Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua KHUTBAH PERTAMA Jama‟ah jum‟ah rahimakumullah, Bahwa kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba setelah kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan Rasul-Nya adalah kewajiban dalam memenuhi hak orangtua. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya, ‫سب ًوب‬ َ ‫َوا ْعبُدُوا هللاَ َوالَتُش ِْركُىا ِب ِه‬ َ ْ‫ش ْيئ ًب َو ِبب ْل َىا ِل َدي ِْه ِإح‬ “Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua.” (An-Nisa‟: 36) Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman, َ ‫سبوًب َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ ك ُْرهًب َو َو‬ ‫ضعَتْهُ ك ُْرهًب‬ َّ ‫َو َو‬ َ ْ‫سبنَ بِ َىا ِل َد ْي ِه إِح‬ َ ‫ص ْيىَب اْ ِإلو‬ “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah-payah (pula).” (Al-Ahqaf: 15) Semakna dengan ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman, ‫علَى َو ْه ٍه َوفِصَبلُهُ فِي عَب َمي ِْه‬ َ ‫َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهىًب‬ “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.” (Luqman: 14) Pada ayat diatas tersebut, Allah Subhanahu wa Ta‟ala menjelaskan betapa pentingnya kewajiban berbakti kepada orangtua dengan menggambarkan betapa besarnya pengorbanan dan jasa orangtua terutama ibu kepada anaknya. Ibu yang sudah mengandung kita anaknya selama 9 bulan, semakin besar kandungannya maka kesusahan kesusahanpun semakin bertambah, tidur tidak nyenyak, makan dibatasi, sampai beraktifitaspun penuh dengan kehatihatian, setelah melahirkan maka kita dibesarkan dengan penuh iklas dan kasih sayang yang tiada duanya. Maka, sudah semestinya bagi seorang anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya, karena orang yang berakal tentu tidak akan melupakan kebaikan orang lain terhadapnya apalagi membalas kebaikannya tersebut dengan menyakitinya. Maka, apakah layak bagi seorang anak untuk melupakan kebaikan orangtuanya sehingga tidak berbuat baik kepadanya? Begitu pula, tentu lebih tidak pantas lagi bagi seorang anak untuk menyakiti orangtuanya yang telah terus-menerus berbuat baik kepadanya dengan mengeluarkan pengorbanan yang sangat besar bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya. Kewajiban berbuat baik kepada orangtua semasa hidup mereka tidaklah melihat kepada siapa dan bagaimana keadaan orangtua. Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta‟ala memerintahkan kepada



hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada orangtuanya meskipun seandainya keduanya dalam keadaan kafir sekalipun. Sebagaimana dalam berfirman-Nya, ‫َبح ْب ُه َمب فِي ال ُّد ْويَب َم ْع ُروفًب‬ َ َ‫َوإِن جَب َهدَاك‬ ِ ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم فَالَ ت ُِط ْع ُه َمب َوص‬ َ ‫ع َلى أَن تُش ِْركَ بِي َمبلَي‬ “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, namun pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman: 15) Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat baik kepada orangtua tidaklah gugur, karena keduanya dalam keadaan kafir, serta memerintahkan untuk berbuat syirik atau melakukan kekafiran, meskipun demikian kita selaku anak harus tetap menjunjung tinggi adab dan sopan santun dengan cara mempergauli mereka dengan baik. Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah Ada beberapa cara dalam hal berbuat baik kepada orangtua diantaranya, Bisa dilakukan dengan ucapan, perbuatan, maupun dengan harta. Berbuat baik dengan ucapan, maka bisa dilakukan dengan menjaga tutur kata yang baik dan tidak menyakitkan serta dengan berlemah-lembut ketika berbicara kepadanya. Sebagaimana Allah berfirman :Jika salah seorang di antara kedua orang tua atau kedua-duanya telah berumur lanjut (dan mereka) dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah memelihara aku sewaktu kecil.” (Al-Isra‟: 23-24) Dari ayat ini bias kita ambil pelajarannya yaitu sebagai anak haruslah menjaga lisanya ketika berbicara kepada orang tua, bertutur kata yang sopdan, lemah lembut dan jangn sampai ucapan kita menyinggung perasaanya sehingga orang tua kita merasa sedih sampai tersakiti hatinya,. Jangankan tidak menuruti perintahnya dalam hal yang makruf?, mengatakan ah saja kepada orang tua kita sudah tidak boleh oleh agama islam. Begitulah islam mengajarkan kita akan akhlak yang mulia. Sedangkan berbuat baik dengan perbuatan, bisa dilakukan dengan membantu menyiapkan keperluan-keperluannya atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya untuk meringankan bebannya serta memenuhi perintah-perintah-Nya, selama bukan dalam bentuk berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Dan yang ketiga berbuat baik dengan harta, bisa dilakukan dengan menginfakkan sebagian dari harta kita untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, seperti membelikan baju untuk digunakan, membelikan lauk untuk makan siang, atau bahkan membelikan hadiah yang istimewa kepada orang tua kita yang kita cintai, Hadirin rahimakumullah, Ketahuilah saudaraku bahwa berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih hidup. di saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik kepadanya masih bisa dilakukan. Dalam sebuah hadist disebutkan



ُ َ ‫ص َوأ‬ ْ َ‫صدَّق‬ ْ ‫ظىُّ َها نَ ْى تَ َكهَّ َم‬ ْ ‫ ِإ َّن أ ُ ِ ّمً َمات‬،ِ‫س ْى َل هللا‬ ‫صدَّ ْقتُ ََ ْى َها قَا َل وَ ََ ْم‬ ُ ‫ٌَا َر‬ ِ ‫َت َونَ ْم ت ُ ْى‬ َ َ‫ أَفَهَ َها أَجْ ٌر إِ ْن ت‬،‫ت‬ َ َ ‫ت نَت‬ “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan beliau belum sempat berwasiat namun aku yakin kalau beliau sempat berbicara tentu beliau ingin bersedekah, apakah beliau (ibuku) akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas namanya?” Nabi shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Benar.” (Muttafaqun „alaih) Selain bersedekah harta atas nama orang tua kita, bisa juga kita lakukan ibadah haji atas nama si mayit, demikian pula ibadah umrah, serta membayarkan utang-utangnya. Semua itu akan bermanfaat untuk yang meninggal sebagaimana telah datang dalil-dalil yang syar‟i menunjukkan hal tersebut.” (Majmu‟ Fatawa wa Maqalat, 4/342) Termasuk juga amalan berbakti kepada orangtua yang bisa dilakukan sepeninggal mereka adalah menghubungi kerabat dan teman-teman mereka. Bahkan juga dengan berbuat baik kepada keluarga dari teman-teman orang tua kita. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya dari sahabat Abdullah ibnu „Umar ibn AlKhaththab radhiallahu „anhuma, bahwa beliau berjalan menuju kota Makkah dan mengendarai keledai yang ditungganginya untuk beristirahat di saat lelah. Ketika beliau sudah bosan duduk di atas kendaraannya, lewatlah di depan beliau seorang badui dan berkatalah beliau (kepada badui tersebut), “Apakah engkau Fulan ibnu Fulan?” Orang badui tersebut menjawab, “Benar.” Maka, beliau (sahabat Abdullah ibn „Umar radhiallahu „anhuma) memberikan keledainya kepada badui tersebut seraya mengatakan, “Naikilah kendaraan ini.” Kemudian beliau juga memberikan kain surbannya yang sedang dipakai seraya mengatakan, “Pakailah kain ini untuk diikatkan sebagai penutup kepalamu.” Maka, berkatalah orang-orang kepada sahabat Abdullah ibn „Umar radhiallahu „anhuma, “Mudah-mudahan Allah mengampunimu. Engkau berikan kepadanya keledai yang engkau tunggangi di saat ingin beristirahat dari kelelahan dan engkau berikan imamah yang sedang engkau ikatkan di kepalamu.” Maka, „Abdullah ibn „Umar mengatakan, “Sesungguhnya dia adalah teman (orangtua saya) „Umar ibn Al-Khaththab‟, dan sungguh saya mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, ‫انر ُج ِم أ َ ْه َم ُو ِدّ أَبٍِ ِه‬ َّ َ‫صهَت‬ ِ ‫إِ َّن ِم ْه أَبَ ِ ّر ْانبِ ِ ّر‬ “Sesungguhnya, termasuk dari perbuatan paling baik dalam berbakti kepada orang tua adalah seseorang berbuat baik kepada keluarga orang yang dicintai (teman) ayahnya.” (H.R. Muslim) Hadirin rahimakumullah, Keutamaan berbakti kepada orang tua Nabi shallallahu „alaihi wa sallam juga telah menyebutkan besarnya keutamaan berbakti kepada orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari sahabat Abdullah ibnu Mas‟ud radhiallahu „anhu, beliau berkata, ‫ي‬ َّ ‫ي ْان ََ َم ِم أ َ َحبُّ ِإنَى هللاِ قَا َل ان‬ َ ‫صهَّى هللاُ ََهّ ٍْ ِه َو‬ َ َ ً ٌّ َ‫ قَا َل ث ُ َّم أ‬.‫ي قَا َل ث ُ َّم ِب ُّر ْان َىا ِندٌَ ِْه‬ ٌّ َ ‫ قَا َل ث ُ َّم أ‬.‫صالَة ُ ََهَى َو ْق ِت َها‬ ُّ َ ‫سهَّ َم أ‬ َّ ‫سأ َ ْنتُ انىَّ ِب‬ ‫قَا َل‬: ِ‫سبٍِ ِم هللا‬ َ ًِ‫ْان ِج َهاد ُ ف‬



Aku bertanya kepada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala?” Beliau shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim) Telah tampak jelas dalam hadis ini tentang bagaimana pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, sampai-sampai Nabi Muhammad mendahulukan penyebutan amalan berbakti kepada orang tua daripada jihad. Tentunya tidak ada di antara kita yang ragu tentang keutamaan jihad di jalan Allah akan tetapi birrul walidain ternyata lebih didahulukan oleh Nabi Muhammad



Akhirnya, marilah kita berupaya untuk memperbaiki diri dalam menjalankan kewajiban kita kepada orang tua. Marilah kita senantiasa mengingat betapa tingginya amalan ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan betapa besarnya pengorbanan orang tua kepada kita terlebih di saat masih dalam kandungan dan saat persalinan, serta setelah dilahirkan sebagai seorang bayi. Kedua orang tua telah mengerahkan tenaga dan pikirannya, serta hartanya untuk merawat kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk berbakti kepadanya. Siapapun orang tua kita dan bagaimanapun keadaan orang tua kita. Apakah mereka orang yang miskin, cacat dan tidak berpangkat atau bahkan seandainya keduanya belum mendapatkan hidayah sehingga masih dalam keadaan kafir, atau terjatuh pada kemaksiatan lainnya. Hal tersebut tidaklah membuat gugurnya kewajiban kita dalam berbakti kepada orangtuanya. Bahkan, seseorang harus tetap berkata yang baik dan tidak menyombongkan dirinya, baik dengan harta dan kedudukannya, serta ilmunya di hadapan orang tuanya. Namun sebagai anak harus berusaha membantu keperluan keduanya selama tidak melanggar syariat dan berusaha untuk menjadi sebab turunnya hidayah Allah Subhanahu wa Ta‟ala kepada keduanya. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta‟ala memberikan kemudahan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, serta memberikan kepada kita kemudahan untuk senantiasa ikhlas dalam menjalankannya.