Kelompok 4 Makalah Perkembangan Moral [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI



Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini-II



Dosen Pengampu : Dina Amalia, S.spsi.



Oleh kelompok 4



Fatimah



: 2006104210050



Nala Ayunda Putri



: 2006104210082



Nurul Shahira



: 2006104210093



Resna Septia Utami



: 2006104210089



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kita Rahmat dan Hidayah. Shalawat beriringan dengan salam Marilah kita sanjungkan kepada ruh junjungan alam yakni Nabiullah Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Siti Naila Fauzia sebagai dosen pengampu. Semoga nasihat, bimbingan, dan motivasi dari Ibu serta teman-teman menjadi kebaikan dan diridhai Allah Swt. Dengan rahmat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan dan menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Perkembangan Moral Anak Usia Dini” Dalam penulisan makalah ini, penulis berharap bahwasanya makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan. Dalam hal penyusunan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dari isi makalah ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dalam rangka proses perbaikan kedepannya.



Banda Aceh, 12 Maret 2021



Kelompok 4



I



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .............................................................................................................. I DAFTAR ISI............................................................................................................................ II BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1 1.1



Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1



1.2



Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2



1.3



Tujuan Pembahasan..................................................................................................... 2



BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3 BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9 3.1



Kesimpulan.................................................................................................................. 9



3.2



Saran .......................................................................................................................... 10



DAFAR PUSTAKA ............................................................................................................... 11



II



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan nilai moral agama erat kaitannya tentang budi pekerti seorang anak, sikap sopan santun, kemauan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan filosofis tentang budi pekerti khususnya dari segi pendidikan moral sebagaimana dikemukakan oleh Kilpatrick (dalam Zuriah, 2011: 63) akan terus berkembang dengan berbagai pendapat dan aspek budi pekerti, nilai moral dan keagamaan. Dalam lingkup perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak diharapkan dapat membedakan prilaku baik dan buruk. Pembelajaran anak usia dini tidak hanya dillakukan di lembaga formal, namun harus melibatkan orangtua selalu pendidik utama dengan pendekatan keteladanan (uswah ak hasanah), karena keberhasilan pembelajaran di pendidikan Anak usia dini lebih tepat memakai pendekatan informal sehingga guru Paud perlu melibatkan orangtua dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan moral merupakan pendidikan yang harus diperoleh oleh anak sejak dini. Pendidikan moral sejak dini akan membekali moral anak sepanjang rentang kehidupan yang dilalui dalam berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan moral, maka pendidikan moral sangat penting untuk diberikan pada anak usia dini. Beberapa cara yang dilakukan orang tua untuk mengembangkan sikap nilai moral-agama pada anak adalah sebagai berikut; memberi contoh. Anak usia dini mempunyai sifat suka meniru, karena orang tua lingkungan pertama yang ditemui anak, maka ia cenderung meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya. Di sinilah peran orang tua untuk memberikan contoh yang baik bagi anak. Pengembangan moral agama pada program Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting keberadaannya, jika hal itu telah tertanam dan terpatri dengan baik dalam setiap insane sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya (Yani, 2011:43). Proses pembelajaran yang berpusat pada anak dan menerapkan prinsip bermain (Sujiono, 2013: 140). Keberhasilan orangtua dalam melakukan proses pembelajaran di rumah tidak lepas latar belakang pendidikan orangttua baik pendidikan formal, non formal mapun informal. Pengalaman melalui tripusat pendidikan tersebut merupakan kolaburasi antara personal orangtua murid Ra dengan lembaga Pendidikan RA sehingga akumulasi dari pengalaman 1



belajar itulah yang peneliti akan tulis dalam penelitian ini dengan judul Pengaruh latar Belakang Pebndidikan Orangtua terhadap Pengembangan Nilai Agama dan Moral Anak 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan moral ? 2. Apa yang dimaksud dengan perkembangan moral ? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral ? 1.3 Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui dan memahami maksud dari moral 2. Untuk mengetahui dan memahami maksud dari perkembangan moral 3. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Moral Farida Agus Setiawati (2006: 43) Moral berasal dari kata latin mores berarti tata cara, kebiasaan dan adat. Istilah Moral selalu terkait dengan kebiasaaan , aturan, atau tatacara suatu masyarakat tertentu, termasuk pula dalam moral adalah aturan-aturan atau nilai-nilal agama yang dipegang masyarakat setempat. Dengan demikian perilaku moral merupakan perilaku manusia yang sesuai dengan harapan, aturan, dan kebiasaan suatu kelompok masyarakat tertentu. Kehidupan akan dapat berjalan dengan damai, tenteram, dan penuh dengan ketenangan jika dilaksanakan sesuai dengan tata cara dan peraturan atau nilai kehidupan yang berlaku di tempat tersebut. Begitu pentingnya setiap individu mampu melaksanakan moral yang ada di lingkungan tempat tinggalnya sehingga hal tersebut harus dibiasakan, ditanamkan, dan dibina pada anak sejak usia dini. Nilai-nilai moral ini seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang tua, kepada orang lain, larangan mencuri, berbohong. Seseorang yang dikatakan tidak bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi kelompok sosialnya (Susanto, 2011:65). Menurut Hurlock, (1993:74) arti dari prilaku moral adalah yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Prilaku moral dikendalikan oleh konsep- konsep moral-peraturan prilaku yang diharapkan oleh seluruh anggota kelompok. Sedangkan prilaku tak bermoral adalah prilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. Prilaku demikian tidak disebabkan ketidakacuhan akan harapan sosial melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Pendidikan harus mempunyai landasan yang jelas dan terarah. Landasan tersebut sebagai acuan pedoman dalam proses penyelenggara pendidikan, baik dalam institusi pendidikan formal maupun informal. Yang dimaksud dengan landasan yang jelas dan terarah adalah bahwa pendidikan harus berprinsip pada pengokohan moral-agama anak di samping aspek-aspek lainnya. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengantarkan anak didik dapat berpikir, bersikap dan berprilaku terpuji (akhlak al-karimah) (Yani, 2011). Dewey, (dalam Aisyah, Siti. Dkk, 2007:8.7) mengatakan moral adalah hal-hal yang berhubungan denga nilai-nilai sosial. Sedangkan Baron (dalam Aisyah, Siti.Dkk, 2007:8.7), 3



mengatakan moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yag membicarakan salah atau benar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia Suseno (dalam Aisyah, Siti.dkk, 2011:8.7). 2.2 Perkembangan Moral Dalam mengembangkan moral anak, saat anak masih berusia dini mereka diajarkan tentang benar dan salah. Pada usia selanjutnya anak diberikan pemahaman terkait mengapa sebuah perilaku dapat dikatakan baik dan salah. Faktor yang paling memberikan dampak bagi pertumbuhan perilaku anak adalah lingkungan sekitar mereka. Sehingga orang tua dan keluarga anak harus benar-benar dikontrol dan diawasi perkembangan dan pergaulannya (Rakimahwati, 2012). Moral bukanlah bawaan lahir dari seorang manusia, manusia yang baru lahir tidak mengenal masalah moral. Moralitas merupakan sesuatu yang diajarkan atau ditanamkan pada seorang manusia setahap demi setahap mulai dari dirinya menghidup udara dunia. Dengan demikian, ia akan mampu memahami serta mengaplikasikan moral yang tertanam dalam dirinya tersebut. Oleh karena itu, moral atau moralitas merupakan sisi dalam diri manusia yang berkembang seiring dengan perkembangan dirinya (Raihana & Wulandari, 2017). Artinya, moral atau moralitas berkembang sejalan dengan berkembangnya kemampuan kognitif seseorang. Jadi secara logika matematis dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya umur manusia maka kemampuan kognitifnya semakin berkembang, sehingga ia dapat berperilaku dengan moralitas yang baik. Namun, pada tataran realitas, tidak semuanya berkembang sejalan sebagaimana yang diidealkan. Perkembangan perilaku pada setiap anak tidaklah sama, ada yang perkembangan moralnya dinilai sangat patut dan ada pula yang memiliki perkembangan moral yang sangat kurang. Perkembangan moral merupakan salah satu proses perubahan yang terjadi sepanjang hidup manusia baik itu tingkah laku, budi pekerti, akhlak maupun pembentukan karakter pada anak seiring bertambahnya usia anak. Perkembangan tersebut terjadi pada sebagian besar mental anak, namun ada juga pada fisik dari anak (Nurjanah, 2018). Perkembangan moral anak harus menjadi perhatian setiap orang tua. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan seorang anak agar dapat membedakan yang benar maupun salah, sehingga anak dapat berperilaku dengan baik (Usakli, 2010).



4



Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh pengembangan moralitas anak merupakan salah satu perubahan tingkah laku, perilaku maupun akhlak pada anak seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu, perkembangan moral pada anak sangat mempengaruhi masa depan anak. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan moral pada anak tidak ada dalam dirinya sewaktu dilahirkan, namun tumbuh dan berkembang selaras dengan kondisi lingkungan dan bimbingan dari orang tua maupun pendidiknya. 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral 1. Menurut Pranoto Perkembangan moral yang terjadi pada diri anak yang berusia dini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni faktor yang ada dalam diri anak secara alami maupun faktor yang ada dari luar diri pribadinya. Kedua faktor tersebut dapat dikatakan sebagai faktor individu manusia itu sendiri dan faktor sosial di sekelilingnya (Pranoto, 2017). Kedua faktor tersebut berkontribusi besar dalam membentuk atau mengasah moralitas seorang anak. Perkembangan tersebut dapat berupa keadaan situasi lingkungan, konteks individu, atau kepribadian seseorang dalam konteks sosial atau cara berintraksi dengan lingkungan sekitar dalam bermasyarakat. Hal ini membuktikan bahwa perlu adanya eksistensi dari orang tua atau pendidik untuk membimbing anak berusia dini, karena hal eksistensi atau peran tersebut akan memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan yang terjadi pada diri anak dalam rentang masa yang mendatang. Terdapat dua buah faktror yang mendominasi terhadap proses perkembangan anak usia dini. Faktor dalam diri anak merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi arah perkembangan moralitasnya, sementara faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang akan ikut berpengaruh pada perkembangan moralitasnya. Kedua faktor tersebut saling bertaut antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya, sebab seorang anak terlahir sebagai pribadi mandiri yang akan bersosialisasi dengan lingkungannya. Kedua faktor tersebut harus bisa dikontrol dengan baik agar perkembangan moral yang terdapat pada anak berusia dini dapat berkembang secara optimal seperti yang diharapkan oleh semua pihak. 2. Menurut Berns Menurut Berns, dalam Pranoto, mengatakan terdapat tiga keadaan yang bisa memberikan pengaruh terhadap moralitas anak, yaitu situasi, individu dan sosial (Pranoto & Khamidun,



5



2019). Adapun ketiganya peneliti lihat dari kacamata yang sedikit berbeda sebagaimana berikut: 1. Keadaan atau situasi yang ada di dekat anak atau hubungan dengan lingkungan sosial Keadaan atau situasi merupakan hal di mana seorang anak berada dalam konteks kehidupannya. Konteks kehidupan yang dimaksud adalah keadaan sosial yang di dalamnya terdapat norma-norma kemasyarakatan. Artinya tempat seorang anak berada dan bersosialisasi memiliki segugus norma yang akan ia lihat, ia alami bahkan dinegosiasi olehnya. Keadaan yang dilalui oleh seseorang akan menempa dirinya, memberikan pengertian dan pengetahuan baginya tentang moralitas. Misalnya, keadaan sosial seorang anak yang dilahirkan dari keluarga keraton yang memungkinkan berbeda dengan anak yang terlahir dari lingkungan masyarakat umum. Keadaannya yang terlahir demikian akan membawa pada moralitasnya yang bertendensi mengikuti moralitas kalangan keraton, sebab dalam kalangan keraton terdapat norma-norma benar salah yang mengikat dan sedikit berbeda dengan konteks pada masyarakat umumnya. Begitu pula konteks kedaerahan yang memiliki perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah-daerah yang lainnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa keadaan yang ada pada sekeliling anak merupakan hal yang akan berbuntut pada perilaku moral yang diaktualisasikan olehnya. 2. Konteks individu yang memiliki fitrah Konteks individu merupakan konteks diri pribadi seorang anak. Seorang anak lahir dengan fitrah atau potensi yang akan membuatnya memiliki karakteristik tertentu. Fitrah ini bukanlah moral, namun bawaan yang diberikan oleh Tuhan. Oleh karena itu, Seorang anak tentunya memiliki berbagai karakter yang berkait dengan dirinya, baik itu potensi akal maupun hati. Kedua potensi ini akan dapat berkembang melalui proses pendidikan yang dilaluinya serta proses interaksi sosial yang menimbulkan pemahaman akan nilai atau norma. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa moralitas bukanlah bawaan lahir yang bersifat given, moralitas merupakan proses panjang dari seorang manusia untuk mengetahui dan bertingkah laku sejalan dengan berbagai norma ataupun nilai yang dianut olehnya dan oleh konteks sekelilingnya. Sehingga, perlu dilakukan penggemblengan moral agar seorang anak dapat berlaku dengan moral yang baik. Contoh kecil dari hal ini adalah pada anak yang sejak kecil tinggal di hutan sampai ia dewasa dan dirawat oleh mamalia lain selain manusia, maka ia tidak mendapatkan proses penggemblengan moral, oleh sebab 6



itu tatkala ia menemukan dunia sosial pada manusia, moralitasnya tidak sama sebagaimana manusia pada umumnya. Proses penggemblengan moral pada anak merupakan proses yang harus dikontrol dan diarahkan oleh orang tua atau pendidiknya. Melalui hal ini, seorang anak akan mampu melakukan analogi terhadap berbagai konstruksi pengetahuan yang ia miliki terhadap cara ia berlaku di dalam kehidupannya, sehingga ia akan mampu berlaku dengan moral yang baik. Prosesnya berjalan secara natural dalam akal dan nuraninya. Sehingga konteks individu ini menjadi penentu yang sangat besar terhadap perkembangan moralitas pada diri anak. 3. Konteks sosial, yaitu terdiri dari: keluarga, teman seumur (teman sebaya), media masa, institusi pendidikan dan masyarakat Konteks sosial merupakan hal yang pasti dilalui oleh setiap orang, termasuk bagi anak yang berusia dini. Konteks sosial memainkan peran memberikan pengalaman dan pengetahuan yang akan diserap dalam diri para anak. Artinya, melalui konteks sosial anak berusia dini akan belajar, jika dikaitkan dengan lingkungan pendidikan, maka institusi keluarga menjadi yang pokok, dilanutkan dengan institusi masyarakat yang mana para anak berusia dini menghabiskan waktu mereka untuk berinteraksi dan bersosialisasi melalui bermain, serta institusi pendidikan yang juga menjadi wadah bagi para anak berusia dini untuk digembleng secara intelektual maupun kejiwaannya. Peran institusi-institusi ini sangat penting yang akan mendukung proses penanaman dan pembentukan moralitas pada anak berusia dini. Ketiga hal yang telah di jelaskan di atas merupakan faktor-faktor yang memberikan sumbangsi pengaruh terhadap perkembangan moral pada anak berusia dini. Hal tersebut perlu dipentingkan serta diperhatikan oleh para orang tua dan institusinya yakni keluarga, serta oleh para pendidik dalam institusi pendidikan, utamanya dalam proses mendidik anak agar tidak salah dalam bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan. 3. Menurut Hurlock Menurut Hurlock, yang dikutip oleh 11 Maharani (2014) terdapat penyebab yang bisa memberikan pengaruh bagi moralitas anak, yaitu (Maharani, 2014): 1. pengetahuan terhadap perilaku baik dan buruk sehingga membutuhkan pengambilan keputuasan yang harus dilakukan anak, 7



2. adanya rasa salah dalam diri anak dan malu jika harus melakukan tindakan yang salah, 3. peranan dari kondisi sosial anak, sehingga anak akan cenderung apa yang ia lihat di lingkungannya sebab anak merupakan peniru yang ulung.



8



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Moral berasal dari kata latin mores berarti tata cara, kebiasaan dan adat. Istilah Moral selalu terkait dengan kebiasaaan, aturan, atau tatacara suatu masyarakat tertentu, termasuk pula dalam moral adalah aturan-aturan atau nilai-nilal agama yang dipegang masyarakat setempat. 2. pengaruh pengembangan moralitas anak merupakan salah satu perubahan tingkah laku, perilaku maupun akhlak pada anak seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan moral pada anak tidak ada dalam dirinya sewaktu dilahirkan, namun tumbuh dan berkembang selaras dengan kondisi lingkungan dan bimbingan dari orang tua maupun pendidiknya. 3. Pada makalah ini, pada faktor-faktor yang mempengaruhi moral, kami mengambil 3 pendapat : a. Menurut Pranoto 



Faktor internal







Faktor eksternal



b. Menurut Berns 



Keadaan atau situasi yang ada di dekat anak atau hubungan dengan lingkungan sosial,







Konteks individu yang memiliki fitrah,







Konteks sosial, yaitu terdiri dari: keluarga, teman seumur (teman sebaya), media masa, institusi pendidikan dan masyarakat.



c. Menurut Hurlock 



pengetahuan terhadap perilaku baik dan buruk sehingga membutuhkan pengambilan keputuasan yang harus dilakukan anak,







adanya rasa salah dalam diri anak dan malu jika harus melakukan tindakan yang salah,







peranan dari kondisi sosial anak, sehingga anak akan cenderung apa yang ia lihat di lingkungannya sebab anak merupakan peniru yang ulung.



9



3.2 Saran 1. Setelah mempelajari pembahasan diatas, maka marilah kita memberikan contohcontoh yang baik bagi anak dan lebih menjaga anak dari lingkungan yang memiliki moral yang buruk.



10



DAFAR PUSTAKA



Khaironi, M. (2017). PENDIDIKAN MORAL PADA ANAK USIA DINI. Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi, 3. Na'imah, M. F. (2020). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL PADA . Al-Athfaal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 1-4, 6-7, 8-11. Supriyanto, D. (2015). PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL ANAK. 93-94.



11