jenjang



1. Erva Deviana



(P17321175007)



2. Arum Sari Dwi Pramesthi



(P17321175008)



3. Tri Wahyuni



(P17321175009)



4. Shillatud Diniyah



(P17321175010)



5. Anggi Purtikawati



(P17321175011)



6. Resta Oktaviani



(P17321175012)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN KEDIRI TAHUN AKADEMIK 2017/2018



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Kecerdasan Emosi” guna memenuhi tugas Pengembangan Kepribadian. Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada : 1. Susanti Pratamaningtyas, M.Keb., selaku Ketua Program Studi DIV Kebidanan Kediri Poltekkes Kemenkes Malang yang telah memfasilitasi kamiuntuk menuntut ilmu di Program studi DIV Kebidanan Kediri. 2. Indah Rahmaningtyas, S.Kp. M.Kes. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Prodi DIV Kebidanan Kediri yang memberikan bimbingan penyusunan makalah ini. 3. Teman-teman kami di Prodi DIV Kebidanan Kediri yang telah memberi banyak dukungan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.



Kediri, Februari 2018



Penulis



DAFTAR ISI



HALAMAN SAMPUL ....................................................................................



i



HALAMAN JUDUL........................................................................................



ii



KATA PENGANTAR .....................................................................................



iii



DAFTAR ISI . ..................................................................................................



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..............................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah ........................................................................



2



1.3 Tujuan ...........................................................................................



2



BAB II KONSEP TEORI 2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional ................................................



3



2.2 Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional ...................................................



4



2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional .....................................................................................



6



2.4 Implementasi Kecerdasan Emosional dalam Pelayanan Kebidanan .....................................................................................



8



2.5 Implementasi Kecerdasan Emosional dalam Kehidupan Sehari-Hari ...................................................................................



11



BAB III PENUTUP ........................................................................................



14



3.1 Kesimpulan ..................................................................................



13



3.2 Saran .............................................................................................



13



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan lurus, tenang, penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Kadangkala seorang manusia harus menghadapi berbagai hambatan, rintangan, persoalan, dan konflik dalam kehidupannya. Beberapa hambatan, rintangan, persoalan, dan konflik tersebut sederhana dan mudah diselesaikan, tetapi ada juga beberapa yang kompleks dan sulit untuk diatasi. Hal ini dapat menimbulkan keadaan tidak seimbang dan tekanan psikologis dalam diri seseorang. Keadaan tersebut akan membuat individu melakukan berbagai usaha untuk menguasai, meredakan, atau menghilangkan berbagai tekanan yang dialaminya (Saptoto R, 2010) Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Kebutuhan itu antara lain saling berkomunikasi, kebersamaaan, membutuhkan pertolongan dan saling memberikan dorongan, sehingga mewujudkan suatu kehidupan bersama dalam ikatan perkawinan. Perkawinan salah satunya juga didorong oleh adanya kepercayaan yang dianut oleh individu yang bersangkutan (Sari TD, 2015) Kecerdasan emosional sangat mempengaruhi kehidupan seseorang secara keseluruhan mulai dari kehidupan dalam keluarga, pekerjaan, sampai interaksi dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, kecerdasan emosional berpengaruh pada cara seseorang menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Goleman (1995) menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu mengella emosinya dengan baik. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional (EQ) bukanlah lawan kecerdasan IQ atau ketrampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata (Shapiro, 1198 dalam Pratamaningtyas, 2016)



1.2 Rumusan Masalah 1



Apa yang dimaksud denga kecerdasan emosional ?



2



Apa saja cirri-ciri kecerdasan emosional ?



3



Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional ?



4



Bagaimana implementasi kecerdasan emosional dalam pelayanan kebidanan ?



5



Bagaimana implementasu kecerdasan emosional dalam kehidupan seghari-hari ?



1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian kecerdasan emosional. 2. Mengetahui cirri-ciri kecerdasan emosional. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional 4. Mengetahui implementasi kecerdasan emosional dalam pelayanan kebidanan. 5. Mengetahui implementasu kecerdasan emosional dalam kehidupan segharihari.



BAB II KONSEP TEORI



2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Steiner (1997) menjelaskan pengertian kecerdasan emosional asalah sutai kemampuan yang dpaat mengerti emosi diri sendiri dan oranglain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresi untuk meningkatkan maskimal etis sebagai kekuatan pribadi. Definisi kecerdasan emosional menurut para ahli Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang disebut EQ sebagai “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatakan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada oranglain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan” )Shapiro, 1998:8). Kecerdasan emosional angat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orangtua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam kecerdasan emosional. Ketrampilan EQ bukanlah lawan ketrampilan IQ atau ketrampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu EQ tidak begitu dipengaruhi oleh keturunan (Shapiro, 1998). Menurut Garderner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdaasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami oranglain, apa yang memotivasi mereka bagaimana mereka bekerja , bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Krmampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuanuntuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan sevara efektif (Goleman, 2002). Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardenertersebut, Salovey memilih kecerdasan interpersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan



emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi oranglain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.



2.2 Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional a. Ingin tahu tentang oranglain Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang pertama dalah selalu ingin tahu tentang oranglain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi cenderung suka berteman dengan oranglain sebanyak mungkin. Mereka merasa tahu tentang oranglain, bahkan orang belum dikenal sekalipun. Merasa ingin tahun dan tertarik dengan oranglain juga bisa menumbuhkan empati. Memperluas empati dengan berbicara dengan oranglain sebanyak mungkin merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan dan pandangan hidup anda tentang dunia. b. Pemimpin yang besar Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman, para pemimpin



yang



luar



biasa



memiliki



suatu



kesamaan



didalam



kepemimpinannya selain bakat, etos kerja yang kuat, serta ambisi. Mereka rata-rata memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi dari pada kecerdasan intelektual (IQ). c. Tahu kekuatan dan kelamahan diri Ciri kecerdasan emosional (EQ) selanjutnya adalah tahu kekuatan dan kelamahan diri. Orang yang memiliki kecerdasan kecerdasan intelektual yang tinggi akan mengetahui dimana letak kekuatan dan kelamhan dari dirinya sendiri. Dengan mengatahui kekuatan dan kelamahan anda, bisa dijadikan bekal bagaimana seharusnya bertindak, dengan menutup kelamhan dan mengunggulkan kekuatan. Kesadaran akan keadaan diri sendiri akan melahirkan kepercayaan diri yang kuat pada diri anda.



d. Memiliki banyak teman Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu memahami emosi diri dan emosi orang lain



sehingga tahu



bagaimana bersikap dengan orang lain sehingga disukai banyak orang dan memiliki banyak teman. e. Selalu menjadi orang yang lebih baik dan bernilai Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang selanjutnya adalah ingin selalu menjadi orang yang lebih baik dan bermoral. Hal ini berkaitan dengan cara membangun hubungan interpersonal dengan orang lain. f. Membantu orang lain Ciri kecerdasan emosional (EQ) adalah membantu orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional



yang tinggi cenderung



memiliki jiwa sosial yang tinggi pula, serta memiliki rasa untuk ingin membantu orang lain. g. Pandai membaca ekspersi wajah orang Mampu merasakan perasaan orang lain adalah ciri-ciri kecerdasan EQ yang selanjutnya. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu membaca dan memahami ekspresi seseorang walaupun hanya dengan melihat ekspresi wajahnya. h. Selalu bangkit dari kegagalan Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan selalu bangkit dari setiap kegagalan yang dialaminya. Hal ini dikarenakan ia mampu mengontrol emosi negatifnya dan mengubahnya menjadi motivasi untuk meraih kesuksesannya. i.



Berkarakter Ciri kecerdasan emosional berikutnya adalah berkarakter. Orang yang memiliki kecerdasan emosiaonal yang tinggi adalah orang yang memiliki karakter, kepribadian, serta pendiriannya teguh. Mereka selalu mantap dalam melakukan segala hal karena ia mampu berfikir dan membuat keputusan yang tepat.



j. Percaya diri Orang yang memliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah orang yang mampu percaya diri karena ia mengetahui kekuatan dan



kelemahan yang ada pada dirinya sehingga ia tahu bagaimana harus bertindak dan membuat keputusan yang tepat. k. Memiliki motivasi yang tinggi Memotivasi diri sendiri untuk selalu fokus dalam meraih dan mewujudkan masa depannya. l. Tahu kapan harus bertindak Memiliki kemampuan



untuk mengontrol



dan mengendalikan



emosinya. Mereka tidak akan terbawa emosi dan tahu kapan waktu yang tepat untuk bertindak dan melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan yang matang.



2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Goleman mengutip Salovey (2002: 58-59) menempatkan kecerdasan pribadi Gardener dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskan dan memperluas kemampuan tersebut menjdi lima kemampuan utama yaitu : a. Mengenal emosi diri Mengenal emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar bagi kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamod, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang wasapada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjami penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.



b. Mengelola emosi Kemampuan individu



dalam menangani perasaan agar dapat



terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai kesinambungan dari dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali



merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intnsitas terlampau lama akan mengoyakan kesetabilan (Goleman , 2002:78-79). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur



diri sendriri,



melepaskan kecemasan, keurungan dan



ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkan serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. c. Memotivasi diri sendiri Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan megendalikan dorongan hati, sera mempunyai perasaan motivasi yang positif yakni antusiasnisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. d. Mengenali emosi orang lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman ( 2002 : 57) kemampuan seseorang untuk mengenali orag lain atau peduli, menunjukan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu mengukngkapkan sinyalsinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan



apa-apa yang



dibutuhkan orang lain sehingga ialebih mamapu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadp perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman, 2002:136). Nowicki, ahli pisikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002:172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. e. Membina Hubungan



Kemampuan



dalam



membina



hubungan



merupakan



suatu



keterampilan menunjang prioritas, kepemimpinan dan keberhasilan antara pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dana sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.



2.4 Implementasi Kecerdasan Emosional dalam Pelayanan Kebidanan Dalam implementasi kecerdasan emosional dalam pelayanan kebidanan adalah menentukan kepribadian seseorang bidan adalah dipengaruhi oleh aspek-aspek atau unsur-unsur kecerdasan emosi: a. Kecerdasan diri Kecerdasan diri yaitu mengenal dan merasa emosi sendiri, memahami faktor penyabab perasaan yang timbul, mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan. Sebagai seorang bidan mampu untuk mengetahui apa yang ia rasakan pada suatu saat dan menggunakanya untuk memandu dalam pengembalian keputusan bagi diri sendiri. Misal ada pasien remaja hamil di luar nikah datang untuk minta absorbsi sebagai seorang bidan kita bisa mengambil keputusan untuk menolak karena dosa dan merupakan tindakan ilegal dan melanggar kode etik bidan.



b. Mengelola emosi Mengelola emosi yaitu bersikap toleransi terhadap frustasi, mampu mengendalikan marah secara lebih baik, dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain, memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri dan orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatasi stres dan dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas. Dalam pribadi bidan terbentuk kemampuan menangani emosinya sendiri sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.



Misal: seorang bidan yang bertugas di desa, pada hari lebaran mau mudik, ternyata tiba-tiba ada ibu yang datang mau melahirkan. Dalam kondisi tersebut bidan bisa bersikap menerima pasien tersebut dan menolongnya dengan ikhlas dan baru pergi mudik setelah ibu tersebut melahirkan dan kondisi ibu baik. c. Memanfaatkan emosi secara produktif Memanfaatkan emosi secara produktif yaitu memiliki rasa tanggung jawab, mampu memuaskan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan tidak bersikap implusive. Sebagai bidan mampu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun menuju sasaran, mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif serta mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Misal: perjuangan bidan yang baru diterjukan di desa yang jarang terjamah tangan kesehatan. Untuk merubah prilaku seseorang memang sangat sulit seperti imunisasi, ibu-ibu tidak mau mengimunisasikan bayinya dengan alasan menyakiti, nanti panas dll. Walaupun bidan sudah mengertiskan, melawang tapi tetap di tolak. Dan bidan tidak boleh menyerah, dengan melakukan pendekatan secara pelan-pelan dan tidak pantang menyerah akhirnya sekarang imunisasi menjadi kebutuhan pantang menyerah akhirnya sekarang imunisasi menjadi kebutuhan sehingga ibu-ibu sekarang sudah membawa anaknya ke pelayanan kesehatan untuk imunisasi secara sadar tanpa paksaan. d. Empati Empati yaitu mampu menerima sudut pandang orang lain, memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain, mampu mendengarkan orang lain. Sebagai bidan mampu untuk merasakan apa yang diraskan oleh orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan mampu menyelaraskna diri dengan berbagai tipe orang juga kemampuan menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi, yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain. Misal: Bidan menerima pasien berobat tapi pasien tersebut tidak mempunyai biaya, sebagai bidan mengratiskan biaya orang berobat yang tidak mampu tersebut merupakan tindakan empati.



e. Membina hubungan Membina hubungan yaitu bisa memahami pentingnya membina hubungan dengan orang lain, dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, memiliki sikap bersahabat dan mudah bergaul dengan orang lain, memiliki sikap tenggang rasa, memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain, Dapat hidup selaras dengan kelompok, bersikap senang berbagi rasa dan kerjasama, bersikap demokrasi. Sebagai bidan mampu untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, menyakinkan, mempengaruhi dan mambuat orang lain nyaman, serta dapat terjadi pendengaran yang baik. Kemampuan untuk mengendalikan emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan cermat dapat berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan permasalahan dan bekerja sama dengan tim. Misal seseorang bidan ingin menggalang dana untuk program dana sehat di desa, Bidan tersebut bekerja sama dengan para perangkat desa, toma, toga untuk mendapatkan dukungan dalam penggalangan dana untuk dana sehat bagi masyarakat. Dari penjelasan mengenai kecerdasan emosional diatas. Pasti kita berfikir bagaiman kita bisa mengetahui kecerdaan emosioonal maka aspek aspek diatas akan muncul dalam pribadi bidan dengan sendirinya, baik dalam keseharian maupun tugas kita.



2.5 Implementasi Kecerdasan Emosional dalam Kehidupan Sehari-Hari Jika kita melihat dunia kerja, maka kita bisa menyaksikan bahwa seseorang tidak cukup hanya pintar di bidangnya. Dunia pekerjaan penuh dengan interaksi sosial di mana orang harus cakap dalam menangani diri sendiri maupun orang lain. Orang yang cerdas secara intelektual di bidangnya akan mampu bekerja dengan baik. Namun jika ingin melejit lebih jauh dia membutuhkan dukungan rekan kerja, bawahan maupun atasannya. Di sinilah



kecerdasan emosional membantu seseorang untuk mencapai keberhasilan yang lebih jauh. Dalam proses rekrutmen karyawan, seseorang dengan nilai IPK yang tinggi sekalipun dan datang dari Universitas favorit tidak selalu menjadi pilihan yang terbaik untuk direkrut. Ada kalanya orang yang pintar secara intelektual kurang memiliki kematangan secara sosial. Orang seperti ini bisa jadi sangat cerdas, memiliki kemampuan analisa yang kuat, serta kecepatan belajar yang tinggi. Namun jika harus bekerja sama dengan orang lain dia kesulitan. Atau jika dia harus memimpin maka akan cenderung memaksakan pendapatnya serta jika harus menjadi bawahan punya kecenderungan sulit diatur. Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, kemampuan seseorang menangani beban kerja, stres, interaksi sosial, pengendalian diri, menjadi kunci penting dalam keberhasilan. Seseorang yang sukses dalam pekerjaan biasanya adalah orang yang mampu mengelola dirinya sendiri, memotivasi diri sendiri dan orang lain, dan secara sosial memiliki kemampuan dalam berinteraksi secara positif dan saling membangun satu sama lain. Dengan cara ini orang tersebut akan mampu berprestasi baik sebagai seorang individu maupun tim. Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu melakukan beberapa hal agar memiliki kecerdasan emosional yang bisa diterapkan : 1. Pengenalan diri (Self Awareness), memahami emosi, batasan yang dapat dicapai, kemampuan, kekuatan dan kelemahan. 2. Manajemen diri (Self Management), mampu mengendalikan diri menghadapi berbagai situasi 3. Orientasi Tujuan (Goal Orientation), mengetahui apa yang menjadi tujuannya dan menyusun langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya. 4. Empati: mengenali perasaan dan emosi orang lain serta mampu menempatkan diri dalam posisi tersebut. 5. Keahlian sosial (Social skills): mampu berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama, mengelola konflik serta bersikap dengan tepat terhadap berbagai situasi perasaan dan emosi orang lain.



BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi. Cirri cirri kecerdasan emosional meliputi ingin tahu tentang orang lain, tahu kekuatan dan kelemahan diri, kemampuan untuk focus dan berkonsentrasi, manajemen kesedihan, serta selalu menjadi orang yang lebih baik dan bermoral. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah dengan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, dan mengenali emosi orang lain. Dalam dunia kebidanan implementasi kecerdasan emosional yaitu dengan memberikan pelayanan menggunakan manajemen emosi yang baik sehingga mampu mengendalikan emosi dalam bertindak. 3.2 Saran Sebagai bidan kita dituntut untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan berkualitas kepada pasien agar pasien merasa nyaman. Untuk mencapai hal tersebut maka dalam memberikan pelayanan kebidanan hendaknya bidan mampu memmbentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, menyakinkan, mempengaruhi dan membuat orang lain nyaman , serta dapat menjadi pendengar yang baik sehingga bidan bisa membangun keerdasan emosionalnya secara baik.



DAFTAR PUSTAKA



Aat Syafaat dan Sohari Sahrani. 2008. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Serang : Rajawali Pers Budiyono, Kabul. 200. Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta Chacha.



Pendidikan



Agama



Dalam



Pembentukan



Karakter



(http://chacha.blogspot.com). Di unduh pada hari senin, 27 Oktober 2014, 11:46 Goleman, D. (2000). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta: Gramedia Goleman, D. (2006). Emotional Intelligence, kecerdasan emosional, mengapa EJ lebih penting dari pada IQ. Jakarta: Gramedia Miya Nur Andina. Peran Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembuntukan Karakter Anak. (http:miyanurandinaperdanaputra.blogspot.com). Diunduh pada Senin, 27 Oktober 2014 11.35 Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter “Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional”. Jakrta: Bumi Aksara. Noer, Muhammad. 2009. Kecerdasan Emosional Membantu Sukses Dalam Pekerjaan.



https://www.muhammadnoer.com/kecerdasan-emosional-



sukses-pekerjaan/ . Diakses tanggal 10 Februari 2018 Jam 19.35 WIB. Pratamaningtyas & Rahmaningtyas. 2016. Modul Pengembangan Kepribadian. Poltekkes Kemenkes Malang Robbins, Stephen P; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku I. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 126-127 Sain, Syahrial. 2001. Samudra Rahmat. (Jakarta: Karya Dunia Pikir)



Saptoto. 2010. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Coping Adaptif. Jurnal Psikologi Volume 37, No. 1, Juni 2010: 13 – 22 13. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Diakses Tanggal 9 Februari 2018 Jam 21.00 WIB Sari TD, dkk. 2015. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Manajemen Konflik Pada Istri. Jurnal Psikologi, Volume 11 Nomor 1, Juni 2015. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Hasyim Riau. Diakses Tanggal 9 Februari 2018 Jam 21.30 WIB..