Kelompok 7 - Unsur-Unsur Kebudayaan Maritim Dan Fungsi Sosialnya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN MARITIM DAN FUNGSI SOSIALNYA



OLEH



KELOMPOK VII AHMAD AKBAR M



(I011201106)



NUR HAJAR



(I011201105)



SEPRIADE ALLO BARANI



(I011201081)



SRI WAHYUNI



(I011201108)



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Unsur-Unsur Kebudayaan Maritim dan Fungsi Sosialnya”. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan teman kelompok ini kami mencari berbagai materi-materi yang bisa di jadikan sebagai isi di dalam makalah ini dan akhirnya teratasi dengan baik dan lancar. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kami dan semua teman di dalam Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin ini.



Makassar, 30 April 2021



Kelompok VII



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1 A. Latar Belakang ...........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................................2 C. Tujuan ........................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3 A. Pengertian Kebudayaan Maritim ...............................................................................3 B. Unsur-Unsur Kebudayaan Maritim............................................................................4 C. Fungsi Kebudayaan Maritim......................................................................................10 D. Peningkatan Sikap Mengenali Diri Sebagai Masyarakat Maritim.............................11 BAB III PENUTUP ...............................................................................................................13 A. Kesimpulan ................................................................................................................13 B. Saran ..........................................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berawal dari membuka mata selebar-lebarnya untuk melihat kondisi para nelayan Indonesia ternyata banyak problematik yang terjadi di kehidupan nelayan. Penghasilan dari melaut belum cukup untuk mensejahterahkan kehidupan dari berbagai aspek, misalnya ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sosial. Faktor penghambat tercapainya kesejahteraan tersebut antara lain pemerintah yang kurang tanggap terhadap persoalan yang dihadapi nelayan. Sebagai contoh umum, yaitu tidak adanya bantuan peralatan yang lebih memadai dari pemerintah, dan tingginya harga bahan bakar solar yang tidak sebanding dengan pendapatan mereka sehari-hari. Ironisnya, wilayah laut Indonesia yang merupakan dua pertiga wilayah nusantara memiliki batas teritorial mencapai 3,1 juta km², ditambah dengan zona ekonomi eksklusif mencapai 5,8 juta km² mengakibatkan sejak dahulu nusantara diwarnai dengan berbagai pergumulan kehidupan di laut. Sejarah menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia memiliki pengaruh yang sangat dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama dalam hal kekuatan maritim yang besar di bawah Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Bugis dan Makassar. Tercatat dalam sejarah bukti-bukti nenek moyang bangsa Indonesia yang menguasai perairan nusantara, bahkan mampu mengarungi samudera luas hingga Tanjung Harapan dan ke pesisir Madagaskar, Afrika Selatan. Salah satu bukti kebanggaan bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim terekspresikan dalam lagu berjudul “Nenek Moyangku Seorang Pelaut”. Pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan nusantara, armada kelautan juga mempunyai peranan penting sebagai penunjang kemampuan ekspansi kekuasaan maupun hubungan perdagangan antar pulau. Pada masa keemasan penguasaan lautan oleh nenek moyang kita, baik di masa kejayaan kerajaan Sriwijaya, Majapahit maupun kerajaan-kerajaan Bugis dan Makassar, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut sejak dahulu merupakan masyarakat maritim. Kedatangan penjajah kolonial VOC ke nusantara pada kisaran tahun 1602-1798 merupakan salah satu peristiwa yang menandai hilangnya kejayaan budaya maritim nusantara, bangsa Indonesia didesak ke darat, yang mengakibatkan menurunnya jiwa bahari. Berlatar belakang demikian, cukup jelas terlihat bahwa aspek alamiah geografi Indonesia (bentuk dan posisinya), kekayaan alamnya, dan demografinya sangat 1



menentukan terbentuknya budaya yang berkaitan dengan kelautan, salah satunya adalah peranan perahu yang merupakan sebuah alat transportasi bagi para penjelajah nusantara. Perahu adalah alat transportasi karya leluhur yang syarat dengan seni, budaya, kearifan lokal, serta nilai-nilai luhur budaya nusantara. Perahu mampu menerjang, memecah, melintasi gelombang, dan berjalan dengan bimbingan angin. Berdasarkan hal tersebut peranan perahu menjadi sangat vital di masa lampau. Peristiwa demi peristiwa membentuk pola pikir penduduk masa lampau menjadi maju di bidang kelautan. Penduduk masa lampau mampu menciptakan berbagai macam perahu beserta filosofi di dalamnya untuk memperkuat dan mempertahankan nusantara. Pada masa kini yang identik dengan negara Indonesia justru sebuah negara yang memiliki pola kebudayaan petani, yang sering disebut sebagai budaya agraris. Hal tersebut menjadi sebuah kegusaran yang berkait dengan budaya maritim. Bangsa Indonesia yang sebenarnya lebih kuat dan mampu menorehkan catatan sejarah agung di bidang kemaritiman, namun kini tidak diketahui bahkan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Memudarnya kemaritiman Indonesia semakin terasa saat ini. Banyak potensi kelautan dan perikanan yang belum tergarap secara maksimal padahal sangat berpotensi untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Ditandai oleh keberadaan nelayan yang tetap saja miskin sebagai pelaku pembangunan daerah pesisir. Seharusnya pemerintah dapat memahami dan sadar bahwa di sini peran pemerintah sangatlah vital untuk kesejahteraan nelayan yang menjadi penentu kemajuan bangsa di wilayah kelautan. Jika selama ini kebijakan pemerintah lebih banyak berorientasi pada sektor darat, maka selayaknya sektor kelautan harus mulai lebih diperhatikan, demi mengembalikan kejayaan bangsa yang lebih merata. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kebudayaan maritim? 2. Apa unsur kebudayaan maritim? 3. Apa fungsi dari kebudayaan maritim? 4. Bagaimana peningkatan sikap mengenai diri kita sebagai masyarakat maritim? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari kebudayaan maritim 2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang ada pada kebudayaan maritim 3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari kebudayaan maritim 4. Untuk mengetahui sikap mengenali diri sebagai masyarakat maritim 2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kebudayaan Maritim Konsep awal kebudayaan yang bersumber dari studi tentang masyarakatmasyarakat primitif tersebut mengandung sisi praktis, sebagai sumber kekuatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi rangkaian gagasan-gagasan dan tindakan-tindakan modern. Menyusun suatu hubungan antara apa yang manusia-manusia purbakala takberbudaya pikirkan dan lakukan, dan apa yang manusia-manusia modern berbudaya pikirkan dan lakukan, bukanlah masalah ilmu pengetahuan teoretik yang tidak dapat diterapkan, karena persoalan ini mengangkat masalah, seberapa jauh pandangan dan tingkah laku modern berdasarkan atas landasan kuat ilmu pengetahuan modern yang paling masuk akal. Pemahaman terhadap kebudayaan meliputi pengertian “sempit” dan “luas.” Dalam pengertian “sempit,” kebudayaan dipahami sebagai “kesenian,” sehingga seniman dianggap sebagai budayawan, pementasan kesenian sering disebut sebagai acara budaya, misi kesenian yang melawat ke luar negeri sering dikatakan sebagai misi kebudayaan. Pandangan dan praktek demikian tentu mempersempit pengertian kebudayaan, terutama ditinjau dari unsur-unsur atau isi kebudayaan sebagai strategi perluasan kebudayaan. Pengertian demikian tidak sepenuhnya keliru karena kesenian pun merupakan unsur kebudayaan yang penting. Maritim menurut bahasa inggris yaitu maritime, yang berarti navigasi, menurut kata ini lalu lahirlah istilah maritime power yaitu negara dengan kekuatan maritim atau negara menggunakan kekuatan yang berbasis pada bahari. Masih pada bahasa Inggris, istilah yang dipakai buat menerangkan sifat atau kualitas yg menyatakan penguasaan terhadap laut merupakan seapower. Sementara, dalam KBBI maritim diartikan menjadi hal yang berkenaan menggunakan bahari, terutama hal yang berkaitan pelayaran dan perdagangan pada bahari. Pengertian tersebut menegaskan bahwa negara maritim adalah negara yang terkait dengan kebaharian atau kelautan. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Pasifik. Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terhubung melalui lautan, sehingga dapat dikatakan sebagian besar daerah Indonesia merupakan lautan. Kebudayaan suatu negara dipengaruhi oleh ruang. Ruang dominan yang ada di Indonesia merupakan laut, sehingga budaya yang dianut negara Indonesia yaitu budaya maritim. Budaya maritim 3



merupakan budaya yang dipengaruhi oleh laut. Laut sebagai sarana transportasi, laut sebagai sarana ekonomi, serta laut sebagai tradisi. Kegiatan dan kehidupan masyarakat bergantung dan tumbuh dari laut. Indonesia kaya dengan hasil laut. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya kapal asing yang tertangkap menangkap ikan di perairan Indonesia. Kapal-kapal asing tersebut menyebabkan kerugian yang besar bagi negara Indonesia. Jika saja masyarakat Indonesia yang mengelola sumber daya laut tersebut, maka kerugian yang negara alami menjadi keuntungan bagi masyarakat Indonesia itu sendiri dan menjadikan masyarakat Indonesia lebih sejahtera. Kendala yang dihadapi saat ini yaitu kurangnya pengelolaan masyarakat terhadap sumber daya laut yang Indonesia miliki. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan hasil laut yang kita miliki serta kurangnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya, baik itu kurangnya teknologi maupun peralatan yang tidak memadai. Bidang keilmuan sangat perlu diperhatikan, baik untuk peningkatan mutu serta keselamatan masyarakat kelak. Pengelolaan sumber daya laut sangat penting dalam menunjang ekonomi negara. Dua hal tersebut dapat berkaitan dan saling menguntungkan



baik



untuk



negara



Indonesia



maupun



rakyat



Indonesia.



Perkembangan keilmuan kelak berguna untuk rakyat itu sendiri, oleh rakyat itu sendiri dan dari rakyat itu sendiri. Budaya maritim yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sangat perlu untuk di tingkatkan dan di kembangkan. Kedaulatan negara dan ketahanan negara sangat bergantung dari kekuatan maritim mengingat negara Indonesia merupakan negara nusantara yang terdiri dari kepulauan yang dua pertiga negara merupakan lautan. Budaya maritim sangat erat kaitannya dengan budaya nusantara. Semakin kuat dan hebat budaya maritim, maka semakin kuat dan hebat bangsa dalam mempertahankan serta membangun negara Indonesia. B. Unsur-Unsur Kebudayaan Maritim 1. Sistem Ekonomi Konsep sistem ekonomi, termasuk sistem kemaritiman, dipahami sebagai saling keterkaitan antara subsistem-subsistem produksi, distribusi, dan konsumsi. Sektor ekonomi maritim merupakan sektor ekonomi yang seluruh aktivitasnya berhubungan dengan bidang kemaritiman atau kelautan. Sistem ekonomi kemaritiman yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya Sulawesi Selatan adalah: 4



1) Sistem Produksi Produksi sebagai usaha (melibatkan ide, praktik, dan sarana material) dalam rangka menghasilkan barang dan jasa hanya dapat digerakkan dan dikembangkan melalui pendayagunaan faktor-faktor produksi (sebagai input) untuk membentuk suatu output berupa produk barang atau jasa, adapun faktorfaktor tersebut ialah: a. Sumber daya alam dan statusnya Sulawesi Selatan jika ditinjau dari konteks pesisir maka luas sumber daya alami yang dimanfaatkan berupa kegiatan penangkapan ikan dan wisata. Memiliki sumberdaya yang beragam mulai dari kelompok sumberdaya pelagis besar sampai cumi-cumi. Berdasarkan data Ditjen Tangkap (2005), menunjukkan potensi sumberdaya ikan di Selat Makassar memiliki produksi 655,45 ribu ton dari potensi 929,72 ribu ton. Di Sulawesi, terutama Sulawesi Selatan, pemanfaatan sumber daya laut dalam dan pesisir kebanyakan dipraktikkan secara terbuka (openaccess/use) dan penguasaan individual/keluarga. Namun ada pula beberapa yang menguasainya secara komunal yaitu di Bulukumba Barat, dan beberapa lokasi karang dan muara sungai di Selayar. b. Modal dan Pengelolaannya Modal merupakan faktor produksi terpenting dalam menggerakkan suatu usaha perikanan, baik perikanan skala besar dan modern, maupun perikanan skala kecil dan tradisional. Sebagai suatu keunikan dari usaha perikanan pada umumnya, bahwa ketika sektor ekonomi ini meningkat dari prokduksi substensi (Consumptive production) ke produksi pasar (exchange/market production), yang berkorelasi dengan perkembangan dari fungsinya sebagai efektivitas ekonomi sampingan ke usaha ekonomi pokok. c. Tenaga Kerja/ Pekerja Tenaga kerja (labour) merupakan salah satu faktor produksi menentukan bagi bergeraknya suatu usaha ekonomi, tidak terkecuali sektor perikanan laut. Rekruitmen tenaga kerja/anggota kelompok kerja dalam perusahaan perikanan menunjukkan beberapa persamaan dan perbedaan karakteristik sosial budaya dari suatu tempat ke tempat-tempat lainnya di dunia. Persamaan dan perbedaan karakteristik rekruitmen tersebut dapat 5



dilihat pada jenis kelamin dan kondisi fisik, asal usul, pendidikan, dan usia seseorang yang direkrut. d. Sistem Pengelolaan dan Pengawetan Dalam pengolahan hasil perikanan dari hasil tangkap merupakan kegiatan transisi antara sistem produksi dengan sistem distribusi, dimana kegiatan tersebut sangat penting mengingat komoditas hasil laut dalam semua jenis sangat ditentukan oleh sistem pengolahan yang baik. Ada beberapa teknik pengelohan (pengawetan) yang dikenal didaerah sulawesi selatan



yaitu



Pallu



Ce’la



(Pengalengan),



Pindang,



Pengeringan,



Penggaraman, Pengasapan, dan lain-lain. Lokasi kegiatan pengolahan seperti ini ditemukan antara lain sekitar pelabuhan Paotere (Makassar), pasa ikan/TPI lappa (Sinjai), Galesong (Takalar), dan pasar ikan dari daerah lainnya. 2) Sistem Distribusi Aspek penting diketahui dari sistem pemasaran dalam ekonomi perikanan laut ialah jaringan pemasaran. Dimana masyarakat nelayan pada umumnya tergantung pada pasar, baik keperluan hasil tangkapannya maupun bagi perolehan modal dan berbagai jenis kebutuhan hidupnya. Pada masyarakat nelayan pada umumnya masih banyak dikuasai oleh kelas pengusaha modal atau rentenir lokal atau luar, pola jaringan pemasaran komoditas lautnya kebanyakan mengikuti jaringan sumber perolehan sumbernya. Sebagai rantai pemasaran yang dominan, pihak pengusaha modal atau rentenir berperan memperkokoh pola jaringannya dan menentukan standar harga bagi pengusaha nelayan setempat. Distribusi yang ada di Sulawesi Selatan : -



Distribusi ikan segar



-



Distribusi ikan hias



-



Distribusi ikan olahan



3) Sistem Konsumsi Di Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan, sebagian besar penduduk desa nelayan pantai dan pulau hidup dalam kondisi miskin. Keluarga-keluarga nelayan di sini dapat bertahan hidup dengan meminjam kepada keluarga pemilik usaha perikanan yang kaya. Namun lain halnya di beberapa desa nelayan lainnya, seperti kassi-kajang (Bulukumba), Rajuni dan Jinato 6



(Selayar), Salemo (Pangkep) dimana sebagian besar keluarga nelayan berstatus pemilik yang kaya-kaya (berada). 2. Sistem Kelembagaan Masyarakat Maritim Adapun jenis lembaga sosial masyarakat maritim di Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut: 1) Lembaga Upacara Adat (Mappesawe) 2) Lembaga Musyawarah Mufakat 3) Lembaga Kekerabatan (Mabulo Sibatang) 4) Lembaga Punggawa-Sawi 5) Lembaga Kepemimpinan 3. Sistem Pengetahuan Masyarakat Maritim 1) Pengetahuan pelayaran Memiliki pengetahuan tentang musim, kondisi cuaca dan suhu, kondisi dasar, dan tanda-tanda alam lainnya merupakan hal-hal yang mutlak diperlukan dan diketahui oleh nelayan khususnya. Dengan berbekal pengetahuan tersebut nelayan mampu menentukan waktu-waktu kegiatan pelayaran yang efektif dan menjamin keselamatan di Laut. Di nusantara ini, masyarakat nelayan memiliki pengetahuan tentang dua tipe musim yaitu musim barat dan musim timur, yang memiliki pola dan karakteristik masingmasing. Nelayan juga memiliki pengetahuan tentang tempat-tempat keramat yang dihuni oleh hantu-hantu laut, dan juga tempat-tempat yang aman untuk dilalui dan digunakan sebagai tempat beristirahat. Selain itu, nelayan juga memiliki pengetahuan tentang kondisi dasar (dalam, dangkal, berpasir, berlumpur, berbatu-batu, rata, landai, curam) dan kondisi air laut (berombak dan berarus). Pengetahuan seperti ini diperlukan bagi pilihan penggunaan tipetipe alat tangkap. 2) Pengetahuan tentang Lingkungan dan Sumber Daya Laut Walaupun nelayan memiliki banyak pengetahuan mengenai hal ini, namun pengetahuan nelayan lokal masih dinilai sangat minim, hal ini dikarenakan nelayan hanya perlu memberi nama pada jenis-jenis ikan dan biota lainnya berdasarkan nilai ekonominya, berbahaya, bermakna simbolik dan berfungsi praktis bagi kehidupan masyarakat nelayan. Berbeda dengan pengetahuan dari komunitas saintis (dosen, mahasiswa, peneliti, pengelola laboratorium, ahli lingkungan dan pengelola museum) yang mengetahui ratusan bahkan ribuan 7



jenis ikan dan biota laut lainnya dengan nama/istilah latin. Mereka mengetahui lokasi dan perkembangbiakan, kondisi populasi dan perilaku biota laut melalui pendidikan dan penelitian ilmiah. 3) Pengetahuan tentang Lingkungan Sosial Masyarakat maritim khususnya nelayan memerlukan dan memiliki pengetahuan tentang lingkungan sosial di sekitarnya dengan siapa mereka bertransaksi, bekerjasama, meminta jasa perlindungan keamanan, atau sebaliknya melakukan persaingan dan konflik memperebutkan potensi sumber daya dan jasa-jasa laut lingkungan sosial masyarakat maritim. 4. Sistem Kepercayaan Masyarakat Maritim Umumnya masyarakat nelayan Sulawesi Selatan, seperti masyarakat maritim pantai Galesong dan Barombong masih percaya bahwa lautan itu adalah hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan ajaran agama Islam yang mereka yakini dan anut secara resmi. Mereka pun tahu bahwa segala sesuatu yang ada di alam raya ini, termasuk lautan berada di bawah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Nelayan Mandar pun meyakini juga akan keberadaan Nabi Khidir dalam struktur dunia gaib, dimana menempatkannya diurutan pertama sebagai pemimpin dan penguasa laut. Sementara makhluk-makhluk halus lainnya dianggap sebagai anggota di bawah kekuasaan dan perintah Nabi Khidir. 5. Hubungan kekeluargaan/kekerabatan Masyarakat Maritim Eksplorasi Ponggawa-Sawi sebagai suatu sistem tradisional di masyarakat pesisir Sulawesi Selatan dibentuk dalam konsep hubungan antara ponggawa dan sawi yang dikenal sebagai hubungan patron dan client. Ponggawa adalah seorang yang mampu menyediakan kapital (sosial dan ekonomi) bagi kelompok masyarakat dalam menjalankan suatu usaha (biasanya berorientasi pada skala usaha penangkapan ikan, sedangkan sawi adalah sekelompok orang yang bekerja pada ponggawa dengan memakai atribut hubungan norma sosial dan persepakatan kerja. Hubungan



ini



terus



berdinamika



ditengah



tekanan



legitimasi



atau



marginalisasi, namun masih banyak yang harus dipahami terutama menyangkut hal aturan sosial tempat masyarakatnya berpijak. Aturan sosial atau hubungan sosial yang dilandasinya lebih banyak tentang sistem hirarki sosial, kekerabatan keluarga dan perkawinan menjadi ciri khas sistem ponggawa-sawi. Pada banyak hubungan sosial ini lebih banyak dilandasi oleh adanya penghormatan akan 8



konsep budaya siri’ (malu), senasib sepenanggungan (dalam bahasa Makassar disebut pacce) dengan orientasi kepada pengesahan prilaku sosial yang melingkupi sistem tradisional ini tidak semuanya dapat dibenarkan. Hubungan antara Ponggawa dan Sawi dapat dikategorikan sebagai hubungan yang tidak seimbang atau tidak adil dalam kondisi perolehan. Hubungan kekerabatan ini lebih banyak terjadi dengan tetap menggunakan norma sosial adalah pada tingkat lokal seperti pedesaan. Hubungan antara superior dan sejumlah inferior didasari oleh pertukaran pelayanan (service) yang tidak seimbang. Malah dikatakan bahwa besarnya nilai pertukaran antara Ponggawa dan Sawi lebih banyak disandarkan oleh besarnya perhatian atau pemberian yang terjadi. Misalnya, Sawi akan memberikan penghormatan kesepakatan norma kepada Ponggawa sesuai dengan besarnya service yang diberikan oleh Ponggawanya. 6. Sistem Religi Masyarakat Maritim Proses ritual kepercayaan yang dianut oleh nelayan dari berbagai macam daerah di indonesia salah satunya ialah suku bugis, makassar, memiliki ritual dan penyembahan sesaji untuk menghadapi dan melawan rintangan arus dan ombak besar yang diarunginya, dalamnya laut yang diselami untuk mencari teripang, berbahaya dan angkernya tempat yang kaya sumber dayanya dan ancaman raksasa laut (gurita, hiu, dan paus). Sedangkan suku mandar, nelayan mandar memiliki ritual laut, yang terkait dengan penghidupannya di laut, kepercayaannya terhadap penguasa alam semesta (Allah SWT), alam gaib dan hal-hal yang membahayakan di laut. Tuhan dan alam gaib menjadi pusat dari pelaksanaan ritual, Nabi Khidir direpresentasikan sebagai penguasa laut. Tujuan utama dari ritual nelayan mandar adalah untuk mendapatkan rezeki yang memadai, perlindungan dari tuhan agar terhindar dari bahaya laut (kawao, badai, hantu laut dan sebaginya). Demikian juga untuk mendapatkan berkah dari Allah SWT. Ritual dibagi 3: -



Ritual konstruksi (ritual pembuatan perahu hingga penurunan awal perahu ke laut)



-



Ritual produksi (ritual sebelum melaksanakan pekerjaan melaut)



-



Ritual distribusi (berupa upacara syukuran hasil tangkapan dan ritual syukuran awal bulan ramadhan).



9



7. Sistem Kesenian Kebudayaan maritim juga tidak luput dari unsur kesenian, terutama seni arsitektur/konstruksi kapal/perahu dan layar, ukir dan gambar dengan motif dan warna cat, lagu dan musik. Perahu-perahu Jawa dan Bali, India dan Cina banyak dicirikan dengan ukiran dan gambar binatang dengan kombinasi warna cat. Ukiran dan gambar tersebut, selain berfungsi seni, juga memuat makna akan gagasan dunia dan keyakinan religius. Berbeda dengan pulau jawa di Sulawesi Selatan dikenal adanya kapal Pinisi yang memiliki arsitektur bentuk yang megah dengan desain yang sederhana namun elegan, serta lebih mengutamakan tempat penampungan hasil berlayarnya. Nelayan di Sulawesi Selatan sendiri khususnya nelayan Torani dari Galesong mempunyai lagu yang dipercaya mengandung kekuatan supernatural memikat ikan-ikan untuk melompat ke dalam perahu patorani yang dioperasikannya. C. Fungsi Kebudayaan Maritim Indonesia sebagai negara maritim yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut tentu mempunyai kelebihan tersendiri dibanding dengan negara-negara lain. Dalam kehidupan berbangsa laut sudah menjadi bagian terpenting bagi negara Indonesia, hal ini disebabkan karena sebagian besar kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya Indonesia telah mencerminkan kemaritiman Indonesia. Tidak heran jika sektor maritim Indonesia tidak diragukan lagi. a) Bidang Sosial Dalam bidang sosial, maritim mempunyai fungsi sebagai media pemersatu yang menumbuhkan dan mempererat ikatan batin sebagai satu bangsa antara penduduk pulau yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya laut ini kemudian menumbuhkan rasa saling memiliki, bahwa laut tersebut merupakan bagian dari bangsa yang harus dijaga dan dirawat, dengan adanya laut tersebut maka antar pulau mampu terhubung. b) Bidang Ekonomi Dalam bidang ekonomi, maritim memiliki fungsi sebagai sumber ekonomi yang mampu menghasilkan kekayaan bagi negara. Laut Indonesia ditaksir menyimpan potensi kekayaan yang dapat dieksploitasi 156 miliar dolar AS per tahun atau sekitar Rp 1.456 triliun. Walau demikian, kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional dinilai masih rendah. Pada 1998 sektor kelautan hanya menyumbang 20,06 persen terhadap PDB, itupun sebagian besar atau 49,78 10



persen disumbang subsektor pertambangan minyak dan gas bumi di laut. Ini menunjukkan bahwa kekayaan laut Indonesia yang sangat besar masih disiasiakan. Berbeda dengan negara maritim lain, seperti RRC, AS, dan Norwegia, yang sudah memanfaatkan laut sedemikian rupa hingga memberikan kontribusi di atas 30 persen terhadap PDB nasional mereka. Selain itu laut juga sebagai media penghubung untuk memperlancar lalu lintas barang dalam perdagangan. c) Bidang Budaya Dalam bidang budaya, maritim memiliki fungsi sebagai landasan bagi berkembangnya kebudayaan dan tradisi yang berlangsung dalam masyarakat. laut dijadikan sebagai cikal bakal perkembangan kebudayaan, yang kemudian dengan adanya laut dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan bangsa. Laut juga berfungsi sebagai obyek dalam kebudayaan, karena berbagai macam ritual kebudayaan dapat dilakukan di daerah laut guna menunjukkan apresiasi rasa syukur masyarakat atas sumber daya alam yang telah disediakan oleh laut. d) Bidang Politik Dalam bidang politik, laut memiliki fungsi sebagai media pertahanan dan sekaligus sabuk pengaman terhadap serangan dari luar. Bangsa yang mampu menguasai laut maka bangsa tersebut mempunyai sea power. Sea power adalah kekuatan



dan



kemampuan



yang



dimiliki



oleh



suatu



bangsa



untuk



mendayagunakan laut bagi kejayaan dan kemakmuran bangsanya. Kekuatan tersebut kemudian mampu meningkatkan kekuasaan suatu bangsa yang pada akhirnya bangsa tersebut akan dihormati dan ditakuti oleh bangsa-bangsa lain. D. Peningkatan Sikap Mengenali Diri Sebagai Masyarakat Maritim Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi laut yang sangat melimpah dan garis pantai yang luas membentang. Bukan suatu hal yang asing apabila Indonesia dijuluki sebagai Negara Maritim/Kepulauan. Disamping itu, masih banyak masyarakat Indonesia salah satunya Kepulauan Riau yang tinggal di pesisir pantai melayu belum mengenali siapa dirinya. Kurangnya pengetahuan tersebut menyebabkan lemahnya sistem kemaritiman Indonesia sehingga sulit berkembang secara optimal. Untuk mengenal diri sebagai masyarakat maritim yang harus dilakukan adalah masyarakat harus mengkonsep pola pikirnya sebagai pola pikir berbasis maritim. Penguatan paradigma kepulauan adalah menyadari bahwa kita merupakan negara kesatuan dari jalinan wilayah kepulauan. Dengan ini, kita dapat



11



menyadari bahwa sebenarnya kita berjalan diatas wilayah berbasis kelautan. Pola pikir ini jelas berbeda pola pikir kontinental. Tanpa mengenal diri kita sebagai masyarakat maritim, yang memiliki surga bawah laut luar biasa, potensi yang melimpah ruah, dan posisi yang sangat strategis kita akan terus larut dala pembangunan kontinental. Pemerintah memberikan perpanjangan tangan kepada TNI untuk menjaga seluruh potensi laut Indonesia, tetapi masyarakat juga harus berkontribusi dalam hal ini agar potensi laut Indonesi tidak akan habis terus-menerus dicuri. Untuk menghadapi poros maritim yang dicetuskan oleh pemerintah pusat, maka ada beberapa usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir yaitu: a. Kesadaran persatuan dan kesatuan yang kokoh antara Wilayah Kepulauan yang ada pada Provinsi berbasis maritim b. Kesadaran generasi muda yang berwawasan maritim, karakter, dan jiwa bahari yang kokoh c. Kesadaran kepemimpinan Nasional dan daerah yang harus fokus pada sektor kelautan d. Kesadaran petingnya pendidikan yang berbasis kelautan e. Pentingnya menjaga lingkungan hidup dalam aspek kelautan f. Kesadaran untuk membangun industri berbasis maritim g. Kesadaran untuk berinovasi dan mencari domain bisnis berbasis maritim.



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Fungsi kebudayaan maritim sangat penting bagi penguatan nilai-nilai dan tatanan kehidupan bersama karena Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi laut yang sangat melimpah sehingga tentunya di perlukan penguatan nilainilai dan tatanan dalam kehidupan bersama yang dapat mengarahkan masyarakat Indonesia untuk mewujudkan kewaspadaan nasional yang dilaksanakan dalam bentuk penanaman budaya maritim sebagai bentuk perwujudan dari pendidikan karakter bangsa dan bela negara. Hal ini berkaitan dengan masalah bergesernya karakter dan nilai-nilai bangsa yang lebih kearah daratan dan budaya maritim dilingkungan generasi mudah. Saat kita sudah membuat budaya maritim menjadi suatu kegiatan rutin dalam kehidupan kita maka kita bisa menguatkan nilai-nilai atau karakter bangsa Indonesia sendiri kembali menjadi negara maritim. Jadi, Konsep budaya maritim ini tentu saja mencakup sistem nilai dan kepercayaan. B. Saran Maka dari itu diharapkan peran masyarakat untuk menghadapi porosnya maritim dimana diwujudkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terutama kesadaran generasi muda yang berwawasan maritim dan memiliki jiwa kemaritiman yang kokoh untuk menguatkan nilai-nilai dan tatanan kehidupan bersama.



13



DAFTAR PUSTAKA



Ansari Isbul. 2019. Kebudayaan Maritim (2). Diakses 30 April 2021 dari Slideshare: slideshare.net/mobile/IsbulAnsariFib/kebudayaan-maritim-2



Arsyad dan Nadhifa. 2013. Makalah WSBM (Kebudayaan Maritim). Diakses 30 April 2021 dari scribd: scribd.com/doc/171854627Makalah-WSBM-Kebudayaan-Maritim



Dardiri, TB. 2018. Fenomena Maritim Indonesia Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Seni Lukis. Skripsi Sarjana. Fakultas Seni Rupa dan Desain. Institus Seni Indonesia, Surakarta.



Thegorbalsla. 2019. Pengertian Kebudayaan: Unsur Unsur, Fungsi, Wujud, Contoh. Diakses 30 April 2021 dari thegorbalsla: thegorbalsla.com/pengertian-kebudayaan/



14