KELOMPOK II Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PRAKTIKUM Factor- Factor Yang Mempengaruhi Persalinan



Disusun Oleh Kelompok : II



Maria minsameer Saritus Mariani Consita Panggur Hugolina Diana Sustri Yakayum Yonasia Sarti Lawang



PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2019



Kegiatan Belajar Midwifery II  150 Menit



PENDAHULUAN Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini di definisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau keduanya, akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung sampai 60 detik. Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”. Seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga diharapkan dalam membarikan asuhan kebidanan pada proses persalinan dapat memperhatikan faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu dalam Hand Out ini akan dibahas topik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passanger, psykologis, penolong.



TUJUAN MATA KULIAH Tujuan dari mata kuliah ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan 2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan 3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan 4. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan 5. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan



power Passage Passanger Psikis (psikologis) penolong persalinan



URAIAN MATERI



KONSEP DASAR ASUHAN PERSALINAN A. Kompetensi Dasar dan Indikator NO Kompetensi Dasar 1. Factor- factor yang mempengaruhi persalinan



Indikator 1. power 2. Passage 3. Passanger 4. Psikis (psikologis) 5. penolong persalinan



B. MATERI Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan Persalinan dapat berjalan normal (Eutosia) apabila ketiga faktor fisik 3 P dapat bekerja sama dengan baik. Dengan faktor 3 P kemungkinan dapat penyimpangan atau kelainan yang dapat mempengaruhi jalannya persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai kelahiran bayi yang baik dan ibu yang sehat, persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan 3 P disebut Persalinan Distocia. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. Power / kekuatan his dan mengejan His atau kontraksi adalah keadaan otot polos yang berada di dinding rahim mengembang dan menguncup, keadaan ini terjadi diluar kemauan. His merupakan faktor yang utama dalam berguna untuk :



kehamilan dan persalinan karena



a. Membantu peregangan uterus menyesuaikan diri dengan kebutuhan tempat isi uterus, yaitu anak, air ketuban dan placenta. Mengadakan pembukaan jalan lahir. b. Mendesak dan mendorong anak agar turun ke dasar panggul dan selanjutnya dikeluarkan dengan jalan kelahiran. His dibagi beberapa macam fase dalam persalinan, yaitu: a. Fase Increment Adalah his mulai timbul perlahan-lahan menjadi kuat dan mencapai puncak kekuatannya. b. Fase Acme Adalah sampai pada puncak kekuatannya. c. Fase Decrement Adalah kekuatan menurun perlahan-lahan kembali kepada keadaan seperti waktu kontraksi belum timbul. 1. Akibat his terhadap ibu: a. Akibat terhadap pembuluh syaraf yaitu kontraksi otot-otot dinding uterus, maka pembuluh darah akan terjepit dan tertekan sehingga akan timbul nyeri. b. Akibat terhadap pembuluh darah yaitu dengan adanya kontraksi otot-otot dinding uterus, maka pembuluh darah kurang lancar, sehingga jantung dan pembuluh arteri bekerja lebih keras, ditandai dengan adanya kenaikan detik nadi dan tekanan darah ibu. 2. Akibat his terhadap anak a. Oleh karena peredaran darah dan adanya kontraksi, janin terjepit dan tertekan. b. Oleh karena



adanya kontraksi uterus mengembang dan



menguncup. 3. Peran his dalam fase-fase persalinan ada 5 macam:



a. His pendahuluan His datang beberapa kali sebelum persalinan benar-benar dimulai, merupakan pendahuluan saja bagi permulaan persalinan. His ini sifatnya tidak kuat, tidak teratur dan datang kemudian hilang lagi. Kalau tidak cepat hilang, jarak antara ke-2 his cukup panjang. b. His pembukaan His ini timbul pada persalinan yang benar-benar akan dimulai. Sifat his lebih kuat daripada his pendahuluan, lebih teratur, makin lama makin kuat. c. His pengeluaran His ini timbul setelah ada pembukaan lengkap yang berperan mengeluarkan anak dari jalan kelahiran. Sifat lebih kuat, lebih cepat, datangnya lebih lama serta mempengaruhi otot-otot dinding perut yang besar. His ini menyebabkan perasaan yang lebih nyeri karena kuatnya dan desakan



kepada anak menjadi lebih kuat



disertai timbulnya perasaan mengejan, dengan demikian anak lebih mudah terdorong dan keluar dari jalan lahir. d. His pelepasan uri Setelah anak lahir, dinding uterus tidak berkontraksi, seolaholah beristirahat karena



telah bekerja keras selama kala



pengeluaran. Tetapi tidak lama kemudian his timbul lagi karena masih ada isi uterus belum dikeluarkan. Kontraksi otot-otot dinding rahim terdesak placenta yang menempel di dinding rahim, akibat placenta terlepas dengan bantuan mengejan atau sedikit tekanan uterus dan luar maka placenta akan dilahirkan. e. His pengiring Setelah placenta lepas, maka terjadi luka besar placenta di dinding uterus. Luka ini akan mengakibatkan pembuluh darah



pecah sehingga terjadi perdarahan. Untuk mengatasi terjadinya perdarahan



yang



banyak



maka



otot-otot



dinding



uterus



berkontraksi tapi agar pembuluh-pembuluh darah terjepit sehingga tidak banyak mengeluarkan darah. Kelainan his yang sering terdapat dan mengganggu proses persalinan yaitu Hipotonik / inertia uteri adalah his yang terlalu lemah. His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah. Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah. 2. Passage atau jalan lahir Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut



harus



normal.



Passage terdiri dari : a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) : 1) Os. Coxae a) Os illium b) Os. Ischium 2) Os. Pubis 3) Os. Sacrum = promotorium 4) Os. Coccygis b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen 1. Pintu Panggul a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.



b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet. c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet. d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan outlet. 2. Bidang-bidang panggul : a. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium. b. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis. c. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri. d. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis 3. Stasion bagian presentasi atau derajat penurunan : a. Stasion 0 : sejajar spina ischiadica. b. 1 cm di atas spina ischiadica disebut Stasion 1 dan seterusnya sampai Stasion 5-1 cm di bawah spina ischiadica disebut stasion -1 dan seterusnya sampai Stasion-5 4. Ukuran-ukuran panggul a. Ukuran luar panggul : 1) Distansia spinarum : jarak antara kedua spina illiaka anterior superior : 24 – 26 cm. 2) Distansia cristarum : jarak antara kedua crista illiaka kanan dan kiri : 28 – 30 cm. 3) Konjugata externa (Boudeloque) 18 – 20 cm. 4) Lingkaran Panggul 80-90 cm. 5) Konjugata diagonalis (periksa dalam) 12,5 cm - Distansia Tuberum (dipakai Oseander) 10,5 cm.



5. Ukuran dalam panggul : Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, linea inniminata, dan pinggir atas simfisis pubis. a. konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh konjugata diagonalis 10,5-11 cm. b. konjugata transversa 12-13 cm. c. konjugata obliqua 13 cm. d. konjugata



obstetrica



adalah



jarak



bagian



tengah



simfisis



ke



promontorium 6. Jenis Panggul Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok jenis panggul : a. Ginekoid b. Android c. Antropoid d. Platipeloid 7. Otot - otot Dasar Panggul Ligamen - Ligamen Penyangga Uterus a. Ligamentum Kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackendrot) : Ligamen terpenting untuk mencegah uterus tidak turun. Jaringan ikat tebal serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis. b. Ligamentum Sacro - uterina sinistrum dan dekstrum : Menahan uterus tidak banyak bergerak Melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kananmelalui dinding rektum kearah os sacrum kiri dan kanan. c. Ligamentum Rotundum sinistrum dan dekstrum (Round Ligament) : Ligamen yang menahan uterus dalam posisi antefleksi. Sudut fundus uterus kiri dan kanan ke inguinal kiri dan kanan.



d. Ligamentum Latum sinistrum dan dekstrum (Broad Ligament) : Dari uterus kearah lateral. e. Ligamentum infundibulo pelvikum : Menahan tubafallopi. Dari infundibulum ke dinding pelvis. Dengan demikian jalan lahir tulang sangat menentukan proses persalinan apakah dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi dengan kekuatan dari luar. Yang perlu mendapat perhatian bidan didaerah pedesaan adalah kemungkinan ketidakseimbangan antara kepala dan jalan lahir dalam bentuk disproporsi sefalo pelvic. Sebagai kriteria kemungkinan tersebut terutama pada primigravida dapat diduga bila dijumpai : a. Kepala janin belum turun pada minggu ke-36 yang disebabkan janin terlalu besar, kesempitan panggul, terdapat lilitan tali pusat dan terdapat hidrosefalus. b. Kelainan letak : letak lintang, letak sungsang c. Pada multipara kemungkinan kesempitan panggul dapat diduga riwayat persalinan yang buruk dan persalinan dengan tindakan operasi Kelainan pada jalan lahir lunak dapat terjadi gangguan pembukaan terutama : 1. Serviks a. Serviks yang kaku Terdapat pada primi tua primer atau sekunder Serviks yang mengalami banyak cacat perlukaan atau (sikatrik) b. Serviks gantung Ostium uteri eksternum terbuka lebar, namun ostium uteri internum tidak terbuka Ostium uteri internum terbuka, namun ostium uteri eksternum tidak terbuka



2. Edema serviks Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara kepala dan jalan lahir sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang menimbulkan edema serviks 3) Passanger a. Janin Selama janin dan placenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetik dan kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal antara lain : 1) Kelainan bentuk dan besar janin : anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia. 2) Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput. 3) Kelainan letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengolak, presentasi rangkap ( kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat ). Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki ciri sebagai berikut : 1) Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir. 2) Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke segala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam. 3) Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam Kepala janin dan ukuran-ukurannya. Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.



1. Tulang Tengkorak ( Cranium ) a)



Bagian muka dan tulang-tulang dasar tengkorak.



b) Bagian tengkorak : 1) Os Frontalis 2) Os Parientalis 3) Os Temporalis 4) Os Occipitalis c)



Sutura 1) Sutura Frontalis 2) Sutura Sagitalis 3) Sutura Koronaria 4) Sutura Lamboidea



d) Ubun-ubun ( Fontanel ) 1) Fontanel mayor / bregma 2) Fontanel minor 2. Ukuran-ukuran kepala a)



Diameter 1) Diameter Occipito frontalis 12 cm 2) Diameter Mento Occipitalis 13,5 cm 3) Diameter Sub Occipito Bregmatika 9,5 cm 4) Diameter Biparietalis 9,25 cm 5) Diameter Ditemporalis 8 cm



b) Ukuran Cirkumferensial ( Keliling ) 1) Cirkumferensial fronto occipitalis 34 cm 2) Cirkumferensia mento occipitalis 35 cm 3) Cirkumferensia sub occipito bregmatika 32 cm 3. Postur janin dalam rahim a)



Sikap (habitus).



Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi, di mana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang di dada. b) Letak janin. Letak janin adalah bagaimana sumbu panjang janin berada terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang di mana sumbu janin sejajar dengan dengan sumbu panjang ibu; ini bisa letak kepala, atau letak sungsang. c)



Presentasi Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dapat dijumpai pada palpasi atau pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.



d) Posisi Posisi merupakan indicator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang. 4. Placenta. Placenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang atau pasenger yang menyertai janin namun placenta jarang menghambat pada persalinan normal. 5.



Air Ketuban. Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin dengan demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptura atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan. Penurunan adalah gerakan bagian



presentasi melewati panggul, penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan amnion dan juga disaat terjadinya dilatasi servik atau pelebaran muara dan saluran servik yang terjadi di awal persalinan dapat juga terjadi karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh. Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasar kepala tidak mempunyai mekanisme moulase, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kepala dalam letak sungsang atau versi ekstraksi letak lintang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam kondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir bertambah panjang sehingga menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim. 3. Psikis (psikologis) Banyaknya



wanita



normal



bisa



merasakan



kegairahan



dan



kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.



a. Psikologis meliputi : 1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual 2) Pengalaman bayi sebelumnya 3) Kebiasaan adat 4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh: 1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan 2) Persalinan sebagai ancaman pada self-image 3) Medikasi persalinan 4) Nyeri persalinan dan kelahiran 5. Penolong Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. Penolong persalinan sangat mempengaruhi keselamatan ibu dan bayi saat persalinan, rasio kematian ibu, dan angka kematian neonatal tetap tinggi selama 10 tahun terakhir. Penolong persalinan adalah hal yang sangat penting, karena salah satu indikator proses yang penting dalam program Safe Motherhood adalah memperhatikan seberapa banyak persalinan yang dapat ditangani, khususnya oleh tenaga kesehatan. faktor kemampuan dan keterampilan penolong persalinan, hal mendasar yang mewarnai penyebab kematian ibu adalah rendahnya status wanita, ketidak berdayaan dan taraf pendidikan yang rendah. Komplikasi intrapartum sebagian besar dapat dihindari melalui perawatan kebidanan yang tepat seperti pemantauan janin dan ibu yang memadai, intervensi medis tepat waktu, mengurangi persalinan lama, dan rujukan tepat waktu selama dan segera setelah melahirkan Meskipun bidan juga diharuskan untuk mendiagnosis, mengelola, dan memberikan rujukan awal untuk komplikasi untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir kemungkinan besar ada keterlambatan dalam



memberikan intervensi kebidanan yang tepat waktu dan perlu karena kurangnya pemantauan yang tepat selama persalinan.



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL



No. Dokumen : STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR



No. Revisi :



Hal.:1/5 Ditetapkan, (Penanggung jawab)



Tgl. Terbit :



( TTD dan Nama jelas) ASUHAN PERSALINAN NORMAL DEFINISI Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama pengeluaran hasil konsepsi setelah pembuahan berumur lebih dari 37 minggu dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi. TUJUAN



Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta mencegah terjadinya komplikasi dalam persalinan.



KEBIJAKAN



Dilakukan oleh bidan lulusan D III kebidanan sesuai dengan Standar Pelayanan Kebidanan



PERSIAPAN ALAT & BAHAN



-Bak instrumen berisi partus set (klem 2,gunting tali pusat 1,setengah koher 1, kateter 1) -Sarung tangan steril -Kom berisi kapas dan air DTT -Penghisap lendir atu delee -oksitosin -spuit 3cc -umbilikal klem dan mono aural -kasa steril -kain utk ibu dan bayi -bengkok -tempat placenta



-baskom berisi air DTT dan waslap -baskom berisi cairan klorin 0,5% -tempat sampah basah dan kering PROSEDUR I. 1.



MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran Ibu merasakan tekanan rektum dan vagina semakin meningkat Perineum tampak menonjol Vulva dan sfingter ani membuka



II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN a. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan , dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir b. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bay c. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partu set d. Memakai celemek plastikMelepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering 5. e. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam f. Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik(gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril), pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik. III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK a. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa dengan dibasahi air DTT b. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksam Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia



No. Dokumen : c. d.



e.



f.



g.



No. Revisi : Hal.:2/5 Ganti jika sarung tangan terkontaminasi (dekontaminasi) lepas dan rendam dalam larutan clorin 0,5% Melakukan pemeriksaan dalam untuk mamastikan pembukaan lengkap Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan clorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam sarung tangan dalam posisi terbalik selama 10 menit. Kemudian cuci tangan Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit) Mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan pada partograf.



IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN UNTUK MENERAN a. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan yang sesuai dengan keinginannya. b. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan temuan yang ada c. Jelaskan pada anggota keluarga bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat kepada ibu untuk meneran secara benar d. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi untuk meneran. (bila ada rasa untuk meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu untuk ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman) e. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran: f. Bimbing ibu untuk meneran secara benar g. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai h. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (kecuali dalam posisi terlentang dalam waktu yang lama) i. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi



j. Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat untuk ibu k. Beri cukup asupan cairan per-oral (minum) l. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai m. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida) n. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. V.



PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm b. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu c. Buka tutup partuset dan perhatikan kembali kelengkapan bahan dan alat d. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan a.



VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI Lahir Kepala a.



b.



c. d. e.



Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan lanjutkan proses kelahiran bayi Jika tali pusat melilit di leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.



No. Dokumen : No. Revisi : Lahirkan Bahu



Hal.:3/5



a. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegeng secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk mengeluarkan bahu belakang melahirkan Badan dan Tungkai b. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan, dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelususri dan memegang lengan dan siku sebelah atas. c. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jaro-jari lainnya) VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR a. Lakukan penilaian (selintas): 1) Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan? 2) Apabila bayi bergerak dengan aktif? 3) Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megapmegap lakukan tindakan resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia) b. Keringkan dan posisi tubuh bayi di atas perut ibu c. Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersikan verniks) kecuali bagian tangan. 1) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering 2) Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap di atas perut ibu d. Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi kedua dalam uterus (hamil tunggal) e. Beri tahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntik oksitosin (agar uterus berkontraksi baik) f. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin) g. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah



bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama. h. Pemotongan dan pengikatan tali pusat i. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian j. lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara 2 klem tersebut. k. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci. l. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakanTempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. m. Letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel baik di dinding dada-perut ibu. n. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu o. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA a. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva b. Letakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat c. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. d. Jika uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.



No. Dokumen :



No. Revisi : Mengeluarkan Plasenta



Hal.:4/5



a.



Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, meminta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetapkan lakukan tekanan dorso-kranial). b. Jika tali pusat bertambah panjang, pinfahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: 1.Beri dosisi ulang oksitosin 10 unit IM 2.Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh 3.Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan 4.Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya 5.Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir 6.Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual Saat plasenta d. muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. e. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal Rangsang Taktil (Masase) Uterus a. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak tangan di atas fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). b. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase. IX. MENILAI PERDARAHAN a.



Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus b. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. c. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera



lakukan penjahitan. X.



MELAKUKAN ASUHAN PASCAPERSALINAN a. Pasikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam b. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam). c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusui. e. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, vitamin K 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak ibu-bayi f. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral. g. Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusunkan h. Letakan kembali bayi pada dada ibu biaya belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.



Evaluasi a. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam b. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan c. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan d. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan e. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri f. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi g. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah h. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan i. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2 jam pertama pascapersalinan j. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal



No. Dokumen : k.



No. Revisi : Hal.:5/5 Periksa kembali kodisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,6-37,5).



Kebersihan dan Keamanan a. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi b. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampai yang sesuai c. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering d. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan e. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5% f. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit g. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan bersih. Dokumentasi a. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV UNIT



Laboratorium, Ahli Gizi, Instalasi rawat inap, rawat jalan dan IGD



TERKAIT DOKUMEN TERKAIT



- Sinopsis Obstetri 2002 - Maternal dan Neonatal 2002 - Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan Ed.3 (Revisi), Jakarta : jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007. - Pelatihan APN 2008



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG



No



: ................................



Institusi



: ................................



Nama



: .............................



Tanggal



: ................................



Stase



: .............................



Observer



: ...............................



No. A 1. 2. 3. 4. B 1. 2.



3.



PROSEDUR TINDAKAN



SIKAP 10% Menyambut dan memberi salam kepada pasien Memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan Meminta persetujuan dari tindakan yang akan dilakukan Jumlah Score/4X10% ISI 20% Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Menyiapkan peralatan -Bak instrumen berisi partus set (klem 2,gunting tali pusat 1,setengah koher 1, kateter 1) -Sarung tangan steril -Kom berisi kapas dan air DTT -Penghisap lendir atu delee -oksitosin -spuit 3cc -umbilikal klem dan mono aural -kasa steril -kain utk ibu dan bayi -bengkok -tempat placenta -baskom berisi air DTT dan waslap -baskom berisi cairan klorin 0,5% -tempat sampah basah dan kering . Mengenal gejala dan tanda kala dua



4. 5.



Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan untuk meneran 6. Persiapan pertolongan kelahiran bayi 7. V Persiapan pertolongan kelahiran bayi L lahir kepala



8 8. 9.



Penanganan bayi baru lahir Penatalaksanaan aktif kala tiga



10V Menilai perdarahan 11 Melakukan asuhan pascapersalinan 12 Evaluasi Jumlah Score/9X80% D TEKNIK 10% 1. Melakukan secara sistematis 2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien 3. Melakukan komunikasi selama tindakan 4. Tenang dan percayadiri 5. Menggunakan alat dengan efektif dan efisien Jumlah Score/5X10% Nilai Akhir Nama penguji



TES FORMATIF



KASUS 1 ( SOAL No 1 – 5 ) Ny. A berumur 24 tahun, G1P0A0, hamil 39 minggu datang ke bidan mengeluh kenceng-kenceng, perut terasa nyeri yang sangat hebat, keluar keringat dingin dan gelisah. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan didapatkan hasil: perut teraba keras, denyut nadi dan pernafasan meningkat, serta teraba lekukan melintang pada segmen bawah rahim setinggi pusat. Kontraksi uterus terus menerus dan sangat kuat



1. Diagnosa sesuai kasus diatas adalah... a.



Ruptura Uteri



b.



Plasenta Previa



c.



Inersia Uteri primer



d.



Solusio plasenta



e.



Ruptura Uteri Iminent



2. Keadaan diatas dapat terjadi karena... a.



Atonia Uteri



b.



Partus presipitatus



c.



Inersia uteri primer



d.



Inersia Uteri skunder



e.



Tetania Uteri



3. Apabila kondisi Ny. A tidak segera ditangani akan menyebabkan terjadinya... a.



Partus lama



b.



Ruptura uteri



c.



Perdarahan



d.



Partus tak maju



e.



Partus presipitatus



4. Tindakan yang harus dilakukan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk kasus diatas adalah... a.



Pemeriksaan USG



b.



Pemeriksaan dalam



c.



Memimpin persalinan



d.



Perbaikan KU dan rujuk



e.



Pasang infus



5. Kemungkinan syok yang terjadi pada Ny. A adalah... a.



Syok septik



b.



Syok anafilaktik



c.



Syok neurogenik



d.



Syok kardiogenik



e.



Syok hipovolemik KASUS 2 ( SOAL No 6 –10 )



Ny.F umur 22 tahun G1P0A0, hamil 40 minggu,datang di RS dengan riwayat DM. saat ini sedang dalam proses persalinan kala II. Setelah kepala janin lahir, tidak terjadi putaran paksi luar. 6. Diagnosa untuk Ny. F adalah... a.



Partus lama



b. Distosia bahu c.



Partus tak maju



d.



Partus serotinus



e.



Partus presipitatus



7. Faktor predisposisi dari janin yang dapat menyebabkan kasus diatas adalah... a.



Mikrosomia



b. Makrosomia c.



Anensephalus



d.



Hidrosepalus



e.



Panggul sempit



8. Posisi yang paling tepat untuk melahirkan bayi dari kasus diatas adalah... a.



Litotomi



b. Mc. Robert c.



Semi fowler



d.



Mc. Donald



e.



Dorsal recumbent



9. Sebelum tindakan pertolongan persalinan, yang perlu dilakukan adalah... a.



Periksa USG



b.



Perbaikan KU



c.



Episiotomi luas



d.



Berikan antibiotika



e.



Kosongkan kandung kemih



10. Apabila penarikan kepala terlalu curam ke bawah, risiko yang dapat terjadi pada janin Ny. F adalah...... a.



Brachial palsy



b.



Cerebral Palsy



c.



Fraktur Klavikula



d.



Fraktur toraks



e.



Fraktur servika KASUS 3 ( SOAL No 1 – 5 )



Ny S, usia 23 tahun, GII PI A0, umur kehamilan 37 minggu, bersalin ditolong bidan B. Setelah kepala bayi lahir, terjadi kesulitan dalam melahirkan bahu. Taksiran berat janin Ny S 4000 gr. Posisi yang tepat dipakai bidan B untuk melahirkan bahu bayi Ny S ….



1. a.



Klasik



b.



Lovset



c.



Muller



d.



Mc.Robert



e.



Maurisceau



2.



Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi Ny S apabila terjadi kesalahan dalam melahirkan bahu …. a.



Torsi Servical



b.



Fraktur Skapula



c.



Fraktur Servical



d.



Fraktur Klavikula



e.



Fraktur Mandibula Faktor predisposisi pada kasus Ny S adalah ….



3. a.



CPD



b.



Makrosomia



c.



Mal posisi bayi



d.



Lilitan talipusat



e.



Talipusat menumbung Setelah bayi Ny S lahir, observasi yang harus dilakukan adalah ….



4. a.



Reflek moro



b.



Reflek rotting



c.



Reflek menelan



d.



Reflek babinski



e.



Reflek menghisap Satu jam setelah bayi Ny S lahir, kemudian diberikan ….



5. a.



BCG 0,05 cc



b.



Polio oral 2 tetes



c.



Vitamin K 0,1 cc



d.



Hepatitis B 0,5 cc



e.



Vitamin A 100.000 IU



KASUS 4 ( SOAL No 6 – 10) Ny. U, 36 tahun, G VII PV AI . Segera stlh plasenta lahir lgkp tjd perdarahan, kontraksi uterus lembek serta TFU sulit ditentukan. Hasil pemeriksaan tidak ada robekan jalan lahir,kandung kemih kosong. Ny. U kemungkinan mengalami ….



6. a.



Atonia Uteri



b.



Ruptur Uteri



c.



Inversio Uteri



d.



Laserasi Portio



e.



Laserasi Perineum Tindakan yang harus dilakukan pada Ny U adalah….



7. a.



Mengosongkan kandung kemih



b.



Memberikan obat anti coagulan



c.



Memberikan injeksi utero tonika



d.



Memeriksa kelengkapan plasenta



e.



Melakukan kompresi bimanual interna Faktor predisposisi pada kasus Ny U adalah ….



8. a.



Gemelli



b.



Usia ibu



c.



Primipara



d.



Multipara



e.



Grande multipara Apabila tidak segera ditangani, kemungkinan yang terjadi ….



9. a.



Syok septic



b.



Syok anafilaktic



c.



Syok neurogenic



d.



Syok kardiogenic



e.



Syok hipovolemik



10. Penanganan awal agar tidak terjadi syok pada kasus Ny U, dilakukan tindakan …. a.



Pemberian antibiotik



b.



Pemberian analgetik



c.



Pemberian diuretika



d.



Pemberian injeksi vitamin K



e.



Pemberian cairan infus RL



DAFTAR PUSTAKA TES 1. Ida,Akinori, et all.2015.Succesfull Reducation of acutepuerperal uterine Inversion with the Use a Bakri Postpartum Balloon. 2. Haeri Sina, rais Sheliza, Monks Bria. 2014. Intrauterine tamponade Balloon Use in the Treatment of Uterine inversion 3. Thaim, Marietou, et all. 2015. Puerperal Uterine Inversion Managed by the Uterine Balloon Tamponade 4. SinghShivinder Col, Kapur A capt Surg, Goyal R Col Lt, Joshi A Maj, Pandith S.2013. Pulse Countor Analysis Guide Management of a Case of Puerperal Uterine Inversion and Hemorrhagic Shock 5. Keriskos Remon and Chaudhuri ray Smrity. 2011. Managing Major Postpartum Hemorrhage Following Acute Uterine Inversion With Rusch Balloon CatheterO R M 6. Manniën, J., Klomp, T., Wiegers, T., Pereboom, M., Brug, J., de Jonge, A., van der Meijde, M., Hutton, E., Schellevis, F., … Spelten, E. (2012). Evaluation of primary care midwifery in The Netherlands: design and rationale of a dynamic cohort study (DELIVER). BMC health services research, 12, 69. doi:10.1186/1472-6963-12-69 7. Shimoda, K., Leshabari, S., Horiuchi, S., Shimpuku, Y., & Tashiro, J. (2015). Midwives' intrapartum monitoring process and management resulting in emergency referrals in Tanzania: a qualitative study. BMC pregnancy and childbirth, 15, 248. doi:10.1186/s12884-015-0691-0 8. Mattern, E., Lohmann, S., & Ayerle, G. M. (2017). Experiences and wishes of women regarding systemic aspects of midwifery care in Germany: a qualitative study with focus groups. BMC pregnancy and childbirth, 17(1), 389. doi:10.1186/s12884-017-1552-9 9. Jepsen, I., Juul, S., Foureur, M. J., Sørensen, E. E., & Nohr, E. A. (2018). Labour outcomes in caseload midwifery and standard care: a register-based cohort study. BMC pregnancy and childbirth, 18(1), 481. doi:10.1186/s12884-018-2090-9 10. Lukasse, M., Lilleengen, A. M., Fylkesnes, A. M., & Henriksen, L. (2017). Norwegian midwives' opinion of their midwifery education - a mixed methods study. BMC medical education, 17(1), 80. doi:10.1186/s12909-017-0917-0