11 0 453 KB
Akuntansi Biaya Ringkasan Materi Kuliah: Process Costing
Disusun oleh: A.A Istri Anom Bintang Pramawati
(07)
2007521093
I Made Adhika Yoga Dwiparta
(09)
2007521102
Mohamad Ardiansyah Wahyudin
(18)
2007521149
Putu Sarah Meilany Benggu
(23)
2007521169
Diserahkan kepada: Dosen Pengampu Mata Kuliah Akuntansi Biaya Dr. Dra. Gayatri., M.Si., Ak., CA., ACPA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS UDAYANA 2021
BAB I PEMBAHASAN A. Pengertian Process Costing Process costing adalah salah satu metode yang digunakan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan dalam produksi berskala besar dan bersifat kontinu. Sebagai contoh, produksi semen, gula, dan keripik kentang. Dalam process costing, biaya-biaya diakumulasikan bergantung pada departemen dan proses. Apabila suatu produk melewati lebih dari satu proses, output dari proses pertama akan ditransfer ke proses kedua, sehingga output proses pertama menjadi input dari proses kedua, dan seterusnya. B. Karakteristik Process Costing Adapun beberapa karakteristik dari process costing adalah sebagai berikut. a. Proses produksi bersifat terus menerus dan produk yang dihasilkan bersifat standar. b. Biaya produksi dikumpulkan dan dicatat dalam setiap departemen produksi yang dilalui untuk jangka waktu tertentu (umumnya satu bulan). c. Harga pokok per unit produk dihitung dari harga pokok produk selesai periode dibagi dengan unit produk selesai dalam periode tersebut. d. Produk yang belum selesai pada akhir periode dicatat ke dalam rekening persediaan barang dalam proses. Dalam hal ini digunakan istilah unit ekuivalen yaitu ukuran untuk unit barang dalam proses yang disetarakan dengan unit yang telah selesai. Tujuannya agar memudahkan perhitungan harga pokok barang dalam proses akhir periode. e. Pada akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi untuk setiap departemen yang berisi informasi mengenai skedul kuantitas (laporan produksi), skedul biaya (pembebanan biaya), skedul alokasi biaya (perhitungan biaya) yang menyangkut pertanggungjawaban biaya yang telah dikeluarkan dan dibebankan pada persediaan barang jadi dan persediaan barang dalam proses. f. Pada umumnya barang jadi departemen satu menjadi bahan baku departemen berikutnya sampai produk selesai.
C. Industri yang Menggunakan Metode Process Costing Perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan saat produk yang dihasilkan dalam kondisi kontinu atau metode produksi massal dimana produk-produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya lain bersifat homogen. Adapun industry yang biasanya menggunakan metode process costing adalah sebagai berikut. 1. Semen 2. Bahan kimia 3. Gula 4. Besi 5. Pabrik kertas 6. Pabrik batako D. Process Costing Vs Job Costing Process costing dan Job order costing memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. 1. Persamaan Process costing dan Job costing Tujuan utama dari kedua sistem tersebut adalah untuk membebankan biaya bahan, tenaga kerja dan biaya overhead produk untuk dipakai mengatur mekanisme
menghitung biaya per unit dan pengendalian
biaya. Kedua metode tersebut menggunakan akun-akun dasar, seperti akun bahan baku, akun gaji, akun overhead produksi, dan akun persediaan barang jadi. Alur biaya kedua metode tersebut pada dasarnya adalah sama, yaitu bahan mentah à work in progress à barang jadi 2. Perbedaan Process costing dan Job costing Process Costing Produk yang diproduksi menerus
untuk
stok,
Job Order Casting terus Produk diproduksi
sesuai
misalnya spesifikasi pelanggan kebutuhan
minyak Semua produk pada dasarnya sama
Setiap pekerjaan/produk berbeda
satu sama lain Biaya diakumulasikan berdasarkan Biaya diakumulasikan
oleh
proses/departemen untuk periode pekerjaan individu biaya Biaya dihitung setiap proses dan Biaya
dihitung
saat
pekerjaan
biaya rata-rata per unit dihitung selesai, lalu dilanjutkan ke proses pada proses akhir berikutnya Laporan proses produksi adalah Lembar biaya pekerjaan adalah dokumen utama
dokumen utama untuk akumulasi biaya yang berbeda untuk setiap
pekerjaan Biaya rata-rata per unit dihitung Biaya dihitung
untuk
setiap
dengan laporan proses
pekerjaan secara terpisah pada
Proses dan produk distandarisasi
lembar kerja biaya pekerjaan Pekerjaan/Produk tidak standar
E. Kelebihan dan Kekurangan dari Process Costing 1. Kelebihan Process Costing: Penetapan Process Costing memungkinkan akuntan untuk menentukan biaya per unit yang diperlukan untuk menilai persediaan dan biaya barang yang dijual. Penetapan Process Costing cocok untuk industri-industri di mana tidak mungkin untuk mengidentifikasi unit-unit terpisah dari: produksi atau pekerjaan, biasanya karena sifat berkelanjutan dari proses produksi yang terlibat. Biaya setiap proses dihitung pada akhir periode penetapan biaya (biasanya pada akhir setiap bulan) yang membantu mengendalikan biaya berdasarkan proses dan periode. Perhitungan biaya rata-rata per unit lebih mudah karena proses dan produk terstandarisasi. Lebih sedikit pekerjaan dan pengeluaran klerikal yang terlibat daripada dalam penetapan Job Order Costing
Biaya pengoperasian sistem ini jauh lebih kecil daripada yang dibutuhkan dalam sistem penetapan Job Order Costing. Ini lebih ekonomis untuk mengklasifikasikan dan meringkas biaya berdasarkan proses daripada untuk setiap pekerjaan.
2. Kekurangan Process Costing: Biaya dilaporkan atas dasar historis sehingga manajemen tidak dapat melakukan kontrol tepat waktu. Perhitungan biaya rata-rata per unit tidak selalu akurat karena unit tidak sepenuhnya homogen. Misalnya, perhitungan biaya pengecoran di pengecoran berdasarkan berat mungkin tidak benar karena faktor berat mungkin tidak mencerminkan kerumitan pembuatan coran yang berbeda. Ketidakakuratan dalam biaya per unit dapat menyebabkan penilaian persediaan dan perhitungan laba yang tidak tepat. Dimana produk yang berbeda diproduksi dari fasilitas yang sama, perhitungan biaya rata-rata adalah dibuat lebih tidak akurat. Inefisiensi, karena satu proses secara otomatis ditransfer ke proses berikutnya ketika berurutan pengolahan dilakukan untuk menghasilkan suatu produk. F. Metode Processing Alur atau arus fisik produksi yang berkaitan dengan perhitungan biaya dibagi menjadi tiga format, yaitu: 1. Sequential Processing (Arus produk berurutan/sekuensial) Proses produksi dimana produksi dilakukan secara berkesinambungan atau terus menerus. Contoh: Perusahaan garmen, baju
2. Parallel Processing (Arus produk paralel) Proses produksi dimana departemen atau unit kerja pada perusahaan tertentu mengerjakan suatu proyek dalam waktu yang bersamaan, baru kemudian digabung dalam satu proses berikutnya. Contoh: perusahaan rakitan
3.
Selective Processing (Arus produk selektif) Proses produksi dimana produk jadi dari suatu departemen akan ditransfer dan digunakan ke departemen yang berbeda, tergantung pada hasil yang diinginkan. Contoh: Pemotongan hewan
G. Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Overhead Pabrik 1. Biaya Bahan Baku a. Pengertian Biaya Bahan Baku Pada industri manufaktur, bahan (material) dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu bahan baku (direct material) dan bahan baku penolong. (indirect material) Bahan baku adalah bahan mentah, bahan dasar, atau bahan utama yang nantinya akan diolah hingga menjadi produk jadi. Bahan baku dapat diidentifikasikan dengan produk atau pesanan tertentu dengan nilai yang relatif besar. Contohnya dalam perusahaan roti, bahan bakunya adalah tepung dan telur. Biaya yang timbul akibat pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku. Bahan baku penolong adalah bahan pembantu yang menunjang bahan utama dalam proses produksi. Misalnya dalam perusahaan roti, bahan baku penolongnya adalah plastik. Biaya yang ditimbulkan karena pemakaian bahan baku penolong disebut biaya bahan baku penolong.
Biaya bahan baku penolong merupakan bagian dari unsur biaya overhead pabrik. b. Pembelian Bahan Baku Terdapat tiga dokumen yang dipakai dalam pembelian bahan baku yaitu: surat permintaan pembelian (purchase requisition), surat pesanan pembelian (purchase order), dan laporan penerimaan barang (receiving report). Surat permintaan pembelian diajukan oleh bagian gudang kepada bagian pembelian apabila persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah pada tingkat minimum pemesanan kembali (Reorder Point). Rumus Reorder Point (ROP): 1. Jika
tanpa
safety
stock/persediaan
pengaman/persediaan
penyanggah: ROP = AU x LT 2. Jika dengan adanya safety stock: ROP = (AU x LT) + SS c. Pencatatan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli Untuk mencatat harga pokok bahan baku yang dibeli terdapat dua sistem pencatatan, yaitu pencatatan fisik yang dimana pencatatan ini biasanya digunakan jika arus bahan baku relatif kecil dan semua pembeliannya dicatat dalam rekening pembelian. Lalu ada pencatatan perpetual yang biasanya digunakan untuk mencatat bahan baku yang relatif tinggi untuk memudahkan pengendalian persediaan dan semua pembeliannya dicatat dalam rekening persediaan. d. Perhitungan Pemakaian Bahan Baku Untuk menghitung pemakaian bahan baku, ada dua metode yang bisa dipakai, yaitu
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out =
FIFO) Metode ini beranggapan bahwa bahan yang dibeli (masuk) lebih awal dipakai (keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih menekankan pada arus biayanya dan bukan pada arus bahan secara fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik dapat terjadi bahan
yang dibeli lebih awal tidak dipakai lebih awal, tetapi dalam penentuan harga pokoknya bahan yang dipakai berpedoman pada bahan yang masuk pertama keluar pertama.
Metode Rata-Rata (Average). Dalam sistem pencatatan periodik, metode rata-rata yang digunakan disebut dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average). Dalam sistem pencatatan perpetual, metode rata-rata yang digunakan disebut dengan metode rata-rata bergerak (moving average). Dalam metode ini harga pokok per satuan bahan yang ada dalam persediaan di gudang ditentukan dengan membagi jumlah harga pokok semua bahan yang dibeli dengan jumlah kuantitasnya. Harga pokok persediaan bahan yang ada di gudang hanya ada satu harga pokok, yang dapat berubah setiap ada pembelian jika ada diskon pembelian dan atau terdapat ongkos angkut yang dibebankan ke persediaan.
e. EOQ Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah persediaan yang harus dipesan pada suatu saat dengan tujuan untuk mengurangi biaya persediaan tahunan. Pada saat EOQ, biaya pemesanan selama setahun akan sama dengan biaya penyimpanan selama setahun. Rumus EOQ: EOQ =
√ 2 x RU x CO CU x CC
Keterangan: RU: Required unit (kebutuhan bahan baku setahun) CO: Cost per order (biaya pemesanan per pesanan) CU: Cost per unit (harga beli bahan baku per unit) CC: Carrying cost (biaya penyimpanan dan biasanya dinyatakan dalam persentase) Frekuensi pemesanan pembelian dalam satu tahun = RU / EOQ Biaya pemesanan setahun = CO x RU / EOQ Biaya penyimpanan/pemilikan setahun = EOQ / 2 x CU x CC Persediaan rata-rata (average inventory) = EOQ / 2
Persediaan maksimum normal = EOQ + SS Persediaan maksimum absolut = (EOQ + SS) + {(pemakaian maksimum – pemakaian normal) x lead time} 2. Biaya Tenaga Kerja a. Pengertian Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk membayar tenaga kerja. Biaya tenaga kerja dibagi menjadi dua bentuk, yaitu biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Biaya tenaga kerja dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu gaji dan upah reguler, premi lembur dan biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja. Dalam akuntansi biaya, terdapat tiga kegiatan dalam akuntansi biaya tenaga kerja yaitu: pencatatan waktu kerja, perhitungan jumlah gaji dan upah. dan alokasi biaya tenaga kerja. b. Pencatatan Jurnal untuk Biaya Tenaga Kerja Mencatat kewajiban penggajian Jika terdapat Pajak Penghasilan (PPh) terutang, maka dicatat dengan mengkredit perkiraan ‘Tax Payable’ (hutang Pajak Penghasilan). Jurnalnya: Dr. Payroll xx Cr. Accrued payroll xx Cr. Tax payable Xx Pembayaran gaji dicatat dengan mendebet perkiraan ‘Accrued Payroll’ dan mengkredit perkiraan ‘Cash’. Jurnalnya: Dr. Accrued payroll Cr. Cash
xx Xx
Mencatat pendistribusian beban gaji Jurnalnya: Dr. Work in Process Dr. Factory Overhead Controll Dr. Selling and Marketing Expense Dr. General and Adm. Expense Cr. Payroll
Xx Xx Xx Xx xx
3. Biaya Overhead Pabrik a. Pengertian Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang didalamnya tidak termasuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian tambahan, asuransi, biaya tenaga kerja tidak langsung, pajak, pengawasan mesin produksi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang diperlukan dalam proses produksi. b. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Langkah-langkah pembebanan tarif biaya overhead pabrik: • Menyusun anggaran biaya overhead pabrik. • Memilih dan menaksir dasar pembebanan biaya overhead pabrik. • Menghitung tarif biaya overhead pabrik. Ilustrasi: • Asumsikan PT American Chair menggunakan sistem process costing dan membuat akun WIP terpisah dalam bentuk buku besar untuk masing-masing kedua departemennya, yaitu departemen pemotongan dan departemen perakitan. • Perusahaan hanya memproduksi satu jenis kursi • Di departemen pemotongan, kerangka kursi dibentuk dari potongan kayu dan masing-masing potongan diamplas dan dibersihkan. Kerangka kursi tersebut kemudian dikirim ke departemen perakitan untuk dilakukan perakitan, diberikan bantalan, dan diberi pembungkus. • Selama bulan januari, bahan baku langsung yang dikeluarkan oleh departemen pemotongan dan departemen perakitan, masing-masing sebesar $13,608 dan $7.2976. Maka, jurnal yang dipakai oleh perusahaan untuk mencatat biaya bahan baku langsung sbb: Work in process---Cutting dept Work in process---Assembly dept Materials
13.608 7.296 20.904
• Pengakumulasian biaya upah secara detail seperti halnya pada Job Order Costing, tidak dilakukan pada Process Costing. Hal ini dikarenakan biaya upah dibebankan langsung ke masing-masing Departemen. • Asumsikan bahwa selama bulan Januari terdapat 500 jam kerja buruh pada Departemen Pemotongan dan 921 jam kerja buruh pada Departemen Perakitan. • Tingkat upah adalah $100 per jam di kedua Departemen, sehingga beban upah langsung di bulan Januari untuk Departemen Pemotongan dan Departemen Perakitan masing-masing sebesar $5,000 dan $9,210. Maka, jurnal yang dipakai oleh perusahaan untuk mencatat biaya upah langsung sbb: Work in process---Cutting dept Work in process---Assembly dept Payroll
5.000 9.210 14.210
Jurnal berikut ini menggambarkan bagaimana FOH (Factory Overhead) actual terjadi selama bulan januari dan dicatat dalam buku besar PT American Chair. Jurnal untuk mencatat biaya FOH aktual: FOH Control Account Payable (taxes, utilities, etc) Accumulated Depreciatio-Machinery Prepaid Inssurance Materials (for indirect materials) Payroll (for indirect labor)
20.900 7.400 5.700 500 1.700 5.600
FOH dibebankan ke Departemen Produksi menggunakan tarif yang telah ditentukan sebelumnya (predetermined rate) yaitu sebesar $7.60 per jam kerja mesin untuk Departemen Pemotongan dan $12 per jam kerja buruh untuk Departemen Perakitan. Selama bulan Januari terdapat 1,040 jam kerja mesin di Departemen Pemotongan dan 921 jam kerja buruh di Departemen Perakitan. Maka, Jurnal pencatatan Biaya FOH: Work in process---Cutting dept Work in process---Assembly dept Applied Factory Overhead H. Laporan Biaya Produksi
7.904 11.052 18.956
Pada process costing seluruh biaya yang dapat dibebankan setiap departemen diikthisarkan dalam laporan biaya produksi departemen. Dalam akuntansi kertas kerja yang menunjukkan jumlah biaya yang diakumulasikan dan dibebankan ke produksi selama satu bulan adalah laporan biaya produksi. Laporan tersebut juga merupakan sumber informasi untuk menyiapkan ikthisar ayat jurnal guna mencatat biaya per unit yang ditransfer dari satu departemen produksi ke departemen lainnya dan pada akhirnya ke persediaan barang. Laporan biaya produksi untuk setiap departemen dapat berbeda satu sama lain antara bentuk dan formatnya,namun secara umum laporan tersebut akan menunjukkan:
Total biaya dan biaya per unit dari pekerjaan yang diterima dari satu atau beberapa departemen lain.
Total biaya dan biaya per unit dari bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang ditambahkan pada departemen tersebut.
Biaya dari persediaan barang dalam proses awal dan akhir.
Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke persediaan barang jadi. Secara garis besar laporan tersebut terbagi atas 2 yaitu laporang yang
menunjukan disposisi dari biaya dan laporan pertanggungjawabnnya.. Total biaya yang dilaporkan di bagian pertama harus balance dengan total biaya yang dilaporkan di bagian kedua. seringkali laporan biaya produksi juga memasukkan skedul kuantitas, tujuannya untuk menunjukkan total jumlah unit produksi yang harus dipertanggungjawabkan oleh suatu departemen dan disposisi dari unit-unit tersebut dan pada akhirnya digunakan untuk menentukan biaya per unit dalam departemen tersebut. Dalam proses produksi, sering kali ada sisa bahan dalam satu periode proses yang belum terselesaikan dan barang tersebut akan masuk ke dalam akun barang dalam proses awal (work in process). Sehingga ada dua metode yang dapat digunakan untuk penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan barang dalam proses awal yaitu metode harga pokok ratarata tertimbang (weighted average method) dan metode masuk pertama keluar
pertama (FIFO method). Perbedaan dari kedua metode ini terletak dalam penentuan unit ekuivalennya dan penentuan cost per unitnya. Unit Ekuivalen
Cost per Unit
Metode Rata-rata
Unit barang selesai + (unit barang dalam proses akhir
(Nilai barang dalam proses awal + Baya periode) Unit Ekuivalen
Metode FIFO
Unit Barang Dalam Proses Awal x (100% − tingkat
x penyelesaian barang dalam proses akhir) penyelesaian barang dalam proses) + (Unit produk selesai – unit barang dalam proses awal ) + (unit barang dalam x tingkat penyelesaian pada barang
(Nilai barang dalam proses awal + Baya periode) Unit Ekuivalen
dalam proses akhir)
Apabila unit produksi di persediaan akhir dari barang dalam proses tidak selesai, maka akumulasi unit ekuivalen dan bukan unit fisik yang digunakan. yang. Unit ekuivalen adalah akumulasi dari suatu sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit produk. Sebagai contoh: Pada departemen pencampuran dari Tri Color Company, pewarna cat diterima dari departemen pewarnaan dan selanjutnya diencerkan dan dicampur dengan lateks cair untuk menghasilkan cat. Data produksi berikut ini tersedia untuk departemen pencampuran di bulan April tahun 2013. Jumlah galon di persediaan barang dalam proses awal
800
Jumlah galon yang diterima dari departemen pewarnaan
2.000
Jumlah galon lateks yang ditambahkan di departemen pencampuran
4.000
Jumlah galon yang ditransfer ke departemen pengalengan
5.800
Jumlah galon di persediaan barang dalam proses akhir
1.000
Supervisor departemen menyampaikan persediaan barang dalam proses akhir sepenuhnya selesai untuk bahan baku dan 50% selesai untuk biaya konversi. Data biaya untuk bulan April tahun 2013 adalah sebagai berikut: Persediaan barang dalam proses awal: Biaya departemen sebelumnya
Rp1.532
Bahan baku
Rp1.692
Tenaga kerja
Rp57
Overhead pabrik
Rp114
Biaya ditambahkan selama periode berjalan:
Biaya departemen sebelumnya
Rp12.000
Bahan baku
Rp16.940
Tenaga kerja
Rp3.660
Overhead pabrik
Rp7.320
Metode harga pokok rata-rata tertimbang digunakan di departemen pencampuran (5.800 unit ekuivalen untuk biaya departemen sebelumnya, bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik) dan persediaan akhir sepenuhnya selesai untuk biaya departemen sebelumnya dan bahan baku (1.000 unit ekuivalen untuk biaya departemen sebelumnya dan bahan baku) tetapi 50% selesai untuk biaya konversi ( 50% x 1000 = 500 unit ekuivalen untuk overhead pabrik dan tenaga kerja). Sehinga nilai unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya di departemen pencampuran adalah sebagai berikut. Biaya Departemen
Bahan
Tenaga
Overhead
Sebelumnya
Baku
Kerja
Pabrik
Unit ekuivalen ditransfer keluar
5.800
5.800
5.800
5.800
Unit ekuivalen di persediaan akhir
1.000
1.000
500
500
Total unie ekuivalen
6.800
6.800
6.300
6.300
Biaya per unit ekuivalen di departemen pencampuran dengan weighted average method ditentukan sebagai berikut:
Biaya Departemen Bahan
Tenaga Overhead
Sebelumnya
Baku
Kerja
Pabrik
Biaya di persediaan awal
Rp1.532
1.692
57
114
Biaya ditambahkan selama periode
Rp12.000
16.940
3.660
7.320
Total biaya dipertanggungjawabkan Rp13.532
18.632
3.717
7.434
6.800
6.300
6.300
berjalan Total unie ekuivalen
6.800
Biaya per unit ekuivalen
Rp1,99
2,74
0,59
1,18
Contoh Soal: Asumsikan Bahwa Chicago Chair Company menngunakan sistem process Costing dalamproses produksinya dan menggunakan asumsi arus biaya ratarata Data produksi berikut tersedia pada bulan Juni 2020. Pemotongan Perakitan Unit WIP awal
100
180 Unit dimulai pada Departemen Pemotongan
600
Supervisor departemen menyampaikan bahwa persentase penyelesaian WIP akhir adalah sebagai berikut. Departemen
Departemen
Bahan Baku
Pemotongan 60%
Perakitan 100%
Tenaga Kerja
20%
70%
Overhead Pabrik
40%
70%
Data biaya selama bulan juni sebagai berikut. Pemotongan
Perakitan
Barang dalam proses, awal: Biaya dari departemen sebelumnya
$8,320
Bahan baku
$1,892
830
Tenaga kerja
400
475
Overhead Pabrik
796
518
Biaya yang ditambahkan dalam proses produksi Bahan baku
$13,608
$ 7,926
Tenaga kerja
5000
9210
Overhead Pabrik
7,904
11,052
Buatlah laporan biaya produksi untuk departemen pemotongan dan departemen perakitan menggunakan metode rata-rata! Jawaban Unit ekuivalen untuk tiap komponen biaya di Departemen Pemotongan sebagai berikut: Bahan Baku
Tenaga
Overhead
Kerja Unit
ekuivalen
yang 500
500
500
dipindahkan ke Departemen berikutnya Unit ekuivalen WIP akhir
120(200x60%)
40(200x20%)
80(200x40%)
Jumlah unit ekuivalen
620
540
580
BAB II KESIMPULAN Process costing adalah salah satu metode yang digunakan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan dalam produksi berskala besar dan bersifat kontinu Perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan saat produk yang dihasilkan dalam kondisi kontinu atau metode produksi massal dimana produk-produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya lain bersifat homogen. Adapun contoh industri yang menggunakan metode process costing adalah Semen, bahan kimia, gula, besi, pabrik kertas, dan pabrik batako Alur atau arus fisik produksi yang berkaitan dengan perhitungan biaya dibagi menjadi
tiga
format,
yaitu:
Sequential
Processing
(Arus
produk
berurutan/sekuensial), Parallel Processing (Arus produk paralel), dan Selective Processing (Arus produk selektif) Adapun biaya-biaya yang ada dalam process costing adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Pada industri manufaktur, bahan (material) dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu bahan baku (direct material) dan bahan baku penolong. (indirect material). Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk membayar tenaga kerja. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang didalamnya tidak termasuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
DAFTAR PUSTAKA Dewi, S. P., & Kristanto, S. B. (2013). Akuntansi Biaya. Penerbit In Media. Drury, C. (2018). Management and Cost Accounting, 10th Edition. Cengage Learning. Hanif, M. (2018). Cost and Management Accounting. India: McGraw Hill Education (India) Private Limited. Mulyadi. (2010). Akintansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta: YKPN.