Keseimbangan Benda Tegar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Keseimbangan Benda Tegar – Fisika Kelas 11 – Pengertian, Syarat, dan Contoh Soal October 1, 2019 Fisika, Mapel



Hai Quipperian, bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan tetap semangat ya! Siapa di antara Quipperian yang memiliki lampu gantung di rumah? Jika memiliki lampu gantung, cobalah perhatikan tangkai lampu tersebut, terbuat dari apakah tangkainya? Apakah mungkin tangkai lampu gantung terbuat dari karet atau bahkan tali rafia? Jelas tidak mungkin, ya. Jika tangkai lampu terbuat dari tali rafia, besar kemungkinan tali akan putus. Akibatnya, lampu bisa jatuh. Itulah mengapa tangkai lampu gantung umumnya terbuat dari logam yang dibentuk menyerupai rantai. 



Hal itu bertujuan untuk menjaga keseimbangan lampu karena tali penopangnya kuat dan kokoh. Posisi lampu akan tetap seimbang jika tidak dikenai gaya dari luar, misalnya gaya sentuh. Keseimbangan yang dialami lampu gantung tersebut ternyata menggunakan prinsip keseimbangan benda tegar yang ada di Fisika, lho. Ingin tahu selengkapnya tentang keseimbangan benda tegar? Simak pembahasan berikut. Daftar Isi  Sembunyikan  Pengertian Benda Tegar Syarat Keseimbangan Benda Tegar Macam-macam Keseimbangan Benda Tegar 1. Keseimbangan stabil (mantap) 2. Keseimbangan labil (goyah) 3. Keseimbangan netral (indeferen) Momen Kopel Keseimbangan Tiga Buah Gaya Titik Berat 1. Titik berat benda berdimensi satu 2. Titik berat benda berdimensi dua (luas) 3. Titik berat benda berdimensi tiga (volume) Contoh soal 1 Contoh soal 2 Contoh soal 3



Pengertian Benda Tegar



Benda tegar adalah suatu benda yang bentuknya tidak berubah saat diberi gaya dari luar. Benda dianggap sebagai suatu titik materi yang ukurannya bisa diabaikan. Hal itu berlaku jika benda dimasukkan dalam sistem partikel. Itulah mengapa, semua gaya yang bekerja pada benda tersebut hanya dianggap bekerja pada titik materi yang menyebabkan terjadinya gerak translasi (∑F = 0) Keseimbangan benda tegar adalah kondisi di mana momentum suatu benda bernilai nol. Artinya, jika awalnya suatu benda diam, benda tersebut akan cenderung untuk diam. Jika ditinjau dari sistem partikel, syarat keseimbangan yang berlaku pada benda hanya syarat keseimbangan translasi. Hal itu berbeda dengan syarat keseimbangan benda tegar.



Syarat Keseimbangan Benda Tegar



Syarat keseimbangan yang berlaku pada benda tegar adalah syarat keseimbangan translasi dan rotasi. Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.



Macam-macam Keseimbangan Benda Tegar



Berdasarkan kemampuan benda untuk kembali ke posisi semula, keseimbangan benda tegar dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.



1. Keseimbangan stabil (mantap) Keseimbangan stabil adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke posisi semula saat benda diberi gangguan. Gangguan tersebut mengakibatkan posisi benda berubah (pusat gravitasi O naik). Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.



2. Keseimbangan labil (goyah) Keseimbangan labil terjadi jika benda tidak bisa kembali ke posisi semula saat gangguan pada benda dihilangkan. Gangguan yang diberikan menyebabkan posisi benda berubah (pusat gravitasi O turun). Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.



3. Keseimbangan netral (indeferen) Keseimbangan netral terjadi jika benda mendapatkan gangguan di mana pusat gravitasi O pada benda tidak naik atau tidak turun. Akan tetapi, benda berada di posisinya yang baru. Perhatikan gambar berikut.



Benda yang berada dalam keseimbangan stabil bisa mengalami gerak menggeser (translasi) atau mengguling (rotasi) saat diberi gaya dari luar. Apa sih syarat benda dikatakan mengalami translasi atau rotasi?



Momen Kopel



Momen kopel adalah pasangan gaya yang besarnya sama, tetapi berlawanan arah. Kopel yang bekerja pada suatu benda akan menyebabkan terbentuknya momen kopel. Secara matematis, momen kopel dirumuskan sebagai berikut.



Keterangan: M = momen kopel (Nm); F = gaya (N); dan d = panjang lengan gaya (m).



Oleh karena memiliki besar dan arah, maka momen kopel termasuk dalam besaran vektor. Untuk itu, Quipperian harus memperhatikan kecenderungan benda saat berputar. Cara termudahnya dengan membuat perjanjian tanda seperti berikut. 1. Momen kopel bernilai negatif jika berputar searah putaran jarum jam. 2. Momen kopel bernilai positif jika berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Jika beberapa momen kopel bekerja pada suatu bidang, persamaannya menjadi:



Keseimbangan Tiga Buah Gaya



Saat Quipperian menjumpai ada tiga buah gaya bekerja pada satu titik partikel dalam keadaan seimbang, gunakan SUPER “Solusi Quipper” berikut.



Ilustrasi ketiga gaya ditunjukkan oleh gambar berikut.



Untuk mencari perbandingan gaya-gayanya, gunakan persamaan berikut.



Titik Berat



Pada prinsipnya, sebuah benda terdiri dari banyak partikel di mana setiap partikel memiliki berat. Resultan seluruh berat partikel di dalam benda disebut sebagai berat benda. Berat benda bekerja melalui satu titik tunggal yang disebut titik berat (titik gravitasi). Untuk benda yang ukurannya tidak terlalu besar, titik berat hampir berimpit dengan pusat massanya. Perhatikan ilustrasi berikut.



Adapun koordinat titik beratnya (w) dirumuskan sebagai berikut.



1. Titik berat benda berdimensi satu Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.



Untuk benda homogen berbentuk garis, titik beratnya bisa dilihat di tabel berikut.



2. Titik berat benda berdimensi dua (luas) Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.



Untuk benda homogen berbentuk bidang, titik beratnya bisa dilihat di tabel berikut.



3. Titik berat benda berdimensi tiga (volume) Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.



Untuk benda homogen berbentuk ruang, titik beratnya bisa dilihat di tabel berikut.



Belajar keseimbangan benda tegar belum afdal jika belum mengerjakan latihan soal, ya. Berikut ini contohcontoh soal terkait keseimbangan benda tegar yang bisa Quipperian pelajari selanjutnya.



Contoh soal 1 Sebuah benda bermassa M  berada pada sistem seperti berikut.



Tentukan gaya normal di titik P dan S! Pembahasan: Untuk menentukan gaya normalnya, Quipperian harus menganalisis komponen gaya yang bekerja pada sistem.



Dalam kasus ini, analisis komponen gaya yang bekerja di sumbu X saja.



Tetapkan syarat keseimbangannya seperti berikut.



Contoh soal 2 Perhatikan gambar berikut.



Pembahasan: Mula-mula, perhatikan analisis gaya berikut.



Kemudian, terapkan syarat keseimbangan.



Dengan mensubstitusikan nilai T2 = 250 ke persamaan (*), diperoleh:



Jadi, tegangan pada kedua tali berturut-turut adalah 150 N dan 250 N. Jika cara di atas dirasa terlalu panjang, Quipperian bisa menggunakan cara SUPER “Solusi Quipper” berikut.



Contoh soal 3 Perhatikan gambar berikut.



Tentukan koordinat titik berat bangun di atas! Pembahasan: Jika diuraikan gambar bangunnya, menjadi seperti berikut.



Berdasarkan rumus titik berat, diperoleh:



Jadi, koordinat titik berat bangun tersebut adalah (2,45; 3,47). Bagaimana Quipperian? Sudah semakin paham dengan materi keseimbangan benda tegar kan? Agar kamu lebih paham, cobalah untuk mengerjakan latihan soal tentang materi tersebut. Jika ingin melihat latihan soal beserta pembahasannya, silahkan gabung bersama Quipper Video. Bersama Quipper Video, belajar jadi lebih mudah dan menyenangkan. Salam Quipper!



Dinamika Rotasi – Fisika Kelas 11



October 9, 2019 Fisika, Mapel



Halo Quipperian! Pada kesempatan kali ini Quipper Blog akan membahas suatu tema yang sangat menarik lho, yaitu “Solusi Super Menyelesaikan Soal Dinamika Rotasi”. Perlu Quipperian ketahui bahwa soal-soal dinamika rotasi masih merupakan momok bagi siswa-siswa di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang belum mampu membedakan antara gerak rotasi dan gerak translasi dalam penyelesaian dinamika rotasi ini, kurang mampu menjabarkan penguraian gaya-gaya yang terjadi pada suatu sistem tersebut.  Memang secara konsep dasar, penyelesaian soal dalam bentuk dinamika rotasi perlu waktu yang agak lama karena kita harus mampu menguraikan gaya-gaya yang terjadi lalu menambahkah konsep torsi dan momen inersia pada sistem tersebut. Sehingga membuat siswa sangat kesulitan dalam menjawab soal-soal ini. Namun apabila Quipperian mendalami lebih lanjut tentang materi dinamika rotasi. Begitu banyak lho SOLUSI SUPER atau cara cepat dalam menyelesaikan soal-soal ini. Oleh sebab itu, pada sesi kali ini Quipper Blog akan membahas secara detail tentang:  1. Perbedaan gerak translasi dan gerak rotasi 2. Hubungan torsi dan arahnya



3. Momen inersia 4. Energi Kinetik rotasi 5. Solusi Super dari soal dinamika rotasi Menarik, kan? Check this out! Daftar Isi  Sembunyikan  Perbedaan Gerak Translasi dan Gerak Rotasi Lengan Momen Momen Inersia Contoh Soal 1. Percepatan bola pejal pada bidang miring 2. Solusi Super Energi Kinetik Total: 3. Sistem Katrol dari balok dan meja:



Perbedaan Gerak Translasi dan Gerak Rotasi



Suatu benda dapat mengalami gerak translasi atau gerak rotasi. Gerak translasi adalah gerak benda yang arahnya lurus ataupun melengkung. Pada gerak translasi menggunakan konsep hukum Newton II. Sedangkan gerak rotasi adalah gerak yang mengalami perputaran terhadap poros tertentu. Gerak rotasi ini disebabkan oleh  adanya torsi yaitu kecenderungan sebuah gaya untuk memutar suatu benda tegar terhadap titik poros tertentu.  Gerak pada rotasi mengalami suatu torsi. Torsi adalah ukuran kecenderungan sebuah gaya untuk memutar suatu benda tergar terhadap titik poros tertentu. Rumusan Torsi/momen gaya adalah sebagai berikut: 



Sumber: http://www.4muda.com



Lengan Momen Lengan momen (l) adalah sebutan untuk jarak titik poros rotasi sampai ke gaya yang saling tegak lurus.  Torsi merupakan suatu besaran vektor. Sehingga ia mempunyai arah. Torsi bernilai positif (+) apabila arahnya berlawanan jarum jam. Sedangkan torsi bernilai negatif (-) apabila arahnya searah dengan jarum jam. 



Sumber: http://www.4muda.com



Momen Inersia Dalam dinamika rotasi juga dikenal istilah penting yaitu momen inersia. Momen inersia adalah besaran yang menyatakan ukuran kelembaman benda yang mengalami gerak rotasi adalah momen inersia (analog dengan massa pada gerak translasi). Rumusan momen inersia adalah sebagai berikut: 



Di mana  I = momen inersia (kg m2) m = massa benda (kg) r   = jari-jari benda (m) Tiap benda memiliki nilai momen inersianya masing-masing, berikut adalah nilai dari momen inersia yang sering dipakai dalam masalah kesetimbangan benda tegar: 



Sumber: https://rumus rumus.com Dalam dinamika partikel, kita mengetahui bahwa gaya F menyebabkan suatu benda bergerak translasi dengan percepatan linear a. Dan suatu torsi τ menyebabkan suatu benda berotasi terhadap suatu poros tertentu. Oleh karena torsi τ analog dengan gaya F dan percepatan sudut α analog dengan percepatan linear a. sehingga dapat dihasilkan hukum II Newton untuk suatu rotasi yaitu sebagai berikut: 



Di mana: I    = momen inersia (kg m2) α  = percepatan sudut (rad/s2) τ   = torsi (N .m)



r    = jarak titik ke poros (m) Cara menghitung energi kinetik rotasi dari suatu massa adalah sebagai berikut: 



Persamaan di atas menyatakan energi kinetik dari suatu benda tegar yang momen inersianya I dan berputar dengan kecepatan sudut ω. Apabila suatu benda dalam keadaan menggelinding. Dalam dinamika rotasi, gerak menggelinding adalah suatu benda tegar bergerak translasi dalam suatu ruang sambil berotasi tanpa slip. Nilai Energi Kinetik pada saat benda menggelinding adalah sebagai berikut: 



Contoh 1: Benda menggelinding dan SOLUSI SUPER  Pada gambar di bawah menunjukkan sebuah benda menggelinding dari atas menuju alas bidang. Nilai percepatan benda tersebut dapat ditentukan menggunakan rumus hukum kekekalan energi. Namun kita akan menggunakan rumus SOLUSI SUPER untuk menentukan nilai percepatan dan kecepatan dari benda tersebut yaitu:



Sumber: https://fisika79.wordpress.com Nilai percepatan (a) pada saat benda menggelinding dari atas: 



Nilai kecepatan (v) pada saat benda menggelinding di atas: 



Dari persamaan di atas, terdapat konstanta k. nilai k dapat dirubah dengan momen inersia yang ditunjukkan pada gambar 5. Contohnya sebagai berikut: 



Contoh 2: Sebuah rotasi silinder yang dilekatkan pada tali 



Nilai percepatan silinder ( a) nya dapat ditentukan dengan:



Dan nilai tegangan tali (T) nya dapat ditentukan dengan: 



Contoh 3: Sebuah sistem katrol dengan massa dan bola yang saling menurun



Nilai percepatan kedua benda tersebut dapat ditentukan dengan 



Contoh 4: Gerak menggelinding benda pejal mendaki suatu bidang miring



Nilai ketinggian suatu bidang miring (h) dapat ditentukan menggunakan persamaan: 



Nilai jaraknya (s) dapat ditentukan dengan cara: 



Contoh Soal



Dari paragraf sebelumnya sudah diberikan gambaran soal beserta SOLUSI SUPER sebagai cara penyelesaiannya. Sekarang waktunya, Quipper Blog memberikan soal-soal dari Bank Soal Quipper yang selalu up to date beserta Solusi SUPER sebagai persiapan kamu menghadapi segala tes ujian yang akan kalian hadapi. Let’s Check this Out!



1. Percepatan bola pejal pada bidang miring



Pembahasannya adalah sebagai berikut: 



2. Solusi Super Energi Kinetik Total: 



Pembahasannya adalah sebagai berikut: 



3. Sistem Katrol dari balok dan meja: 



Pembahasannya adalah sebagai berikut: 



Rumus Solusi Supernya adalah: 



Bagaimana Quipperian mudah bukan mengerjakan soal-soal dinamika rotasi menggunakan SOLUSI SUPER dari Quipper. Apabila kalian ingin tahu SOLUSI SUPER dari Quipper lainnya. Jangan ragu untuk gabung di Quipper Video. Karena masih banyak SOLUSI SUPER dari tiap-tiap pelajaran lainnya juga penjelasanpenjelasan dari Tutor-tutor Quipper yang berpengalaman di bidang nya. sehingga membuat pelajaran kalian menjadi gampang, asik, dan menyenangkan. Salam Quipper!



Fisika Kelas 11 | Elastisitas Zat Padat dan Hukum Hooke Hani Ammariah Sep 19, 2019 • 8 min read Konsep Pelajaran SMA Kelas 11 Fisika XI



Artikel Fisika kelas XI ini menjelaskan tentang elastisitas dan Hukum Hooke secara lengkap, mencakup modulus elastisitas, rumus, contoh soal dan pembahasan, serta contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. -Saat sedang berkendara, kamu pasti pernah melewati polisi tidur di jalan. Eits! polisi tidur yang dimaksud bukan polisi yang sedang tiduran di jalan, ya. Tapi, tambahan aspal/semen yang dipasang melintang di jalan guna memperlambat kecepatan kendaraan. Nah, saat melewati polisi tidur, kendaraanmu akan sedikit berguncang karena pengaruh dari tinggi polisi tidur tersebut. Apalagi kalau polisi tidurnya ada banyak, terus jaraknya berdekatan. Hmm… Mungkin jadinya bakal kayak gini.



Berasa duduk di kursi pijat, bukan? (sumber: DestructionNation via YouTube)



Untungnya, setiap kendaraan memiliki alat yang berfungsi untuk mengatasi setiap guncangan yang terjadi di sepanjang perjalanan. Peredam kejut atau shock absorber nama kerennya. Peredam kejut akan menyerap setiap guncangan dan mengubahnya menjadi gerakan yang elastis.



Peredam kejut (shock absorber) pada motor (sumber: motomaxx.id) Perlu kamu ketahui, peredam kejut sangat penting untuk keselamatan. Tanpa adanya alat ini, bisa-bisa kendaraanmu akan terpental saat melewati polisi tidur atau jalan yang tidak rata permukaannya. Kalau kamu lihat gambar di atas, bentuk peredam kejut terlihat seperti pegas, ya. Hal ini yang menyebabkan sifatnya menjadi elastis. Eh, tapi, ngomong-ngomong masalah elastis, memangnya elastis itu apa, sih?



Oke, sebelumnya, mari kita lakukan eksperimen sederhana. Coba kamu cari dua macam benda berbeda, yaitu pegas dan lilin mainan (plastisin). Kemudian, kamu tarik kedua benda tersebut secara bergantian dan lihat apa yang terjadi? Pegas akan kembali ke bentuk semula setelah ditarik, sedangkan lilin mainan akan berubah ke bentuk yang baru, yaitu menjadi lebih panjang. Pasti itu jawabannya. Tapi, kenapa bisa begitu, ya?  Jadi gini, pada dasarnya, semua benda yang ada di bumi dapat mengalami perubahan bentuk (deformasi) apabila diberikan sejumlah gaya. Kemungkinannya seperti percobaan di atas tadi. Yap! Benda tersebut dapat kembali ke bentuk semula saat gaya yang diberikan dihilangkan atau benda tersebut berubah menjadi bentuk yang baru. Kalau gaya yang diberikan pada benda terlalu besar dan benda sudah melewati titik maksimalnya untuk meregang, bisa jadi benda tersebut akan hancur, lho! Nah, kemampuan yang dimiliki benda untuk kembali ke kondisi awalnya saat gaya yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan disebut elastisitas atau benda tersebut memiliki sifat yang elastis. Contohnya seperti pegas, karet gelang, per, dsb. Sementara itu, jika benda tidak



memiliki kemampuan untuk kembali lagi ke kondisi awalnya saat gaya yang diberikan dihilangkan, maka benda tersebut memiliki sifat plastis. Contohnya adalah plastisin, plastik, permen karet, tanah liat, dsb. 



Umumnya, setiap benda yang memiliki sifat elastis pasti juga akan memiliki sifat plastis. Lho, kok bisa? Oke, misalnya saja, pegas yang kamu gunakan pada eksperimen pertama tadi kamu rentangkan secara terus-menerus dengan gaya yang semakin kuat. Apa yang akan terjadi?  Mula-mula, mungkin pegas akan tetap kembali ke bentuk semula bila gaya yang kamu berikan tidak terlalu besar. Tapi, apabila pegas kamu rentangkan dengan gaya yang lebih besar lagi, ada saatnya pegas menjadi kendur dan sampai di titik tertentu, pegas tidak dapat kembali ke bentuk semula (plastis). Kondisi ini menandakan kalau elastisitas pegas sudah terlampaui. Jika gaya terus diperbesar sampai melewati kemampaunnya untuk meregang, maka pegas akan patah. Hubungan antara gaya yang diberikan pada pegas dengan pertambahan panjang pegas dapat dibuat kedalam bentuk grafik seperti gambar berikut ini.



Coba kamu perhatikan, ya. Garis lurus OA menunjukkan bahwa gaya F akan sebanding dengan pertambahan panjang pegas (ΔL). Ketika gaya F diperbesar lagi sampai melampaui titik A, ternyata garis pada grafik sudah tidak lurus lagi. Hal ini menandakan, batas linearitas pegas sudah terlampaui, namun pegas masih bisa kembali ke bentuk semula. Oleh karena itu, daerah yang dibatasi oleh titik O sampai B disebut daerah elastis.  Apabila gaya F semakin diperbesar hingga melewati titik B, batas elastisitas sudah terlampaui. Akibatnya, setelah gaya F dihilangkan, pegas tidak bisa kembali ke bentuk semula (pegas akan bersifat plastis). Nah, kalau gaya F terus diperbesar sampai titik C, pegas akan patah. Itulah mengapa tidak menutup kemungkinan benda yang bersifat elastis dapat menjadi plastis atau bahkan hancur. Balik lagi ke seberapa besar gaya yang diberikan pada benda tersebut.



Gaya yang menyebabkan perubahan bentuk benda akan sebanding dengan besaran yang disebut dengan tegangan. Sementara itu, hasil perubahan bentuk benda akibat tegangan disebut regangan yang berupa pertambahan panjang dari benda tersebut. Materi tegangan dan regangan dapat kamu pelajari lebih lengkap pada artikel Perbedaan Tegangan dan Regangan, ya.  Menurut Robert Hooke, perbandingan antara tegangan dengan regangan suatu benda disebut dengan modulus elastisitas (young) benda tersebut. Secara matematis, modulus elastisitas dapat dirumuskan sebagai berikut: 



Nah, sekarang, supaya kamu semakin paham, kita coba latihan soal, yuk. Kita kerjakan samasama, ya.



Contoh Soal Andi memiliki sebatang logam besi dengan panjang 1 m dan luas permukaan 1 cm 2. Kemudian, Andi menarik logam besi tersebut menggunakan mesin dengan gaya sebesar 5.000 N. Jika panjang akhir logam besi tersebut adalah 1,1 m, berapakah modulus elastisitas logam besi tersebut? Pembahasan: Diketahui:



  Pertama-tama, kita perlu mencari besar tegangannya terlebih dahulu:



Setelah mencari besar tegangan, kita lanjut mencari besar regangannya:



Modulus elastisitasnya dapat diperoleh sebagai berikut:



Jadi, besar modulus elastisitas pada logam besi adalah sebesar 5 x 108 N/m2. Berdasarkan eksperimen sebelumnya, kamu jadi tahu kalau sifat elastisitas suatu benda ada batasannya dan besar gaya yang diberikan suatu benda akan sebanding dengan pertambahan panjang benda tersebut. Hal ini juga telah lebih dulu disimpulkan oleh ilmuwan bernama Robert Hooke melalui percobaannya pada pegas. Oleh sebab itu, Hooke akhirnya membuat suatu hukum yang diberi nama dengan Hukum Hooke.



Hubungan antara besar gaya dengan pertambahan panjang pegas pertama kali diamati oleh Robert Hooke, seorang ahli kimia dan matematika berkebangsaan Inggris. Hooke membuat hukum, yaitu Hukum Hooke yang menjelaskan tentang besar gaya maksimum yang dapat diberikan pada benda elastis agar tidak melewati batas elastisitasnya dan menghilangkan sifat elastis benda tersebut. Besarnya gaya (F) akan berbanding lurus dengan pertambahan panjang pegas dari keadaan awalnya (ΔL). Artinya, semakin besar renggangan pegas, semakin besar pula gayanya.



Di bawah ini ada contoh soalnya, nih. Kita coba kerjakan, yuk!  Contoh Soal Sebuah pegas dengan konstanta sebesar 1.000 N/m ditarik dengan gaya sebesar 100 N. Berapakah pertambahan panjang pegas tersebut ? Pembahasan: Diketahui:



Besar pertambahan pegas dapat kita cari menggunakan rumus Hukum Hooke seperti berikut:



Jadi, besar pertambahan pegasnya adalah 0,1 meter. Konsep Hukum Hooke ternyata banyak sekali diterapkan pada benda-benda disekitar kita. Selain penerapannya pada peredam kejut (shock absorber) kendaraan, beberapa contoh benda yang menerapkan konsep Hukum Hooke antara lain kasur pegas (spring bed), ketapel, busur panah, neraca pegas, sampai benda yang sering kamu gunakan sehari-hari. Apakah itu? Hayooo ada yang bisa menebak? Yap! Betul. Per pada pulpen! Tidak hanya itu saja, lho! Masih banyak benda-benda lain yang menggunakan konsep Hukum Hooke ini. Coba, tulis di kolom komentar ya bagi kamu yang tahu. Wah, selesai sudah ya materi kita kali ini. Gimana? Seru nggak nih pembahasannya? Oh iya, kamu juga bisa pelajari materi elastisitas dan Hukum Hooke dengan lebih lengkap dan  menarik



lagi di ruangbelajar, loh. Di sana, juga ada banyak latihan soal yang bisa kamu kerjakan untuk mengasah kemampuan kamu terhadap materi ini. Yuk, langganan, yuk!