Kelompok 4 - Analisis Real - Subbarisan Bab 3.4 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • derry
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kelompok 4 Analisis Real Nama anggota: 1. Beriel Ilham (1904131) 2. Derry Romeo (1906080) 3. Rifqy Sayidi Raspati (1900360) 4. Rivani Adistia Dewi (1900140) 5. Rizal Padhilah (1900826) 6. Salman Al Ghifary S. (1901343)



3.4.1 Definisi Misal 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) adalah barisan bilangan real dan misal 𝑛1 < 𝑛2 < β‹― < π‘›π‘˜ < β‹― adalah barisan naik dari bilangan asli. Maka barisan 𝑋 β€² = (π‘₯π‘›π‘˜ ) yang ditulis (π‘₯𝑛1 , π‘₯𝑛2 , … , π‘₯π‘›π‘˜ , … ) adalah sebuah subbarisan dari 𝑋.



1 1 1



Misal 𝑋 ≔ (1 , 2 , 3 , … ), maka bilangan yang ber-indeks genap menghasilkan subbarisan 1 1 1 1 𝑋′ = ( , , , … , ) 2 4 6 2π‘˜ dimana 𝑛1 = 2, 𝑛2 = 4, … , π‘›π‘˜ = 2π‘˜, …. 1



Beberapa contoh subbarisan lain yang dapat diperoleh dari barisan 𝑋 = (𝑛) tersebut adalah 1 1 1 1 1 1 1 1 𝑋′ = ( , , , … , ,…),( , , ,…, ,…) 1 3 5 2π‘˜ βˆ’ 1 2! 4! 6! 2π‘˜! 1



Barisan-barisan berikut adalah yang bukan subbarisan dari 𝑋 = (𝑛) 1 1 1 1 1 1 1 𝑋 β€² = ( , , , , … ) , ( , 0, , 0, , … ) 2 1 4 3 1 3 5 Sebuah ekor barisan adalah tipe unik dari subbarisan. Faktanya, ekor-m bersesuaian dengan indeks barisan, yaitu 𝑛1 = π‘š + 1, 𝑛2 = π‘š + 2, … , π‘›π‘˜ = π‘š + π‘˜



1



3.4.2 Teorema Jika barisan bilangan real 𝑋 = (π‘₯n) konvergen ke suatu bilangan real π‘₯, maka sembarang sub barisan dari 𝑋 konvergen ke π‘₯. Bukti: Diberikan πœ€ > 0 dan ambil K(πœ€) sedemikian sehingga jika nβ‰₯ K(πœ€), sehingga |π‘₯𝑛 βˆ’ π‘₯|< πœ€. Karena n1 < n2 < n3 < ......< nk k. Oleh karena itu, jika kβ‰₯ K(πœ€) kita juga memiliki nkβ‰₯ kβ‰₯ K(πœ€) sehingga |π‘₯𝑛 βˆ’ π‘₯|< πœ€. Oleh karena itu sub-barisan (xn) juga konvergen ke x.



3.4.3. Contoh (a) lim(𝑏 𝑛 ) = 0 jika 0 < 𝑏 < 1 JAWAB : Kita telah melihat, pada Contoh 3.1.11 (c), bahwa bila 0 < b < 1 dan bila xn = bn, maka dari Ketaksamaan Bernoulli diperoleh bahwa lim(xn) = 0. Cara lain, kita melihat bahwa karena 0 < b < 1, maka xn+1 = bn+1 < bn = xn dengan demikian (xn) adalah barisan turun. Jelas juga bahwa 0



xn



1, sehingga menurut Teorema Kon-



vergensi Monoton 3.3.2 barisan tersebut konvergen. Misalkan x = lim (xn). Karena (x2n) subbarisan dari (xn) menururt Teorema 3.4.2 maka x = lim (x2n). Di lain pihak, karena x2n = b2n = (bn)2 = (xn)2, menurut Teorema 3.2.3 diperoleh x = lim (x2n) = [lim (xn)]2 = x2 Oleh karena itu kita mesti mempunyai x = 0 atau x = 1. Karena (xn) barisan turun dan terbatas di atas oleh 1, maka haruslah x = 0. 1



(b) lim (𝑐 2 ) = 1 π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ 𝑐 > 1 JAWAB : Limit ini telah diperoleh dalam contoh 3.1.11 (d) untuk c > 0, dengan pemikiran argumen yang banyak diakal-akali. Di sini kita melihat pendekatan lain untuk kasus c > 1. Perhatikan bahwa jika zn = c1/n, maka zn > 1 dan zn+1 < zn untuk semua n N. 2



Jadi dengan menggunakan Teorema Konvergensi Monoton, z = lim (Zn) ada. Menurut teorema 3.4.2, berlaku z = lim (Z2n). Di lain pihak, karena 1



1 1



1



𝑧2𝑛 = 𝑐 2 = (𝑐 2 )2 = 𝑧𝑛 2 dan Teorema 3.2.10,maka 1



1



𝑧 = lim (𝑧2𝑛 ) = (lim (𝑧𝑛 ))2 = 𝑧 2 Karena itu z2 = z yang menghasilkan z = 0 atau z = 1. Karena zn > 1 untuk semua n∈N, maka haruslah z = 1. Untuk kasus 0 < c < 1, kita tinggalkan sebagai latihan. Kegunaan subbarisan membuatnya mudah untuk menyajikan uji divergensi suatu baris.



3.4.4 Teorema Misalkan 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) suatu barisan bilangan real. Pernyataan berikut ekuivalen: (i) Barisan 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) tidak konvergen ke π‘₯ ∈ ℝ. (ii) Terdapat suatu πœ€0 > 0 sehingga untuk sebarang π‘˜ ∈ β„• terdapat π‘›π‘˜ ∈ β„• sehingga π‘›π‘˜ β‰₯ π‘˜ dan |π‘₯π‘›π‘˜ βˆ’ π‘₯| β‰₯ πœ€0 . (iii) Terdapat suatu πœ€0 > 0 dan sub barisan 𝑋′ = (π‘₯π‘›π‘˜ ) dari 𝑋 sehingga |π‘₯π‘›π‘˜ βˆ’ π‘₯| β‰₯ πœ€0 untuk setiap π‘˜ ∈ β„•. Bukti: (i) β‡’ (ii) Jika (π‘₯𝑛 ) tidak konvergen ke π‘₯ maka untuk suatu πœ€0 > 0 tidak mungkin untuk ditemukan π‘˜ ∈ β„• sedemikian sehingga untuk setiap 𝑛 β‰₯ π‘˜, π‘₯𝑛 memenuhi |π‘₯𝑛 βˆ’ π‘₯| < πœ€0 . Dengan kata lain, untuk setiap π‘˜ ∈ β„• terdapat bilangan asli π‘›π‘˜ β‰₯ π‘˜ sedemikian sehingga |π‘₯π‘›π‘˜ βˆ’ π‘₯| β‰₯ πœ€0 . (ii) β‡’ (iii) Ambil πœ€0 yang memenuhi sifat (ii) dan ambil 𝑛1 ∈ β„• sehingga 𝑛1 β‰₯ 1 dan |π‘₯𝑛1 βˆ’ π‘₯| β‰₯ πœ€0 . Selanjutnya ambil 𝑛2 ∈ β„• sehingga 𝑛2 > 𝑛1 dan |π‘₯𝑛2 βˆ’ π‘₯| β‰₯ πœ€0 kemudian ambil 𝑛3 ∈ β„• sehingga 𝑛3 > 𝑛2 dan |π‘₯𝑛3 βˆ’ π‘₯| β‰₯ πœ€0 dan seterusnya, maka akan diperoleh sub barisan 𝑋′ = (π‘₯π‘›π‘˜ ) dari 𝑋 sedemikian hingga |π‘₯π‘›π‘˜ βˆ’ π‘₯| β‰₯ πœ€0 .



3



(iii) β‡’ (i) Asumsikan 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) mempunyai sub barisan 𝑋′ = (π‘₯π‘›π‘˜ ) yang memenuhi sifat (iii). Maka 𝑋 tidak konvergen ke π‘₯, karena jika 𝑋 konvergen ke π‘₯ maka berdasar Teorema 3.4.2 sub barisan 𝑋′ juga akan konvergen ke π‘₯. Hal ini tidak mungkin, sebab 𝑋′ = (π‘₯π‘›π‘˜ ) tidak berada pada persekitaran-πœ€0 π‘₯.



3.4.5 Kriteria Divergensi Jika barisan 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) suatu barisan bilangan real yang memenuhi salah satu sifat berikut, maka X divergen (i)



X memiliki 2 subbarisan konvergen yaitu 𝑋′ = (π‘₯π‘›π‘˜ ) dan 𝑋′′ = (π‘₯π‘Ÿπ‘˜ ) yang limitnya tidak sama



(ii)



X tidak terbatas



3.4.6 Contoh (a) Barisan 𝑋 := ((βˆ’1)𝑛 ) divergen. Andaikan 𝑋 := ((βˆ’1)𝑛 ) konvergen ke x, maka berdasarka teorema subbarisannya juga konvergen ke x. Subbarisan 𝑋′ := ((βˆ’1)2𝑛 ) = (1, 1, … ) konnvergen ke 1. Subbarisan 𝑋′ := ((βˆ’1)2π‘›βˆ’1 ) = (βˆ’1, βˆ’ 1, … ) konvergen ke βˆ’1. Karena nilai-nilai limit dari subbarisannya tidak sama, maka berdasarkan teorema 3.4.5(i) barisan 𝑋 := ((βˆ’1)𝑛 ) divergen.



1



1



(b) Barisan (1, 2 , 3, 4 , … ) divergen. Misal barisan π‘Œ := (𝑦𝑛 ), dimana terdapat 𝑦𝑛 = 𝑛 jika 𝑛 ganjil dan 𝑦𝑛 = Dapat dilihat bahwa π‘Œ tidak terbatas. 1



1



Berdasarkan teorema 3.4.5(i) barisan (1, 2 , 3, 4 , … ) divergen.



4



1 𝑛



jika n genap.



(c) Barisan 𝑆 := (sin 𝑛) divergen. Akan ditunjukkan barisan 𝑆 divergen dengan menemukan subbarisan dari 𝑆 yang mempunyai nilai limit berbeda atau tidak mempunyai limit. Untuk π‘₯ ∈ Ξ™1 =



πœ‹ 5πœ‹ 6



,



6



1



maka sin π‘₯ > 2. Karena Panjang Ξ™1 =



πœ‹ 5πœ‹ 6



,



6



πœ‹



βˆ’6=



4πœ‹ 6



=



2πœ‹ 6



> 2,



maka pada interval tersebut terdapaat paling sedikit 2 bilangan asli, sehingga tetapkan 𝑛1 merupakan bilangan asli yang pertama. 1



πœ‹



Untuk setiap π‘˜ ∈ Ν dengan sin π‘₯ > 2, untuk π‘₯ ∈ Ξ™π‘˜ , Ξ™π‘˜ = (6 + 2πœ‹(π‘˜ βˆ’ 1),



5πœ‹ 6



+ 2πœ‹(π‘˜ βˆ’



1)). Karena panjang Ξ™π‘˜ lebih besar dari 2, maka terdapat paling sedikit dua bilangan asli yang terletak pada interval tersebut, tetapkan nπ‘˜ sebagai salah satu titik itu. Dengan demikian terdapat subbarisan barisan 𝑆′ := (sin nπ‘˜ ) dari 𝑆 yang semua nilainya terletak pada 1



interval [2 , 1]. 7πœ‹



Hal yang sama jika π‘˜ ∈ Ν dan interval Jπ‘˜ = ( 6 + 2πœ‹(π‘˜ βˆ’ 1),



11πœ‹ 6



+ 2πœ‹(π‘˜ βˆ’ 1)). Untuk



1



semua π‘₯ ∈ Jπ‘˜ maka nilai sin π‘₯ < 2, dan panjang Jπ‘˜ > 2. Ambil mπ‘˜ sebagai bilangan asli pertama yang terletak pada interval Jπ‘˜ . Maka akan terdapat subbarisan 𝑆′′:= (sin mπ‘˜ ) dari S 1



yang semua nilainya terletakn pada interval [βˆ’1, βˆ’ 2]. Ambil sembarang 𝑐 ∈ 𝑅, maka paling sedikit satu diantara dua subbarisan 𝑆′ dan 𝑆′′ akan 1



terletak di luar persekitaran 2 dari 𝑐. Oleh karena itu 𝑐 bukan titik limit dari 𝑆. Karena 𝑐 ∈ 𝑅 adalah sembarang bilangan, maka dapat disimpulkan bahwa barisan 𝑆 ∢= (sin 𝑛) divergen.



3.4.7 Teorema Subbarisan Monoton Jika 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) suatu barisan bilangan real maka terdapat sub barisan dari 𝑋 yang monoton. Bukti: Untuk membuktikan teorema ini, kita sepakati bahwa suku ke m dari 𝑋 yaitu π‘₯π‘š adalah β€œpuncak” jika π‘₯π‘š β‰₯ π‘₯𝑛 βˆ€ 𝑛 ∈ β„• βˆ‹ 𝑛 β‰₯ π‘š. (Artinya π‘₯π‘š selalu lebih besar nilainya dari semua suku yang mengikutinya. 5



Akan dibagi dua kasus yaitu 𝑋 mempunyai tak hingga banyak puncak dan 𝑋 mempunyai berhingga banyak puncak. (1) 𝑋 mempunyai tak hingga banyak puncak. Dalam kasus ini, kita akan menuliskan semua puncak yang naik berurutan yaitu π‘₯π‘š1 , π‘₯π‘š2 , . . . , π‘₯π‘šπ‘˜ , . . .. Karena setiap suku adalah puncak, maka: π‘₯π‘š1 β‰₯ π‘₯π‘š2 β‰₯ β‹― β‰₯ π‘₯π‘šπ‘˜ β‰₯ β‹―. Oleh karena itu, sub barisan (π‘₯π‘šπ‘˜ ) dari puncak-puncak tersebut adalah sub barisan yang menurun dari 𝑋. (2) 𝑋 mempunyai berhingga banyak puncak (bisa juga 0). Kita misalkan puncak-puncak tersebut adalah: π‘₯π‘š1 , π‘₯π‘š2 , . . . , π‘₯π‘šπ‘Ÿ . Misalkan 𝑠1 = π‘šπ‘Ÿ + 1 menjadi indeks pertama dari puncak terakhir. Karena π‘₯𝑠1 bukan puncak, βˆ€ 𝑠2 > 𝑠1 βˆ‹ π‘₯𝑠1 < π‘₯𝑠2 . π‘₯𝑠2 bukan puncak, βˆ€ 𝑠3 > 𝑠2 βˆ‹ π‘₯𝑠2 < π‘₯𝑠3 . Dengan melanjutkan proses di atas, maka akan diperoleh sub barisan (π‘₯π‘ π‘˜ ) dari 𝑋 dengan π‘₯𝑠1 ≀ π‘₯𝑠2 ≀ β‹― ≀ π‘₯π‘ π‘˜ ≀ β‹― ; merupakan sub barisan yang menaik.



3.4.8 Teorema Bolzano-Wierstrass Barisan bilangan real terbatas mempunyai subbarisan (barisan bagian) yang konvergen. Pembuktian pertama. Berdasarkan teorema subbarisan monoton jika terdapat 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) merupakan barisan terbatas, maka terdapat subbarisan 𝑋′ = (π‘₯π‘›π‘˜ ) yang monoton. Karena subbarisan juga terbatas, maka berdasarkan teorema konvergensi monton 3.3.2, subbarisan konvergen. Pembuktian kedua. Karena 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) merupakan barisan terbatas, maka himpunan dari suku-suku barisan X, yaitu {π‘₯𝑛 | 𝑛 ∈ β„•} juga terbatas. Andaikan {π‘₯𝑛 | 𝑛 ∈ β„•} termuat dalam interval Ξ™1 = [π‘Ž, 𝑏]. Ambil 𝑛1 = 1. 1. Bagi Ξ™1 ke dalam 2 subinterval, yaitu Ξ™1 β€² dan Ξ™1 β€²β€².



6



Bagi {𝑛 ∈ β„•| 𝑛 > n1 } ke dalam 2 bagian, yaitu: A1 = {𝑛 ∈ β„•| 𝑛 > n1 , x𝑛 ∈ Ξ™1 β€² } dan B1 = {𝑛 ∈ β„•| 𝑛 > n1 , x𝑛 ∈ Ξ™1 β€²β€² }. Jika A1 tak hingga, maka pilih Ξ™2 = Ξ™1β€² dan n2 merupakan bilangan asli terkecil dalam A1. Jika A1 terhingga berarti tak terthingga, maka pilih Ξ™2 = Ξ™1β€²β€² dan n2 merupakan bilangan asli terkecil dalam B1. 2. Bagi Ξ™2 ke dalam 2 subinterval, yaitu Ξ™2 β€² dan Ξ™2 β€²β€². Bagi {𝑛 ∈ β„•| 𝑛 > n2 } ke dalam 2 bagian, yaitu: A2 = {𝑛 ∈ β„•| 𝑛 > n2 , x𝑛 ∈ Ξ™2 β€² } dan B2 = {𝑛 ∈ β„•| 𝑛 > n2 , x𝑛 ∈ Ξ™2 β€²β€² }. Jika A2 tak hingga, maka pilih Ξ™3 = Ξ™2β€² dan n2 merupakan bilangan asli terkecil dalam A2. Jika A2 terhingga berarti tak terthingga, maka pilih Ξ™3 = Ξ™2β€²β€² dan n2 merupakan bilangan asli terkecil dalam B2 . Apabila proses diatas dilanjutkan maka akan diperoleh interval bersarang 𝐼1 βŠ‡ 𝐼2 βŠ‡ … βŠ‡ πΌπ‘˜ βŠ‡ β‹― dan subbarisan (π‘₯π‘›π‘˜ ) dari 𝑋 dimana π‘₯π‘›π‘˜ ∈ πΌπ‘˜ βˆ€ π‘˜ ∈ β„•. Karena panjang πΌπ‘˜ =



(π‘βˆ’π‘Ž) 2π‘˜βˆ’1



, maka terdapat satu titik persekutuan, yaitu: πœ‰ ∈ 𝐼 π‘˜ βˆ€ π‘˜ ∈ β„•.



π‘₯π‘›π‘˜ dan πœ‰ terletak pada πΌπ‘˜ , sehingga diperoleh |π‘₯π‘›π‘˜ βˆ’ πœ‰| ≀ Karena nilai



(π‘βˆ’π‘Ž) 2π‘˜βˆ’1



cukup kecil, maka tetapkan:



(π‘βˆ’π‘Ž) 2π‘˜βˆ’1



(π‘βˆ’π‘Ž) 2π‘˜βˆ’1



.



= πœ€. Akibatnya |π‘₯π‘›π‘˜ βˆ’ πœ‰| ≀ πœ€. Dapat



disimpulkan bahwa (π‘₯π‘›π‘˜ ) konvergen ke πœ‰. Dari teorema tersebut tampak bahwa suatu barisan terbatas dapat mempunyai sub barisan konvergen ke suatu nilai limit yang berbeda. Contoh: Barisan 𝑋 := ((βˆ’1)𝑛 ) mempunyai sub barisan yang konvergen 1 dan sub barisan yang konvergen ke βˆ’1, dan memiliki sub barisan yang divergen. Jika 𝑋 adalah barisan bilangan real dan 𝑋′ merupakan sub barisan dari X, maka 𝑋′ merupakan barisan bilangan real. 𝑋′ mempunyai sub barisan 𝑋′′ yang juga merupakan barisan dari 𝑋.



7



3.4.9 Toerema 𝑋 merupakan barisan bilangan real yang terbatas, dan π‘₯ ∈ 𝑅 memenuhi sifat setiap sub barisan dari 𝑋 konvergen ke π‘₯, maka barisan 𝑋 konvergen ke π‘₯.



Bukti : Anggap M > 0 merupakan batas dari X, maka|π‘₯𝑛| ≀ 𝑀 , βˆ€ n ∈ N Andaikan X tidak konvergen ke x, maka menurut Teorema 3.4.4 βˆƒΞ΅0 > 0 dan sub barisan Xβ€² = (π‘₯nk) dari X sedemikian hingga |π‘₯π‘›π‘˜ βˆ’ π‘₯| β‰₯ πœ€ 0 , βˆ€ k ∈ β„•. Karena 𝑋′ sub barisan dari 𝑋, maka M juga merupakan batas dari 𝑋′. Dengan menggunakan teorema maka dapat disimpulkan bahwa 𝑋′ juga mempunyai sub barisan yang konvergen. Misalkan Xβ€²β€² merupakan sub barisan dari 𝑋′. 𝑋′′ merupakan sub barisan dari 𝑋′, sedangkan Xβ€² sub barisan dari X, maka 𝑋′ mempunyai sub-barisan konvergen dari 𝑋’’. Jadi, menurut hipotesis dapat disimpulkan bahwa Xβ€²β€² konvergen ke x. Dengan kata lain pada akhirnya sukusuku pada barisan Xβ€²β€² terletak pada persekitaran-πœ€ 0 dari x. Hal tersebut kontradiksi dengan |π‘₯π‘›π‘˜ βˆ’ π‘₯| β‰₯ πœ€ 0 , βˆ€ π‘˜ ∈ β„•. Akibatnya, X konvergen ke x.



Limit Superior dan Limit Inferior 3.4.10 Definition Misalkan 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) adalah sebuah barisan yang terbatas dari bilangan real. (a) Limit Superior dari (π‘₯𝑛 ) adalah infimum dari himpunan V untuk 𝑣 ∈ 𝑅 sedemikian sehingga 𝑣 < π‘₯𝑛 untuk dikebanyakan bilangan terbatas 𝑛 ∈ 𝑁. Ini dilambangkan dengan : Μ…Μ…Μ…Μ… (π‘₯𝑛 ) lim sup(π‘₯𝑛 ) atau lim 𝑠𝑒𝑝 𝑋 atau lim (b) Limit Inferior dari (π‘₯𝑛 ) adalah supremum dari himpunan 𝑀 ∈ 𝑅 sedemikian sehingga π‘₯π‘š < 𝑀, untuk dikebanyakan bilangan terbatas π‘š ∈ 𝑁. Ini dilambangkan dengan : lim inf(π‘₯𝑛 ) atau lim 𝑖𝑛𝑓 𝑋 atau lim (π‘₯𝑛 ) Untuk konsep limit superior , tunjukan bahwa pendekatan yang berbeda adalah sama. 8



3.4.11 Teorema Jika (π‘₯𝑛 ) adalah barisan bilangan real terbatas, maka pernyataan-pernyataan berikut untuk bilangan real π‘₯ βˆ— ekuivalen (a) π‘₯ βˆ— = lim sup(π‘₯𝑛 ) (b) Jika πœ€ > 0, terdapat banyak bilangan terbatas dari 𝑛 ∈ β„• sehingga π‘₯ βˆ— + πœ€ < π‘₯𝑛 , tetapi sebuah bilangn tak terbatas dari 𝑛 ∈ β„• sehingga π‘₯ βˆ— βˆ’ πœ€ < π‘₯𝑛 (c) Jika π‘’π‘š = sup{π‘₯𝑛 |𝑛 β‰₯ π‘š}, maka π‘₯ βˆ— = inf{π‘’π‘š |π‘š ∈ β„•} = lim (π‘’π‘š ) (d) Jika S adalah himpunan limit subbarisan (π‘₯𝑛 ), maka π‘₯ βˆ— = sup 𝑆 Bukti: (π‘Ž) β‡’ (𝑏) Jika πœ€ > 0, maka fakta bahwa π‘₯ βˆ— adalah infimum menyebabkan terdapat v pada V sehingga π‘₯ βˆ— ≀ 𝑣 < π‘₯ βˆ— + πœ€. Oleh karena itu, π‘₯ βˆ— anggota V, jadi terdapat banyak bilangan terbatas dari 𝑛 ∈ β„• sehingga π‘₯ βˆ— + πœ€ ≀ π‘₯𝑛 . Di sisi lain, π‘₯ βˆ— βˆ’ πœ€ bukan anggota V, jadi terdapat sebuah bilangan tak terbatas dari 𝑛 ∈ β„• sehingga π‘₯ βˆ— βˆ’ πœ€ < π‘₯𝑛 (𝑏) β‡’ (𝑐) Jika πœ€ > 0, maka untuk setiap m kita punya π‘’π‘š < π‘₯ + πœ€. Oleh karena itu, inf{π‘’π‘š |π‘š ∈ β„•} ≀ π‘₯ βˆ— + πœ€. Karena ada bilangan tak terbatas dari 𝑛 ∈ β„• sehingga π‘₯ βˆ— βˆ’ πœ€ < π‘₯𝑛 , maka π‘₯ βˆ— βˆ’ πœ€ < π‘’π‘š untuk setiap π‘š ∈ β„• dan karena itu π‘₯ βˆ— βˆ’ πœ€ ≀ 𝑖𝑛𝑓{π‘’π‘š |π‘š ∈ β„•}. Karena πœ€ > 0 tidak ditentukan, dapat disimpulkan bahwa π‘₯ βˆ— = inf{π‘’π‘š |π‘š ∈ β„•}. Selain itu, karena barisan π‘’π‘š monoton turun, kita punya inf(π‘’π‘š ) = lim (π‘’π‘š ) (𝑐) β‡’ (𝑑) Andaikan Xβ€² = (π‘₯nk) adalah subbarisan konvergen dari X = (π‘₯n). Karena π‘›π‘˜ β‰₯ π‘˜, kita punya π‘₯π‘›π‘˜ < π‘’π‘˜ dan karena itu lim X’ ≀ π‘’π‘˜ = π‘₯ βˆ— . Sebaliknya, terdapat 𝑛1 sehingga 𝑒1 βˆ’ 1 ≀ π‘₯𝑛1 ≀ 𝑒1 . Secara induktif pilih π‘›π‘˜+1 > π‘›π‘˜ sehingga π‘’π‘˜ βˆ’



1 < π‘₯π‘›π‘˜+1 ≀ π‘’π‘˜ π‘˜+1



Karena lim (π‘’π‘˜ ) = π‘₯ βˆ— , maka π‘₯ βˆ— = lim (π‘₯π‘›π‘˜ ), dan π‘₯ βˆ— ∈ 𝑆 (𝑑) β‡’ (π‘Ž) Misalkan w=sup S. Jika πœ€ > 0, maka ada banyak bilangan terbatas n dengan 𝑀 + πœ€ < π‘₯𝑛 . Oleh karena itu 𝑀 + πœ€ terdapat pada V dan lim sup (π‘₯𝑛 ) ≀ 𝑀 + πœ€. Di sisi lain, terdapat subbarisan (π‘₯𝑛 ) yang konvergen ke bilangan yang lebih besar dari 𝑀 βˆ’ πœ€, jadi 𝑀 βˆ’ πœ€ tidak termuat dalam V, dan karena itu 𝑀 βˆ’ πœ€ ≀ lim sup(π‘₯𝑛 ). Karena πœ€ > 0 tidak ditentukan, dapat disimpulkan bahwa w = lim sup(π‘₯𝑛 ).



9



3.4.12 Teorema Sebuah barisan terbatas (π‘₯𝑛 ) adalah konvergen jika dan hanya jika lim(sup(π‘₯𝑛 )) = lim (inf(π‘₯𝑛 ))



Bukti. 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) terbatas, maka menurut Teorema Kelengkapan, terdapat supremum dan infimum. Misal 𝑦𝑛 = sup(π‘₯𝑛 ) dan 𝑧𝑛 = inf (π‘₯𝑛 ), maka dapat ditulis 𝑧𝑛 ≀ π‘₯𝑛 ≀ 𝑦𝑛 ... (1) 𝑋 = (π‘₯𝑛 ) konvergen, misal konvergen ke π‘₯, maka untuk setiap πœ– > 0, terdapat 𝑁 ∈ β„• sedemikian sehingga π‘₯ βˆ’ πœ€ < π‘₯𝑛 < π‘₯ + πœ€ untuk setiap 𝑛 > 𝑁 ...(2) Dari (1) dan (2) diperoleh π‘₯ βˆ’ πœ€ ≀ 𝑧𝑛 ≀ 𝑦𝑛 ≀ π‘₯ + πœ€



untuk setiap 𝑛 > 𝑁



Diperoleh lim(𝑧𝑛 ) = lim(𝑦𝑛 ) = π‘₯ atau lim(inf (π‘₯𝑛 )) = lim(sup (π‘₯𝑛 )) = π‘₯.



10