Kelompok 7 Tafsir Tarbawi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Tafsir Tarbawi “Ayat al-Qur’an Tentang Metode Pembelajaran”



Dosen Pengampu : Muhammad Nasrun Basri, M.Pd



Disusun oleh Kelompok 7 : Arizka Putri Wulandari (1911101173) Sri Rahayu Wulandari (1911101163) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami selaku penyusun makalah yang berjudul “Ayat alQur’an Tentang Metode Pembelajaran” Alhamdulillah dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami harap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca tentang metode pembelajaran yang ada didalam kitab suci al-Qur’an. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata “Sempurna” oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan semoga dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi kita semua, Aamiin.



Samarinda, Maret 2021



Penulis



DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR...............................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 C. Tujuan........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Pentingnya Metode Pembelajaran....................................3 B. Ayat-ayat al-Qur’an Tentang Pendidikan Serta Metode Pendidikannya...4 C. Azbabun Nuzul Ayat-ayat al_Qur’an Tentang Metode Pendidikan..........7 D. Tafsir Ayat-ayat al-Qur’an Tentang Metode Pendidikan..........................8 E. Nilai Tarbiyah Dalam Ayat-ayat al-Qur’an Tentang Metode Pendidikan 10 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN.........................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA................................................................................18



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam dapat di lihat dari al-Qur’an yang merupakan sumber hukum dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Di dalam al-Qur’an juga mencangkup ayat-ayat tentang pendidikan atau tarbiyah, baik secara tersirat maupun tersurat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Nabi Muhammad SAW. Bersabda:



‫ْض ٌة َعلَى ُك ِّل مُسْ ل ٍِم‬ َ ‫َطلَبُ ْالع ِْل ِم َف ِري‬ “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224).[1] Selain itu, di jelaskan dalam al-Qur’an surah al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:



ٍ ‫َي ۡر َف ِع هّٰللا ُ الَّذ ِۡي َن ٰا َم ُن ۡوا م ِۡن ُكمۡ ۙ َوالَّذ ِۡي َن ا ُ ۡو ُتوا ۡالع ِۡل َم د ََر ٰج‬ ‫ت‌ؕ َوهّٰللا ُ ِب َما َت ۡع َملُ ۡو َن َخ ِب ۡي‬ “...Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” Selanjutnya, setelah manusia memiliki ilmu pengetahuan mereka berkewajiban untuk mengamalkan atau mengajarkan ilmu yang sudah mereka peroleh.[2] Dalam mengamalkan atau mengajarkan ilmu tersebut, hendaknya seorang guru memiliki wawasan tentang sistem pembelajaran. Salah satunya yakni metode pembelajaran. Metode merupakan hal yang sangat penting 1 Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Isma’il Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Kasir; Juz 4 al-Hijr 2 S.D anNahl 128. Bandung: Sinar BaruAlgensindo. 2003. 2



dalam proses belajar mengajar. Apabila dalam proses pendidikan tidak menggunakan



metode



yang



tepat



maka



harapan



tercapainya



tujuan



pendidikan akan sulit untuk diraih. Dalam al-Qur’an dan beberapa hadist juga menganjurkan untuk menggunakan metode dalam proses pembelajaran.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian dan bagaimana pentingnya metode pembelajaran? 2. Apa saja ayat-ayat al-Qur’an tentang metode pendidikan? 3. Bagaimana asbabun nuzul ayat-ayat al-Qur’an tentang metode pendidikan? 4. Bagaimana tafsir ayat-ayat al-Qur’an tentang metode pendidikan? 5. Bagaimana nilai tarbiyah ayat-ayat al-Qur’an tentang metode pendidikan? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan beberapa tujuan penyusunan makalah.  Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian dan pentingnya metode pembelajaran 2. Untuk mengetahui ayat-ayat al-Qur’an tentang metode pembelajaran 3. Untuk mengetahui asbabun nuzul ayat-ayat al-Qur’an tentang metode pembelajaran 4. Untuk mengetahui tafsir ayat-ayat al-Qur’an tentang metode pembelajaran 5. Untuk mengetahui nilai tarbiyah ayat-ayat al-Qur’an tentang metode pembelajaran.



BAB II



PEMBAHASAN A. Pengertian dan Pentingnya Metode Pembelajaran Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan istilah at-thariq (jalan-cara).[ 3] Secara umum istilah “metode” adalah suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. “Method is a way in achieving something” (cara untuk mencapai sesuatu).[4] Artinya, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Sudjana berpendapat bahwa : "metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran".[5] Dengan kata lain metode ini digunakan dalam konteks pendekatan secara personil antara guru dengan siswa supaya siswa tertarik dan menyukai materi yang diajarkan. suatu pelajaran tidak akan pernah berhasil jika tingkat antusias siswanya berkurang. Oleh karena itu, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu pendidikan. karena metode merupakan pondasi awal untuk mencapai suatu tujuan pendidikan dan asas keberhasilan sebuah pembelajaran. Sebaik apapun strategi yang dirancang namun metode yang dipakai kurang tepat maka hasilnya pun akan kurang maksimal. Tetapi apabila metode yang dipakai itu tepat maka hasilnya akan berdampak pada mutu pendidikan yang baik.



B. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Pendidikan 1. Q.S. Al-Maidah/5: 67 3 Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi; Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2014. 4 David, J.R. (1976). Teaching Strategies for College Class Room, P3G. Depdikbud. 5 Mannan, Muntaha Abdul. Tafsir Al-Qur’an Tematis. Jember: LP2SM “Gita Bahana”. 1993.



َ ‫ِّك ۖ َوإِنْ َل ْم َت ْف َع ْل َف َما َبلَّ ْغ‬ ۚ ‫ت ِر َسا َل َت ُه‬ َ ‫ك ِمنْ َرب‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الرَّ سُو ُل َبلِّ ْغ َما أ ُ ْن ِز َل إِ َل ْي‬ ‫ين‬ َ ‫اس ۗ إِنَّ هَّللا َ اَل َي ْهدِي ْال َق ْو َم ْال َكاف ِِر‬ َ ‫َوهَّللا ُ َيعْ صِ م‬ ِ ‫ُك م َِن ال َّن‬ “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS: alMaidah Ayat: 67 2. Q.S. Al-Nahl/16: 125



‫َّك ه َُو‬ َ ‫ِي أَحْ َسنُ ۚ إِنَّ َرب‬ َ ‫ك ِب ْالح ِْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظ ِة ْال َح َس َن ِة ۖ َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتِي ه‬ َ ‫يل َر ِّب‬ ِ ‫ْاد ُع إِلَ ٰى َس ِب‬ ‫ِين‬ َ ‫ض َّل َعنْ َس ِبيلِ ِه ۖ َوه َُو أَعْ لَ ُم ِب ْال ُم ْه َتد‬ َ ْ‫أَعْ لَ ُم ِب َمن‬ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S: an-Nahl Ayat: 125)



1)



Metode Pembelajaran dalam Surah an-Nahl ayat 125



Dari surah an-Nahl ini tercantum 3 metode pembelajaran, diantaranya: a. Metode Hikmah Kata hikmah (‫ )حكمة‬dalam tafsir al-Misbah berarti “yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun berbuatan”.[8] Dalam bahasa Arab al-hikmah bermakna kebijaksanaan dan uraian yang benar. Dengan kata lain alhikmah adalah mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. Selain itu dalam penyampaian materi maupun bimbingan terhadap peserta didik hendaknya dilakakuan dengan cara yang baik yaitu dengan lemah lembut, tutur kata yang baik, serta dengan cara yang bijak.[6] Imam Al-Qurtubi menafsirkan al-hikmah dengan “kalimat yang lemah lembut”. Beliau menulis dalam tafsirnya :



ٍ ‫ف َو َلي ٍِّن ُد ْو َن م َُخا َش َن ٍة َو َتعْ ِن ْي‬ ٍ ‫هللا َو َّشرْ عِ ِه ِب َت َل ُّط‬ ‫ف‬ ِ ‫ْن‬ ِ ‫َوأَ ْم ُرهُ أَنْ َي ْدع َُو إِ َلى ِدي‬ “Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada “dinnullah” dan syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan.” Hal ini berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman pembelajaran dan pengajaran. Hal ini diinspirasikan dari ayat Al-Qur’an dengan kalimat “qaulan layinan”. Allah berfirman :



6 Shihab, M. Quraish. Al-Qur’an dan Maknanya. Jakarta: Lentera Hati. 2010.



)۶۶ :‫َفقُواَل َل ُه َق ْواًل َل ِّي ًنا َل َعلَّ ُه َي َت َذ َّك ُر أَ ْو َي ْخ َشى (طه‬ “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS: at:Taha Ayat: 10) Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.[7] b. Metode Nasihat/Pengajaran Hasanah)



Yang



Baik



(Mauizhah



Mauidzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Mauizhah dan Hasanah”. al-Mauizhah (‫ )الموعظة‬terambil dari kata (‫ )وعظ‬wa’azha yang berarti nasihat sedangkan hasanah (‫ )حسنة‬yang berarti baik. Maka jika digabungkan Mauizhah hasanah bermakna nasihat yang baik.[8] Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:



‫ص ُد ْو ِر َو ُه ًدى‬ ُّ ‫َيااَ ُّي َهاال َّناسُ َق ْد َجا َء ْت ُك ْم َم ْو عِ َظ ٌة ِمنْ َر ِّب ُك ْم َوشِ َفا ٌء لِ َما فِى ال‬ ۱۰ : ۵۷« ‫» َو َرحْ َم ٌة ل ِْلم ُْؤ ِم ِني َْن‬ “Hai segenap manusia, telah datang kepada kalian mauizhah dari pendidikanmu, penyembuh bagi penyakit yang bersemayam di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. an-Anfal:57) c. Metode Diskusi (jidal)



7Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014. 8 Thobroni, Ahmad Yusam. et al. Tafsir dan Hadis Tarbawi. Surabaya: IAIN SA Press. 2013.



Kata jadilhum (‫ )جادلهم‬berasal dari kata jidal (‫ )جدال‬yang bermakna diskusi.[14] Metode diskusi yang dimaksud dalam alQur’an ini adalah diskusi yang dilaksanakan dengan tata cara yang baik dan sopan. Yang mana tujuan dari metode ini ialah untuk lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu masalah. Definisi diskusi itu sendiri yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesarbesarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada pendapat di luar pendapatnya dan di sisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.[9] Dengan demikian para pendidik dapat mengetahui keberhasilan kreativitas peserta didiknya, atau untuk mengetahui siapa diantara para peserta didiknya yang berhasil atau gagal. Dalam Allah SWT berfirman:



۱٦ : ۱۲۵« ‫ض َّل َعنْ َس ِب ْيلِ ِه َوه َُواَعْ َل ُم ِب ْال ُم ْه َت ِدي َْن‬ َ ْ‫ك ه َُواَعْ َل ُم ِب َمن‬ َ ‫»اِنَّ َر َّب‬ “Sungguh pendidikmu lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. 16:125) 2)



Metode Teladan/Meniru Manusia banyak belajar dengan cara meniru. Dari kecil ia sudah meniru kebiasaan atau tingkah laku kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Misalnya, ia mulai belajar bahasa dengan



9 Thobroni, Ahmad Yusam. et al. Tafsir dan Hadis Tarbawi. Surabaya: IAIN SA Press. 2013.



berusaha meniru kata-kata yang diucapkan saudaranya berulangulang kali dihadapannya. Begitu juga dalam hal berjalan ia berusaha meniru cara menegakkan tubuh dan menggerakkan kedua kaki yang dilakukan orang tua dan saudara-saudaranya. Demikianlah manusia belajar banyak kebiasaan dan tingkah laku lewat peniruan kebiasaan maupun tingkah laku keluarganya. Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan contoh bagaimana manusia belajar melalui metode teladan/meniru. Ini dikemukakan dalam kisah pembunuhan yang dilakukan Qabil terhadap saudaranya Habil. Bagaimana ia tidak tahu cara memperlakukan mayat saudaranya itu. Maka Allah memerintahkan seekor burung gagak untuk menggali tanah guna menguburkan bangkai seekor gagak lain. Kemudian Qabil meniru perilaku burung gagak itu untuk mengubur mayat saudaranya Habil. Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 31:



ُ ‫ث هللاُ ُغ َرابًا َّيب َْح‬ َ ‫َف َب َع‬ ْ‫اري‬ َ ‫ض لِي ُِر َي ُه َكي‬ ِ ْ‫ث فِى ااْل َر‬ ِ ‫ْف ي َُو‬ ُ ‫َس ْو َء َةاَ ِخ ْي ِه قلى َق َل َيو ْي َلتى اَ َع َج ْز‬ ‫ب‬ ِ ‫ت اَنْ اَنْ اَ ُك ْو َن م ِْث َل ه َذا ْال ُغ َرا‬ ْ‫ي َس ْو َء َةاَ ِخيْج َفاَصْ َب َح م َِن ال ّن ِد ِمي‬ َ ‫ار‬ ِ ‫َفا ُ َو‬ “Kemudian



Allah



menyuruh



seekor



burung



gagak



menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini. Lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?”. Karena itu jadilah dia seorang diantara orangorang yang menyesal.” (Q.S. Al-Maidah ayat: 31) Melihat tabiat manusia yang cenderung untuk meniru dan belajar banyak dari tingkah lakunya lewat peniruan. Maka, teladan



yang baik sangat penting artinya dalam pendidikan dan pengajaran. Nabi Muhammad SAW. sendiri menjadi suri tauladan bagi para sahabatnya, dari beliau mereka belajar bagaimana mereka melaksanakan berbagai ibadah. Ada sebuah Hadist yang menceritakan bahwa para sahabat meniru salat sunnah witir Nabi SAW:



ٌ ِ‫َح َّد َث َنا إِسْ مَاعِ ي ُل َقا َل َح َّد َثنِي َمال‬ ‫ْن‬ َ ‫ْن ُع َم‬ ِ ‫^^ر ب‬ ِ ‫ك َعنْ أَ ِبي َب ْك ِر ب‬ َ ‫ْن‬ ‫ار‬ ِ ‫الخ َّطا‬ ٍ ^ ‫ْن َي َس‬ ِ ‫ب َعنْ َس ^عِي ِد ب‬ ِ ‫ْن ُع َم َر ب‬ ِ ‫ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب‬ ِ ‫َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن ب‬ ُ ‫ ُك ْن‬:‫أَ َّن ُه َقا َل‬ ‫^ق َم َّك َة َف َق^^ا َل َس^عِي ٌد‬ َ ^‫ْن ُع َم‬ ِ ^‫^ر ِب َط ِري‬ ِ ‫ت أَسِ ي ُر َم َع َع ْب ِد هَّللا ِ ب‬ ُ ْ‫ت َفأ َ ْو َتر‬ ُ ‫صب َْح َن َز ْل‬ ُ ِ‫َف َلمَّا َخش‬ ‫^ر‬ ُّ ‫يت ال‬ َ ^‫ت ُث َّم َل ِح ْق ُت ُه َف َقا َل َعبْ^ ُد هَّللا ِ بْنُ ُع َم‬ ُ ْ‫ت َف^^أ َ ْو َتر‬ ُ ‫ص ْب َح َف َن َز ْل‬ ُ ِ‫ت َخش‬ ُ ‫ت َفقُ ْل‬ َ ‫أَي َْن ُك ْن‬ ‫ْس‬ ُّ ‫يت ال‬ َ ‫ت َف َق^^ا َل َع ْب^ ُد هَّللا ِ أَ َلي‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم إِسْ َوةٌ َح َس^^ َن ٌة َفقُ ْل‬ ِ ‫ت َب َلى َوهَّللا‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬ َ ‫َل‬ ِ ‫ك فِي َرس‬ ‫ِير‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َك‬ َ ِ ‫َقا َل َفإِنَّ َرسُو َل هَّللا‬ ِ ‫ان يُو ِت ُر َع َلى ْال َبع‬ Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Isma’il berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Abu Bakar bin ‘Umar bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab dari Sa’d bin Yasar bahwa dia berkata: “Aku bersama ‘Abdullah bin ‘Umar pernah berjalan di jalanan kota Makkah. Sa’id berkata, “Ketika aku khawatir akan (masuknya waktu) Shubuh, maka aku pun singgah dan melaksanakan shalat witir. Kemudian aku menyusulnya, maka Abdullah bin Umar pun bertanya, “Dari mana saja kamu?” Aku menjawab, “Tadi aku khawatir akan (masuknya waktu) Shubuh, maka aku singgah dan melaksanakan shalat witir.” ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Bukankah kamu telah memiliki suri tauladan yang baik pada diri Rasulullah



shallallahu ‘alaihi wasallam?” Aku menjawab, “Ya. Demi Allah.” Abdullah



bin



Umar



berkata,



“Sesungguhnya



Rasulullah



shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat witir di atas untanya.” (H.R. Bukhari) Al-Qur’an memerintahkan kita untuk menjadikan Nabi SAW sebagai suri tauladan dan panutan. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 21:



‫هللا َو ْال َي ْو َم‬ َ ‫هللا اُسْ َوةٌ َح َس َن ٌة لِ َمنْ َك‬ ِ ‫ان َل ُك ْم فِى َرس ُْو ِل‬ َ ‫َل َق ْد َك‬ َ ‫ان َيرْ ج ُْوا‬ “Sesungguhnya telah ada pada pribadi Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan hari akhir dan dia banyak dzikrullah.” (QS.alAhzab 33:21) Melalui suri tauladan yang baik, manusia dapat belajar kebiasaan baik dan akhlak yang mulia. Sebaliknya jika suri tauladannya buruk manusia akan terjerumus pada kebiasaan yang buruk dan akhlak yang tercela. 3)



Metode Ceramah Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam menyampaikan atau mengajak orang mengikuti ajaran yang telah ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan dengan kata khutbah. Dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada yang berpendapat metode ceramah ini dekat dengan kata tablih, yaitu menyampaikan sesuatu ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut memiliki makna yang sama yakni menyampaikan suatu ajaran.[10] Pada masa lalu hingga sekarang metode selalu kita jumpai dalam setiap pembelajaran. Akan tetapi bedanya terkadang metode ini di campur dengan metode lain. Dalam sebuah Hadist Nabi SAW bersabda :



10 Shihab, M. Quraish. Al-Qur’an dan Maknanya. Jakarta: Lentera Hati. 2010.



‫اص َرضِ َي اهللاُ َع ْن ُه َما أَ َن ال َّن ِب َي‬ ِ ‫َو َعنْ َع ْب ِد ا‬ ِ ‫ْن ْال َع‬ ِ ‫ْن ُع َم َر َوب‬ ِ ‫هللا ب‬ ْ‫صلى اهللا علىه وسلم قال " َبلِّ ُغ ْوا َع ِّنيْ َو َل ْو آ َی ًة َو َح ِّد ُث ْوا َعنْ َب ِني‬ ْ ‫ار‬ َ ‫ َو َمنْ َك َّذ‬،‫إِسْ َرا ِئ ْی َل َواَل َح َر َج‬ ِ ‫ب َع َليَّ ُم َت َع ِّم ًدا َف ْل َی َت َبوَّ أ َم ْق َعدَ هُ م َِن ال َّن‬ ))‫(( رواه البخاري‬ "Sampaikanlah apa yang datang dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah apa yang kamu dengar dari Bani Isra’il, dan hal itu tidak ada Salahnya, dan barang siapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah untuk menempati tempatnya dineraka". (HR. Bukhori.)



Hal ini juga berkenaan dengan firman Allah SWT :



‫ك اَحْ َس َن‬ َ ‫ِا َّنآ اَ ْن َز ْلن ُه قُرْ اَٽ ًنا َع َر ِب ًّيا لَّ َعلَّ ُك ْم َتعْ قِلُ ْو َن ۞ َنحْ نُ َنقُضُّ َع َل ْي‬ ْ ‫ْك ه َذ‬ ُ ‫اٽن َو ِانْ ُك ْن‬ ‫ت ِمنْ َق ْبلِه َلم َِن ْالغ ِفلِي َْن‬ َ ْ‫االقُر‬ َ ‫ص ِب َمآ اَ ْو َح ْي َنآ اَ َلي‬ َ ‫ْال َق‬ ِ ‫ص‬ “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”.(Q.S. Yusuf/12:2-3) Ayat di atas menerangkan, bahwa Tuhan menurunkan Al-Qur’an dengan memakai bahasa Arab kepada Nabi Muhammad SAW. Dan Nabi menyampaikan kepada para sahabat dengan jalan cerita dan ceramah. Metode ceramah masih merupakan metode mengajar yang masih dominan dipakai, khususnya di sekolah-sekolah tradisional. 4)



Metode Pengalaman Praktis/Trial and Eror dan Metode Berpikir



Seseorang yang hidup tidak akan luput dari sesuatu yang bernama problem, bahkan manusia juga dapat belajar dari problem tersebut, sehingga memiliki pengalaman praktis dari permasalahannya. Situasi-situasi baru yang belum diketahuinya mengajak manusia berfikir bagaimana menghadapi dan bagaimana harus bertindak. Dalam situasi demikian, manusia memberikan respons yang beraneka ragam. Kadang mereka keliru dalam menghadapinya, tetapi kadang juga tepat. Dengan demikian manusia belajar lewat “Trial and Error”, (belajar dari mencoba dan membuat salah) memberikan respons terhadap situasi-situasi baru dan mencari jalan keluar dari problem yang dihadapinya. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya memberikan dorongan kepada manusia untuk mengadakan pengamatan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. Dalam Q.S. alAnkabut : 20 Allah berfirman:



‫ْف َبدَأَ ْال َخ ْل َق ُث َّم هللاُ ُي ْنشِ ُئ ال َّن ْشأ َة‬ ُ ‫ض َف ْن‬ َ ‫ضرُوا َكي‬ ِ ْ‫َقل سِ ْيرُوا فِى اأْل َر‬ ‫هللا َع َلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر‬ َ َّ‫اآْل َخ َِر َة إِن‬ Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi. Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya. Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Perhatian al-Qur’an dalam menyeru manusia untuk mengamati dan memikirkan alam semesta dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya, mengisyaratkan dengan jelas perhatian alQur’an dalam menyeru manusia untuk belajar, baik melalui pengamatan terhadap berbagai hal, pengalaman praktis dalm kehidupan sehari-hari, ataupun lewat interaksi dengan alam semesta, berbagai makhluk dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. ini bisa dilakukan dengan metode pengalaman praktis, “trial and error” atau pun dengan metode berfikir.



Nabi SAW sendiri telah mengemukakan tentang pentingnya belajar dari pengalaman praktis dalam kehidupan yang dinyatakan dalam hadis yang di tahrij oleh Imam Muslim berikut:



َ ‫ْن‬ ِ ‫َح َّد َث َنا أَب ُْو َب ْك ِر بْنُ أَ ِبي َش ْي َب َة َو َع ْمرٌو ال َّناقِ ُد ِكالَ ُه َما َع ِن ْاألسْ َو ِد ب‬ ْ‫َعام ٍِر َقا َل أَب ُْو َب ْك ٍر َح َّد َث َنا أَسْ َو ُد بْنُ َعام ٍِر َح َّد َث َنا َحمَّا ُد بْنُ َس َل َم َة َعن‬ ٍ ‫ْن عُرْ َو َة َعنْ أَ ِب ْي ِه َعنْ َعا ِئ َش َة َعنْ َث ِاب‬ َّ‫ أَنَّ ال َّن ِبي‬:‫س‬ ٍ ‫ت َعنْ أَ َن‬ ِ ‫ِه َش ِام ب‬ ‫صلُ َح َقا َل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َمرَّ ِب َق ْو ٍم ُي َل ِّقح ُْو َن َف َقا َل َل ْو َل ْم َت ْف َعلُ ْوا َل‬ َ َ ‫َف َخ َر َج شِ ْيصًا َف َمرَّ ِب ِه ْم َف َقا َل َما لِ َن ْخلِ ُك ْم َقالُ ْوا قُ ْل‬ ‫ت َك َذا َو َك َذا َقا َل أَ ْن ُت ْم‬ َ َ ‫مْر ُد ْن َيا ُك ْم‬ ِ ‫أعْ َل ُم ِبأ‬ Abu Bakar bin Abi Saybah dan Amr al-Naqidh bercerita kepadaku. Keduanya dari al-Aswad bin Amir. Abu Bakr berkata, Aswad bin Amir bercerita kepadaku, Hammad bin Salmah bercerita kepadaku, dari Hisham bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah dan dari Tsabit dari Anas Radhiyallahu’anhu: Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma lalu beliau bersabda:Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik. Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rusak. Hingga suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melewati mereka lagi dan melihat hal itu beliau bertanya: ‘Adaapa dengan pohon kurma kalian? Mereka menjawab; Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu? Beliau lalu bersabda: ‘Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian. Hadis di atas mengisyaratkan tentang belajarnya manusia membuat respon-respon baru lewat pengalaman praktis dari berbagai situasi baru yang dihadapinya, dan berbagai jalan pemecahan dari problem-problem yang dihadapinya. Mengenai jenis belajar lewat pengalaman praktis atau “trial and error” ini, al-Qur’an mengisyaratkan dalam ayat berikut:



‫َيعْ َلم ُْو َن َظا ِهرً ا ِم َنا ْل َح َيا ِة ال ُّد ْن َيا َو ُه ْم َعنِا آْل َخ َِر ِة ُه ْم َغا فِلُ ْو َن‬



Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.



Al-Qurtubi, dalam



menafsirkan ayat



ini, “Mereka hanya



mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia”, berkata: Yakni masalah penghidupan dan duniawi mereka. Kapan mereka harus menanam dan menuai dan bagaimana harus menanam dan membangun rumah. 3. Q.S. Al-A’raf/7: 176-177



ْ ‫ب إِنْ َتحْ ِم ْل َعلَ ْي ِه َي ْل َه‬ ‫ث‬ ِ ‫ض َوا َّت َب َع َه َواهُ ۚ َف َم َثلُ ُه َك َم َث ِل ْال َك ْل‬ ِ ْ‫َولَ ْو شِ ْئ َنا لَ َر َفعْ َناهُ ِب َها َو ٰلَ ِك َّن ُه أَ ْخلَ َد إِلَى اأْل َر‬ ْ ‫أَ ْو َت ْتر ُْك ُه َي ْل َه‬ ‫ُون‬ َ ‫ص لَ َعلَّ ُه ْم َي َت َف َّكر‬ َ ‫ص‬ َ ‫ُص ْال َق‬ َ ‫ث ۚ ٰ َذل َِك َم َث ُل ْال َق ْو ِم الَّذ‬ ِ ‫ِين َك َّذبُوا ِبآ َيا ِت َنا ۚ َفا ْقص‬ “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya



seperti



anjing



jika



kamu



menghalaunya



diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang



yang



mendustakan



ayat-ayat



Kami.



Maka



ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (Q.S: Al-A'raf Ayat: 176)



‫ُون‬ َ ‫ِين َك َّذبُوا ِبآ َيا ِت َنا َوأَ ْنفُ َس ُه ْم َكا ُنوا َي ْظلِم‬ َ ‫َسا َء َمثَاًل ْال َق ْو ُم الَّذ‬



Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.(Q.S: Al-A'raf Ayat: 177). 4. Q.S. Ibrahim/14: 24-25



َ ‫ض َر َب هَّللا ُ َم َثاًل َكلِ َم ًة َط ِّي َب ًة َك‬ ٌ ِ‫صلُ َها َثاب‬ ِ‫السمَاء‬ َّ ‫ت َو َف ْر ُع َها فِي‬ ْ َ‫ش َج َر ٍة َط ِّي َب ٍة أ‬ َ ‫ف‬ َ ‫أَلَ ْم َت َر َك ْي‬ “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (Q.S: Ibrahim Ayat: 24)



ُ ‫ُون‬ َ ‫اس لَ َعلَّ ُه ْم َي َت َذ َّكر‬ ٍ ‫ُت ْؤتِي أ ُكلَ َها ُك َّل ح‬ ِ ‫ِين ِبإِ ْذ ِن َر ِّب َها ۗ َو َيضْ ِربُ هَّللا ُ اأْل َمْ َثا َل لِل َّن‬ “Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Q.S: Ibrahim Ayat: 25)



ْ ‫َو َم َث ُل َكلِ َم ٍة َخ ِبي َث ٍة َك َش َج َر ٍة َخ ِبي َث ٍة ٱجْ ُت َّث‬ ‫ار‬ ِ ْ‫ت مِن َف ْو ِ^ق ٱأْل َر‬ ٍ ‫ض َما لَ َها مِن َق َر‬ “Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (Q.S: Ibrahim Ayat: 26)



ُ



‫ت فِى ْالح ٰيو ِة ال ُّد ْنيا وفِى^ ااْل ٰ خِر ۚ ِة ويُضِ ُّل هّٰللا‬ َّ ‫ِّت هّٰللا ُ الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ِب ْال َق ْو ِل‬ ُ ‫ُي َثب‬ ِ ‫الث ِاب‬ َ َ َ َ َ ّٰ ‫الظلِ ِمي ۗ َْن َو َي ْف َع ُل هّٰللا ُ َما َي َش ۤا ُء‬



“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Q.S: Ibrahim Ayat: 27) 5. Q.S. Yusuf/12: 3



َ ‫ْك ٰه َذا ْالقُرْ ٰا ۖ َن َواِنْ ُك ْن‬ ‫ت مِنْ َق ْبلِهٖ لَم َِن‬ َ ‫ص ِب َمٓا اَ ْو َح ْي َنٓا ِالَي‬ َ ‫ْك اَحْ َس َن ْال َق‬ َ ‫َنحْ نُ َنقُصُّ َعلَي‬ ِ ‫ص‬ ‫ْال ٰغفِلِي َْن‬ “Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik



dengan



mewahyukan



Al-Qur'an



ini



kepadamu,



dan



sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.” (Q.S: Yusuf Ayat: 3) 6. Q.S. an-Nahl/16: 75-76



‫ب هّٰللا ُ َمثَاًل َع ْب ًدا مَّمْ لُ ْو ًكا اَّل َي ْق ِد ُر َع ٰلى َشيْ ٍء َّو َمنْ رَّ َز ْق ٰن ُه ِم َّنا ِر ْز ًقا َح َس ًنا َفه َُو‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫ُي ْنف ُِق ِم ْن ُه سِ ًّرا وَّ َجهْرً ۗا َه ْل َيسْ َت ٗو َن ۚ اَ ْل َحمْ ُد هّٰلِل ِ ۗ َب ْل اَ ْك َث ُر ُه ْم اَل َيعْ َلم ُْو َن‬ “Allah membuat perumpamaan seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu, dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik, lalu dia menginfakkan sebagian rezeki itu secara sembunyi-sembunyi dan secara terangterangan. Samakah mereka itu? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Q.S: an-Nahl Ayat: 75)



‫ب هّٰللا ُ َم َثالً رَّ ُج َل ۡي ِن اَ َح ُد ُه َم ۤا اَ ۡب َك ُم اَل َي ۡق ِد ُر َع ٰلى َش ۡى ٍء َّوه َُو َك ٌّل َع ٰلى َم ۡو ٰلٮ ۙ ُه‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫َو‬ ٍ‫ل َوه َُو َع ٰلى صِ َراط‬ ‌ِۙ ‫ت ِب َخ ۡي ٍؕ‌ر َه ۡل َي ۡس َت ِو ۡى ه ۙ َُو َو َم ۡن ي َّۡا ُم ُر ِب ۡال َع ۡد‬ ِ ‫اَ ۡي َن َما ي َُوجِّ ه ُّه اَل َي ۡا‬ ‫م ُّۡس َتق ِۡي ٍم‬ “Dan Allah (juga) membuat perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi beban penanggungnya, ke mana saja dia disuruh (oleh penanggungnya itu), dia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada di jalan yang lurus?” (Q.S: anNahl Ayat: 76) C. Asbabun Nuzul Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Metode Pendidikan 1. QS. Al-Maidah/5: 67



Abu Hurairah (RA) menuturkan bahawa ketika Rasulullah SAW beserta para sahabatnya tiba di sebuah desa, mereka (para sahabat) melihat sebatang pohon besar untuk berteduh, dan mereka menyarankan kepada Nabi SAW untuk berteduh di bawahnya untuk sesaat. Nabi SAW pun mengiyakan saran para sahabatnya, dan tidur di bawahnya, sedang para sahabat tidur di tempat lain. Saat Nabi SAW sedang tertidur kerana istirahat, tiba-tiba datang seorang badui dengan menghunus pedang dan membangunkan Nabi SAW sambil berkata, "Wahai Muhammad, sekarang katakan padaku, siapa yang dapat menyelamatkanmu dariku?" Beliau menjawab, "Allah." Maka turunlah ayat di atas. (Hadis hasan, riwayat Ibnu Hibban).



2. QS. Al-Nahl/16: 125 



Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya  ayat tersebut. 3. Q.S. Al - A’raaf [7] : 176 – 177



Terdapat riwayat yang mengatakan bahwa dia adalah seorang laki-laki dari bani Israel yang bernama Bal’am bin Ba’ura’. Riwayat lain mengatakan bahwa orang itu adalah seorang laki-laki dari Palestina yang dictator. Riwayat lain juga mengatakan bahwa dia adalah orang Arab yang bernama Umayyah bin Shalt. Adapula riwayat yang mengatakan bahwa dia adalah seseorang yang hidup sezaman dengan masa Rasulullah, yang bernama Amir al-Fasik. Dan, ada pula riwayat yang mengatakan bahwa orang tersebut semasa dengan Nabi Musa a.s.  Ada lagi riwayat yang mengatakan bahwa dia hidup sepeninggal Nabi Musa a.s , yaitu sezaman dengan Yusya’ bin Nun yang memerangi para dictator bani Israel sesudah mereka kebingungan dan terkatung-katung di padang pasir selama empat puluh tahun. Yakni, sesudah bani Israel tidak mau memenuhi perintah Allah untuk memasukinya dan berkata kepada Nabi Musa a.s.,”Maka pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu perangilah mereka, sedang kami menunggu di sini.” Diriwayatkan juga di dalam menafsirkan ayat-ayat yang diberikan kepadanya bahwa ayat-ayat itu adalah nama Allah yang teragung. Orang itu berdo’a dengan menyebutnya, lalu dikabulkan do’anya. Sebagaimana juga ada riwayat yang mengatakan bahwa ayat – ayat itu adalah kitab suci yang diturunkan,



sedang dia adalah seorang Nabi. Setelah itu, terdapat keterangan yang berbeda-beda mengenai perincian cerita tersebut. 4. Q.S. Ibrahim [14] : 24-27



Berdasar satu riwayat yang menyatakan (‘Abdullah) putra ‘ Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasulullah SAW., lalu beliau bersabda :” Beritahulah aku tentang sebuah  pohon yang serupa dengan seorang muslim, memberikan buahnya pada setiap musim! “ Putra ‘Umar berkata: “Terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.”Dan seketika Rasul SAW., tidak  mendengar jawaban dari hadirin, beliau bersabda: “Pohon itu adalah pohon kurma”. Setelah selesai pertemuan dengan Rasul SAW itu, aku berkata kepada (ayahku) ‘Umar: ”Hai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku bahwa yang dimaksud adalah pohon



kurma. “Beliau



berkata:



“Mengapa



engkau



tidak



menyampaikannya?”Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorang pun berbicara, maka aku pun segera berbicara.” “Umar ra. Berkata : ”Seandainya engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu.”HR.Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan lain-lain. 5. Q.S. Yusuf/12: 3 “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran Ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum Mengetahui.” Diriwayatkan oleh al-Hakim dan lain-lain, yang bersumber dari Sa’d bin Abi Waqash bahwa setelah sekian lama turun ayat al-Qur’an kepada Nabi saw. dan dibacakannya kepada para Shahabat, mereka berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana jika tuan bercerita kepada kami?” Maka Allah menurunkan, allaahu nazzala ahsanal hadiits..(Allah menurunkan perkataan yang paling baik) sampai akhir ayat (az-Zummar: 23), yang menegaskan bahwa Allah telah menurunkan sebaikbaik cerita. Menurut Ibnu abi Hatim, para shahabat berkata lagi: “Ya Rasulullah,



bagaimana jika tuan mengingatkan kami?” Maka Allah menurunkan ayat ini (alHadid: 16), yang mengingatkan banyaknya ayat yang telah diturunkan Allah agar mereka menundukkan diri kepada-Nya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Mas’ud bahwa para shahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana jika tuan mengisahkan sesuatu kepada kami?” Maka Allah menurunkan ayat ini (Yusuf: 3) yang menegaskan bahwa di dalam al-Qur’an sudah terdapat kisah-kisah yang baik sebagai teladan bagi kaum Mukminin. 6. Q.S. an-Nahl/16: 75-76 Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa firman



Allah, dlaraballaahu matsalan ‘abdam mamluukaa… (Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki…) (an-Nahl: 75), turun sebagai perumpamaan perbedaan antara Quraisy (yang kaya dan dapat berbuat sekehendaknya dengan harta bendanya) dibandingkan budaknya yang tidak dapat berbuat apa-apa. Ayat ini juga sebagai bantahan terhadap penyamaan Allah dengan berhala. Dan firman Allah…rajulaini ahaduhumaa abkam… (… dua orang lelaki yang seorang bisu..) (an-Nahl: 76) turun sebagai perumpamaan perbedaan antara ‘Utsman bin ‘Affan dan budaknya. Budaknhya membenci Islam, enggan masuk Islam, dan menghalang-halangi ‘Usman bersedekah dan beramar makruf. Kedua ayat ini (an-Nahl: 75 dan 76) menunjukkan perbedaan antara Allah Yang Maha Kuasa Berbuat menurut iradat-Nya dan berhala yang justru menjadi beban penyembah-penyembahnya.



D. Tafsir Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Metode Pendidikan 1. QS. Al-Maidah ayat 67 Kisah ini diceritakan sangat indah oleh Ibnu Katisr dalam menafsirkan Surat Al-Maidah ayat 67 ini. Beliau menguraikan : Pada awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada dukungan lansung dari Allah maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Allah sebagai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah. Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan ; “yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir” . 2. QS. Al-Nahl/16: 125 Tafsir Al-Jalaalayn “Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke jalan Rabb-mu (agama-Nya) dengan hikmah (dengan al-Quran) dan nasihat yang baik (nasihat-nasihat atau perkataan yang halus) dan debatlah mereka dengan debat terbaik (debat yang terbaik seperti menyeru manusia kepada Allah dengan ayatayat-Nya dan menyeru manusia kepada hujah). Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah Yang Mahatahu, yakni Mahatahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia Mahatahu atas orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Maka Allah membalas mereka. Hal ini terjadi sebelum ada perintah berperang. Ketika Hamzah dibunuh (dicincang dan meninggal dunia pada Perang Uhud)” 3. QS. Al-Araf 167-168



Kedua ayat ini menguraikan keadaan siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuan yang telah dimilikinya. Allah SWT menyatakan bahwa sekiranya Kami menghendaki, pasti Kami menyucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya dengannya yakni melalui pengamalannya terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal yakni cenderung menetap terus menerus di dunia menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan tenang menghadapinya dan menurutkan dengan antusias hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya. Kedua ayat diatas juga memberikan perumpamaan orang yang ber pengetahuan, sampai-sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya seperti melekatnya kulit pada dagingnya. Namun dia menguliti dirinya dengan melepaskan tuntunan pengetahuannya. Dia diibaratkan seekor anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya. Biasanya yang terengah-engah adalah yang letih atau kehausan membutuhkan air, tetapi anjing terengah-engah bukan hanya ketika letih ataupun haus, tapi sepanjang hidupnya dia selalu demikian. Sama dengan orang yang memperoleh pengetahuan tetapi terjerumus mengikuti hawa nafsunya. Seharusnya pengetahuan tersebut membentengi dirinya dari perbuatan buruk. Dari Ayat tersebut juga bisa jadi tinjauan kita menggunakan metode menakut-nakuti dan memikirkan Nikmat ini telah memfokuskan perhatian mereka terhadap apa yang mereka rasakan berupa nikmat ditempatkannya dimuka bumi, dan dijadikannya bumi itu sebagai tempat tinggal mereka yang dilengkapi berbagai pemenuhan kebutuhan pokok dan kesempurnaan manusia.



4. QS. Ibrahim



Kedua ayat diatas mengajarkan kepada semua ummat agar membiasakan dari menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan kemarahan, kebencian, permusuhan dan menyinggung perasaan atau menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya. Demikian pula halnya kata-kata yang baik yang kita ucapkan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan Ilmu pengetahuan yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Dan setiap orang yang memperoleh Ilmu dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu yang telah diperolehnya melalui karunia dan rahmat Allah SWT. 5. QS. Yusuf Pada ayat ini, Allah mengkhususkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan tentu saja untuk diperhatikan oleh orang Arab dan umat manusia seluruhnya. Para mufasir mengatakan bahwa surah Yusuf ini adalah salah satu surah dalam Al-Quran yang diturunkan untuk menghibur dan menggembirakan hati Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬di kala beliau menderita tekanan-tekanan yang berat dari kaum Quraisy berupa cemoohan, hinaan, pembangkangan, dan tindakan kekerasan sehingga beliau terpaksa hijrah bersama Abu Bakar ke Madinah. Memang demikianlah halnya karena kisah Nabi Yusuf ini adalah suatu kisah yang menarik sekali, dikisahkan dengan cara terperinci, tiap babak mengandung hikmah yang dalam dan pelajaran yang besar manfaatnya bagi orang yang memperhatikannya, apalagi bila dilihat dari segi keindahan susunan bahasa dan isi ceritanya yang belum dikenal seluruhnya baik oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sendiri maupun oleh kaum Quraisy dan orang Arab pada umumnya. Kisah ini selain menceritakan keadaan Nabi Yakub `alaihis salam beserta anak-anaknya yang masih hidup dengan cara kehidupan orang-orang Badui, menceritakan pula bagaimana kehidupan dalam masyarakat yang



telah maju dan berkebudayaan tinggi, bagaimana kehidupan para penguasa yang penuh dengan kemewahan serta kesenangan dan bagaimana pula cara mereka mengendalikan pemerintahan dan mengatur perekonomian negara. Benarlah firman Allah yang mengatakan bahwa kisah Nabi Yusuf `alaihis salam yang akan dikisahkan berikut ini adalah kisah yang paling baik, menarik, dan yang paling indah penggambarannya. 6.



QS. an-Nahl Dalam



ayat



ini,



Allah



membuat



suatu



perumpamaan



tentang



orang



orang musyrik sehubungan dengan kepercayaan mereka yang menyamakan kedudukan sembahan mereka yang berupa patung dan berhala dengan Allah Yang Maha Sempurna.



Kekeliruan dan kebatilan kepercayaan mereka itu sama halnya dengan kekeliruan orang-orang yang menyamakan seorang budak sahaya yang tidak memiliki hak dan kuasa apa pun dengan orang merdeka, yang punya hak



untuk



memiliki,



mengembangkan,



dan



menafkahkan



harta kekayaan menurut keinginannya, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.Setiap orang dengan mudah mengetahui bahwa keduanya jauh berbeda, baik dalam kemuliaan, kekuasaan, ataupun keluhurannya. E. Nilai Tarbiyah dalam Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Metode Pengajaran 1) Surat Al-Maidah ayat 67 Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas, yaitu bahwa metode tabligh adalah suatu metode yang dapat diperkenalkan dalam dunia pendidikan modern. Yaitu suatu metode pendidikan dimana guru tidak sekadar menyampaikan pengajaran kepada murid, akan tetapi dalam metode itu terkandung beberapa persyaratan guna terciptanya efektivitas proses belajar mengajar. Beberapa persyaratan yang dimaksud adalah :



a. Aspek kepribadian guru yang selalu menampilkan sosok uswah hasanah, suri tauladan yang baik bagi murid-muridnya. b. Aspek kemampuan intelektual yang memadai. c. Aspek penguasaan metodologis yang cukup sehingga mampu meraba dan membaca kejiwaan dan kebutuhan murid-muridnya. d. Aspek spiritualitas dalam arti pengamal ajaran Islam yang istiqomah. Apabila keempat persyaratan di atas dipenuhi oleh seorang guru, maka materi yang disampaikan kepada murid akan merupakan qoulan baligha, yaitu ucapan yang komunikatif dan efektif.



2. Surat An-Nahl ayat 125 Nilai tarbawiyah yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas menyangkut metode atau cara melakukan dakwah. Ayat tersebut juga mengisyaratkan adanya tiga tipologi manusia dalam kaitannya dengan penyikapan terhadap dakwah dan pendidikan, yaitu : a. Mereka yang dengan segala kemampuan nalar dan nuraninya selalu berusaha menemukan kebenaran sejati, untuk mengajak dan mendidik manusia dalam tipe ini cukup dengan metode al-hikmah b. Mereka yang dengan keluguannya atau karena keterbatasan kemampuan berfikirnya selalu menerima



taqlid dalam menerima kebenaran. Untuk



mengajak dan mendidik mereka ke jalan Allah swt lebih efektif dengan metode al-mau’idhat al-hasanat. c. Mereka yang dengan segala kecongkakannya selalu berusaha menetang kebenaran. Bagi manusia dalam kelompok ini cara berdakwah dan memberikan pendidikannya harus dengan cara jadal (adu argumentasi) tetapi dengan cara-cara lunak dan santun. Ketiga tipologi tersebut akan ditemukan



juga dari siswa oleh setiap guru di sekolah. Ada anak yang kritis, yang baru akan menerima dan mengakui sesuatu yang disampaikan guru kalau ia sudah betul-betul memahaminya. Ada juga anak-anak yang selalu menerima apa yang disampaikan gurunya tanpa mau banyak bertanya ini dan itu. Bahkan ada anak-anak yang selalu membangkang terhadap gurunya. Untuk itu menghadapi ketiga tipologi anak tersebut seoran guru harus pandai memilih metode pendidikan yang tepat. 3. Surat Al-A’raaf ayat 176-177 Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah bahwa AlQur’an menyuguhkan Islam sebagai manhaj untuk bergerak. Juga untuk memandu perjalanan manusia langkah demi langkah mendaki puncak tertinggi, sesuai dengan program dan ketentuan-ketentuannya. Di tengah gerak riilnya, Islam membentuk system kehidupan bagi manusia, membangun prinsip-prinsip syariatnya, dan kaidah-kaidah ekonomi, social, dan politik mereka. Kemudian dengan akalnya yang berpedoman pada Islam, manusia menciptakan aturan-aturan hukum fikih, ilmu kealaman, ilmu



jiwa, dan



semua kebutuhan hidup praktis mereka yang riil. Mereka menciptakannya, sedang di dalam jiwanya terdapat kehangatan dan motivasi akidah, keseriusan melaksanakan syariat dan merealisasikannya, dan kebutuhan-kebutuhan hidup riil dengan arahan – arahannya. Inilah manhaj Al-Qur’an di dalam membentuk jiwa muslim dan kehidupan islami. Adapun kajian teoritis yang semata-mata hanya kajian, maka yang demikian inilah ilmu yang tidak dapat melindungi pemiliknya dari kecenderungan kepada kehidupan dunia, dorongan hawa nafsu, dan godaan setan. Ilmu bukan semata-mata pengetahuan. Tetapi, semestinya ia dapat menciptakan akidah yang hangat, bersemangat, dan bergerak untuk mengimplementasikan petunjuknya di dalam hati dan di dalam alam kehidupan.



4. Surat Ibrahim ayat 24-25 Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah bahwa perumpamaan adalah salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Melalui ungkapan-ungkapan pemisalan, anak didik akan mudah memahami materi pelajaran dan akan lebih termotivasi untuk melakukan karya-karya nyata dan positif. Gambaran perumpamaan pada ayat di atas tentang pohon bagus yang akarnya kokoh menancap ke dasar bumi dan cabangnya menjulang ke angkasa untuk sebuah kalimah thayyibah, bertujuan agar obyek yang diajak bicara lebih mudah memahami pentingnya memiliki prinsip tauhid yang kuat dalam menempuh perjalanan kehidupan di dunia ini.



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN



Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan istilah at-thariq (jalan-cara). Secara umum istilah “metode” adalah suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Menurut J.R. David dalam Teaching Strategies for College Class Room menyebutkan bahwa method ia a way in achieving something (cara untuk mencapai sesuatu). Artinya, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Ayat-ayat Al-Qur‟an tentang pendidikan: 1) QS. Al-Maidah/5: 67 2) QS. Al-Nahl/16: 125 3) QS. Ibrahim/14: 24-25 4) QS. Al-A’raf/7: 176-177 5) Q.S. Yusuf/12: 3 6) Q.S. an-Nahl/16: 75-76 Oleh karena itu, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu pendidikan. karena metode merupakan pondasi awal untuk mencapai suatu tujuan pendidikan dan asas keberhasilan sebuah pembelajaran. Sebaik apapun strategi yang dirancang namun metode yang dipakai kurang tepat maka hasilnya pun akan kurang maksimal. Tetapi apabila metode yang dipakai itu tepat maka hasilnya akan berdampak pada mutu pendidikan yang baik.



DAFTAR PUSTAKA



Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Isma‟il Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Kasir; Juz 4 al-Hijr 2 S.D an-Nahl 128. Bandung: Sinar BaruAlgensindo. 2003. Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan As-Suyuti, Imam Jalaluddin. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul; jilid 1. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2011. David, J.R. (1976). Teaching Strategies for College Class Room, P3G. Depdikbud el-Qurtuby, Usman.



Al-Qur’an Cordoba. Bandung: PT Cordoba Internasional Indonesia. 2012.



Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Isma’il Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Kasir; Juz 4 al-Hijr 2 S.D an-Nahl 128. Bandung: Sinar BaruAlgensindo. 2003. Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan As-Suyuti, Imam Jalaluddin. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul; jilid 1. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2011. el-Qurtuby, Usman. Al-Qur’an Cordoba. Bandung: PT Cordoba Internasional Indonesia. 2012. https://areksumberjati.wordpress.com/2015/01/01/hadits-bukhari-936-956-bab-witir-danshalat-istisqa/, diakses 8 Mei 2016. Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi; Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2014. Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014. Mannan, Muntaha Abdul. Tafsir Al-Qur’an Tematis. Jember: LP2SM “Gita Bahana”. 1993. Shihab, M. Quraish. Al-Qur’an dan Maknanya. Jakarta: Lentera Hati. 2010. _______________ Tafsir Al-Misbah; pesan. Kesan dan keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. 2002. Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru. 2005. Taniredja, Tukiran. et al. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. 2011.



Thobroni, Ahmad Yusam. et al. Tafsir dan Hadis Tarbawi. Surabaya: IAIN SA Press. 2013.