Keperawatan Maternitas Ii Laporan Pendahuluan Mola Hidatidosa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN MATERNITAS II LAPORAN PENDAHULUAN MOLA HIDATIDOSA



Oleh Kelompok 6 1. I Komang Febiana



(193213016)



2. Kadek Ayu Rani Ariasih



(193213019)



3. Ni Gusti Ayu Indah Adsari



(193213022)



4. Ni Kadek Winda Pramana Putri



(193213026)



PROGAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2021



LAPORAN PENDAHULUAN MOLA HIDATIDOSA A. KONSEP DASAR MOLA HIDATIDOSA 1. Pengertian Hamil anggur (Mola Hidatidosa) adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak dari sel-sel trofoblas. Trofoblas adalah bagian dari tepi sel-sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin atau merupakan suatu hasil yang gagal. Jadi, dalam proses kehamilannya mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung-gelembung yang bergerombol membentuk buah anggur (Sukarni dan Wahyu, 2013). Mola Hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang ditandai dengan trofoblas yang tidak wajar. Pada kelaianan kehamilan ini, struktur yang dibentuk trofoblas yaitu vili korialis berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur (Arantika, 2017). Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu: Mola hidatidosa komplit dan Mola hidatidosa parsialis. Mola hidatidosa komplit yaitu penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili korialis mengalami perubhan hidropik. Mola hidatidosa parsialis, yaitu sebagian pertumbuhan dan perkembangan vili korialis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm (Arantika, 2017). 2. Etiologi Faktor langsung penyebab hamil anggur ini hingga saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya, yaitu: faktor nutrisi genetik akibat kualitas sperma yang buruk atau gangguan pada sel telur, sehingga janin akan mati dan tidak berkembang, faktor kekurangan vitamin A, darah tinggi, serta faktor gizi buruk, faktor usia ibu pada saat kehamilan, wanita dengan usia kehamilan dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga rawan terjadi, faktor ibu sering hamil (ibu multipara), gangguan peredarahan darah dalam rahim dan kelainan rahim, akibat banyak mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, dan karoten (Ratnawati, 2018).



3. Klasifikasi Klasifikasi mola hidatidosa menurut Federation International of Gynecology and Obstetrics (FIGO) terbagi menjadi mola hidatidosa komplit dan parsial (PTG benigna) dan mola invasif (PTG maligna). 1. Mola Hidatidosa Komplit Mola hidatidosa komplit yaitu penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili korialis mengalami perubahan hidropik. Mola hidatidosa komplit merupakan hasil kehamilan tidak normal tanpa adanya embrio-janin, dengan pembengkakan hidrofik vili plasenta dan



seringkali



memiliki



hiperplasia



trofoblastik



pada



kedua



lapisan.



Pembengkakan vili menyebabkan pembentukan sisterna sentral disertai penekanan jaringan penghubung matur yang mengalami kerusakan pembuluh darah. Mola hidatidosa komplit hanya mengandung DNA paternal sehingga bersifat androgenetik tanpa adanya jaringan janin. Hal ini terjadi karena satu sel sperma membawa kromosom 23X melakukan fertilisasi terhadap sel telur yang tidak membawa gen maternal (tidak aktif), kemudian mengalami duplikasi membentuk 46XY dan 46XX heterozigot. Secara makroskopik pada kehamilan trimester dua berbentuk seperti anggur karena vili korialis mengalami pembengkakan secara menyeluruh. Pada kehamilan trimester pertama, vili korialis mengandung cairan dalam jumlah lebih sedikit, bercabang, dan mengandung sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas hiperplastik dengan banyak pembuluh darah. 2. Mola Hidatidosa Parsial Mola hidatidosa parsial merupakan triploid yang mengandung dua set kromosom paternal dan satu set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua set kromosom maternal tidak menjadi mola hidatidosa parsial. Seringkali terdapat mudigah atau jika ditemukan sel darah merah berinti pada pembuluh darah vili. Pada mola hidatidosa parsial sebagian pertumbuhan dan perkembangan vili korialis berjalan dengan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm.



4. Patofiologi Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas: a. Teori missed abortion. Janin mudah mati pada kehamilan ke 5-8 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung. b. Teori neoplasma. Sel-sel trofoblas yang abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan kedalam vili sehingga timbul gelembung-gelembung. Studi dari Herting lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit pada minggu ketiga dan kelima.Adanya sirkulasi material yang terus menerus dan tidak adanya sirkulasi material yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. 5. Patway Faktor genetic, kekurangan nutrisi (gizi buruk), kekurangan vitamin A, faktor usia kehamilan, ibu multipara



Gangguan peredaran darah dalam rahim dan kelainan rahim



Penimbunan cairan dari villi Akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal



Pendarahan pada minggu ke-12



Nyeri abdomen



Mual muntah



Meringis kesakitan



Defisit Nutrisi



Risiko Pendarahan Nyeri Akut



Tekanan darah tinggi Pusing



Ansietas



Kekurangan sumber informasi



Tampak kebingungan



6. Manifestasi klinis



Defisit Pengetahuan



Tanda dan gejala kehamilan mola hidatidosa antara lain (Ratnawati, 2018): a. Perdarahan terus menerus pada minggu ke-12 kehamilan. Kondisi ini bervariasi bisa hanya berapa bercak bercak hingga perdarahan dalam jumlah banyak, seringkali berwarna kecoklatan. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola. Jika mengalami hal ini, maka biasanya menyebabkan anemia dan kekurangan zat besi. b. Ditemukan juga pembesaran perut (pertumbuhan ukuran rahim) tidak sesuai dengan usia kehamilan atau lebih cepat dari pada normalnya. Misalnya, hamil satu bulan terlihat seperti hamil 3 bulan. c. Mual dan muntah lebih sering terjadi dan durasinya lebih lama. d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih. e. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu. f. Tidak ada aktivitas janin. g. Timbul tekanan darah tinggi terkait dengan kehamilan, nyeri abdomen, ibu tidak nafsu makan, denyut nadi cepat dan jantung berdebar-debar. h. Kadar hormon korionik gonadotropin (HCG) tinggi dalam darah dan air kencing ibu. 7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa meliputi: a. Pemeriksaan HCG Pada kasus kehamilan mola hidatidosa nilai HCG meningkat dari nilai normal nya. Nilai HCG normal pada ibu hamil dalam berbagai tingkatan usia kehamilan berdasarkan haid terakhir: 1) 3 minggu : 5-50 mlU/ml 2) 4 minggu : 5-426 mlU/ml 3) 5 minggu : 18-7,340 mlU/ml 4) 6 minggu : 1.080-56,500 mlU/ml 5) 7-8 minggu : 7,650-229,000 mlU/ml



6) 9-12 minggu : 25,700-288,000 mlU/ml 7) 13-16 minggu : 13,300-254,000 mlU/ml 8) 17-24 minggu : 4,060-165,400 mlU/ml 9) 25-40 minggu : 3,640-117,000 mlU/ml 10) Tidak hamil :