Kerajaan Melayu Jambi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEJARAH INDONESIA “ Kerajaan Melayu Jambi ”



Disusun Oleh : Kelompok 4        



Arnetta Dimas Pangestu Hudin Novindra Rts. Serik Riski Wulandari Riski Fahrozi Siti Aminah Suci Lestari



SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang penulis ajukan adalah “Kerajaan Melayu Jambi” Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah



ini,



penulis tidak lepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membangun tentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa mendatang.



Jambi,



2019 Penulis



1



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................



i



DAFTAR ISI ............................................................................................................



ii



PETA KONSEP..........................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................



1



A.....................................................................................................................Latar Belakang......................................................................................................... 1 B.....................................................................................................................Rumusan Masalah..........................................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................



2



A.....................................................................................................................Kebudaya an Melayu Jambi..........................................................................................



2



B.....................................................................................................................Mata pencarian masyarakat melayu Jambi........................................................



3



C.....................................................................................................................Islamisasi di Jambi.........................................................................................................



7



BAB III PENUTUP..................................................................................................



8



A.....................................................................................................................Kesimpula n...................................................................................................................... 8 B.....................................................................................................................Saran ........................................................................................................................8 DAFTAR PUSAKA .................................................................................................



2



9



PETA KONSEP



KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI



MATA PENCARIAN MASYARAKAT MELAYU JAMBI



ISLAMISASI DI JAMBI



3



4



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di Provinsi Jambi, Bisa dikatakan hampir 40% penduduk melayu. Penduduk melayudijambi tersebar diberbagai kabupaten dan kota. Suku bangsa ini di perkirakan berjumlah sekitar 300.000 jiwa. Kehidupan etnis ini sekarang masih bisa di lihat daripengelompokan suku atau kalbu, yaitu pengelompokan sosial yang erat hubungannya dengan KESULTANAN JAMBI dulu. Dengan derasnya teknologi dan pemikiran seseorang membuat membuat pudarnya kebudayaan melayu yang ada di Jambi. Sedikit-demi sedikit kebudayaan ini semakin terkikis oleh



waktu.



Mulai



dari



kebudayaan,



mata



pencarian,



yang ada pada masyarakat melayu. B. Rumusan Masalah 1.



Bagaimana kebudayaan Melayu di Jambi ?



2.



Apa mata pencarian masyarakat Melayu Jambi ?



1



kerajinan



serta



kesenian



BAB II PEMBAHASAN A. Kebudayaan Melayu Jambi Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum. Kehadiran agama budha sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah



aliran



sungai



(DAS)



batanghari,



salah



satu



di



antaranya



ialah



situs



candi muara Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad 11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu corak kebudayaan islam. Kehadiran Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam. Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat lokal sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengahtengah etnis melayu Jambi. 2



B. Mata Pencarian Masyarakat Melayu Jambi Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen getah dan melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka di dominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani



berasal



lainnya



yang



dari terletak



pedesaan. di



Dalam



daratan



hal



rendah,



bertani,



adalah



sama



bertanam



seperti padi



kota-kota



pada



lahan



kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan. Usaha-usaha tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang



mas,



berdagang



sembako



dan



adapula



yang



berdagang



bahan-bahan



material. Orang jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya adalah: 1. Sawah terdapat tiga model sawah yaitu: a.



Sawah payau



Adalah sawah yang dibuat di atas sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari suatu sumber air, atau tanahnya sendiri telah mengandung air b.



Sawah tadah hujan



Adalah sebidang tanah kering yang diolah dengan mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan c.



Sawah irigasi



Adalah sejenis tanah yang digarap dengan sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air atau sungai. 2. Ladang ada dua macam ladang yaitu: a.



Umo renah



Adalah ladang yang cukup luas yang terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang 3



mendatar, serta ditanami padi, dan di sekitarnya ditanami jagung, sorgum, ketimun dan lain-lain. b.



Umo talang



Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan belukar yang letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba. Umu talang ditanami padi dan tanaman sampingan lainnya. c.



Kabun mudo



Kebun muo adalah ladang yang ditanami tanaman muda, seperti pisang, kedelai dan kacang tanah. d.



Perelak



adalah ladang dekat desa yang ditanami cabe, kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Ternyata dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada adat istiadat yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang menyatakan seperti ini, “umo berkandang siang, ternak berkandang malam”. Sedangkan penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang berada



di



pingir



pantai



dan



di



pingir



sungai



batanghari.



Oleh



karena



itu,



hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan tradisional geruguh,



yang lukah,



dikenal serkap,



dengan: jelujur,



tanguk, onak,



sauk,



saruo,



jalo,



tamban,



mentaben, rawai,



guntang,



tiruk,



lulung,



pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional. C. Islamisasi di Jambi Daerah aliran Sungai Batang Hari merupakan jalur transportasi pertama yang dikenal oleh para pedagang asing di Kota Jambi. Sejak abad ke-7 M, daerah aliran Sungai Batang Hari Jambi dilewati oleh pedagang dari Tiongkok menuju India dan Arab atau sebaliknya. Kota Jambi menjadi daerah penting sebelum munculnya kota pelabuhan Malaka sekitar abad ke-15 M.Semakin terkenalnya Malaka sebagai pelabuhan dagang mengakibatkan



berkurangnya



para



pedagang 4



asing



yang



lewat



dipantai



timur



Sumatera.



Jalur



perdagangan



beralih



ke



pantai



barat



semenanjung,



hal



ini



mengakibatkan Malaka menjadi kota pelabuhan terpenting di Nusantara bahkan Asia Tenggara. Beralihnya jalur perdagangan ke Malaka tidak seutuhnya menghilangkan eksistensi Jambi sebagai kota pelabuhan dagang. Kekayaan hasil alam berupa lada, pinang dan lain-lainnya tetap menjadi komoditi utama di Jambi, sehingga masyarakat jambipun mengambil andil dalam perniagaan dunia pada abad ke-15. Bukti sejarah untuk melihat adanya interaksi pedagang asing dengan masyarakat lokal Jambi adalah ditemukannya pecahan kaca berwarna gelap dan hijau muda di Muara Sabak (Tanjung Jabung Timur), selain itu juga ditemukan pecahan kaca berwarna biru tua dan biru muda, hijau, kuning dan merah di Muara Jambi, serta ditemukan juga sejumlah permata di Muara Jambi, yang semuanya itu diperkirakan berasal dari Arab dan Persia (Iran) sekitar abad ke-9 hingga abad ke-13 M. Bukti arkeologi ini



juga



diperkuat



oleh



berita



Cina



dalam



kitab



Pei-Hu-Lu



tahun



875



M,



menyebutkan nama Chan-Pei yang didatangi oleh para pedagang Po’sse (orang-orang Persia)



untuk



mengumpulkan



barang



dagangan



berupa



buah



pinang



(areca



nuts).Berdasarkan bukti sejarah tersebut mengindikasikan bahwa sejak abad ke-9 M telah ada kontak masyarakat Jambi dengan pedagang Islam dari Arab dan Persia. Namun perlu dijelaskan bahwa, jika proses islamisasi pada abad ke-9 M telah ada di



Jambi,



kemungkinan



hanya



sebatas



perorangan.



Sebab,



proses



islamisasi



besar-besaran di Jambi bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya kerajaan Islam Jambi



sekitar



abad



ke-15



M.Elsbet



Locher



seorang



peneliti



dari



Belanda



mengatakan, islamisasi Jambi dilakukan oleh orang berkebangsaan Turki pada abad ke-15 M. Bukti sejarah yang dikemukakan oleh Elsbet hanya berupa folklore atau cerita rakyat yang berkembang hingga saat ini. Minimnya sumber sejarah berupa benda-benda peninggalan sejarah Islam Jambi abad ke-15 membuat Elsbeth tidak menulis banyak mengenai kerajaan Islam Jambi pada masa awal. Namun tidak bisa hanya dikatakan sebuah



folklore



atau



cerita



rakyat



ketika



mengkaji



sejarah



Islam



di



Jambi.



Bukti yang dianggap paling otentik mengenai adanya orang Turki yang melakukan islamisasi di Jambi adalah ditemukannya makam Ahmad Barus atau yang lebih dikenal dengan Datuk Paduko Berhalo di Pulau Berhala yang sekarang menjadi wilayah hukum Propinsi Kepulauan Riau. Ahmad Barus menurut sejarah lokal masyarakat Jambi merupakan keturunan yang ketujuh dari Saidina Zainal Abidin bin Saidina Husein putra Saidatina Fatimah binti Muhammad SAW. Ahmad Barus 5



mendapat gelar Datuk Paduko Berhalo karena beliau memusnahkan berhala-berhala yang dipuja masyarakat Jambi yang ditempatkan di Pulau Berhala. Ada pendapat lain mengenai nama dari Ahmad Barus, menurut M. O. Bafadhal dalam makalahnya sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Jambi, setelah Ahmad Barus menikah dengan Putri Selaras Pinang Masak (penguasa Jambi sebelumnya), namanya diganti dengan Ahmad Salim.Pernikahan antara Ahmad Barus dengan Putri Selaras Pinang Masak dianugerahi tiga orang putera dan satu orang puteri. Puterinya bernama Orang Kayo Gemuk, dan ketiga puteranya masing-masing menjadi raja di Negeri Jambi, yaitu; Orang Kayo Pingai (1480-1490); Orang Kayo Pedataran (1490-1500); dan Orang Kayo Hitam (1500-1515). Islamisasi di Negeri Melayu Jambi semakin berkembang ketika kerajaan dipegang oleh Orang Kayo Hitam sejak tahun 1500 M. Ketekunan Orang Kayo Hitam dalam melakukan islamisasi diperlihatkan dengan diberlakukannya undang-undang pemerintahan Pucuk Undang Nan Delapan, hukum ini berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. Selain itu, agama Islam



telah



menjadi



identitas



adat



masyarakat



melayu



Jambi.



Seperti



yang



tertulis dalam pepatah adat melayu Jambi; “adat bersendi syarak, syarak bersendikan kitabullah”. Dalam seloko adat melayu Jambi juga disebut “syarak mengato, adat memakai”. Demikianlah peran Orang Kayo Hitam dalam islamisasi di Negeri Melayu Jambi, nama besar beliau bahkan terkenal hingga pulau Jawa. Setelah berakhir pemerintahan Orang Kayo Hitam pada tahun 1515 M, kekuasaan negeri melayu Jambi diteruskan oleh keturunannya. Secara periodik, keturunan Orang Kayo Hitam yang menguasai negeri melayu Jambi meliputi; Panembahan Rantau Kapas (1515-1540); Panembahan Rengas Pandak (1540-1565); Panembahan Bawah Sawo (1565-1590); dan Panembahan Kota Baru (1590-1615). Setelah Belanda datang ke wilayah Jambi pada tahun 1615, pemerintahan



kerajaan



Jambi



mengalami



pergeseranpergeseran.



Kekuasaan



negeri



melayu Jambi dipegang oleh Raja yang bergelar Sultan. Sultan yang memegang kekuasaan Jambi adalah; Sultan Abdul Kahar (1615-1643); Sultan Agung Abdul Jalil (1643-1665); Sultan Abdul Muhyi gelar Sultan Sri Ingologo (1665-1690); sejak tahun 1690 kesultanan Jambi pecah menjadi dua bagian karena campur tangan Belanda. Sultan Raja Kiai Gedeh (1690-1696) yang di angkat oleh Belanda; Sultan Sri Maharaja Batu (1690-1721) yang melawan penjajah Belanda; Sultan Muhammad Syah



(1696-1740)



yang



di



angkat



oleh



Belanda;



Sultan



Istera



Ingologo



(1740-1770) bersatunya kesultanan negeri melayu Jambi; Sultan Ahmad Zainuddin (1770-1790); Sultan Mas’ud Badaruddin (1790-1812); Sultan Muhammad Mahiddin 6



(1812-1833);



Sultan



Muhammad



Fachruddin



(1833-1841);



Sultan



Abdurrahman



Nazaruddin (1841-1855); dan Sultan Thaha Saifuddin (1855-1904). Setelah Sultan Thaha Saifuddin wafat, maka terhapuslah kesultanan negeri melayu Jambi. Daerah Jambi secara berturut turut menjadi onder afdeling, dari afdeling Palembang kemudian menjadi keresidenan Jambi pada tahun 1906. Selanjutnya pada tahun 1957 keresidenan Jambi ditetapkan sebagai Provinsi Jambi. Dengan demikian, agama Islam membawa perubahan disetiap periode sejarah negeri melayu Jambi hingga terbentuknya Provinsi Jambi.



7



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Jambi adalah salah satu suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Provinsi Jambi yang memiliki penghuni berlatar Melayu. Memilki kebudayaan yang sangat khas. Merupakan pengaruhnya adalah latar belakang sejarah jambi itu sendiri. Ada berbagai unsur kebudayaan yang dirasa perlu untuk dilestarikan. Sebagai bentuk kesadaran akan kebudayaan yang ada pada tanah air kita, agar dapat bersaing dengan kebudayaan luar. Kebudayaan melayu jambi berisikan perpaduan antara unsur budaya melayu jambi antara lain animisme dan dinamisme, melayu buddhis dan unsur budaya melayu Islam. Namun tidak menghilangkan ciri-ciri asli. B. Saran Adapun saran yang dapat pemakalah berikan adalah kita sebagai masyarakat Jambi harus memikirkan bagaimana cara untuk melestarikan atau memperkenalkan budaya Jambi itu sendiri. Kalau bukan kita yang memikirkannya, siapa lagi!



8



DAFTAR PUSTAKA http://kebudayaan.kemdikbud.go.id http://wennyastaria.blogspot.com http://kitabersamauntukmaju.blogspot.co.id http://suku-dunia.blogspot.com http://guspalena.blogspot.com



9