Ketoprak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

Ketoprak [PDF]

Untuk kegunaan lain dari ketoprak, lihat ketoprak (disambiguasi).

Pementasan Ketoprak

Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak

7 0 151 KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE


File loading please wait...
Citation preview

Untuk kegunaan lain dari ketoprak, lihat ketoprak (disambiguasi).



Pementasan Ketoprak



Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak) adalah sejenis seni pentas yang berasal dariJawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan. Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos (wiracarita):Ramayana dan Mahabharata. Sebab nanti pertunjukkan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang. Beberapa tahun terakhir ini, muncul sebuah genre baru; Ketoprak Humor yang ditayangkan di stasiun televisi RCTI. Dalam pentasan jenis ini, banyak dimasukkanunsur humor.



Ketoprak Posted: September 6, 2009 by triscbn in Budaya Tag:Kesenian



2



Ketoprak kalebu salah sawijining kesenian rakyat ing Jawa tengah, ananging ugo bisa tinemu ing Jawa sisih Wetan (Jawa Timur ).Ketoprak wis nyawiji dadi budaya masyarakat Jawa tengah lan biso ngasorake kesenian liyane ,umpamane Srandul, Emprak lan sakliyane. Ketoprak wiwit bebukane awujud dedolanan para priyo ing dusun kang lagi nganaake lelipur sinambi



nabuh lesung kanthi irama ana ing waktu wulan purnama ndadari , kasebut Gejog. Ana ing tembe kaering tembang bebarengan ing kampung /dusun kanggo lelipur. Sak teruse ana tambahan gendang, terbang lan suling, mula wiwit saka iku kasebut Ketoprak Lesung, kirakira kadadeyan ing tahun 1887. Sak banjure ana ing tahun 1909 wiwitan dianaake pagelaran Ketoprak kanthi paripurna/lengkap. Pagelaran Ketoprak wiwitan kang resmi ing ngarsane masyaraket/umum, yokuwi Ketoprak Wreksotomo, dipandegani dening Ki Wisangkoro, sing mandegani kabeh para pria. Carita kang dipagelarake yoiku : Warso – Warsi, Kendono Gendini, Darmo – Darmi, dlan sapanunggalane. Sak wise iku pagelaran Ketoprak sang soyo suwe dadi lan apike lan dadi klangenane masyarakat, utamane ing tlatah Yogyakarta. Ing kadadeyan sak wise Pagelaran Ketoprak dadi pepak anggone carita lan ugo kaering gamelan . Anane gegayutan karo pagelaran “teater” para narapraja ,



etoprak Jogja, merupakan ruang yang terbuka bagi semua rekan yang berminat dengan perkembangan dan telaah atas seni pertunjukan tradisional ketoprak. Hingga saat ini ketoprak masih terus berjuang mencari jejaring yang lebih luas guna menghidupi keberadaan dirinya. Harapan kami ruang ini memungkinkan untuk saling memberi dukungan dalam ragam bentuk agar keberadaan ketoprak bisa dijadikan sebuah risalah ilmu pengetahuan dari seni pertunjukan di Jawa



sebagai lokal area maupun batas wilayah yang lebih luas. Dukungan anda sangat kami tunggu



ejarah Pertunjukan Seni Ketoprak Ketoprak merupakan keseniantradisional masyarakat Jawa. Di Yogyakarta, kesenian ini lebih dikenal dengan sebutan Ketoprak Mataram yang dimainkan dalam sebuah tobong (panggung), sehingga dikenal juga dengan istilah “Ketoprak Tobong”. Namun, dalam perkembangannya, secara perlahan kesenian ini mulai ditinggalkan masyarakat karena dianggap tak menarik lagi. Dalam upaya menjaga eksistensi kesenian ketoprak, beberapa seniman ketoprak membentuk komunitas Ketoprak Garapan, dengan kemasan yang berbeda dengan ketoprak yang sudah ada. Salah satunya adalah pementasan Ketoprak Ringkes yang sekarang ini sangat populer dan digemari masyarakat Yogyakarta. Ketoprak Ringkes merupakan upaya memberi warna dalam kesenian ketoprak yang sudah ada. Lakon cerita diambil dengan mengadaptasi situasi politk sosial yang sedang menjadi perbincangan masyarakat sementara gaya pementasan dibawakan secara santai, penuh dengan improvisasi. Kemasan pementasan ini membuat kesenian ini menjadi sangat segar, lucu dan menarik. seperti yang terlihat dalam pementasan “Cecak Nguntal Cagak (Cicak Makan Tiang)“ yang dimainkan oleh Komunitas Ketoprak Ringkes Tjap Tjontong di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (30/1), siapapun akan sepakat menyatakan bahwa pementasan tersebut berlangsung sangat sukses. Gedung konser yang berkapasitas sekitar 1000 kursi terisi penuh tanpa sisa, sementara puluhan penonton yang tidak kebagian tempat duduk rela duduk lesehan beralas tikar dan koran didepan panggung. Pementasan yang berdurasi sekitar 2,5 jam juga berlangsung sangat interaktif. Celotehan penonton terhadap adegan-adegan yang dianggap menjenuhkan ditanggapi para pemain dengan dialog-dialog yang mampu memancing tawa. Cicak Nguntal Cagak berkisah tentang karut marut hukum yang berlaku di kerajaan “Regul Bawana” yang dipimpin oleh Raja Kasmala Nagara. Raja yang setiap hari pekerjaannya hanya menjaga citra dan terlalu yakin dengan kekuasaannya karena merasa segala kebijakannya didukung rakyat ini justru didemo oleh rakyatnya akibat banyaknya kasus yang



tak terselesaikan. Uang negara sebesar Rp. 6,7 trilyun yang menguap entah kemana belakangan diketahui bahwa uang tersebut ternyata dibagi-bagi oleh konglomerat ‘Digdoyo’ untuk para penguasa yang sangat korup, sementara pada sisi yang lain seorang rakyat kecil harus rela dipenjarakan hanya karena ‘mengambil sebutir buah semangka’ milik tetangga. Untuk menghindari tuduhan bahwa dirinya terlibat, Raja Kasmala Negara kemudian membentuk Tim Pencari Fakta. Namun, pembentukan tim ini ternyata justru membuat kondisi semakin runyam dan tak menentu. Bahkan beberapa tokoh baik justru harus rela masuk penjara karena menentang raja dan kisah ini diakhiri dengan pengunduran diri sang raja karena rakyat tak lagi percaya dengan Raja Kasmala Negara. Meski pementasan ketoprak malam itu berlangsung sukses, namun di balik kesuksesan itu, ada sebuah keprihatinan dan kekhawatiran terhadap eksistensi kesenian ketoprak semacam ini. Sebab, sampai saat ini ketoprak masih dimainkan oleh para seniman tua yang masa edarnya tentu sudah tak lama lagi. Aktor Teater yang juga seniman Ketoprak Drs.Susilo “Ngarso“ Nugroho mengemukakan bahwa melubernya antusias masyrakat untuk menyaksikan pementasan Ketoprak Garapan seperti yang dimainkan oleh Komunitas Tjontong merupakan bukti bahwa minat masyarakat terhadap kesenian ini cukup tinggi. Sayangnya, peluang dan sponsor untuk pementasan ini masih sangat kurang. Jika ternyata beberapa komunitas ketoprak di Yogyakarta masih dapat bertahan sematamata karena mereka selama ini melakukan manuver dan kerja keras serta melakukan segala usaha untuk menjaga kesenian ini tetap dapat hidup di tengah-tengah masyarakat. “Ketoprak ini sekarang kan sudah berada pada tahap mengkhawatirkan. Kita bukan pada tempatnya lagi untuk diskusi tentang bagaimana baiknya, tetapi melakukan apa yang kita bisa. Kalau kita memang cinta terhadap ketoprak, ya mari berbuat. Jangan cuma jadi tukang kritik.“ ujar Susilo. Senada dengan Susilo, seniman Ketoprak Nano Asmorondono juga menyatakan bahwa dilihat dari asalnya, kesenian ketoprak lahir dari masyarakat bawah. Seiring dengan perkembangan jaman, maka kesenian ini juga berubah sesuai dengan kondisi sosial masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya menyatakan bahwa keberlangsungan kesenian ini tergantung bagaimana ia mampu beradaptasi dengan jamannya. “Saya pikir lahirnya banyak komunitas ketoprak dengan ciri masing-masing akan membuat kesneian ini akan semakin dinamis,“ ujar Nano.



Nano tidak setuju jika lahirnya banyak komunitas Ketoprak Garapan seperti Komunitas Tjontong dianggap melanggar pakem kesenian ketoprak. Sebab, dalam pandangannya pakem ketoprak itu terletak pada roh kesenian itu sendiri. “Pakem ketoprak itu menurut saya terletak pada roh kesenian itu. Kalau ternyata ada komunitas yang satu dengan yang lain berbeda, itu menurut saya hanya merupakan kemasan atau gaya pementasan. Yang paling



penting apapun gaya yang dimainkan, kesenian ini dapat diterima dan dinikmati masyarakat. Jika itu sudah terpenuhi, saya rasa sudah cukup,“ .