Kelompok B2 - Tugas Sebelum Praktikum Topik 5 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Tata
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM TOPIK 5 “PERANCANGAN DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI DAN KRIM”



Dosen Pengampu: apt.Lidya Ameliana, S.Si., M.Farm.



Oleh: KELOMPOK B2 Rifdah Bunga Kwintana



202211101034



Dwi Indah Noviyanti



202211101035



Yani Putri Romayanti



202211101036



Sitti Lutiviani



202211101037



Regita Ardhia Ayu Anjarani



202211101038



Tyas Putri Rahmadani



202211101039



Nadifa Nada



202211101040



PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2021



KRIM GENTAMISIN SULFAT



A. Formulasi krim Gentamisin Sulfat, Fungsi Komponen Bahan-Bahannya, dan Cara Pembuatannya 1. Formulasi Gentamisin Sulfat Berikut merupakan formulasi Krim Gentamisin Sulfat (Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Semisolid Products, Hal 244): Nama bahan Gentamisin sulfat Petrolatum Polyoxyl 20 cetostearyl ether



Jenis



Jumlah



Bahan aktif



0,1 gr



Emolient



15 gr



Emulgator



1,8 gr



(surfaktan O/W)



Cetostearyl alcohol



Emulgator



7,2 gr



(co-surfaktan) Chlorocresol



Pengawet



0,1 gr



Paraffin liquid



Emolient



6 gr



Dapar



1,3 gr



Pelarut



Ad 100



Monobasic sodium phosphate Aquadest



2. Studi Praformulasi Bahan a.



Gentamisin (FI VI, 2020; Hal 481) Berat molekul



: 1488,8g/mol



Titik lebur



: 218-237



Pemerian



: Serbuk; putih sampai kekuning-kuningan. Larut dalam air, tidak larut dalam etanol, aseton, kloroform, eter dan benzene.



Kegunaan



: Bahan aktif sediaan krim (digunakan sebagai antimikroba)



pH



: 3,5 - 5,5



Indikasi



: Septikemia dan sepsis pada neonates, meningitis daninfeksi SSP lainya, infeksi bilier,



pileonefritis dan prostatitis akut,



endokarditis karena Streptococcus viridians atau Streptococcus facealis (bersama penisilin), pneumonia nosokomial, terapi tambahan pada meningitis karena listeria.



Efek samping



: Gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesia pada pemberian jangka panjang, colitis karena antibiotik



Penyimpanan



: Baik dalam bentuk injeksi maupun salep, paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembab.



b. Petrolatum (HPE Ed 6 Hal. 481) Pemerian



:



Petrolatum berwarna kuning pucat, tembus cahaya, tidak berbau, tidak berasa dan dan tidak lebih dari sedikit berpendar di siang hari, bahkan saat meleleh.



Kelarutan



: Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, panas atau dingin etanol (95%), gliserin, dan air; larut dalam benzena, karbon disulfida, kloroform, eter, heksana,dan paling tetap dan mudah menguap minyak.



Kegunaan



: Emollient



Stabilitas



: Petrolatum adalah bahan yang secara inheren stabil karena tidak reaktif sifat komponen hidrokarbonnya;sebagian besar masalah stabilitas terjadi karena adanya sejumlah kecil pengotor.



pH



: 4,5 - 8,0



Konsentrasi



: 10 - 30%



Titik lebur



: 40 - 60°C



Penyimpanan



: Disimpan pada wadah tertutup rapat, pada suhu kamar, tehindar dari paparan cahaya langsung.



c.



Polyoxyl 20 cetostearyl ether (HPE Ed 6 Hal. 517) Pemerian



: Polietilen glikol sebagai polimer etilen oksida dan air. Polietilen glikol grade 200 - 600 adalah cairan; grade 1000 ke atas adalah padatan di suhu sekitar.



Kelarutan



: Kelarutan semua kadar polietilen glikol larut dalm air dan larut dalam semua proporsi dengan glikol polietilen lainnya (setelah mencair, jika perlu). Polietilen glikol padat larut dalam aseton, diklorometana, etanol (95%), dan metanol; mereka sedikit larut dalam hidrokarbon alifatik dan eter, tetapi tidak larut dalam



lemak, minyak tetap, dan minyak mineral. Kegunaan



: Emulgator



Stabilitas



: Polietilen glikol cair dan padat inkompatibilitas terhadap beberapa agen pewarna



pH



: 4,5 - 7,5



Konsentrasi



: 1 - 20%



Titik lebur



: 59°C



Penyimpanan



: Disimpan pada wadah tertutup rapat, pada suhu kamar, tehindar dari paparan cahaya langsung.



d. Cetostearyl alcohol (HPE Ed 6 Hal. 700) Pemerian



: Keras, putih,berlilin, serpih, atau butiran dengan sedikit bau dan rasa lembut.



Kelarutan



: Larut dalam kloroform, etanol (95%), eter, heksana, propilen glikol, benzena, aseton, dan minyak nabati; praktis tidak larut dalam air.



Kegunaan



: Agen pengental dan emulgator



Stabilitas



: Stearyl alkohol stabil terhadap asam dan alkali dan biasanya tidak menjadi tengik. Ini harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat di tempat sejuk dan kering.



Konsentrasi



: ≤ 20%



Penyimpanan



: Disimpan pada wadah tertutup rapat, pada suhu kamar, tehindar dari paparan cahaya langsung.



e.



Chlorocresol (HPE Ed 6 Hal. 168) Pemerian



: Tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, kristal dimorf atau kristalin bubuk dengan bau fenolik yang khas.



Kelarutan



: Larut dalam aseton, alkali hidroksi cair, kloroform, eter, gliserin, dan air dalam suhu 50-100⁰C.



Konsentrasi



: 0,075 - 0,2%



Kegunaan



: Pengawet



Stabilitas



: Chlorocresol stabil pada suhu kamar tetapi volatil dalam uap. Larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf.



f.



Mineral oil (HPE Ed 6 Hal. 445)



Pemerian



: Transparan, tidak berwarna, cair kental, tidak berbau ketika dingin dan berbau ketika dipanaskan.



Kelarutan



: Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air. Larut dalam jenis minyak lemak.



g.



Kegunaan



: Emolient



Konsentrasi



: 1 - 20%



Stabilitas



: Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.



Monobasic sodium phosphat (HPE Ed 6 Hal. 659) Pemerian



: Bentuk terhidrasi dari natrium fosfat monobasa terjadi sebagai tidak berbau, tidak berwarna atau putih, kristal sedikit deliquescent. Itu bentuk anhidrat terjadi sebagai bubuk kristal putih atau butiran.



Kelarutan



:



Natrium fosfat monobasa stabil secara kimiawi, meskipun demikian sedikit deliquescent. Pada pemanasan pada 100°C, dihidrat kehilangan semua airkristalisasi.



Kegunaan



: Agen pendapar



Konsentrasi



: 4,1 - 4,5%



Stabilitas



: Natrium fosfat monobasa adalah garam asam dan karenanya umumnya tidak sesuai dengan bahan alkali dan karbonat.



h. Aquadest (HPE Ed 6 Hal. 768) Pemerian



: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.



Fungsi



: Pelarut



3. Cara Pembuatan Berikut prosedur pembuatan krim (Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Semisolid Products, 2009. hal 244) : 1)



Fase lemak yang terdiri dari petrolatum, cetomacrogol 1000, cetostearyl alkohol, metil paraben, propil paraben, liquid paraffin masukan kedalam cawan porselen. Panaskan dengan suhu 700C dengan waterbath. Aduk sampai meleleh.



2)



Fase air: Panaskan 608 gram aquadest hingga suhu 700C dalam heater.



3)



Persiapan krim: pindahkan campuran nomer 1 kedalam mixer melalui filter stainless steel sambil diaduk pada kecepatan 10 rpm, vakum 0,6 bar.



4)



Setelah perpindahan selesai, mulai homogenizer dengan kecepatan rendah selama 10 menit dengan resirkulasi dengan suhu 650C - 700C



5)



Hentikan homogenizer, atur mixer pada suhu 500C, kecepatan 10 rpm dan vacuum 0,6 bar. Dinginkan krim sampai 500C.



6)



Fase obat: larutkan monobasic sodium fosfat, gentamisin sulfat (zat aktif) di sisa 86,17 gram aquadest aduk dengan pengaduk pada suhu 500C.



7)



Pindahkan larutan obat dari langkah 4 ke fase krim dalam mixer pada suhu 500C sambil diaduk.



8)



Mulai homogenizer dengan kecepatan tinggi, kecepatan mixer 10 rpm. Campur dan homogenkan selama 10 menit di bawah vakum 0,6 bar.



9)



Saat homogenisasi sedang berlangsung, atur suhu pada 250C sehingga suhu krim tidak akan meningkat. Lanjutkan pengadukan pada 10 rpm di bawah vakum 0,6 bar sampai suhu mencapai 250C.



10) Saat krim sudah dingin sampai suhu 250C, masukkan krim kedalam wadah sediaan.



B. Prosedur Seluruh Evaluasi Sediaan Krim berdasarkan Literatur (Uji pH, Uji Viskositas, Uji Tipe Emulsi, Uji Daya Sebar) dan Rentang Persyaratan yang Diperbolehkan 1. Uji Organoleptis Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra mulai dari bentuk, warna, dan bau. Parameter kualitas fisik krim yaitu tidak terjadi perubahan bentuk, warna, bau (Jayanto dkk., 2020), tekstur (Puspitasari dkk., 2018), dan pemisahan fase (Wiyono dkk., 2019) semenjak dari awal pembuatan, pada saat penyimpanan hingga sampai zat tersebut digunakan Jayanto dkk., 2020. Pengujian dilakukan dengan replikasi pada masing-masing formula sebanyak tiga kali. (Puspitasari dkk., 2018; Jayanto dkk., 2020). 2. Uji pH (Maru and Lahoti, 2018) a) Mula-mula disiapkan sejumlah gram krim dalam gelas beker. b) Kalibrasi pH meter dengan buffer standar pH 4,0 dan 7,0. c) Lakukan pengukuran pH krim. Syarat: pH sesuai dengan standar pH kulit yaitu 4,5 sampai 6,5 (Anwar, 2012). 3. Uji Viskositas



a) Krim sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam gelas beker dan dibiarkan seimbang selama 5 menit sebelum mengukur pembacaan pada kecepatan 10, 20, 30, 50, 60, dan 100 rpm. b) Kecepatan spindel diturunkan secara beruturut-turut dan pembacaan viskositas dicatat. Syarat : >50 dPa.S (Gozal et al., 2009). 4. Uji Tipe Emulsi a. Metode pengenceran Krim dimasukkan ke dalam vial, kemudian ditambah air. Jika krim dapat diencerkan maka tipe emulsinya adalah tipe minyak dalam air (M/A) dan sebaliknya jika tidak dapat diencerkan maka tipe emulsinya air dalam minyak (A/M) (Wahyuddin dkk., 2020). b. Metode dispersi larutan zat warna Krim yang telah dibuat dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditetesi beberapa tetes larutan metilen biru. Jika warna biru segera terdispersi keseluruh emulsi maka tipe emulsinya M/A dan sebaliknya jika warna biru tidak terdispersi seluruhnya maka tipe emulsinya A/M (Wahyuddin dkk., 2020). c. Metode hantaran listrik Krim yang telah dibuat dimasukan sebanyak 25 mL ke dalam gelas piala, kemudian dihubungkan dengan rangkaian arus listrik. Uji ini didasarkan pada prinsip bahwa air menghantarakan aliran listrik, sedangkan minyak tidak. Apabila lampu menyala maka tipe emulsinya M/A dan sebaliknya apabila lampu tidak menyala maka emulsi tersebut tipe A/M (Wahyuddin dkk., 2020). 5. Uji Daya Sebar (Voigt, 1984) a) Timbang krim sebanyak kurang lebih 50 mg lalu ditempatkan di antara 2 kaca objek yang berbentuk lingkaran. b) Beban berbobot 50, 100, dan 150 g diletakkan secara bertahap di atas kaca objek selama 1 menit. c) Ukur diameter krim yang menyebar di kaca objek. Syarat : 5-7 cm (Garg et al., 2002).



6. Uji isi minimum (FI VI, 2020; Hal. 2017)



Tujuan : untuk memastikan bahwa jumlah sediaan yang dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan jumlah yang tertera pada etiket a. Prosedur untuk sediaan bukan aerosol  Untuk wadah yang diberi etiket bobot 1) Diambil 10 wadah, hilangkan semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot pada waktu isi wadah dikeluarkan. 2) Dibersihkan dan keringkan bagian luar wadah dengan sempurna dengan cara yang sesuai dan ditimbang satu per satu. 3) Dikeluarkan isi secara kuantitatif dari masing-masing wadah, dipotong ujung wadah, jika perlu dicuci dengan pelarut yang sesuai, hati-hati pada tutup dan bagian lain wadah yang awal telah ditimbang tidak dapat terpisah. 4) Dikeringkan dan timbang kembali masing-masing wadah kosong beserta bagian-bagiannya yang telah ditimbang pada penimbangan pertama. 5) Ditetapkan bobot bersih masing-masing isi wadah dan rata-rata isi bersih dari seluruh wadah. 6) Selisih antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi wadah.  Untuk wadah yang diberi etiket volume 1) Lakukan prosedur yang sama seperti untuk wadah yang diberi etiket bobot. 2) Diubah bobot ke volume dengan menggunakan perhitungan bobot jenis. Pendekatan yang disarankan untuk menetapkan bobot jenis zat uji sebagai berikut: a) Ditara labu tentukur 100 mL yang berisi 50,0 mL pelarut yang dapat bercampur dengan sediaan yang diuji. b) Dimasukkan kurang lebih d25 mL sediaan, kemudian dikocok hingga tercampur rata. c) Ditimbang ulang labu tentukur (W). d) Ditambahkan pelarut melalui buret sampai tanda batas, sambil diaduk perlahan. catat volume yang digunakan dalam buret. e) Dihitung bobot jenis zat uji dengan rumus sebagai berikut :



W adalah bobot sediaan dalam g dan V adalah 50,0 mL dikurangi volume pelarut yang digunakan dalam buret untuk mencapai volume labur tentukur 100 mL. 3) Jika wadah kurang dari 25 mL, dapat digunakan labu tentukur dengan skala lebih kecil dan jumlah pelarut disesuaikan. 4) Prosedur alternatif: dituangkan isi dari 10 wadah ke dalam 10 gelas ukur yang sesuai, hingga seluruh isi keluar dengan sempurna. Catat volume dari masing-masing isi wadah. Kriteria penerimaan :



7. Uji Daya Lekat Sampel sebanyak 0,25 gram krim dioleskan pada plat kaca, kedua plat ditempelkan sampai plat menyatu. Krim diantara plat kaca ditekan dengan beban 50 g selama 5 menit. Plat kaca yang saling menempel dipasang pada alat uji daya lekat dan dilepas dengan beban 80 g, kemudian dicatat waktu saat kedua plat tersebut lepas (Wiyono dkk., 2019). Persyaratan daya lekat krim yang baik yaitu lebih dari 4 detik (Genatrika dkk., 2016). 8. Uji homogenitas (Puspitasari dkk., 2018) Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan di atas object glass, Kemudian diamati adanya butiran-butiran kasar. Sediaan ditimbang 0,1 gram dioleskan tipis pada kaca arloji atau kaca objek secara merata. Krim harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya bintik-bintik. 9. Uji Partikel Asing (Saptarini dan Hadisoebroto, 2020) Sejumlah kecil krim disebarkan pada kaca objek bebas lemak dan diamati di bawah untuk mengecek adanya partikel asing. Krim yang baik tidak mengandung partikel asing. 10. Uji iritasi (Fatmawaty dkk., 2016) Sediaan sebanyak 0, 5 g dioleskan pada bagian punggung kelinci yang telah ditentukan, lalu ditutup dengan kassa steril dan perban kemudian direkatkan dengan plester lalu dibungkus dengan perban, dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, plester dan perban dibuka dan dibiarkan selama 1 jam, lalu diamati. Setelah diamati, bagian tersebut ditutup kembali dengan plester yang sama, lalu dilakukan pengamatan kembali setelah 72 jam. krim yang baik tidak menimbulkan iritasi.



SUSPENSI IBUPROFEN



A. Formulasi suspensi Ibuprofen, fungsi komponen bahan-bahannya, dan cara pembuatannya 1. Formulasi Suspensi Ibuprofen Formulasi dari sediaan suspensi Ibuprofen adalah sebagai berikut (Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations, 2009 Hal. 244) : Nama Bahan



Komposisi (gram)



Fungsi Bahan



Ibuprofen



4



Bahan Aktif



Sukrosa



25



Pemanis



Kollidon CL-M



8



Stabilizer



Kollidon 90 F



2



Suspending Agent



Natrium Sitrat



2



Buffering Agent



Aquadest Terpurifikasi



Ad 100 mL



Pelarut



2. Studi Praformulasi Bahan a. Ibuprofen (FI VI, 2020; Hal 727 – 729) Nama Senyawa : Ibuprofen Struktur Molekul :



Kandungan



: Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C13H18O2, dihitung terhadap zat anhidrat.



Pemerian



: Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; berbau khas lemah.



Kelarutan



: Sangat mudah larut dalam etanol, metanol, aseton dan kloroform; sukar larut dalam etil asetat; praktis tidak larut dalam air.



pH



: Antara 3,6 dan 4,6



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat.



Indikasi



: Nyeri dan peradangan pada penyakit rematik dan lainnya, gangguan muskuloskeletal, Nyeri ringan sampai sedang termasuk dismenore, Analgesia pascaoperasi, Migrain, Sakit gigi (BNF Ed 73, 2018 Hal 1106).



Fungsi



: Bahan Aktif



b. Sukrosa (HPE Ed 6 Hal 703 – 706) Nama



: Sucrose



Struktur Kimia



:



C12H22O11 Sinonim



:



Beet



sugar;



cane



sugar;



a-D-glucopyranosyl-b-D-



fructofuranoside; refined sugar; saccharose; saccharum; sugar. Nama Kimia



: b-D-fructofuranosyl-a-D-glucopyranoside



Pemerian



: Kristal tidak berwarna seperti massa atau balok kristal; serbuk kristal putih; tidak berbau dan memiliki rasa yang manis.



Kelarutan



: Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam kloroform dan sukar larut dalam etanol



Inkompatibilitas : Dapat terkontaminasi dengan logam berat misal asam askorbat; dapat terkontaminasi dengan sulfit sehingga berubah warna; dapat terhidrolisis dengan adanya asam encer maupun pekat; dapat menyerap aluminium. Fungsi



: Sebagai pemanis



c. Kollidon CL-M (HPE Ed 6 Hal 208 – 209) Nama : Crospovidone



Sinonim



: Crospovidonum; Crospopharm; crosslinked povidone; E1202; Kollidon CL; Kollidon CL-M; Polyplasdone XL; Polyplasdone XL-10;



polyvinylpolypyrrolidone;



PVPP;



1-vinyl-2-



pyrrolidinone homopolymer. Nama Kimia



: 1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer



Pemerian



: berwarna putih hingga putih krem, terbagi halus, mengalir bebas, praktis tidak berasa, tidak berbau atau hampir tidak berbau, serbuk higroskopis.



Kelarutan



: Praktis tidak larut dalam air dan beberapa pelarut organik.



Inkompatibilitas : Crospovidone kompatibel dengan sebagian besar bahan-bahan farmasi organik dan anorganik Fungsi



: Stabilizer



d. Kollidon 90 F (HPE Ed 6 Hal 581 – 583) Nama



: Povidone



Struktur Kimia



:



(C6H9NO)n Sinonim



: E1201; Kollidon; Plasdone; poly[1-(2-oxo-1-pyrrolidinyl)ethylene];



polyvidone;



polyvinylpyrrolidone;



povidonum;



Povipharm; PVP; 1- vinyl-2-pyrrolidinone polymer Nama Kimia



: 1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer



Pemerian



: Berbentuk halus, berwarna putih hingga putih krem, tidak berbau atau hampir tidak berbau, serbuk higroskopis.



Kelarutan



: Bebas larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral.



Inkompatibilitas : Kompatibel dalam larutan garam anorganik, resin alami dan sintetis, dan bahan kimia lainnya; dapat membentuk adisi molekuler dalam larutan dengan sulfathiazole, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital, tanin, dan senyawa lainnya.



Fungsi e.



: Suspending Agent



Natrium Sitrat (HPE Ed 6 Hal 640 – 641) Nama



: Sodium Citrate Dihydrate



Struktur Kimia



:



C6H5Na3O72H2O Sinonim



: Citric acid trisodium salt; E331; natrii citras; sodium citrate tertiary; trisodium citrate.



Nama Kimia



: Trisodium 2-hydroxypropane-1,2,3-tricarboxylate dehydrate



Pemerian



: Sodium sitrat dihidrat tidak berbau, tidak berwarna, monoklinik kristal, atau bubuk kristal putih dengan rasa asin yang dingin; sedikit deliquescent di udara lembab, dan berpendar di udara kering yang hangat.



Kelarutan



: Larut 1 dalam 1,5 air, 1 dalam 0,6 air mendidih; praktis tidak larut dalam etanol (95%).



Inkompatibilitas : larutan akan sedikit basa dan bereaksi dengan zat asam; garam kalsium dan strontium akan menyebabkan pengendapan sitrat. Fungsi



: Buffering Agent



3. Cara Kerja Petunjuk pembuatan sediaan suspensi Ibuprofen adalah sebagai berikut (Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations, 2009 Hal. 244) : 1) Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan 2) Ditimbang bahan – bahan yang diperlukan dalam formulasi 3) Dicampurkan sukrosa dan kollidon 90 F bersama sebanyak 40% aquadest terpurifikasi, dicampurkan hingga homogen (Campuran I) 4) Ditambahkan dan disuspensikan kollidon CL-M secara homogen ke dalam Campuran I (Campuran II) 5) Ditambahkan dan dilarutkan Ibuprofen ke dalam Campuran II hingga homogeny



6) Ditambahkan sisa aquadest terpurifikasi. 7) Dicampur dan dimasukkan ke dalam botol.



B. Prosedur Evaluasi Sediaan Suspensi berdasarkan Literatur Prosedur evaluasi sediaan suspensi dan syarat keberterimaan adalah sebagai berikut : 1. Uji Organoleptis Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan rasa, warna, dan bau. 2. Uji Bobot jenis Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer. Pada suhu ruang piknometer yang kering dan bersih ditimbang (X gram), kemudian diisi air dan ditimbang kembali (Y gram). Air kemudian dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dibersihkan. Kemudian sediaan diisi dalam piknometer dan ditimbang (A2 gram). Bobot jenis sediaan dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Y−1



Bobot jenis = X−1 x Berat jenis air pada suhu ruang Syarat keberterimaan : Syarat massa jenis suspensi yaitu >1,00 g/cm3 karena pada sediaan suspense ibuprofen ini pembawa yang digunakan adalah berupa air, maka massa jenis yang dihasilkan umumnya lebih besar daripada massa jenis pembawanya (Rina Wahyuni). 3. Uji Pemeriksaan Visual Suspensi Gumpalan fase padat yang tidak dapat disuspensikan kembali dengan pengocokan biasa adalah petunjuk utama ketidakstabilan dalam suspensi. Timbulnya partikel yang cukup besar dapat diartikan telah terjadi pembentukan hablur yang berlebih (FI VI 2020, hal 2152). 4. Uji Penetapan pH Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka, elektroda kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai. Alat harus mampu menunjukan potensial dari pasangan



elektrode dan untuk pembakuan pH menggunakan potensial yang dapat diukur oleh sirkuit dengan menggunakan “pembakuan”, ”nol”, ”asimetri”, atau “kalibrasi” dan harus mampu mengontrol perubahan dalam milivolt per perubahan unit pada pembacaan pH melalui kendali “suhu” dan/ atau kemiringan. Pengukuran dilakukan pada suhu 25°±2°, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Skala pH ditetapkan dengan persamaan sebagai berikut (FI VI 2020, hal 2066):



pH = pHs +



(𝐸−𝐸𝑠) 𝑘



pH suspensi Ibuprofen adalah 3,6 – 4,6 (FI VI 2020, hal 729) 5. Uji Penetapan Viskositas Penetapan viskositas dilakukan dengan alat visikometer stormer Cara penentuan viskositas dari sediaan suspensi adalah : masukkan sediaan suspensi sebanyak 50 mL kedalam cup. Alas wadah dinaikkan sedemikian rupa sehingga silinder (bob) tetap berada ditengah-tengah cup dan terbenam dalam sediaan. Skala diatur sehingga menunjukkan angka nol. Berikan beban tertentu dan lepaskan kunci pengatur putaran sehingga beban turun dan mengkibatkan bob berputar. Catat waktu yang diperlukan bob untuk berputar 100 kali putaran, dengan menambah dan mengurangi beban akan didapat pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Hitung kecepatan geser dalam RPM dalam tiap beban yang diberikan dengan persamaan sebagai berikut :



RPM =



100 t



x 60



Keterangan :  RPM = rotasi per menit  t = waktu yang dibutuhkan silinder (bob) untuk berputar 100 kali (s) Hitung viskositas sediaan pada tiap kecepatan geser dengan persamaan sebagai berikut :



Ƞ =



M x Kv RPM



Keterangan:  Ƞ : visikositas (cp)  M : beban (g)  Kv : konstanta alat (cp/g s) Kurva dibuat berdasarkan hubungan antara kecepatan geser terhadap beban yang diberikan pada setiap sediaan. Persyaratan : Viskositas yang terlalu tinggi tidak diharapkan karena dapat menyebabkan masalah penuangan suspensi dari wadah dan sulitnya sediaan untuk terdispersi kembali. 6. Uji Volume Terpindahkan (FI VI 2020, Hal 2121) Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa cairan oral yang dikemas dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume terpindahkan sediaan seperti tertera pada etiket. a) Persiapan Uji Pilih tidak kurang dari 30 wadah. Untuk larutan oral, suspensi oral dan bentuk sediaan cairan oral lain, kocok isi dari 10 wadah satu persatu. b) Prosedur Tuang perlahan-lahan isi dari tiap wadah ke dalam gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit untuk wadah dosis ganda dan 5 menit untuk wadah dosis tunggal kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran. Untuk sediaan volume kecil yang dikemas dalam wadah dosis tunggal, volume dapat dihitung sebagai berikut: (1) keluarkan isi dari wadah ke dalam wadah yang sesuai dan telah ditara (biarkan mengalir sampai tidak lebih dari 5 detik); (2) tentukan bobot isi dari wadah; dan (3) hitung volume setelah penetapan bobot jenis. c) Kriteria Keberterimaan  Untuk sediaan wadah dosis ganda Memenuhi syarat seperti tertera pada Gambar 1. Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak ada satu wadahpun



volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket, atau B adalah volume rata-rata tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari satu wadah yang volumenya kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan uji terhadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, dan volume cairan yang diperoleh tidak lebih dari satu dari 30 wadah yang volumenya kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket.



 Untuk sediaan wadah dosis tunggal Memenuhi syarat seperti tertera pada Gambar 2. Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan volume dari masing-masing wadah dari 10 wadah terletak dalam rentang 95% sampai 110% dari volume yang tertera pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, tetapi tidak ada satu wadah pun volumenya terletak diluar rentang 95% sampai 110% dari volume yang tertera pada etiket, atau B adalah volume rata-rata tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari satu wadah yang volumenya diluar rentang 95% sampai 110%, tetapi dalam rentang 90% sampai 115%, lakukan uji terhadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volumenya diluar rentang 95% sampai 110%, tetapi masih dalam rentang 90% sampai 115% dari volume yang tertera pada etiket.



7. Uji Redispersi Evaluasi suspensi ibuprofen ini dilakukan setelah pengukuran volume sedimentasi konstan. Dilakukan secara manual dan hati-hati, tabung reaksi diputar 180° dan dibalikkan ke posisi semula. Formulasi yang dievaluasi ditentukan berdasarkan jumlah putaran yang diperlukan untuk mendispersikan kembali endapan partikel ibuprofen agar kembali tersuspensi. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5% (Gebresamuel dan GebreMariam, 2013). 8. Uji Volume Sedimentasi Suspensi ibuprofen (10 mL) dimasukkan ke dalam gelas ukur bervolume 10 mL. Kemudian biarkan tersimpan tanpa gangguan, catat volume awal (Vo), simpan maksimal hingga 4 minggu. Volume tersebut merupakan volume akhir (Vu). Parameter pengendapan dari suatu suspensi dapat ditentukan dengan mengukur volume sedimentasi (F) yaitu perbandingan volume akhir endapan (Vu) dengan volume awal sebelum terjadi pengendapan (Vo) yaitu (Anief, 1994):



F=



𝑉𝑢 𝑉𝑜



9. Uji Keseragaman Sediaan Berdasarkan tabel 1 sediaan suspensi menggunakan uji keseragaman kandungan



Uji Keseragaman Kandungan Ambil tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan seperti berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud. Jika prosedur yang digunakanuntuk penetapan kadar dan uji Keseragaman kandungan berbeda, diperlukan faktor koreksi yang akan digunakan untuk memperoleh hasil pengujian. Sediaan cair atau setengah padat Tetapkan kadar masing-masing 10 satuan menggunakan metode analisis yang sesuai. Lakukan penetapan kadar pada sejumlah tertentu bahan yang ditelah dikocok dan dipindahkan dari masing-masing wadah dalam kondisi penggunaan yang normal dan nyatakan hasil sebagai dosis terbagi. Hitung nilai keberterimaan (Tabel 2) (FI VI, 2020; Hal 2027).



Hitung nilai keberterimaan dengan rumus sebagai berikut :



|𝑀 − 𝑋̅| + 𝑘𝑠 10. Uji Distribusi Ukuran Partikel Masing-masing formulasi evaluasi distribusi ukuran partiker yang dilakukan secara mikroskpis cahaya menggunakan lensa okuler pada 100x (10x10) yang dilengkapi kamera. Ukuran partikel dilakukan dengan mengukur 1000 partikel dari masingmasing formula dan dilakukan pengelompokan ukuran partikel. Keberterimaan : Pada kebanyakan suspensi sediaan farmasi yang baik, diameter partikel berkisar antar 1,0050,00 μm (Amelia, 2013). 11. Uji Disolusi dan Penetapan kadar a) Uji Disolusi Media disolusi: 900 mL dapar fosfat pH 7,2. Uji pelepasan dilakukan dengan metode disolusi, uji dilakukan selama 60 menit dengan medium dapar dengan pH 1,2; pH 4,5; pH 6,8; tipe alat disolusi 2 (paddle) dengan kecepatan 50 rpm pada suhu 37o ± 1oC. Ibuprofen yang telah bercampur dengan media disolusi dalam labu disolusi diambil 5 mL pada menit ke-5, 10, 15, 20,30, 45, dan 60 menggunakan syringe yang dilengkapi membran filter 0,45 µm. Sebanyak 5 mL disolusi murni di tambahkan ke dalam campuran ibuprofen dan media disolusi. Hasil uji disolusi dianalisis menggunakan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang maksimum ibuprofen. Keberterimaan : Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q) C13H18O2 dari jumlah yang tertera pada etiket ( FI VI, 2020). b) Uji Penetapan Kadar: Pengujian kandungan ibuprofen dalam dilakukan dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang lebih kurang 264 nm dan 273 nm tidak berbeda lebih dari 3,0% untuk menetapkan konsentrasi obat bebas (yang tidak terjerap). Persentase obat yang terjerap dihitung dengan rumus, yaitu : bobot yang didapat



% kandungan zat aktif = ( bobot yang ditimbang ) x 100%



Keberterimaan : Suspensi Oral Ibuprofen mengandung Ibuprofen, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (FI VI, 2020).



DAFTAR PUSTAKA Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. BNF. 2018. British National Formulary 76th Edition. BMJ Publishing Group: London Fatmawaty, A., M. A. Manggau, R. Tayeb, dan R. Al Adawiah. 2016. Uji iritasi krim hasil fermentasi bunga rosella ( hibiscus sabdariffa l .) dengan variasi konsentrasi emulgator novemer pada kulit kelinci (Oryctalagus cuniculus ). Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences. 1(2):62–65. Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Sigla A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulation: An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84102. Gebresamuel, N., & Gebre-Mariam, T. (2013). Evaluation of suspending agent properties of two local Opuntia spp. muchilago on Paracetamol suspension. Journal of Pharmacy and Sciences. 26 (1), 23- 29. Genatrika, E., N. Isna, dan H. Indri. 2016. Formulasi sediaan krim minyak jintan hitam (Nigella sativa L.) sebagai antijerawat terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Pharmacy. 13(2): 193-201. Gozal, D., M. Abdassah, S. Lathiefah. 2009. Formulasi Krim Pelembab Wajah yang Mengandung Tabir Surya Nanopartikel Zink Oksida Salut Silikon. Jurnal Farmaka. 7(1). Jayanto, I., E. J. Hosea, dan T. Riska. 2020. Formulasi Sediaan krim kombinasi ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dan daun jati (Tectona grandis Linn.F) sebagai anti bakteri terhadap staphylococcus aureus. Pharmacon. 9(2): 259-267. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Maru, A. D. and S. R. Lahoti. 2018. Formulation and Evaluation of Moisturizing Cream Containing Sunflower Wax. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 10(11): 5459. Niazi. Sarfarazk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Liquid Products. Pharmaceutical Scientist, Inc. Deerfield, Illinois, USA. Puspitasari, A. D., M. D. A. Kunti, dan Herlina. 2018. Formulasi krim tabir surya ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) untuk Kesehatan Kulit. Media Litbangkes. 28(4): 263270. Rowe, R.C., P. J. Sheskey, M. E. Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Assosiations.



Saptarini, N. M. dan G. Hadisoebroto. 2020. Formulation and evaluation of lotion and cream of nanosized chitosan-mangosteen (Garnicia mangostana L.) pericarp extract. Rasayn Journal of Chemistry. 13(2): 789-795. Voight, R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi kelima. Penerjemah S.N. Soewandi. 1984. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Wahyuddin, M., N. S. Dhuha, D. W. Leboe, A. P. Febriyanti, dan N. Tahar. 2020. Formulasi dan uji stabilitas krim sari buah naga merah (hylocereus polyrhizus) dengan menggunakan emulgator. Jurnal Farmasi FKIK. 8(1): 21-31. Wiyono, W.I., M., P. V. Y. Yamlean, dan M. C. M. Pratasik. Wiyono. 2019. Formulasi dan uji stabilitas fisik sediaan krim ekstrak etanol daun sesewanua (Clerodendron squamatum vahl.). Pharmacon. 8(2): 261-267