Makalah Sejarah Kerajaan Melayu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Tuhan Yang Masa Esa, karena atas berkat taufik dan rahmat-Nya, dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Sejarah Kerajaan Melayu. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Penulis menyadarai bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : (1) Kepala Sekolah SMAN 1 Kedungreja Bapak Drs. H. Kusworo, M.Pd (2) Guru mata pelajaran Sejarah Indonesia Ujang Arif Hardika, S.Pd (3) Petugas Perpustakaan SMAN 1 Kedungreja Fitroh (4) Semua rekan kelas X IPS 2 (5) Bapak dan ibu serta saudara tercinta yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik material maupun moral Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi para pembaca. Aamiin.



Kedungreja, 6 April 2018 Penulis



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page i



DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ...................................................................................



i



DAFTAR ISI ..................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................



1



A. Latar Belakang ................................................................................



1



B. Rumusan Masalah ............................................................................



1



C. Tujuan .............................................................................................



1



D. Manfaat ............................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................



3



A. Letak Kerajaan Melayu ....................................................................



3



B. Sumber Sejarah ................................................................................



3



C. Aspek Kehidupan Politik .................................................................



7



D. Struktur Birokrasi.............................................................................



16



E. Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat......................................



16



F. Kehidupan Ekonomi ........................................................................



17



G. Faktor Pendorong Masa Kejayaan Kerajaan Melayu ......................



17



H. Faktor Yang Menyebabkan Keruntuhan Kerajaan Melayu .............



17



BAB III PENUTUP .......................................................................................



19



A. Kesimpulan ......................................................................................



19



B. Saran ...............................................................................................



19



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................



20



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Melayu menurut naskah Salatusaltin pada awalnya merupakan nama sebuah sungai di Jambi. Namanya sungai Melayu. Penduduk setempat yang mendiami sungai tersebut kemudian berkembang dan membangun sebuah peradaban. Puncaknya mereka kemudian berhasil mendirikan sebuah Kerajaan yang kemudian diberi nama Kerajaan Melayu. Sementara orang dari Kerajaan ini kemudian dinamakan orang Melayu. Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat di Jambi, yaitu di tepi kanan atau kiri Sungai Melayu yang kni dikenal dengan sungai Batanghari. Dugaan tersebut



dikarenakan



pada



Sungai



Batanghari



ditemukan



beberapa



peninggalan purba berupa candi, arca, dan peninggalan lainnya. Selain kabar dari dalam Negeri yang diperoleh dari penemuan peninggalan kerajaan melayu. Kabar mengenai Kerajaan ini datang dari seorang musafir Cina yang bernama I-Tsing, ia mengunjgi Sumatra pada 671695 M, dalam kunjunganya itu iamencatat dalam bukunya, bahwa pada abad ke 7 Masehi secara politik Kerajaan Melayu telah dimasukkan ke dalam kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.Ini berarti pada masa itu Kerajaan Melayu adalah salah satu kerajaan yang menjadi taklukan Kerajaan Sriwijaya. Fenomena tersebut menarik penulis untuk menulis makalah berjudul Sejarah Kerajaan Melayu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan



latar



belakang



tersebut



maka



dapat



dirumuskan



permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana deskripsi kerajaan Melayu? 2. Apakah saja peninggalan kerajaan Melayu? C. Tujuan Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui ; Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 1



1.



Deskripsi kerajaan Melayu



2.



Peninggalan kerajaan Melayu



D. Manfaat Sesuai dengan tujuan penulisan makalah, maka makalah ini memiliki manfaat ; 1. Mendeskripsikan kerajaan Melayu 2. Mejelaskan peninggalan kerajaan Melayu



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 2



BAB II PEMBAHASAN



A. Letak Kerajaan Melayu Peta Ranah Melayu purba, berdasarkan teori yang diterima umum, pusat Kerajaan Malayu dikaitkan dengan situs Muaro Jambi, muara sungai Batanghari, Jambi, Sumatera. Tetapi berbagai negeri (kadatuan) Melayu lainnya pun bersemi sebelum ditaklukan Sriwijaya pada akhir abad ke-7 Masehi, seperti Kerajaan Langkasuka, Pan Pan dan Panai. Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Tionghoa ditulis Ma-La-Yu (末羅瑜國) merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung. Kerajaan



ini



berada



di



pulau Swarnadwipa



atau



Swarnabumi



(Thai:Sovannophum) yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di Selat Melaka sebelum direbut oleh Kerajaan Sriwijaya (Thai:Sevichai) pada tahun 682. Penggunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100-150 seperti yang tersebut dalam buku Geographike Sintaxis karya Ptolemy yang menyebutkan maleu-kolon. Dan kemudian dalam kitab Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya dvipa yang bermaksud tanah yang dikelilingi air. Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 1



menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.



Letak Kerajaan Melayu Prof. Slamet Muljana berpendapat, istilah Malayu berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa Sanskerta bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di Kota Jambi, karena daerah itu merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi istananya terletak di pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Dan menurut prasasti Tanjore yang dikeluarkan oleh Rajendra Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Malayu dilindungi oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit. Dari keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq ma li l-Hind (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau Sumatera. B. Sumber Sejarah a.



Berita Asing 



Salah satu yang menjadi rujukan tentang kerajaan Melayu dari luar negeri adalah sumber berita berasal dari Cina, dari Dinasti Tang.



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 2



Menyebutkan pertama kalinya tentang datangnya utusan dari negeri Mo-Lo-Yeu, pada tahun 544-545 (Paul Pelliot). Nama Mo-Lo-Yeu ini dapat dihubungkan dengan negeri Melayu yang letaknya di pantai Timur Sumatera dan Pusatnya sekitar Jambi (Sartono, 1975). Berita I-Tsing 872 menyatakan bahwa dalam perjalanannya dari Kanton menuju India, singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar bahasa Tata Bahasa Sangsakerta, kemudian Ia singgah di Melayu selama dua bulan untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke India. 



Berita I-Tsing selanjutnya menyatakan bahwa pada abad ke-7 Melayu memegang peranan penting dalam lalu lintas pelayaran dari India ke negeri-negeri seelah barat selatan Malaka. Demikianlah bahwa Melayu selain sebagai nama kerajaan juga ibu kota kerajaan sekaligus sebagai kota pelabuhan. Chau-Yu-liua (1225) dalam bukunya Chu-Fan-Shih menceritakan bahwa Palembang adalah daerah taklukan Jambi (Melayu).



b.



Prasasti 



Prasasti Masjusri Pada prasasti di atas arca Manjusri dari candi Jago disebutkan bahwa pada tahun 1343, Adityawarman bersama-sama dengan Gajah mada menaklukkan Bali.



Prasasti Masjusri Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 3







Prasasti Amoghapasa Menurut



prasasti



Amoghapasa



yang



dikeluarkan



oleh



raja



Kertanegara pada tahun 1286 atau 1208 Saka yang ditemukan di daerah Darmasraya (Jambi), bahwa pada abad ke 13 pusat kekuasaan Melayu berada di Damasraya.



Prasasti Amoghapasa 



Prasasti Padang Roco Prasasti Padang Roco adalah sebuah prasasti yang ditemukan di kompleks percandian Padangroco, Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Pada tahun 1911 dari Padangroco ditemukan sebuah alas arca Amoghapāśa yang pada empat sisinya terdapat prasasti (NBG 1911: 129, 20e). Prasasti ini dipahatkan 4 baris tulisan dengan aksara Jawa Kuna, dan memakai dua bahasa (Melayu Kuna dan Sansekerta) (Krom 1912, 1916; Moens 1924; dan Pitono 1966).



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 4



Prasasti Padang Roco Isi dari prasasti tersebut adalah sebagaimana yang diterjemahkan oleh Prof. Slamet Muljana: “Bahagia ! Pada tahun Śaka 1208, bulan Bādrawāda, hari pertama bulan naik, hari Māwulu wāge, hari Kamis, Wuku Madaņkungan, letak raja bintang di baratdaya ...... “Tatkalai itulah arca paduka Amoghapāśa lokeśwara dengan empat belas pengikut serta tujuh ratna permata dibawa dari bhūmi jāwa ke swarnnabhūmi, supaya ditegakkan di dharmmāśraya, sebagai hadiah śrī



wiśwarūpa



mahārājādhirāja



kumāra.



Untuk



kŗtanagara



tujuan



wikrama



tersebut



pāduka



śrī



dharmmottunggadewa



memerintahkan rakryān mahā-mantri dyah adwayabrahma, rakryān śirīkan dyah sugatabrahma samagat payānan hań dīpankaradāsa, rakryān damun pu wīra untuk menghantarkan pāduka Amoghapāśa. Semoga hadiah itu membuat gembira segenap rakyat di bhūmi mālayu, termasuk brāhmaņa, ksatrya, waiśa, sūdra dan terutama



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 5



pusat segenap para āryya, śrī mahārāja śrīmat tribhuwanarāja mauliwarmmadewa”. 



Prasasti Kedukan Bukit Prasasti ini menceritakan penundukan Kerajaan Melayu oleh Sriwijaya Ketika pertangahan abad kesebelas Kerajaan Sriwijaya mulai lemah akibat serbutan dahsyat Colamandala, negeri Malayu memanfaatkan kesempatan untuk bangkit kembali. Sebuah prasasti yang ditemukan di Srilanka menyebukan, bahwa pada zaman pemerintahan Vijayabahu di Srilangka (1055 – 1100), Pangeran Suryanarayana di Malayaprua (Sumatera). Hal ini menunjukkan bahwa pada pertengahan abad kesebelas, negeri Malayu – Jambi telah berhasil memerdekakan dirinya dari kekuasaan Sriwijaya.



Prasasti Kedukan Bukit 



Kitab Negara Kertagama dan Pararaton Negara Kertagama dan Pararaton memberitakan bahwa pada tahun 1275 masa pemerintahan Sri Kertanegara dikirim ekspedisi dari Singosari ke Swarnabumi yang disebut Pamalayu. Dalam Kertagama Pupuh XLI/5 diuraikan dengan jelas tentang pengiriman tentara Singosari ke Melayu itu. Untuk menghadapi perluasan kekuasaan bangsa Mongol, sebagai persahabatan, maka raja



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 6



Kertanegara



mengirimkan



sebuah



arca



Amoghapasa



yang



merupakan hadiah dari raja Kertanegara untuk Sri Maharaja Mauliwarmadewa.



Patung



ini



ditempatkan



di



tempat



suci



Dharmasraya. peninggalan Kerajaan Melayu cukup banyak dan umumnya ditemukan di Kabupaten Dharmasraya. Peninggalan tersebut antara lain: 



Candi pulau sawah.







Kompleks candi Padang Roco.







Arca Amoghapasa atau prasasti Padang Roco.







Candi Bukik Awang Moambiak.







Kompleks Candi Muaro Jambi, pada kompleks ini ditemukan 6 candi yakni Candi Tinggi, Candi Kembar, Candi Gumpung, Candi Gedong I dan II serta candi Astono.



Candi Gumpung, kuil Buddha di Muara Jambi. 



Prasasti Batusangkar



C. Aspek Kehidupan Politik Demi terciptanya kestabilan suatu pemerintahan tentunya dibutuhkan sistem politik dan pemerintahan yang baik, begitu pula yang terjadi di kerajaan Melayu yang membentuk tata kelola kerajaan pada masanya untuk menjaga kestabilan negri Kerajaan Melayu. Berikut ulasan kehidupan Politik Kerajaan Melayu. a.



Penaklukan Sriwijaya Dimulai dari penaklukan Sriwijaya, Prasasti Kedukan Bukit menguraikan jayasiddhayatra (perjalanan jaya) dari penguasa Kerajaan



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 7



Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang (Yang Dipertuan Hyang). Oleh karena Dapunta Hyang membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan perbekalan, sudah tentu perjalanan itu adalah ekspedisi militer menaklukkan suatu daerah. Dari prasasti Kedukan Bukit, didapatkan data-data : 



Dapunta Hyang naik perahu tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682).







Dapunta Hyang berangkat dari Minanga tanggal 7 Jesta (19 Mei) dengan membawa lebih dari 20.000 balatentara. Rombongan lalu tiba di Muka Upang. Jadi, penaklukan Malayu oleh Sriwijaya terjadi pada tahun 682.



Pendapat ini sesuai dengan catatan I Tsing bahwa, pada saat berangkat menuju India tahun 671, Ma-la-yu masih menjadi kerajaan merdeka, sedangkan ketika kembali tahun 685, negeri itu telah dikuasai oleh Shihli-fo-shih. Pelabuhan Malayu merupakan penguasa lalu lintas Selat Malaka saat itu. Dengan direbutnya Minanga, secara otomatis pelabuhanpun jatuh ke tangan Kerajaan Sriwijaya. Maka sejak tahun 682 penguasa lalu lintas dan perdagangan Selat Malaka digantikan oleh kerajaan Melayu Sriwijaya. b.



Dari Minanga ke Dharmasraya 



Munculnya Wangsa Mauli Kekalahan kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Coladewa, raja Chola dari Koromandel telah mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya sejak tahun 1025. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli. Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand. Prasasti itu berisi perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 8



nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca tersebut bernama Mraten Sri Nano. Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu Prasasti Padang Roco tahun 1286. Prasasti ini menyebut adanya seorang raja bernama Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Ia mendapat kiriman arca Amoghapasa dari atasannya, yaitu Kertanagara raja Singhasari di pulau Jawa. Arca tersebut kemudian diletakkan di Dharmasraya. Dharmasraya dalam Pararaton disebut dengan nama Malayu. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu.



Tribhuwanaraja



sendiri



kemungkinan



besar



adalah



keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas. Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan Thailand



(Chaiya



sekarang).



Itu



artinya,



setelah



Sriwijaya



mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari Pa-linfong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra. Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja, Tribhuwanaraja dan Adityawarman berasal dari bahasa Tamil yang bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian, kebangkitan kembali kerajaan Melayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada prasasti Grahi. 



Daerah Kekuasaan Dharmasraya



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 9



Dalam naskah berjudul Zhufan Zhi (諸蕃志) karya Zhao Rugua tahun 1225 disebutkan bahwa negeri San-fo-tsi memiliki 15 daerah bawahan, yaitu Che-lan (Kamboja), Kia-lo-hi (Grahi, Ch'ai-ya atau Chaiya selatan Thailand sekarang), Tan-ma-ling (Tambralingga, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka, selatan Thailand), Ki-lan-tan (Kelantan), , Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun, daerah Terengganu sekarang), Tsien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai timur semenanjung malaya), Pong-fong (Pahang), Lan-mu-li (Lamuri, daerah Aceh sekarang), Kien-pi (Jambi), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-to (Sunda), dan dengan demikian, wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera sampai Sunda. 



San-fo-tsi Istilah San-fo-tsi pada zaman Dinasti Song sekitar tahun 990–an identik dengan Sriwijaya. Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap dipakai dalam naskah-naskah kronik Cina untuk menyebut Pulau Sumatra secara umum. Apabila San-fo-tsi masih dianggap identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan dengan prasasti Tanyore tahun 1030, bahwa saat itu Sriwijaya telah kehilangan kekuasaannya atas Sumatra dan Semenanjung Malaya. Selain itu dalam daftar di atas juga ditemukan nama Palin-fong yang identik dengan Palembang. Karena Palembang sama dengan Sriwijaya, maka tidak mungkin Sriwijaya menjadi bawahan Sriwijaya. Kronik Cina mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan utusan, masing-masing dari Kienpi (Jambi) dan Pa-lin-fong (Palembang) Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun 1082 mengirim duta besar ke



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 10



Cina yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088. Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu ataupun nama lain yang mirip dengan Dharmasraya. Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi, daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah berakhir. Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya tetap digunakan dalam berita Cina untuk menyebut Pulau Sumatera secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke14, yaitu zaman Dinasti Ming dan Majapahit. Catatan sejarah Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu Sriwijaya masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama sekali tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya melainkan Palembang. 



Ekspedisi Pamalayu Naskah



Pararaton



dan



Kidung



Panji



Wijayakrama



menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara mengirimkan utusan Singhasari dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Kebo Anabrang. Prasasti Padang Roco tahun 1286 menyebutkan tentang pengiriman arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan antara Singhasari dengan Dharmasraya.



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 11



Pada tahun 1293 tim ini kembali dengan membawa serta dua orang putri Malayu bernama Dara Jingga dan Dara Petak. Untuk memperkuat persahabatan antara Dharmasraya dengan Singhasari, Dara Petak dinikahkan dengan Raden Wijaya yang telah menjadi raja Kerajaan Majapahit mengantikan Singhasari. Pernikahan ini melahirkan Jayanagara, raja kedua Majapahit. Sementara itu, Dara Jingga diserahkan kepada seorang “dewa”. Ia kemudian melahirkan Tuan Janaka yang kelak menjadi raja Pagaruyung bergelar Mantrolot Warmadewa. Namun ada kemungkinan lain bahwa Raden Wijaya juga mengambil Dara Jingga sebagai istri, karena hal ini lumrah sebab Raden Wijaya pada waktu itu telah menjadi raja serta juga memperistri semua anak-anak perempuan Kertanagara. Dan ini dilakukan untuk menjaga ketentraman dan kestabilan kerajaan setelah peralihan kekuasaan di Singhasari. Sebagian



sumber



mengatakan



bahwa



Mantrolot



Warmadewa identik dengan Adityawarman Mauli Warmadewa, putra Adwayawarman. Nama Adwayawarman ini mirip dengan Adwayabrahma, yaitu salah satu pengawal arca Amoghapasa dalam prasasti Padangroco tahun 1286. Saat itu Adwayabrahma menjabat sebagai Rakryan Mahamantri dalam pemerintahan Kertanagara. Jabatan ini merupakan jabatan tingkat tinggi. Mungkin yang dimaksud dengan “dewa” dalam Pararaton adalah tokoh ini. Dengan kata lain, Raden Wijaya menikahkan Dara



Jingga



dengan



Adwayabrahma



sehingga



lahir



Adityawarman.



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 12



Patung Adityawarman. Adityawarman sendiri nantinya menggunakan gelar Mauli Warmadewa. Hal ini untuk menunjukkan kalau ia adalah keturunan Srimat Tribhuwanaraja. c.



Ditaklukkan Majapahit Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebut Dharmasraya sebagai salah satu di antara sekian banyak negeri jajahan Kerajaan Majapahit di Pulau Sumatra. Namun interpretasi isi yang menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti ini masih kontroversial, sehingga dipertentangkan sampai hari ini. Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit untuk menaklukan wilayah Swarnnabhumi nama lain pulau Sumatera. Penaklukan Majapahit dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama Arya Damar sebagai Bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman.



d.



Dari Dharmasraya ke Pagaruyung



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 13



Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, Pada tahun 1343 Adityawarman kembali ke Swarnnabhumi dan ditahun 1347 memproklamirkan dirinya sebagai pelanjut Dinasti Mauli penguasa Kerajaan Melayu di Dharmasrayadan selanjutnya memindahkan pusat pemerintahannya ke Suruaso, (daerah Minangkabau), dengan gelar Maharajadiraja Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa. Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada Wangsa Mauli penguasa Dharmasraya dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi. Dari catatan Dinasti Ming (1368-1644) menyebutkan bahwa di Sanfo-tsi (Sumatera) terdapat tiga orang raja. Mereka adalah Sengk'ia-li-yulan (alias Adityawarman), Ma-ha-na-po-lin-pang (Maharaja Palembang), dan Ma-na-cha-wu-li (Maharaja Dharmasraya). Dan sebelumnya pada masa Dinasti Yuan (1271-1368), Adityawarman juga pernah dikirim oleh Jayanegara sebanyak dua kali sebagai duta ke Cina yaitu pada tahun 1325 dan 1332, dan tentu dengan nama yang sama pada masa Dinasti Ming masih



dirujuk



kepada



Adityawarman,



yang



kemudian



kembali



mengirimkan utusan sebanyak 6 kali pada rentang tahun 1371 sampai 1377. Dan kemudian dari berita ini dapat dikaitkan dengan penemuan Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada zaman Adityawarman, dimana pada naskah tersebut ada menyebutkan tentang Maharaja Dharmasraya. Jika dikaitkan dengan piagam yang dipahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, jelas Adityawarman bergelar Maharajadiraja, dan membawahi Dharmasraya dan Palembang. Berikut ini daftar nama raja Melayu:



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 14



Tarikh



Nama Raja atau Gelar



Prasasti, catatan Ibukota



pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristiwa Berita China, catatan perjalanan I-tsing (634-



671



Minanga



713). Dan Prasasti Kedukan Bukit tahun 682, penaklukan Minanga oleh Sriwijaya.



682-



Dibawah kekuasaan



1156



Sriwijaya



1157-



Belum ada berita



1182



Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand, perintah kepada bupati Grahi yang



Srimat Trailokyaraja 1183 Maulibhusana Warmadewa



Dharmasraya



bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin.



1184-



Belum ada berita



1285



Prasasti Padang Roco tahun 1286 di Siguntur Srimat



(Kabupaten Dharmasraya



1286 Tribhuwanaraja Mauli Dharmasraya sekarang), pengiriman Arca Warmadewa



Amonghapasa sebagai hadiah Raja Singhasari kepada Raja Malayu.



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 15



Tarikh



Prasasti, catatan



Nama Raja atau



Ibukota



Gelar



pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristiwa



1316 Akarendrawarman



Dharmasraya Prasasti Suruaso (Kab. atau Suruaso Tanah Datar sekarang). Arca Amoghapasa,tahun 1347 di (Kab. Dharmasraya sekarang),



Srimat Sri



Pindah ke Suruaso, Prasasti



Udayadityawarman 1347 Pratapaparakrama Rajendra Maulimali



Suruaso atau Pagaruyung



Warmadewa



Suruaso (Kabupaten Tanah Datar sekarang), Pengiriman utusan ke Cina sebanyak 6 kali dalam rentang waktu 1371 sampai 1377 pada masa Dinasti Ming.



1375 Ananggawarman



Pagaruyung



Prasasti Batusangkar (Kab. Tanah Datar sekarang).



D. Struktur Birokrasi Di masa Jambi masih menjadi kerajaan merdeka, kerajaan dipimpin oleh seorang raja. Namun, belum ada kejelasan, apa status pemimpin daerahdaerah di Jambi, selama negeri ini menjadi bagian dari wilayah kerajaan lain. E. Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Beberapa



benda



arkeologis



yang



ditemukan



di



daerah



Jambi



menunjukkan bahwa, di daerah ini telah berlangsung suatu aktifitas ekonomi yang berpusat di daerah Sungai Batang Hari. Temuan benda-benda keramik juga membuktikan bahwa, di daerah ini, penduduknya telah hidup dengan tingkat budaya yang tinggi. Temuan arca-arca Budha dan candi juga menunjukkan bahwa, orang-orang Jambi merupakan masyarakat yang religius. Ini hanyalah sedikit gambaran mengenai kehidupan di Jambi. Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 16



Bagaimana sisi sosial budaya masyarakat secara keseluruhan? Sangat sulit untuk menggambarkan secara detil, bagaimana kehidupan sosial budaya ini berlangsung, mengingat data arkeologis yang sangat minim. F. Kehidupan Ekonomi Kehidupan ekonomi dan Kerajaan Melayu menyerupai Kerajaan Sriwijaya. Sebagai negara maritim, diyakini bahwa perdagangan merupakan bidang andalan Kerajaan Melayu. Hal ini bisa dilihat dari letak geografisnya yang berada di tengah−tengah jalur perdagangan antara India dan Cina, dan perdagangan, rakyat Melayu juga mengandalkan pertanian. G. Faktor Pendorong Masa Kejayaan Kerajaan Melayu Setelah terlepas dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu perlahan memainkan peranan penting di wilayah Sumatra. Pada abad ke-14, Melayu dipimpin oleh Adityawarman, putra dari pasangan Adyawarman dan Dara Jingga. Adityawarman adalah teman dari dinasti yang berkuasa di Majapahit dan pernah membantu Gajah Mada menakulkkan Pulau Bali.Adityawarman dikenal sebagai raja yang menakutkan, akan tetapi juga pemurah. Walaupun demikian, Adityawarman berhasil memberikan kemakmuran, karena selalu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Pada masa ini, Melayu mencapai puncak kejayaan. Letaknya yang strategis di pantai timur Sumatra memungkinkan kerajaan berperan penting dalam dunia perdagangan antara India dan Cina dengan kawasan timur kepulauan Nusantara. H. Faktor Yang Menyebabkan Keruntuhan Kerajaan Melayu a.



Faktor Politis Kedudukan kerajaan ini makin terdesak karena munculnya kerajaankerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam bidang perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara yang menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Dan Kerajaan Singasari di daerah timur yang dipimpin oleh Raja Kertanegara dengan mengirim ekspedisi ke arah barat (Ekspedisi Pamalayu) yang mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu,



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 17



Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Sriwijaya makin terdesak. b.



Faktor Ekonomi Aktivitas



perdagangan



berkurang



karena



daerah



strategis



perdagangan yng dikuasai Sriwijaya jatuh ke kekuasaan raja-raja di sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil & lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 1377 M.



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 18



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Kerajaan Melayu



merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di



Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di sekitar Jambi. B. Saran 1. Kami minta maaf pada pembaca bila isi makalah kami kurang jelas. 2. Agar kita pahami sebab perpindahan Kerajaan Melayu lebih luas kita harus membaca lebih banyak. 3. Supaya lebih banyak tahu tentang Kerajaan Medang kita harus banyak bertanya.



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 19



DAFTAR PUSTAKA http://cimahi.iwu.web.id/id3/2710-2604/Melayu_33849_cimahi-iwu.html http://www.artikelmateri.com/2015/11/sejarah-kerajaan-melayu-rangkumanlengkap.html



Sejarah_Indonesia_Kelas X



Page 20