Kelompok 6 ETNOMATEMATIKA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ETNOMATEMATIKA GAGASAN DALAM BUDAYA MENURUT KAJIAN ETNOMATEMATIKA



Dosen Pengampu : Dr. Drs. Kamid., M. Si. KELOMPOK VI (ENAM) : 1. Mas Anggoro Tri A.



(A1C217010)



2. Zikry Maulana



(A1C217070)



3. Andre Alfitrah



(A1C217072)



4. Ridho Sri Daryanto



(A1C217073)



5. Pendi Wahmidi



(A1C217081)



6. Adinda Setiamufti



(RSA1C217011)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Gagasan dalam Budaya menurut kajian Etnomatematika” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. Drs. Kamid., M. Si. pada mata kuliah Etnomatematika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ”Gagasan dalam Budaya menurut kajian Etnomatematika untuk pembelajaran matematika” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. Kamid., M. Si. selaku dosen pada mata kuliah Etnomatematika yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Jambi, 8 Oktober 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................................i PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang..................................................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah.............................................................................................................3



1.3



Tujuan...............................................................................................................................3



PEMBAHASAN 2.1



Etnomatematika dalam Permainan Tradisional Anak di Wilayah Kerapatan Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Propinsi Jambi......................................................................4



2.2



Etnomatematika pada Budaya Masyarakat Jambi Kota Seberang....................................6



PENUTUP 3.1 Kesimpulan............................................................................................................................9 3.2 Saran.......................................................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar matematika cenderung formal dan kaku serta kurang menyenangkan. Disamping itu pemahaman tentang nilai-nilai dalam pembelajaran matematika yang disampaikan para guru belum menyentuh keseluruh aspek yang mungkin. Terdapat hubungan yang saling asing antara materi matematika di sekolah dengan kehidupan keseharian siswa setempat, sehingga hal ini menyebabkan matematika sulit dipahami oleh siswa. Etnomatematika merupakan representasi kompleks dan dinamis yang menggambarkan pengaruh kultural penggunaan matematika dalam aplikasinya. Dalam kutipan Edy Tandililing, Gardes menyatakan Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, kelaskelas profesional, dan lain sebagainya. Dari definisi seperti ini, maka etnomatematika memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar etno (etnis) atau suku. Jika ditinjau dari sudut pandang riset maka etnomatematika didefinisikan sebagai antropologi budaya (cultural antropology of mathematics) dari matematika dan pendidikan matematika. Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan seharihari, karena budaya merupakan kesatuan utuh dan menyeluruh yang berlaku dalam suatu masyarakat, dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap inidividu dalam masyarakat. Budaya merupakan sistem nilai dan ide yang dihayati oleh sekelompok manusia di suatu lingkungan hidup tertentu dan di suatu kurun tertentu. Kebudayaan diartikan sebagai semua hal yang terkait dengan budaya. Dalam konteks ini tinjauan budaya dilihat dari tiga aspek, yaitu pertama, budaya yang universal yaitu berkaitan niliai-nilai universal yang berlaku di mana saja yang berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan atau teknologi. Kedua, budaya nasional, yaitu nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Indonesia secara nasional. Ketiga, budaya lokal yang eksis dalam kehidupan masayarakat setempat.



1



Matematika yang berkembang dalam lingkungan masyarakat, oleh Bishop disebut etnhomatematics. “Ethnomathematics in the elementary classroom is where the teacher and the students value cultures, and cultures are linked to curriculum” yang dinyatakan oleh Barta & Shockey. Etnomatematika merupakan representasi kompleks dan dinamis yang menggambarkan pengaruh kultural penggunaan matematika dalam aplikasinya. Etnomatematika merupakan representasi kompleks dan dinamis yang menggambarkan pengaruh kultural penggunaan matematika dalam aplikasinya. Ketika pemikiran peserta didik berkembang, mereka menggabungkan representasi dan prosedur ke dalam sistem kognitif mereka. Suatu proses telah terjadi dalam konteks aktivitas yang terkontruksi secara sosial. Keterampilan matematika yang dipelajari oleh peserta didik di sekolah tidak terkontruksi secara logis dan berdasarkan pada struktur kognitif abstrak, melainkan sebagai kombinasi pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya serta sebagai masukan (budaya) baru dimana aktivitas yang melibatkan bilangan, pola-pola geometri, hitungan dan sebagainya dianggap sebagai aplikasi pengetahuan matematika. Dengan demikian menjadi hal yang penting untuk memberdayakan masyarakat adat dan pihak sekolah menggunakan “Pendekatan Etnomatematika dalam Permainan Tradisonal Anak Di Wilayah Kerapatan Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Propinsi Jambi”. Pentingnya belajar matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Misalnya banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur. Menghitung mengarah pada aritmatika (studi tentang bilangan) dan mengukur mengarah pada geometri (studi tentang bangun, ukuran, dan posisi benda). Aritmatika, geometri, dan logika merupakan pondasi atau dasar dari matematika. Menurut Son (2017), etnomathematics merupakan penerapan keterampilan matematika yang dapat mengungkapkan ide-ide dalam aktivitas tertent dan kelompok budaya tertentu atau kelompok soial tertentu dalam kurikulum matematika. Untuk membantu



siswa dalam



mempelajari matematika



dengan baik, maka



etnomatematika dilibatkan dengan pembelajaran matematika, penggunaan etnomatematika yang sesuai dengan keanekaragaman budaya siswa membawa matematika lebih dekat dengan lingkungan siswa (D'Ambrosio, 2007; Hartoyo, 2012; Knijnik, 2014; Linda Prieto 2015; Mosimege, 2014).



2



1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dalam tulisan ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Pendekatan Etnomatematika dalam Permainan Tradisonal Anak Di Wilayah Kerapatan Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi? 2. Bagaimana Etnomatematika pada Budaya Masyarakat Jambi Kota Seberang?



1.2 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tulisan ini bertujuan untuk : 1. Dapat mengetahui Pendekatan Etnomatematika dalam Permainan Tradisonal Anak Di Wilayah Kerapatan Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi 2. Dapat mengetahui Etnomatematika pada Budaya Masyarakat Jambi Kota Seberang.



3



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Etnomatematika dalam Permainan Tradisional Anak di Wilayah Kerapatan Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi Adapun jenis permainan anak di Koto Tengah yang akan dikupas dengan pendekatan



etnomatematika adalah permainan ingkek-ingkek. Permainan ini sering disebut dengan engklek, memiliki nama lain yaitu Sunda manda. Engklek adalah salah satu permainan tradisional yang terkenal di Indonesia, khususnya bagi masyarakat pedesaan. Engklek dapat kita jumpai di berbagai wilayah di Indonesia, seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Engklek memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Khusus di Jawa permainan ini disebut Engklek, dan pada umumnya permainan ini banyak dimainkan oleh kaum perempuan. Di beberapa tempat disebut pula dengan nama permainan taplak, terbagi atas taplak meja dan taplak gunung. Ada dugaan bahwa permainan ini berasal dari “Zondag-Mandag” berlatar belakang tentang cerita perebutan sawah yang berasal dari negeri kincir angin yaitu Belanda, versi mereka zondag mandag pun diartikan sebagai Sunday Monday, yang telah menyebar ke Nusantara pada zaman kolonial Belanda.



Gambar 1. Taplak meja



Gambar 2. Taplak gunung



Kemudian saat ingin memulai bermain, imat atau gacuk nya dilempar terlebih dahulu ke dalam petak yang telah digambarkan, apabila gacuk yang dilempar melewati garis ketentuan maka pemainnya yang melempar dianggap kalah satu sekali dan harus diganti dengan pemain yang satu lagi, dan apabila gacuk nya tepat berada di dalam petak yang digambarkan maka 4



ketentuan selanjutnya si pemain boleh melanjutkan permainannya, dan petak yang berisi imat atau gacuk tersebut tidak boleh diinjak melainkan harus dilompati satu langkah dan begitu seterusnya. Pemain yang kesempatannya lebih banyak bermain dan tidak salah dalam melemparkan imat atau gacuk nya, itu berarti ia telah memiliki banyak arena yang telah dimenangkan, dan ia layak dijadikan pemenang. Permainan ini sangat seru dan menyenangkan, karena kita dilatih untuk belajar melempar dengan tepat sasaran, jika gacuk atau imat nya melewati garis tidak tepat di kotaknya maka ia tidak akan bisa menjadi pemenang dalam permainan tersebut. Secara khusus permainan tradisonal “ingkek-ingkek” di desa koto tengah ada sedikit berbeda dengan permainan engklek. Pertama dari sisi penamaan peralatan permainan, bentuk permainan, aturan permainan dan cara permainan. Manfaat Permainan Engklek : 1. Meningkatkan kemampuan fisik setiap pemainnya, melalui lompat melompat yang dilakukan, jadi dapat melancarkan peredaran darah. 2. Melatih keseimbangan badan, karena engklek hanya dimainkan oleh satu kaki 3. Mengasah kemampuan bersosialisasi seseorang dengan orang lain serta memberikan nilai kebersamaan pada saat permainan dilaksanakan. 4. Memiliki kemampuan untuk berusaha menaati peraturan yang telah menjadi kesepakatan antar para pemainnya. 5. Menyongsong kecerdasan logika pada pemainnya, karena dalam permainan ini seseorang juga diajarkan berlatih berhitung dan tahaptahap yang harus dilewatinya. 6. Menjadi lebih kreatif, karena jenis permainan tradisional pada umumnya dibuat langsung oleh para pemainnya langsung, menggunakan barangbarang yang ada di sekitar lingkungannya, kemudian diolah menjadi suatu permainan yang menyenangkan. Hal ini lah yang membuat mereka menjadi lebih kreatif dalam menghasilkan permainan. Adapun aspek matematika dalam permainan ini adalah sebagai berikut : 1.



Pengenalan Angka-angka dan berlatih berhitung.



2.



Pengenalan bangun datar yang terdapat pada lumpak atau petak-petak engklek atau rumah engklek di atas tanah.



3.



Konsep probabilitas dalam proses penggunaan guncu/gacuk/imat untuk menentukan “salah/benar” atau “mati/lanjut”.



5



Setelah kegiatan ini dilaksanakan diperoleh beberapa temuan sebagai berikut: 1.



Para orang tua memahami pentingnya permainan tradisional dimana tidak hanya melestarikan budaya tetapi sekaligus memuat materi pembelajaran matematika.



2.



Guru sekolah merasa terbantu dengan adanya metode permainan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.



3.



Anak-anak di wilayah kerapatan adat Koto Tengah menjadi lebih ceria dalam kesaharian dengan mulai digalakkan kegiatan “Rabu Gembira bersama Matematika” dimana kegiatannya berisi kegiatan bermain permainan tradisional dan permainan matematika yang menyenangkan.



4.



Pemuda dan Mahasiswa semakin tergerak untuk ikut berpartisipasi menggunakan pendekatan etnomatematika dalam permainan tradisional anak lainnya serta merasa bangga berbagi kemampuan matematika.



2.2



Etnomatematika pada Budaya Masyarakat Jambi Kota Seberang Jambi Kota Seberang merupakan bagian wilayah kota Jambi yang terletak di seberang



Sungai Batanghari yang lebih dikenal dengan kota santri karena di sanalah pertama kalinya pusat pengembangan syariat Islam dan pendidikan di Negeri Melayu Jambi. Konteks lokal Jambi Kota Seberang memiliki potensi yang beraneka ragam. Namun di dalam ruang lingkup terdapat berbagai hal yang memuat konsepkonsep matema-tika termasuk konten matematika, bermacammacam konten yang lebih spesifik di dalamnya, seperti geometri yang ditemukan pada lingkungan alam dan sosial, peninggalan sejarah dan perjalanan pejuang ulama dalam pengembangan syariat Islam dan pendidikan Negeri Melayu Jambi, salah satunya adalah Gentala Arasy (Ibnu Ziady, 2014). Gentala merupakan gabungan dua kata, yakni genta dan tala. Genta adalah alat bunyi yang terbuat dari logam, sedangkan tala merupakan alat penyelaras nada. Sedangkan arasy ialah tahta tertinggi. Maka Gentala Arasy merupakan bunyi panduan yang menyelaraskan ketentuan waktu dimana umat harus merunduk, ruku, dan sujud kepada Allah Yang Maha Tinggi (Ibnu et al, 2014). A. Pemanfaatan Etnomatematika Bangunan Gentala Arasy dalam Pembelajaran Konsep matematika banyak terkandung dalam seni bangunan Gentala Arasy dan koleksi di Museum Gentala Arasy. Salah satu konsep matematika yang ada pada bangunan Gentala 6



Arasy terdapat pada gaya menara di antaranya menara segi empat, menara spiral, silinder, menara klasik, dan menara variasi (Sirate, 2012; Suratno, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh (Irawan & Kencanawaty, 2017; Muzdalipah & Yulianto, 2018) bahwa penerapan pembelajaran berbasis etnomatematika dapat membuat siswa memaparkan kearifan lokal yang menjadi bersemangat dalam belajar sehingga menumbuhkan karakter cinta pada kebudayaan lokal. Menara klasik pada bangunan Gentala Arasy memiliki desain yang khas. Lantai dasarnya berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi octagonal (segi delapan) dan kemudian diakhiri dengan tower silinder yang dipuncaki dengan sebuah kubah kecil. Menara variasi diawali dengan segi empat di bagian bawah, lalu bertransformasi menjadi segi enam yang dihiasi dengan balkon segi delapan. Perhatikan Gambar 3 dibawah ini. Beberapa unsur matematika yang lain yang ada pada bangunan tersebut adalah kaligrafi yang berbentuk lingkaran pada tulisan “Allah” dan “Muhammad”. Dari bangunan tersebut guru dapat mengemas pembelajaran dengan memanfaatkan unsur matematika. Terpasang 6 unit jam pada badan menara, terlihat pada Gambar 1, 4 unit di ketinggian 70 meter, diameter jam 3 meter, 2 unit pada ketinggian 30 meter, diameter jam 1,2 meter. Semua angka-angka di atas memiliki simbol-simbol filosofi. Angka 7 adalah angka yang paling banyak diulang dalam Al Quran setelah angka 1.



Gambar 3. Gentala Arasy 7



Jumlah bilangan huruf abjad dalam bahasa arab yang terdapat di dalam Al Quran ada 28 huruf. Jumlah 28 ini adalah perkalian dari angka 7 × 4 = 28. Angka 3 yang sering digunakan dalam istilah 3 sendi agama yaitu tauhid, fikih, dan tasawuh. Penyangga utama dari menara ini ada enam pilar yang memiliki 6 simbol yang dikaitkan dengan rukun iman.



8



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Pendekatan etnomatematika dalam permainan tradisonal anak “ingkekingkek” berhasil membawa materi matematika yaitu materi pengenalan angka, bangun datar dan probabilitas kedalam dunia keseharian anak yang menyenangkan, serta sesuai kehidupan sosial budaya di wilayah kerapatan adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Propinsi Jambi. 2. Etnomatematika yang ada pada bangunan Gentala Arasy berupa bangun-bangun geometri yang meng-gunakan prinsip teselasi. Teselasi pada bangunan Gentala Arasy misalnya persegi panjang, konsep sudut, konsep garis, dan bangun lingkaran. Dapat disimpulkan Gentala Arasy dapat dijadikan sebagai referensi untuk sumber belajar dalam pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama. Keberadaan etnomatematika tidak terbatas hanya pada bangunan Gentala Arasy, melainkan masih banyak terdapat pada unsur-unsur budaya Jambi lainnya.



3.2 Saran Studi lanjut mengenai etnomatematika dalam budaya di berbagai daerah di Jambi, di harapkan untuk melakukan penelitian langsung ke lokasi objek yang akan dikaitkan dengan etnomatematika untuk mendapatkan data lebih, sehingga dapat mengaitkan lebih banyak lagi antara pendekatan etnomatematika yang terdapat pada suatu adat atau budaya dan pemanfaatan etnomatematika nya dalam pembelajaran.



9



DAFTAR PUSTAKA Agung Hartoyo. Eksplorasi Matematika pada budaya masyarakat dayak perbatasan IndonesiaMalaysia Kabupaten Sanggau Kalbar. UNTAN (2012) Astri Wahyuni, Ayu Aji Wedaring, & Budiman Sani. Peran Etnomatematika Dalam Membangun Krakter Bangsa. UNY Edy Tandililing. Pengembangan pembelajaran matematika sekolah dengan pendekatan etnomatematika berbasis budaya lokal sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. UNTAN (2013) D'Ambrosio. (2007). Peace, social justice and etnhomathematics. The Montana Mathematics Enthusiast, 25-34. Linda Prieto , L. C., & Everardo Lara González (2015). Transnational Alliances: La Clase Mágica— Nepohualtzitzin Ethnomathematics Club. Journal of Latinos and Education. Ibnu Ziady, N., Jusuf Martun, & Juaidi T.Noor. (2014). Gentala Arasy. Jambi. Irawan, A., & Kencanawaty, G. (2017). Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Etnomatematika. Journal Of Medives, 1(2), 74-81 Muzdalipah, I., & Yulianto, E. (2018). Ethnomathematics Study: the Technique of Counting Fish Seeds (Osphronemus Gouramy) of Sundanese Style. Journal Of Medives : Journal Of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, 2(1), 25-40. Sirate, F. S. (2012). Implementasi Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar. Lentera Pendidikan, 15, 41-54. Son, A. (2017). Study Ethnomatematics: Pengungkapan Konsep Matematika dan Karakter Siswa pada Permainan Kelereng Masyarakat Suku Dawan. Journal Of Medives, 1(2), 100-110. Suratno, J. (2013). Program Penelitian Ethnomathematics dan Implikasi Langsungnya dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Matematika, 6.