Kesehatan Perempuan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • vina
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.



Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Wanita memegang peranan utama terhadap kelanjutan generasi penerus bangsa bagi suatu negara, sehingga kesehatan wanita memberi pengaruh besar terhadap pembangunan kesehatan di Indonesia. Kesehatan memiliki berbagai macam ruang lingkup yang harus dipenuhi. Salah satu ruang lingkup kesehatan adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak sematamata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi baik pada laki-laki dan perempuan. Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan reproduksi, diantaranya penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi. Kista ovarium adalah suatu penyakit ganguan organ reproduksi wanita. Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah , nanah, atau cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi. Kista ovarium itu sendiri memiliki risiko yaitu mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker, disamping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai kematian. Oleh Universitas Sumatera Utara 2 karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2%, dan paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa pubertas . Di RSU Dharmais Jakarta ditemukan kira-kira 30 pasien setiap tahun. .



1



Kesehatan Reproduksi remaja adalah suatu kondisi atau keadaan sehat secara menyeluruh baik kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Perawatan kesehatan reproduksi yang salah akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu, dan dermatitis kontak sampai reaksi alergi yang berat. Pengetahuan tentang menjaga kebersihan reproduksi remaja perempuan diperlukan untuk mencegah timbulnya penyakit kelamin wanita seperti infekasi dan keputihan yang dapat mengganggu



ketidaknyamanan



aktifitas



sehari-hari



Remaja



perlu



meningkatkan pengetahuan dari sumber informasi yang terpercaya dalam menjaga kebersihan reproduksi remaja perempuan sehingga terbentuk perilaku pola hidup bersih dengan Secara teratur bersihkan vagina dari bekas keringat, cara membasuhi alat kelamin wanita yang benar, Setelah dibersihkan gunakan handuk bersih atau tisu kering untuk mengeringkannya. Hati-hati ketika menggunakan kamar mandi umum, apabila akan menggunakan Kloset duduk, tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina, jangan sering-sering menggunakan pantyliner, pengganti pakaian dalam. Minimal mengganti pakaian dua kali sehari, bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun, saat haid pergantian pembalut pembalut 4 setiap kali terasa basah atau sekitar tiga jam sekali, rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaanpun perlu diperhatikan kebersihannya. 1.2



Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi kesehatan perempuan 2. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran status kesehatan perempuan 3. Mahasiswa dapat mengetahui kajian masalah pada perempuan dewasa muda, menengah dan tua 4. Mahasiswa dapat mengetahui kebijakan pemerintah dan masalah kesehatan utama pada perempuan 5. Mahasiswa dapat mengetahui kebutuhan kesehatan pada populasi perempuan dan peran perawat komunitas pada populasi perempuan



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Definisi Kesehatan Perempuan Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948



menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “Suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan” (Calundu, 2018). Sedangkan wanita adalah perempuan dewasa. Kesehatan wanita adalah seluruh aspek kesehatan wanita termasuk kesehatan reproduksi dapat atau tanpa berkaitan dengan lingkungan yang saling mempengaruhinya (Manuaba, 2000). 2.2



Gambaran Status Kesehatan Perempuan di Indonesia



Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip



non-diskriminatif,



partisipatif



dan



berkelanjutan



dalam



rangka



pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. 1.



Menopause



Menopause adalah istilah dari bahasa yunani yang diambil dari kata menos, yang berarti bulan dan pause yang berarti berhenti, yang berarti berhentinya siklus datang bulan (Rosental, 2009). Menopause secara harfiah merujuk pada waktu berhentinya menstruasi untuk pertama kali dan menggambarkan periode waktu dimana terjadinya perubahan-perubahan fisik dan psikologis. a. Estrogen Pada menopause, produksi estrogen, terutama estradiol, lebih menurun dari kadar pada premenopause. Estradiol sisa dihasilkan secara tidak langsung oleh kelenjar adrenal. Estron dan testosteron diubah menjadi estradiol pada jaringan perifer. b. Progesteron 3



Progesteron



dihasilkan



oleh



korpus



luteum,



kadar



progesteron



pascamenopause hanya 30% dibanding wanita yang masih ovulasi selama fase folikuler. c. Androgen Androgenion adalah androgen utama yang dikeluarkan oleh folikel yang sedang berkembang. Dengan terhentinya perkembangan folikuler pada wanita pascamenopause,



kadar



androstenendion



turun



50%.



Variasi



diurnal



androstenedion dapat terlihat mengikuti aktivitas kelenjar adrenal setelah menopause. Setelah menopause hanya 20% androstenedion yang disekresi oleh ovarium. d. Gonadotropin Setelah menopause LH dan FSH sangat meningkat, kadar FSH dan Lh adalah 4-30 mlU/ml selama usia subur. Setelah menopause kadar keduanya . 100 mlU/ml. 2.



Pernikahan Dini



Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anaka-anak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda , jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orangtua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja. Pernikahan dini pada remaja dapat berdampak pada kesehatan remaja itu sendiri, baik secara fisik maupun psikis. Seperti yang telah dikatan oleh beberapa ahli bahwa dari usia pernikahan yang terlalu muda, dapat beresiko terhadap kesehatan. Penyebab pernikahan usia remaja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu faktor yang timbul dari dalam diri sendiri dan juga dari luar dirinya. Pernikahan muda atau pernikahan dini banyak terjadi pada masa pubertas, ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual yang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah sehingga menyebabkan kehamilan yang kemudian solusi yang diambil adalah dengan menikahkan mereka.



4



2.3



Kajian Masalah Kesehatan pada Perempuan Dewasa Muda, Menengah dan Tua A. Masa Remaja Secara fisik masa remaja ditandai dengan pematangan alat-alat kelamin



pada seorang anak. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurnadan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah dapat befungsi secara sempurna pula. Pada remaja putri yang memasuki masa remaja tanda-tanda yang akan nampak yaitu pinggul membesar, payudara membesar, tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu, serta mengalami menstruasi setiap bulannya. Sedangkan pada remaja putra ciri-ciri yang nampak adalah jakun membesar, suara berubah menjadi berat, bahu melebar serta dada bidang, otot-otot terbentuk dengan baik, tumbuh rambut pada daerah-daerah tertentu, tumbuh kumis dan janggut, serta mengalami mimpi basah. Masa pematangan ini berlangsung kurang lebih 2 tahun sejak menstruasi pertama pada remaja putri dan mimpi basah pertama pada masa putra. Masa 2 tahun ini dinamakan pubertas. Selain ciri-ciri fisik terdapat pula beberapa ciri serta karakteristik lain dimiliki oleh remaja, yaitu antara lain: 1.



Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal



yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2.



Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.



Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan



5



kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3.



Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang



lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. 4.



Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-



kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 5.



Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang



terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut. 6.



Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya.



7.



Keinginan untuk menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, misalnya



melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pramuka, kelompok pecinta alam, dll.. 8.



Aktivitas berkelompok tumbuh sedemikian besar.



9.



Sering mengkhayal dan berfantasi B.



Masa Dewasa



Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.



6



Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah: a. Usia reproduktif (Reproductive Age) Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga. Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu lapangan tertentu. b. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age) Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembang pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang yang bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. c. Usia Banyak Masalah (Problem age) Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya. d. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension)



7



Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan



dalam



ketakutan-ketakutan



atau



kekhawatiran-kekhawatiran.



Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan. e. Masa keterasingan sosial Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebab akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial. f. Masa komitmen Mengenai komitmen, Bardwick mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungjawab yang terlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”. g. Masa Ketergantungan Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.



8



h. Masa perubahan nilai Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa. i. Masa Kreatif Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada minat



dan kemampuan individual, kesempatan



untuk



mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang



menyalurkannya



melalui



pekerjaan



yang



memungkinkan



ekspresi



kreativitas. C. Masa Tua Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia menurut Elida Prayitno yaitu: 1. Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel tubuh. 2. Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun. 3. Penurunan Dorongan Seks. Pada umumnya perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,



penglihatan,



kardiovaskuler,



sistem



pengaturan



tubuh,



muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.Selain itu pada masa tua juga sering terjadi gangguan-gangguan psikologisyang dapat berupa: a.



Gangguan persepsi



b.



Proses berpikir



c.



Gangguan sensorik dan kognitif



d.



Gangguan kesadaran



9



e.



Gangguan orientasi



Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan gangguan kognisi. Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif, gangguan kecemasan, gangguan buatan, gangguan konversi dan gangguan kepribadian, terutama selam periode stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan dua cara: apakah penderita mengenali namanya sendiri dan apakah juga mengetahui tanggal, tahun, bulan dan hari.



2.4



f.



Gangguan daya ingat



g.



Gangguan fungsi intelektual



Kebijakan Pemerintah dan Masalah Kesehatan Utama Perempuan Keputusan ICPD Kairo tahun 1994 memutuskan 10 program kesehatan



reproduksi, berupa kesehatan primer yang harus diperhatikan oleh semua negara termasuk Indonesia, sebagai berikut : 1. Pelayanan sebelum, semasa kehamilan dan pasca kehamilan 2. Pelayanan kemandulan. 3. Pelayanan KB yang optimal. 4. Pelayanan dan penyuluhan HIV/AIDS. 5. Pelayanan aborsi. 6. Pelayanan dan pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. 7. Pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi remaja. 8. Tanggung jawab keluarga. 9. Peniadaan sunat dan mutilasi anak perempuan. 10. Pelayanan kesehatan lansia. Berkaitan dengan pengaturan kesehatan reproduksi di Indonesia, dapat ditemukan sejumlah payung hukum yang mengatur baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan, instrumen internasional dan kebijakan nasional. Peraturan Perundang-Undangana.



10



1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1. Tahun 1945 Pasal 28 H ( 1 ). 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2. 2009 tentang Kesehatan Bagian Keenam, Kesehatan Reproduksi, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74, Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77. Bagian Ketujuh, Keluarga Berencana, Pasal 78. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 3. 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. 4. Bab III Hak dan Kewajiban Penduduk, Pasal 5 huruf c dan huruf l. 5. Keluarga Berencana, Pasal 20, Pasal 21. 6. Penurunan Angka Kematian, Pasal 30, Pasal 31. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 4. 1999 tentang Hak Asasi Manusia 2.5



Kebutuhan Kesehatan Pada Populasi Perempuan Kesehatan seseorang tidak hanya ditandai dengan tidak adanya penyakit



dalam tubuhnya tetapi lebih mengarah pada keseimbangan kesehatan fisik/badan dan mental/jiwa. Ketika seorang perempuan sehat, dia akan memiliki semangat dan kekuatan untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari, untuk memenuhi perannya dalam keluarga dan masyarakat, dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain. Dengan kata lain, kesehatan perempuan mempengaruhi setiap aspek kehidupannya. Selama beberapa tahun, kesehatan perempuan kurang diperhatikan dibandingkan dengan pelayanan kesehatan pada ibu, seperti perawatan selama kehamilan dan persalinan. Pelayanan ini penting tetapi hanya mengacu pada pelayanan seorang perempuan ketika dia menjadi seorang ibu. Walaupun kesehatan laki-laki juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas, perempuan sebagai suatu kelompok diperlakukan berbeda dibandingkan dengan laki-laki. Mereka terkadang memiliki kekuatan yang lebih lemah dan lebih rendah statusnya di keluarga dan masyarakat. Ketidaksetaraan ini menjelaskan bahwa : 1. Banyak perempuan menderita kemiskinan 2. Banyak perempuan berpendidikan rendah



11



3. Banyak perempuan kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan 4. Banyak perempuan tidak bisa mengambil keputusan sendiri menyangkut kesehatannya Gambaran di atas membantu kita untuk memahami akar permasalahan rendahnya kesehatan pada perempuan. Peningkatan kesehatan perempuan meliputi penanganan masalah kesehatan yang dihadapi, tetapi juga membutuhkan perubahan kondisi kehidupan mereka sehingga



mereka



dapat



memperoleh



kekuatan



lebih



untuk



mempertahankan kesehatannya. Ketika tindakan ini dapat dilakukan, setiap perempuan, keluarga dan masyarakat akan memperoleh manfaatnya. Perempuan yang sehat memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya. Selain itu juga, mereka dapat melahirkan anak yang sehat, menjaga kesehatan keluarganya, dan dapat lebih berperan di masyarakat. Pandangan ini dapat membantu kita untuk melihat bahwa masalah kesehatan perempuan tidak hanya disebabkan oleh dirinya sendiri melainkan juga dipengaruhi oleh masyarakat di sekelilingnya. Tubuh perempuan berbeda dengan laki-laki, dan karena adanya ketidaksetaraan jender antara laki-laki dan perempuan, perempuan menghadapi resiko lebih besar menderita penyakit dan memiliki status kesehatan yang lebih rendah. Berikut ini adalah beberapa contoh masalah kesehatan yang sering dialami perempuan : Status nutrisi yang rendah Nutrisi yang rendah merupakan masalah utama yang mempengaruhi kesehatan perempuan di negara miskin. Di masa anakanak, anak perempuan mendapatkan asupan makanan lebih sedikit dibandingkan anak laki-laki. Akibatnya, pertumbuhan anak tersebut lebih lambat dan pertumbuhan tulangnya tidak normal (nantinya akan mempersulit saat persalinan). Masalahnya akan bertambah berat saat dia tumbuh dewasa karena bertambahnya kebutuhan akan makanan bergizi akibat peningkatan beban kerja dan dia mulai menstruasi, hamil, dan menyusui Masalah Kesehatan Reproduksi Infeksi menular seksual, termasuk HIV. Secara fisik perempuan jauh lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki terhadap infeksi menular seksual dan HIV. Hal ini disebabkan karena cairan sperma lakilaki masuk ke dalam kelamin perempuan dan kuman yang ada di dalamnya dapat 12



masuk melalui vagina ke dalam aliran darah. Terkadang gejala infeksi tersebut sering tidak ada atau tidak jelas, sehingga perempuan tersebut tidak mendapatkan pengobatan. Masalah ini sebenarnya berkaitan dengan kondisi sosial dari perempuan. Mereka lemah dalam menentukan kapan melakukan hubungan seks dan tidak bisa menghindari hubungan seks yang tidak aman. Akibatnya, jutaan perempuan menderita infeksi menular seksual setiap tahunnya dan lebih dari 17 juta sudah terinfeksi HIV. Tanpa pengobatan, infeksi menular seksual dapat menyebabkan nyeri berat, radang panggul berat, infertilitas (kemandulan), masalah selama kehamilan, dan resiko terkena kanker leher rahim. Infeksi HIV yang tidak diobati dapat menyebabkan terjadinya AIDS yang mengarah pada kematian. Masalah Kesehatan Reproduksi Infeksi menular seksual, termasuk HIV. Secara fisik perempuan jauh lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki terhadap infeksi menular seksual dan HIV. Hal ini disebabkan karena cairan sperma lakilaki masuk ke dalam kelamin perempuan dan kuman yang ada di dalamnya dapat masuk melalui vagina ke dalam aliran darah. Terkadang gejala infeksi tersebut sering tidak ada atau tidak jelas, sehingga perempuan tersebut tidak mendapatkan pengobatan. Masalah ini sebenarnya berkaitan dengan kondisi sosial dari perempuan. Mereka lemah dalam menentukan kapan melakukan hubungan seks dan tidak bisa menghindari hubungan seks yang tidak aman. Akibatnya, jutaan perempuan menderita infeksi menular seksual setiap tahunnya dan lebih dari 17 juta sudah terinfeksi HIV. Tanpa pengobatan, infeksi menular seksual dapat menyebabkan nyeri berat, radang panggul berat, infertilitas (kemandulan), masalah selama kehamilan, dan resiko terkena kanker leher rahim. Infeksi HIV yang tidak diobati dapat menyebabkan terjadinya AIDS yang mengarah pada kematian. 2.6



Peran Perawat Komunitas Pada Kesehatan Perempuan



Peran Perawat Komunitas Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah:



13



a. Sebagai Penyedia Pelayanan (Care Provider) Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. b. Sebagai Pendidik dan Konsultan (Nurse Educator and Counselor) Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. c. Sebagai Pengidentifikasi Masalah Kesehatan (Case Finder) Melaksanakan monitoring terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.



14



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesehatan wanita merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan memiliki berbagai macam ruang lingkup yang harus dipenuhi. Salah satu ruang lingkup kesehatan adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak sematamata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi baik pada laki-laki dan perempuan. Kista ovarium adalah suatu penyakit ganguan organ reproduksi wanita. Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Pengetahuan tentang menjaga kebersihan reproduksi remaja perempuan diperlukan untuk mencegah timbulnya penyakit kelamin wanita seperti infekasi dan keputihan yang dapat mengganggu ketidaknyamanan aktifitas sehari-hari Remaja perlu meningkatkan pengetahuan dari sumber informasi yang terpercaya dalam menjaga kebersihan reproduksi remaja perempuan.



3.2 Saran Diperlukan asuhan keperawatan bio-psiko-sosio/kultural dan spiritual yang khusus diberikan kepada perempuan sejak didalam kandungan sampai akhir hayat



15



DAFTAR PUSTAKA Ani



Purwanti.



Pengaturan



Kesehatan



Reproduksi



Perempuan



dan



Implementasinya di Indonesia. 2013: vol.6 no.1 Palastren. Calundu Rasidin. 2018. Manajemen Kesehatan. CV SAH MEDIA: Makassar. Manuaba Ida Bagus Gde. 2000. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. EGC: Jakarta. Muhadjir Darwin. 1996. Kesehatan Reproduksi Ruang Lingkup dan Kompleksitas Masalah. Purwanti A. Pengaturan Kesehatan Reproduksi Perempuan Dan Implementasinya Di indonesia. PALASTREN, Vol. 6, No. 1, Juni 2013. Undang-undang Dasar 1945 WHO. 1948



16