Kelompok 4 - P6 - Laporan Praktikum 12 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum ke - 12 MK. Toksikologi Veteriner



Hari, tanggal : Rabu, 2 Desember 2020 Kelompok : 4 / Paralel 6 Dosen : Dr. Siti Sa’diah, SSi, Apt, MSi



KERACUNAN LOGAM BERAT



Anggota Kelompok: Tigrisia Faathira Nadira Fadilah Danny Bagus Wibowo4 Lintang Wulandari Adib Susilo Adi



B04170086 B04170087 B04170088 B04170089 B04170090



BAGIAN FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN IPB UNIVERSITY 2020



1



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2 PENDAHULUAN......................................................................................................................... 3 A.



Dasar teori .................................................................................................................... 3



B.



Tujuan ........................................................................................................................... 3



METODE ................................................................................................................................... 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5 SIMPULAN ................................................................................................................................ 8 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 8



2



PENDAHULUAN A. Dasar teori Keracunan Logam berat semakin meningkat akibat banyaknya industry baik pangan maupun non pangan yang semakin bertambah di Indonesia. Logam Berat adalah salah satu polutan beracun yang dapat menyebabkan kematian, dan non kematian seperti gangguan perilaku, karakteristik morfologi (Effendi et al. 2012). Gangguan system syaraf, kerusakan otak, kelumpuhan, pertumbuhan terhambat, kerusaan ginjal, kerapuhan tulang dan kerusakan DNA atau kanker (Agustina 1996) Jenis logam berat terdiri atas Besi(Fe), Mangan (Mn),Timbal(Pb), Merkuri (Hg), Zink (Zn), Arsen (As) (Madussa et al. 2017), Tembaga (Cu), Cadmium (Cd) (Khairuddin et al. 2019), Krom (Cr) (Pratiwi 2020). Fe biasanya ditemukan di air, dikarenakan pipa air yang korosi. Mangan (Mn),Timbal(Pb) berasal dari industry, kimia, industry percetakan, industry yang memproduksi logam,cat, serta asap kendaraan. Banyaknya industry yang menyebabkan pencemaran pada air, karena pembuangan limbah yang tidak teratur, Pb juga dapat mengakibatkan penumpukkan dalam tubuh dan menimbulkan kerusakan organ tubuh (Kamarati et al.2018). Tingginya Pb dapat juga disebabkan karena pemukiman yang membuang limbahnya langsung ke sungai, perbengkelan Kejadian keracunan akibat timbal dapat diatasi dengan pemberian air teh. Dikarenakan menurut Anggraini et al. (2014) air teh banyak mengandung tannin yang mampu untuk mengikat ion Pb(II) yang dapat digunakan sebagai antidotum. Tannin akan membentuk kompleks jika bereaksi dnegan logam,kandungan yang lebih spesifik air teh yang dapat menurunkan konsentrasi ion Pb(II) adalah katekin. B. Tujuan Praktikum ini bertujuan mengetahui senyawa yang digunakan untuk menetralisir logam berat atau metaloid dalam tubuh (antidota) serta melakukan identifikasi beberapa jenis logam dengan cara yang mudah dan sederhana. METODE Percobaan 1 : Antidota Timah Hitam (Pb) -



-



Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan 1 adalah tabung reaksi, seduhan teh kental, larutan Pb asetat 10%, alkohol, HCl encer dan larutan Natrium thiosulfat 2%. Prosedur Kerja Seduhan teh ditambahkan ke dalam larutan Pb asetat 10%. Kemudian campuran ini diambil sebagian untuk ditambah alkohol, sedangkan sebagian lagi ditambahkan larutan HCL encer. Tambahkan larutan natrium thiosulfat 2% ke dalam larutan Pb asetat 10%, kemudian percobaan antidota timah hitam tersebut diamati.



3



Percobaan 2 : Antidota perak (Ag) -



-



Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan 2 adalah tabung reaksi, corong gelas, kertas saring. larutan Argentum nitrat 1%, larutan Natrium Klorida 0,9%, dan larutan natrium thiosulfat 2%. Prosedur Kerja Larutan NaCl 0.9% sebanyak 0,5 cc ditambahkan kedalam 0,5 cc larutan AgNO3 1%. Ditambahkan 0,5 cc larutan Na thiosulfat 2% ke dalam 0,5 cc larutan AgNO3 1 %. Kedua campuran itu masing-masing disaring dan filtratnya diambil sedikit untuk ditambah larutan NaCl 0,9 %. Kemudian diamati reaksi yang terjadi.



Percobaan 3 : Antidota Barium (Ba) -



-



Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan 3 adalah tabung-tabung reaksi, larutan Natrium Sulfat 2%, larutan Barium Klorida 10%, dan larutan HCl 0,1 N. Prosedur Kerja Larutan Natrium Sulfat 2 % ditambahkan ke dalam larutan Barium Klorida 10%. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan HCl 0,1 N dan diamati yang apa yang terjadi.



Percobaan 4 : Antidota Air Raksa (Merkuri atau Hg) -



-



Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan 4 adalah tabung reaksi. Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu: larutan HgCl2 1%, alkohol, HCl encer, larutan segar albumin, Natrium thiosulfat dan kalium iodida. Prosedur Kerja Seduhan teh ditambahkan ke dalam 5 cc larutan HgCl2 1%. Kemudian kedua campuran dibagi menjadi dua, bagian pertama ditambahkan alkohol dan lainnya ditambah HCl encer, kemudian diamati. Larutan segar albumin ditambahkan dengan 0.5 cc larutan HgCl2 1%, perubahan yang terjadi diamati. kemudian larutan segar albumin telur berlebih ditambahkan ke dalam campuran tadi dan diamti perubahan yang terjadi.



4



HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. hasil pengamatan timah hitam Pb[CH3COO]2 + larutan teh pekat No.



Foto



Pengujian



Perubahan yang terjadi



1.



Ditambahkan lagi Alkohol + Natrium tiosulfat (Na2S2O3)



Terlihat adanya pembagian 3 warna. warna coklat bening dibagian atas dengan endapat coklat keruh dibawahnya



2.



Ditambahkan HCL encer + Natrium tiosulfat (Na2S2O3)



Endapan putih berada di bawah dan terlihat kuning jernih dibagian atas



Tabel 2. hasil pengamatan perak (AgNO3 + NaCl) No. Foto Pengujian



1.



2



Perubahan yang terjadi



Tabung 1



Tabung 2 ditambahkan Natrium tiosulfat (Na2S2O3)



Kedua tabung menunjukkan Warna putih jernih (bening)



5



Tabel 3. hasil pengamatan barium (Ba) No Foto



Perubahan yang terjadi



terbentuk endapan putih 1. masih terbentuk endapan



Tabel 4. hasil pengamatan air raksa (Hg) Teh + HgCl2 No Foto Pengujian



1.



Perubahan yang terjadi



+ HCl



Tercampur homogen



2.



+ Alkohol



Terlihat adanya lapisan alkohol yang terpisah dibagian atas



3.



HgCl2 + albumin



Terbentuk presipitat warna putih



Hasil dari percobaan pertama dapat dilihat pada tabel 1, penambahan tannin, alcohol dan HCl menunjukan perubahan yang berbeda-beda. Pada gambar pertama penambahan alcohol, natrium tiosulfat serta tannin memunculkan reaksi berupa adanya



6



endapan berwarna coklat keruh dengan warna larutan coklat. Campuran antara alcohol dan tannin mampu mengendapkan Pb dengan menghasilkan endapan coklat keruh dengan waktu yang lama. Hal ini menunjukan bahwa dalam suasana basa pengikatan Pb tidak sempurna. Hal berbeda ditunjukan pada campuran tannin dan HCl encer, campuran ini mampu mengikat Pb dengan sempurna. Hal ini ditunjukan dari endapan coklat yang terbentuk lebih cepat dan filtrate yang lebih jernih. Maka dapat dikatakan bahwa akan terjadi pengikatan Pb yang sempurna dalam suasana asam. Penambahan natrium thiosulfate akan bereaksi dengan logam dengan membentuk senyawa sulfide yang tidak larut. Natrium thiosulfat merupakan senyawa sulfat dari alkali dan tidak dapat digunakan sebagai antidota keracunan Pb. Tanin memiliki peran biologis yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis (Hagerman 2002). Tanin terkondensasi pada penambahan asam asetat dan timbal asetat yang menghasilkan endapan berwarna coklat. Endapan berwarna coklat dalam percobaan menunjukan adanya reaksi hidrolisis oleh tannin. Tanin membentuk warna merah tua dengan kalium ferrisianida dan amonia serta dapat diendapkan oleh garam-garam Cu, Pb dan kalium kromat (Fajriati 2006). Pada percobaan antidota perak (Ag), hasil percobaan dapat dilihat pada tabel 2. Hasil dari penambahan hanya NaCl saja dan NaCl dengan Natrium tiosulfat menunjukan hasil yang sama yaitu kedua tabung menunjukan warna jernih atau bening. Perbedaan terletak pada banyaknya larutan yang ditambahkan. Pada tabung satu dibutuhkan penambahan NaCl 0,9% sebanyak dua kali untuk dapat mengendapkan Ag. Hal ini dapat terjadi akibat larutan NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis, sehingga tidak terlalu berpengaruh dalam mengatasi keracunan logam perak (Olson 2007). Berbeda dengan tabung dua yang haya membutuhkan satu kali penambahan natrium thiosulfate untuk membuat Ag mengendap. Hal ini menunjukan bahwa Natrium thiosulfate memiliki kemampuan pengendapan Ag yang baik. Tabel 3 menunjukan reaksi yang terjadi pada penambahan Barium. Pada tabung dua atau pada penambahan HCl yang membuat suasana larutan menjadi asam, proses pengendapan berlangsung cepat. Larutan natrium sulfat dapat menjadi antidota yang baik pada keracunan barium. Larutan natrium sulfat dapat membentuk endapan barium sulfat yang larut. Tabel 4 menunjukan hasil pengamatan pada air raksa. Pada tabung satu dengan perlakuan penambahan HCl membuat larutan menjadi homogeny. Tidak terjadi pengendapan pada tabung, hal ini menunjukan bahwa HCl tidak dapat menjadi antidota logam mercuri karena tidak terjadinya pengendapan. Sementara itu pada tabung dua terlihat adanya dua lapisan yang terbentuk, hal ini dapat diartikan bahwa alcohol memiliki kemampuan untuk mengendapkan merkuri dan dapat dijadikan sebagai antidota keracunan merkuri. Pada tabung ketiga, rekasi yang terjadi antara albumin dengan logam menyebabkan terputusnya rantai samping pada protein sehingga protein menjadi inaktif. Rantai protein yang terputus ini atau terdenaturasi ini dapat terlihat dari endapan putih yang terbentuk (Ophart 2003).



7



SIMPULAN Antidota dapat mengendapkan logam berat sehingga sulit untuk diserap oleh tubuh. Senyawa Natrium tiosulfat dapat digunakan sebagai antidota pada keracunan logam Perak (Ag), namun tidak dapat menjadi antidota pada keracunan Timbal (Pb). natrium sulfat dapat menjadi antidota keracunan barium, alcohol dan albumin dapat dijadikan antidota keracunan merkuri, serta tannin menjadi antidota pada keracunan logam yang paling umum, DAFTAR PUSTAKA Agustina T. 1996. Kontaminasi Logam Berta pada Makanan dan Dampaknya pada Kesehatan. TEKNOBUGA. 1(1): 53-66 Effendi F, Tresnaningsih E, Sulistomo AW, Wibowo S, Hudoyo KS. 2012. Penyakit Akibar Kerja Karena Pajanan Logam Berat. Jakarta(ID): Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Fajriati. 2006. Optimasi metode penentuan tannin. Kaunia Jurnal Sains dan Teknologi. 2(2): 37-41. Hagerman AE. 2002. Tanin Handbook. Oxford (US): Miami University Press.Olson. 2007. Kimia Farmasi. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Kamarati KFA, Ivanoe M, dan Sumaryono. 2018. Kandungan Logam Berat Besi (Fe), Timbal(Pb), dan Mangan (Mn) pada Air SUngan Santan. Jurnal penelitian Ekosistem Dipterokarpa. 4(1): 1-8. Khairuddin, yamin M, Syukur A. 2019. Penyuluhan tentang Sumber-sumber Kontaminan Logam Berat pada Siswa SMAN 1 Belo Kabupaten Bima. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat. 2(1): 64-72. Madussa SS, Paputungan MG, Syarifuddin AR, Maambuat J, Alla G. 2017. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) , Merkuri (Hg), Zink (Zn), dan Arsen (As) pada Ikan dan Air SUngan Tondano, Sulawesi Utara. Al-Sihah:Public Health Science Journal. 9(2): 153-160. Ophart CE. 2003. Virtual Chembook: Denaturation of Protein. [terhubung berkala]. www.elmhurst.edu.class.fst. [8 Desember 2015]. Pratiwi DY. 2020. Dampak Pencemaran Logam Berat (Timbal, tembaga, Merkuri, Kadmium, Krom( Terhadap Organisme Perairan dan Kesehatan Manusia. Jurnal akuatek. 1(1):59-66.



8