Kesalahan Harga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Daftar Isi Kata Pengantar .................................................................................................................................i Daftar isi............................................................................................................................................ii BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar belakang...............................................................................................................................1 BAB II. PEMBAHASAN II.1 Tiga Kekuatan Potensial: Citra, Persaingan, dan Nilai................................................................9 II.2 Strategi di Konsep Harga Pabrikan............................................................................................10 II.3 Dampak Kredit Terhadap Penetapan Pabrikan..........................................................................13 II.4 Studi Kasus...............................................................................................................................18 BAB III. PENUTUP III.1 Kesimpulan...............................................................................................................................23 Daftar pustaka................................................................................................................................24



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situasi krisis moneter dewasa ini “memaksa” pihak manajemen perusahan untuk semakin cepat tanggap akan perubahan lingkungan yang demikian cepat. Profesionalisme tampaknya kini semakin dibutuhkan. Pengendalian perusahaan tidak lagi dapat dilakukan hanya berdasarkan intuisi atau pengalaman saja, namun pengetahuan menjadi faktor penting lain yang perlu dipadukan. Untuk mencapai tujuan perusahaan, dibutuhkan koordinasi yang baik dari semua fungsi manajemen. Pada dasarnya semua fungsi tersebut sama pentingnya sebagai suatu sistem, namun pemasaran merupakan fungsi yang mempunyai intensitas hubungan paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal justru dalam lingkungan itulah perusahaan mempunyai keterbatasan yang paling besar dalam pengendaliannya.



Maka seringkali dikatakan bahwa pemasaran



merupakan urat nadi perusahaan, dalam arti sangat kritis kedudukannya dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan, dan berperan penting dalam pengembangan strategi. Strategi pemasaran sendiri dapat dibahas secara lebih rinci dikaitkan dengan berbagai unsur, seperti dalam kaitannya dengan kepuasan pelanggan, dengan pasar, dengan bauran pemasaran, dengan siklus, hidup produk, ataupun dengan pemasaran internasional. Tulisan ini akan membahas secara spesifik konteks strategi pemasaran dalam kaitannya dengan strategi penetapan harga (pricing strategy), dengan menekankan pada salah satu model penetapan harga. Selama periode di mana pertumbuhan ekonomi dan pendapatan meningkat, faktor non-harga sempat menjadi kunci keberhasilan penjualan. Namun dalam tahun-tahun terakhir, seiring dengan perubahan makro ekonomi yang mengakibatkan inflasi, pertumbuhan penduduk yang semakin lambat, dan semakin maraknya kompetisi, maka faktor harga menjadi salah satu problem utama yang harus dihadapi para marketer.



BAB II PEMBAHASAN STRATEGI PENETAPAN HARGA 1



A. Pengertian Harga Harga mengandung pengertian, suatu nilai tukar dari produk barang atau pun jasa yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll) Dalam dunia bisnis harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh dalam dunia perdagangan produk disebut harga, dalam dunia perbankan disebut bunga, atau dalam bisnis jasa akuntansi, konsultan disebut fee, biaya transportasi taxi, telepon disebut tariff sedangkan dalam dunia asuransi disebut premi. Menurut Kotler (2001:439) Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai tukar konsumen atas manfaatmanfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.Monroe (1990) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu harga adalah salah satu faktor penting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak. Berdasarkan definisi harga diatas maka dapat disimpulkan harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya guna memenuhi kebutuhan maupun keinginannya dan umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll). Sedangkan penetapan harga adalah suatu proses untuk menentukan seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh atau diterima oleh perusahan dari produk atau jasa yang di hasilkan. Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di



dalam



program



pemasaran.



Menetapkan



harga



berarti



bagaimana



mempertautkan produk kita dengan aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Dalam penetapan harga, produsen harus memahami secara mendalam besaran sensitifitas konsumen terhadap harga. Menurut Roberto pada buku Applied Marketing Research, bahwa dari hasil penelitian menyebutkan isu utama yang berkaitan dengan sensitifitas harga yaitu; elasitas harga dan ekspektasi harga. Sedangkan pengertian dari elasitas harga adalah: Konsumen cenderung memberikan respon yang lebih besar atas setiap rencana kenaikan dibandingkan dengan kenyataan pada saatharga tersebut naik. Konsumen akan lebih sensitive terhadap penurunan harga dibandingkan dengan kenaikan harga. Elastisitas 2



konsumen akan berkurang ketika melakukan shopping dengan teman atau dipengaruhi oleh sales person. Dengan kata lain harga dan penetapan harga adalah suatu proses yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan nilai suatu produk atau jasa dengan mengkalkulasikan terlebih dahulu segala macam biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan serta mempertimbangkan faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan selain harga. B. Tujuan Penetapan Harga Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan



dan perolehan



yang



akan



diterimanya.



Namun



di



dalam



perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbanganpertimbangan non ekonomis lainnya. Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis. 1. Memaksimalkan Laba Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh. Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga yang ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut memperhitungkan daya beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan yang diraih dapat maksimum. 2. Meraih Pangsa Pasar Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan dengan tingkat laba yang diinginkan. 3. Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha 3



Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angkapenjualan. 4. Mempertahankan Pangsa Pasar Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada. 5. Tujuan Stabilisasi Harga Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitive terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri- industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan



stabilisasi



dilakukan



dengan



jalan



menetapkan



harga



untuk



mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industry (industry leader).



6. Menjaga Kelangsungan Hidup Perusahaan Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan agar tetapmemiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang dijalani. Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan untukmemilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut. C. Metode Penetapan Harga Setelah perusahaan menentukan dan menetapkantujuan yang akan dicapai, maka langkah atau tahapanselanjutnya adalah menentukan metode penetapan harga. Secara umum metode penetapan harga terdiri dari 3 macam pendekatan, yakni ;



4



1. Penetapan harga berdasarkan biaya a) Penetapan Harga Biaya Plus Didalam metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unitditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba yangdikehendaki pada unit tersebut ( margin ) Rumus : Biaya Total + Margin = Harga Jual. b) Penetapan Harga Mark-Up Untuk metode Mark-up ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung harga pokok pembelianper unit ditambah ( mark-up ) jumlah tertentu Rumus : Harga Beli + Mark-Up = Harga Jual



c) Penetapan Harga BEP (Break Even Point) Metode pentapan harga berdasarkan keseimbanganantara jumlah total biaya keseluruhan dengan jumlahtotal penerimaan keseluruhan. Rumus : BEP => Total Biaya = Total Penerimaan 2. Penetapan Harga berdasarkan Harga Pesaing/Kompetitor Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan harga kompetitor sebagai referensi, dimana dalam pelaksanaannya lebih cocok untuk produk yang standar dengan kondisi pasar oligopoli. Untuk menarik dan meraih para konsumen dan para pelanggan, perusahaanbiasanya menggunakan strategi harga. Penerapa nstrategi harga jual juga bisa digunakan untuk mensiasati para pesaingnya, misalkan dengan cara menetapkan harga di bawah harga pasar dengan maksud untuk meraih pangsa pasar. 3. Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan Proses penetapan harga yang didasari persepsikonsumen terhadap value/nilai yang diterima ( pricevalue), sensitivitas harga dan perceived quality. Untukmengetahui value dari harga terhadap kualitas, maka analisa Price Sensitivity Meter (PSM) merupakan salah satu bentuk yang dapat digunakan. Pada analisa ini konsumen diminta untuk memberikan pernyataan dimana 5



konsumen merasa harga murah, terlalu murah,terasa mahal dan terlalu mahal dan dikaitkan dengan kualitas yang diterima. D.Strategi Penetapan Harga Strategi



penetapan



harga



adalah



tahapan



dimana



perusahaan



mengklasifikasikan dan menggolongkan produk atau jasa yang dihasilkannya merupakan ‘produk baru’ yang belum memiliki konsumen loyal/ tetap atau ‘produk yang telah beredar’ yang telah memiliki pangsa pasar tersendiri. Strategi penetapan harga ini juga berhubungan dengan siklus kehidupan produk ( Product Life Cycle) dimana suatu produk memiliki empat tahapan utama yakni, Perkenalan, Pertumbuhan, Kematangan dan Penurunan. Secara khusus strategi penetapan harga ini terdiri dari ; 



Produk Baru Dalam menetapkan strategi penetapan harga yangefektif untuk produk baru atau tahap perkenalan ini terdapat 2 (dua) alternatif strategi penetapan harga, yaitu: 1. Harga Mengapung ( Skimming Price) Memberikan harga tinggi untuk menutup biaya dan menghasilkan laba maksimum (perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa produknya berbeda dengan produk sejenis yang lain). Pendekatan skimming sangat efektif jika terdapat diferensiasi harga pada segmen tertentu dan pesaing relatif sedikit. Skimming juga dapat dimanfaatkan untuk membatasi permintaan sampai perusahaan merasa siap untuk melakukan produksi masal. Apalagi skimming dapat meningkatkan nilai produk menjadi sangat prestisius. 2. Harga Penetrasi Memberikan harga rendah untuk menciptakan pangsa pasar dan permintaan, strategi ini dapat diterapankan pada situasi pasar tidak terfragmentasi ke dalam segmen yang berbeda, serta produk tersebut tidak mempunyai nilai simbolis yang tinggi. Pendekatan ini juga efektif terhadap



6



sasaran pasar yang sensitive harga. 



Produk Yang Telah Beredar Strategi penetapan harga untuk produk yang telah beredar ini tentunya tidak terlepas dari posisi produk atau jasa tersebut dari siklus kehidupan produk, dalam hal ini tahapan siklusnya berada pada 3 (tiga) tingkatan berikutnya setelah perkenalan yakni; 1. Tahap Pertumbuhan Pada tahap pertumbuhan ini ditandai dengan penjualan meningkat disertai munculnya pesaing. Pada awalnyaterjadi pertumbuhan yang cepat, strategi yang diterapkan adalah tetap mempertahankan harga produk/pasar . Ketika pertumbuhan melambat, terapkan strategi harga agresif ; menurunkan harga untuk mendorong penjualan sekaligus menghadapi persaingan yang semakin ketat. 2. Tahap Kematangan Pada tahap kematangan, fleksibilitas harga merupakan kunci efektivitas strategi penetapan harga. Pada tahapan ini perusahaan harus benar-benar responsive terhadap situasi pasar, konsumen maupun pesaing. Strategi penetapan harga dapat menggunakan ‘psikologis konsumen’ maupun ‘pemotongan harga’ (diskon), sehingga perusahaan dapat menjaga loyalitas konsumen (pangsa pasar) dan meningkatkan jumlah permintaan dan keuntungan yang diperoleh. 3. Tahap Penurunan Tahap penurunan produk atau jasa ditandai dengan menurunnya jumlah permintaan secara terus-menerus, sebagai tahap terakhir daur hidup produk terdapat dua alternatif langkah utama yang dapat dipilih. Pertama,strategi diskonting (pemotongan harga). Kedua, mempertahankan harga tetapi memotong biaya-biaya yang berhubungan dengan produk, terutama pengeluaran untuk promosi.



7



II.1.Tiga Kekuatan Potensial: Citra, Persaingan, dan Nilai II.1.1. Penetapan Harga Membentuk Citra Merupakan penetapan harga yang bertujuan membentuk citra atau image produk dari suatu usaha. Misalnya dengan memberikan harga paling rendah untuk menanamkan image murah pada produk yang Anda tawarkan. Berorientasi



pada



Stabilitas



Harga,



hal



ini



dilakukan



untuk



mempertahankan hubungan yang stabil antara suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader). Penetapan Harga Berdasarkan Pesaing Penetapan harga menurut keadaan, penetapan harga terutama dengan mengikuti harga pesaing bukan berdasarkan pada biaya perusahaan atau permintaan. Mungkin perusahaan menetapkan harga sama atau lebih tinggi atau lebih rendah dari pesaing. Perusahaan lebih kecil mungkin mengikuti harga pemimpin pasar. Penetapan Harga penawaran tertutup, penetapan harga berdasarkan pada pendapat mereka mengenai bagaimana pesaing menetapkan harga ketimbang pada biaya atau permintaanya sendiri. Digunakan bila perusahaan mengkuti lelang untuk memperoleh pekerjaan. Perilaku penentuan harga (pricing behavior) dari pesaing-pesaing merupakan elemen penting yang harus diperhatikan. Perusahaan harus mengamati pesaingpesaing agar dapat menentukan biaya-biaya, harga dan keuntungan perusahaan itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa teknik, seperti market reseach, dan perbandingan harga terhadap kualitas suatu setiap penawaran yang ditawarkan oleh pesaing utama. II.1.2. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai Penetapan harga berdasarkan nilai menggunakan persepsi pembeli pada nilai bukan biaya penjualan, sebagai kunci untuk penetapan harga. Penetapan harga berdasarkan nilai berarti bahwa pemasar tidak dapat merancang produk dan program pemasaran, lalu kemudian menetapkan 8



harga. Harga dipertimbangkan bersama dengan variabel bauran pemasaran yang lain sebelum program pemasaran dibuat.



II.2. Strategi di Konsep Harga Pabrikan Selain semua faktor diatas, Kotler dan Armstrong(1994) menambahkan satu faktor internal yang perlu juga dipertimbangkan dalam strategi penetapan harga, yakni organisasi. Manajemen perlu memutuskan siapa dalam organisasi yang harus menetapkan harga. Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga menurut caranya masing-masing. Pada perusahaan kecil, umumnya harga ditetapkan oleh manajemen puncak. Pada perusahaan besar,seringkali masalah penetapan harga ditangani oleh divisi atau manajer suatu lini produk. Dalam pasar industri, sales people diperkenankan untuk bernegosiasi dengan pelanggannya guna menetapkan kisaran harga tertentu. Dalam industri di mana penetapan harga merupakan faktor kunci (misalnya perusahaan minyak, penerbangan luar angkasa), biasanya setiap perusahaan memiliki departemen penetapan harga tersendiri yang bertanggung jawab terhadap departemen pemasaran atau manajemen puncak. Pihak-pihak lain yang mempunyai pengaruh terhadap penetapan harga adalah manajer penjualan, manajer produksi, manajer keuangan, dan akuntan. Komponen biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Yang termasuk dalam biaya produksi langsung yaitu bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya produksi tidak langsung adalah biaya overhead pabrik atau yang sering disebut sebagai biaya fabrikasi (factory overhead cost). Biaya overhead pabrik yaitu biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Komponen biaya overhead pabrik yaitu biaya bahan baku tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.Selain kedua biaya overhead pabrik tersebut juga terdapat biaya overhead pabrik lainnya seperti: biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya pembangkit listrik dan lain sebagainya. Akan tetapi lain halnya dengan biaya overhead pabrik yang mencakup berbagai macam jenis biaya, seperti biaya penyusutan mesin, biaya pemeliharaan gedung pabrik, biaya listrik dan biaya-biaya lainnya yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk biaya overhead pabrik yang



9



terjadis ecara teratur pada waktu tertentu. Betapa banyak dan beraneka ragamnya biaya overhead pabrik ini, sehingga sering timbul kesulitan bagi pihak manajemen untuk mengendalikan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada periode akuntansi tertentu. Ada salah satu cara yang paling sesuai dibutuhkan perusahaan untuk mengendalikan biaya overhead pabrik yaitu dengan melakukan perencanaan dan pengawasan terhadap biaya-biaya overhead pabrik tersebut atau yang sering disebut dengan anggaran biaya overhead pabrik. Meskipun masih jarang dalam penggunaannya namun perlu dicoba dan digunakan bagi perusahaan industri tekstil khususnya agar biaya-biaya overhead pabrik yang cukup banyak tersebut dapat secara langsung dikendalikan dan terawasi dalam penggunaannya (pengeluarannya). Penentuan harga pokok produksi banyak banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah biaya produksi dan laba yang diharapkan oleh perusahaan. Biaya produksi merupakan biaya-biayayang berkaitan langsung untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan khususnya perusahaan industri, sebab kesalahan dalam penentuan harga pokok produksi dapat menyebab kansuatu perusahaan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuannya. Yaitu apabila dalam penetapan harga pokok produksi terlalu rendah menyebabkan produk yang dihasilkan kurang optimal sedangkan apabila perusahaan menetapkan harga pokok produksinya terlalu tinggi, maka akan terjadi kerugian karena harga pokok produk yang lebih tinggi dari harga pasar akan tidak laku atau menumpuk di gudang. II.2.1. Biaya dan Hubungannya dengan Volume Penjualan. Permintaan menentukan batas atas dari kisaran harga yang layak dan dapat ditawarkan olehperusahaan atas produknya, sedangkan biaya menentukan batas bawahnya. Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Harga suatu produk haruslah menutupi biaya untuk produksi dan pemasaran barang tersebut, paling tidak untuk jangka panjang, sebagaimana halnya pendapatan yang layak dterima oleh perusahaan atas 10



investasi yang telah dilakukan dan resiko yang harus ditanggungnya. Ada dua jenisbiaya yang umumnya digunakan di perusahaan,yakni : 1. Biaya tetap (fixed costs) Fixed costs bersifat tetap untuk jangka pendek, tanpa dipengaruhi oleh volume produksi atau pendapata dari penjualan. Tercakup di dalamnya adalah bunga, sewa, gaji eksekutif, dan departemen fungsional (seperti pembelian dan R&D) yang dibutuhkan untuk mendukung produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Karena biaya tetap secara keseluruhan tetap jumlahnya tanpa tergantung pada volumen, maka biaya tetap per unit produk akan menurun apabila perusahaan memproduksi dan menjual lebih banyak produk tersebut dalam suatu periode tertentu. 2.Biaya variabel (variable costs) Bervariasi secara keseluruhan terkait dengan taraf produksi, namun biaya per unit tetap sama tanpa tergantung pada jumlah produksi. Tercakup didalamnya adalah biaya bahan baku, kemasan, dan tenaga buruh yang diperlukan untuk memproduksisetiap unit produk. Dalam hubungannya dengan volume penjualan, ada dua hal yang harus diperhitungkan



untuk



penetapan



harga,



yakni



skala



ekonomis



(economies of scale) dan kurva belajar (learning/experience curve). Dalam jangka pendek, skala ekonomis diperoleh dari penggunaan kapasitas yang ada secara maksimal, sedangkan dalam jangka panjang perusahaan mendapatkannya dengan membangun fasilitas yang lebih besar dan lebih efisien. Kurva belajar menghasilkan penurunan biaya produksi dan biaya pemasaran per unit sejalan dengan semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh.



II.3.Dampak Kredit Terhadap Penetapan Pabrikan Pengertian kredit menurut Terminologi yaitu dimulaidari kata “Kredit” yang berasal dari bahasa Yunani“Credere” yang berarti “Kepercayaan” atau dalambahasa Latin “Creditum” yang berarti Kepercayaan Akan Kebenaran”. oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan



11



yang memberikan kredit (Kreditur) percaya bahwa penerima kredit (Debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Menurut Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A (2007) kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (Kreditor / Pemberi pinjaman) atasdasar kepercayaan kepada pihak lain (debitur atau pengutang / borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. 



Kartu Kredit Kartu kredit adalah Suatu hal yang berharga atau fasilitas keuangan yang dikeluarkan oleh suatu Instansi/ Bank tersendiri untuk dipergunakan oleh perorangan/ nasabah yang mana isinya biasa memberikan hak dan kewajiban bagi pemegang kartu tersebut yaitu pemegang kartu berhak dalam mendapatkan uang sesuai dengan yang dikeluarkan bank atas kesepakatan bersama dan pemegang kartu juga berkewajiban membayar atas seluruh/ sebagian uang tersebut tercantum baik secara pelunasan maupun dengan cara diplat/ dicicil.







Kredit Konsumsi Sering juga disebut kredit konsumen, yaitu kredit yang di sediakan oleh bank kepada nasabahnya yang berupa orang peorangan atau rumahrumah tangga keluarga. yang pemakaiannya dengan sendiri nya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran konsumsi mereka. Pada umumnya konsumen mempunyai sikap yang relatif lebih emosional dibandingkan dengan kelompok pemakai kredit produsen. Untuk berhasilnya kebijakan manajemen dalam bidang pemasaran, manajer bank perlu sekali memperhatikan hal tersebut. Keberhasilan produk perbankan dalam bentuk kartu kredit/’credit card’ erat hubungannya dengan karakteristik tersebut. Keberhasilan pihak toko penjaga barang dagangan konsumsi dalam memperluas pasar penjualannya dengan cara menerima kartu kredit dapat pula dihubungkan dengan keberhasilan bank tersebut. Selain itu, derajat kepastian pembayaran kembali,untuk kredit konsumsi kecenderungannya lebih rendah bila dibandingkan dengan kredit12



kredit produsen. Selanjutnya dapat pula dikatakan , bahwa dari segi besarnya transaksi, untuk kredit konsumsi dengan sendirinya pada umumnya, relatif kecil,sehingga bank-bank yang tergolong jenis ‘retailbank’ –lah dengan suku bunganya yang tinggi. Mampu melayani pemasokan kredit-kredit konsumsi dengan berhasil. 



Kredit Produksi Ini biasa juga disebut kredit usaha atau kredit produsen, dan boleh dikatakan merupakan kebalikan dari kredit konsumen. Untuk kredit produsen pihak pemakai jasa kreditnya adalah perusahaan. Kredit produksi lebih lanjut bisa dibedakan menjadi : (a) berdasarkan perbedaan bidang usaha, (b) berdasarkan perbedaan fungsi pembelanjaan dari segi pemakai kredit, dan (c) berdasarkan perbedaan macam jaminan.







Kredit cicilan Kredit cicilan (installment loan) adalah jumlah uang yang dipinjam untuk membeli barang seperti rumah atau mobil dan dikembalikan secara mencicil. Masa cicilan biasanya dihitung dalam bulan, seperti pinjaman 36 bulan untuk membeli mobil. Semakin lama jangka waktu pembayaran, semakin kecil cicilan bulanan tetapi semakin besar total biaya bunga.







Kredit Dagang Kredit usaha dagang yang banyak dimanfaatkan oleh pedagang-pedagang kecil yang banyak dijumpai dalam perekonomian kita banyak yang berbentuk kredit candak-kulak, dan oleh karenanya banyak yang merupakan kredit jangka pendek. Usaha dagang ukuran besar di lain pihak, dengan melihat pola kegiatan serta jenis barang dagangannya, mempunyai peluang yang menguntungkan untuk menggunakan baik kredit jangka pendek yang menggunakan barang dagangan sebagai jaminan, kredit modal kerja dan juga kredit investasi yang dalam alam deregulasi suku bunganya mempunyai kecenderongan lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga jangka pendek.



13



II.3.1. Kesalahan Penetapan Harga Yang Sering Terjadi Jika bisa menghindarinya, tak hanya bisnis Anda menjadi yang terdepan dalam kompetisi, namun juga lebih sehat. 1. Memasang harga terlalu rendah dan selalumengurangi keuntungan. Bagi sebagian pelaku bisnis, cara ini bukan sebuah kesalahan, melainkan sudah menjadi strategi. Sayangnya, ini bukan strategi yang bagus. Menetapkan harga terlalu rendah mungkin bagus untuk jajaran produk yang tingkat lakunya tinggi, namun sebenarnya ini menimbulkan kekacauan pada fondasi bisnisnya sendiri, karena untung Anda mengecil. Sementara untung inilah yang diperlukan untuk mendorong agar bisnis tetap hidup. Jadi, perlu menyesuaikan antara harga dengan untung yang dicari. Dengan pendekatan ini, mungkin Anda tak bisa merangkul konsumen yang ‘peka harga’. Namun, hal ini justru bagus. Kompetitor yang menerapkan harga terlalu rendah untuk merangkul konsumen ini, nantinya juga akan menyadari bahwa cara itu tidak memberikan keuntungan. 2. Mematok marjin keuntungan yang sama untuksemua produk. Tidak ada aturan, keharusan, atau teori apapun yang menyatakan bahwa semua produk harus mempunyai marjin keuntungan yang sama. Produk yang lambat laku sebaiknya mempunyai marjin keuntungan yangl ebih besar dibanding produk-produk yang cepat laku. Dengan cara ini pun Anda sebaiknya tetap mencari cara untuk meningkatkan value (nilai) dari produk yang laku keras itu agar punya marjin keuntungan yang lebih besar. Perlu diingat, kenaikan keuntungan sedikit saja dampaknya akan besar terhadap keseluruhan bisnis. 3. Tidak paham beda antara marjin dan mark-up. Marjin keuntungan selalu didasarkan pada harga jual, sementara mark-up selalu didasarkan pada biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang. Jangan sampai misalnya, melakukan mark-up 100%, namun harga lalu didiskon 50%, dan setelah dihitung-hitung lagi ternyata harganya sama dengan harga dasar produk, alias tidak mendapat untung sama 14



sekali. 4. Lupa tidak memasukkan semua komponen biaya. Supaya bisa menetapkan harga dengan benar, setiap biaya yang telah dikeluarkan harus diidentifikasi dan dicatat. Bahkan hal-hal kecil seperti biaya kartu kredit yang 1-3% setiap kali transaksi, akan terakumulasi jika tidak diikutsertakan. Biaya kemas, biaya antar, sampai biaya membeli cutter kecil, juga perlu dimasukkan. Pencatatan dan penghitungan ini penting karena biaya kecil-kecil ini ikut memberikan dampak terhadap bisnis. 5. Menirukan apa yang kompetitor lakukan. Daripada meniru pola kompetitor yang mungkin punya proses atau biaya berbeda dalam membuat produk- lebih baik kaji sendiri apa sebenarnya value produk yang Anda tawarkan kepada konsumen. Kemudian hargailah produk Anda sesuai nilai tersebut. Dengan cara ini, Anda punya alasan logis yang kuat jika harga itu dibanding bandingkan oleh konsumen. 6. Menetapkan komisi berdasar harga jual, bukandari harga dasar. Ini sama dengan kasus marjin versus mark-up tadi .Lagi-lagi, keuntungan bersih Anda harus menjadi pegangan. Membayar komisi dari bagian keuntungan Anda sama saja dengan memberikan bisnis Anda kepada tenaga penjualan. 7. Memberi diskon, bukannya menambah nilai. Diskon selalu memangkas keuntungan. Hanya dengan10% diskon, sebuah bisnis bisa saja perlu menjual produk 50% lebih banyak agar tetap bisa mempertahankan keuntungan yang sama. Biaya juga meningkat jika selalu bermain-main dengan diskon. Daripada memotong keuntungan, cobalah cari apakah ada cara lain yang bisa dilakukan untuk menambah nilai produk, tanpa perlu mengurangi harga. Pertambahan nilai ini artinya bahwa produsem memberikan kepada konsumen sesuatu yang bukan keluar dari porsi keuntungan. 15



Jika dilakukan dengan tepat, added value ini akan memberikan kesan lebih kepada konsumen, yang akan membuat mereka kembali lagi. II.I Studi Kasus : PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia Keju pernah dianggap sebagai unsur makanan mahal meskipun bernutrisi tinggi. Namun, PT Kaldu Sari Nabati Indonesia (KSNI) berhasil menggebrak mindset lama itu dengan memperkenalkan makanan ringan berbahan dasar keju. Sejak kehadirannya pada 2007, peta persaingan di bisnis makanan ringan mendadak berubah. Produk snack berbahan dasar keju dengan merek Richeese Nabati (RN) tibatiba meledak di pasaran. Kualitas produk yang tinggi (berbahan dasar keju), harga jual yang relatif murah, serta kemasan kuning biru yang berukuran panjang rupanya membuat konsumen ketagihan. RN dicari-cari hingga sering terjadi stok kosong di toko dan gerai. “Pada tahun 2007, 2008 dan 2009 penjualan produk kami memang sangat luar biasa,” ungkap Budi Setiawan, Manajer Pengembangan Promosi & Channel Nasional KSNI. Bahkan, menurut Budi, karena pesatnya penjualan RN, banyak perusahaan yang membuat produk serupa, mereka mengekor dengan meluncurkan varian sejenis. Meski demikian, ketika itu RN Wafer Keju masih mendominasi pasar dengan penguasaan sekitar 85% di kategori snack wafer keju. Konsumen sulit beralih karena dalam waktu singkat merek RN juga menancap kuat di benak mereka. Hal itu terbukti RN sebagai pendatang baru berhasil menyabet berbagai penghargaan di bidang pemasaran. Dianugerahkan untuk brand Organisasi yang memberikan anugerah Waktu penganugerahan



:



Richeese



:



Superbrands



:



Desember 2008



16



RN pun mengundang decak kagum para praktisi dan pemerhati dunia pemasaran di Tanah Air. Thomas Mulyadi, General Manager KSNI, mengakui popularitas RN disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya, promosi yang cukup gencar. “Boleh jadi kalau tidak beriklan, produk ini tak begitu laku,” ungkap Thomas sembari menambahkan, pengalaman menunjukkan bahwa iklan sangat mendorong penguasaan pasar. Seperti kejadian saat itu, bersamaan dengan membanjirnya iklan RN, jangkauan peredaran RN juga meluas. “Strategi penetrasinya, kami gunakan promosi above the line (ATL). Ujungujungnya adalah untuk mendongkrak awareness merek di masyarakat,” ujarnya bangga. Sayangnya, justru ketika berada di posisi puncak — baik dari segi penjualan (market share) maupun brand share — tiba-tiba RN dirundung petaka. Produknya 17



menyusut habis, bahkan seperti menghilang dari pasaran. Sebuah sumber mengatakan pasar RN tergerogoti hingga 10%. Terdapat beberapa alasan atas kemerosotan ini. Ada yang bersumsi produsen RN kewalahan menghadapi tingginya permintaan pasar. Mereka kewalahan mengelola ketersediaan bahan baku. Sumber lain berpendapat Nabati terlalu bernafsu, tanpa mempertimbangkan kapasitas dan daya tahan perusahaan. Bersaing untuk produk massal memang tidak mudah. RN terjebak bermain dengan harga murah, Rp 500, padahal dari segi produk tergolong “istimewa”. Bahan baku keju RN yang diambil dari perusahaan Malaysia tergolong berkualitas tinggi. Kemasan yang digunakan pun berkualitas baik. Barangkali strategi mengambil keuntungan tipis di tahap awal tidak masalah, tetapi lambat laun ketika produksi terus meningkat, KSNI kewalahan juga. Apalagi, ketika raksasa - raksasa makanan dan minuman yang notabene memiliki modal besar ikut bermain di kategori produk yang sama, habislah energi KSNI untuk melawannya. Pertanyaan :



18



BAB IV PENUTUP IV.1. Kesimpulan Penyusunan strategi sangat dibutuhkan dalam suatu persaingan ataupun dalam menghadapi situasi lingkungan yang senantiasa berubah. Strategi penetapan harga, sebagai salah satu unsur dari strategi pemasaran, menjadi langkah penting bagi keberhasilan pemasaran suatu barang atau jasa. Model yang diuraikan di atas hanyalah salah satu alternatif dari sekian model penetapan harga yang pernah disusun. Model ini menawarkan suatu langkah yang sistematis dan dipandang akan dapat 19



memudahkan tugas pihak manajemen dalam membuat keputusan mengenai harga. Di samping tahapan-tahapan yang sistematis, model di atas juga menyertakan berbagai faktor situasional yang dipandang dapat memberikan pengaruh ataupun menjadi kendala. Strategi penetapan harga biasanya berubah kalau produk melewati berbagai tahap daur hidupnya. Tahap introduksi memberikan tantangan paling besar. Kita dapat membedakan antara penetapan harga produk yang meniru produk yang sudah ada dan penetapan harga produk inovatif yang hak patennya dilindungi. Mereka mengatakan “Kami mempunyai mutu tinggi, tetapi dengan harga yang lebih rendah”. Dengan



menggunakan startegi pemasangan harga tinggi, perusahaan



menetapkan harga produk terlalu tinggi sehubungan dengan mutunya, akan tetapi, dalam jangka panjang pelanggan kemungkinan akan merasa diperas. Mereka akan berhenti membeli produk



dan akan menyampaikan keluhan kepada orang lain



mengenai hal itu. Jadi,strategi ini harus dihindari.



DAFTAR PUSTAKA amandaaugusta84.blogspot.com/2011/11/strategi-penetapan-harga sayakuliah.wordpress.com/2011/12/18/strategi-penetapan-harga aladzaniart.blogspot.com/2012/02/karakteristik-beberapa-jenis-kredit library.upnvj.ac.id/pdf/d3keu09/206101018/bab2 wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/contentDetail



20