16 0 372 KB
LAPORAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI RUANG ICU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
Oleh:
OKVI MAWARNI NIM: 1911438067
Preseptor Akademik : Ns. Safri, M.Kep., Sp.Kep.MB Preseptor Klinik
: Ns. Liza Imelda, S.Kep
Fasilitator
: Ns. Yuliana, S.Kep
PROGRAM PROFESI NERS B2019 FAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR GASTER POST LAPARATOMY DIRUANG ICU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
Disusun oleh:
OKVI MAWARNI NIM: 1911438067
Preseptor Akademik : Ns. Safri, M.Kep., Sp.Kep.MB Preseptor Klinik
: Ns. Liza Imelda, S.Kep
Fasilitator
: Ns. Yuliana, S.Kep
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS B2019 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2020
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR GASTER POST LAPARATOMY A. Definisi Tumor merupakan sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Tumor gaster adalah penyakit yang terjadi di lambung, dimana Penyakit ini diduga dipicu karena adanya radang lambung yang dibiarkan.Tumor gaster biasanya bersifat jinak, namun apabila tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan tumor gaster yang ganas. Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot polos. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak ditemukan nekrosis (Rubenstein, 2003). Tumor gaster terdiri atas tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot polos. Perangai tumor ini sulit diramalkan, dan sulit dibedakan antara tumor ganas dan jinak berdasarkan kriteria histologis. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak ditemukan nekrosis. Tumor jinak yang tersering ditemukan adalah polip dan leiomioma yang dapat membentuk adenomatosa hiperplastik, atau fibroid. Leiomioma yang merupakan tumor jinak otot polos lambung tidak bersimpai sehingga sulit dibedakan dari bentuk yang ganas (leiomiosarkoma) gambaran klinis dapat terjadi pada semua kelompok umur dan umumnya tumor ini tidak memberikan gejala klinis, kalaupun ada hanya berupa nyeri yang tidak sembuh dengan antasid. Pemeriksaan fisik tidak menemukan sesuatu kelainan, bila ditemukan kelainan perlu dipikirkan adanya karsinoma. B. Anatomi dan Fisiologi Gaster 1. Anatomi Gaster Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen (Widjaja,2007). Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori.
a. Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung. b. Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. c. Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung. d. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. e. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz & Martin, 2008).
Gambar 1. Pembagian daerah anatomi lambung Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi tertentu yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz & Martin, 2008). 1) Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan muskularis mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propia dengan kedalaman yang bervariasi, dan membentuk sumur-sumur lambung disebut foveola gastrika. Epitel yang menutupi permukaan dan melapisi lekukanlekukan tersebut adalah epitel selapis silindris dan semua selnya menyekresi mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Muskularis mukosa yang memisahkan mukosa dari submukosa dan mengandung otot polos (Schmitz & Martin, 2008).
2) Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus submukosa (Meissner) (Schmitz & Martin, 2008). 3) Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner oblique, (2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis propia terdapat pleksus myenterik (auerbach). Lapisan oblik terbatas pada bagian badan (body) dari lambung (Schmitz & Martin, 2008). 4) Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos (mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora & Derrickson, 2009). Lapisan serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan bagian dari viseral peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).
Gambar 2. Lapisan Gaster 2. Fisiologi Fungsi utama lambung adalah penerima makanan dan minuman, dikerjakan oleh fundus dan korpus, dan penghancur dikerjakan oleh antrum, selain turut bekerja dalam pencernaan awal berkat kerja kimiawi asam lambung dan pepsin. Fungsi lambung yang berkaitan dengan gerakan adalah penyimpanan dan pencampuran makanan serta pengosongan lambung. Kemampuan lambung
menampung makanan mencapai 1500 ml karena mampu menyesuaikan ukurannya dengan kenaikan tekanan intraluminal tanpa peregangan dinding
(relaksasi
resepti). Fungsi ini diatur oleh N.Vagus dan hilang setelah Pagotomi. Ini antara lain yang mendasari turunnya kapasitas penampungan pada penderita tumor lambung lanjut sehingga cepat kenyang. Peristalsis terjadi bila lambung mengambang akibat adanya makanan dan minuman. Kontraksi yang kuat pada antrum (dindingnya paling tebal) akan mencampur makanan dengan enzim lambung, kemudian mengosongkannya ke duodenum secara bertahap. Daging tidak berlemak, nasi, dan sayuran meninggalkan lambung dalam tiga jam, sedangkan makanan yang tinggi lemak dapat bertahan di lambung 6 - 12 jam. Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan mukosa lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi dua bagian terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan badan (body), (2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum. Sel-sel kelenjar mukosa terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu suatu invaginasi atau kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi sel sekretori yang melapisi invaginasi ini beberapa diantaranya adalah eksokrin, endokrin, dan parakrin (Setiadi. 2007). Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan kelenjar oksintik mukosa lambung, yaitu : a. Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus yang encer. b. Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel parietal. Sel utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen. c. Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk menghasilkan keadaan yang sangat asam. Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan mereka berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice ). Sel mukus cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi semua sel baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari pembelahan sel akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel epitel permukaan atau berdiferensiasi ke bawah untuk menjadi
sel utama atau sel parietal. Melalui aktivitas ini, seluruh mukosa lambung diganti setiap tiga hari (Setiadi. 2007). Kantung-kantung
lambung
pada
daerah
kelenjar
pilorik
terutama
mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda dengan mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar pilorik ini jenis selnya adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan gastrin, sel D menghasilkan somatostatin. Histamin yang dikeluarkan berperan sebagai stimulus untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam (Rubenstein, 2003). C. Etiologi Menurut Brunner and Suddarth (2013) penyebab tumor gaster dimulai dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia premaligna, telah diketahui sebagai prekursor tumor gaster. Sejumlah mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H-pylori dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan menurunnya produksi asam secara bertahap. Menurut Rubenstein, yang menjadi penyebab tumor gaster adalah diet tinggi makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan risiko terhadap tumor lambung. Faktor lain yang berhubungan dengan insiden tumor lambung mencakup inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H. pylori, keturunan dan golongan darah A. D. Manifestasi Klinik Menurut Setiadi (2007), menyatakan gejala klinis yang ditemukan tidak khas, dapat dalam bentuk keluhan nyeri epigastrium atau bila didapatkan komplikasi seperti perdarahan sukar di bedakan dengan perdarahan yang bersumber dari ulkus peptik. Gejala lain yang akan didapatkan adalah dalam bentuk akut abdomen, perdarahan saluran cerna bagian bawah atau gejala obstruksi. Menurut Brunner and Suddart (2013) gejala awal dari tumor dan tumor lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dispepsia, penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah.
E. Patofisiologi Tumor gaster dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering ditemukan pada sepertiga distal. Kebanyakan tumor-tumor lambung adalah adeno karsinoma dan terjadi dalam bentuk-bentuk polypoid, ulseratif atau infiltratif. Bentuk ulseratif merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan mungkin menampakkan gejala-gejala semacam ulkus peptikum, yang karenanya sering kali memperlambat diagnosis dan mendorong pasien untuk mengobati sendiri. Tumbuhnya tumor pada pintu masuk atau pintu keluar lambung dapat menimbulkan tanda-tanda obstruksi esofagus dan pilorus (nyeri ulu hati dan cepat kenyang). Pada umumnya bagaimanapun tanda-tanda awal dari tumor lambung tersebut tidaklah nampak. Tumor lambung dapat menyebar secara langsung melalui dinding lambung jaringan-jaringan yang berdekatan, ke pembuluh limfe, ke kelenjar limfe regional di lambung, ke organ-organ perut lain dan cenderung menyebar ke arah intraperitoneal. Prognosis tergantung pada dalamnya invasi dan tingkatan metastasis (Setiadi, 2007). F. Pemeriksaan Penunjang Menurut Brunner and Suddarth (2013) pemeriksaan tumor gaster meliputi: 1. Pemeriksaan fisik : berat badan, anemia, adanya massa. 2. Perdarahan tersembunyi dalam tinja (occult blood) : tes benzidin. 3. Sitologi dengan gastrofiberskop. 4. Rontgenologik : posisi (terlentang, tengkurap dan oblik, serta kompresi). 5. Gastroskopi : pemotretan isi lambung. 6. Gastrobiopsi : pengambilan jaringan secara visual pada lesi. 7. Fosfor radio aktif dan CT scanning. G. Komplikasi Menurut Brunner and Suddarth (2013) komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai berikut : 1. Perforasi 2. Hematemesis 3. Obstruksi pada bagian bawah lambung dekat pilorus 4. Adhesi 5. penyebaran pada berbagai organ seperti hati, pankreas dan kolon.
H. Penatalaksanaan Menurut Brunner and Suddarth (2013) tidak ada pengobatan yang berhasil menangani tumor lambung kecuali mengangkat tumornya. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat di eksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini paling efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor. Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung di anastomosikan pada yeyenum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal di perbaiki dengan anastomosis pada organ vital lain seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan disfagia. Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit dan paliasi. I. Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dengan B6: a. B 1 (breath) : takhipnea b. B 2 (blood)
: takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, warna kulit pucat. c. B 3 (brain)
: sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum. d. B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan. e. B 5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas. f. B 6 (bone)
: kelelahan, kelemahan
Menurut Doenges (2014) dasar data pengkajian pasien antara lain : 1. Aktivitas Gejala : Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan partisipasi dalam hobi, tingkat stress tinggi. 2. Sirkulasi Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja Tanda : Perubahan pada TD 3. Integritas ego
Gejala : Masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, kehilangan kontrol, depresi. 4. Eliminasi Gejala : Perubahan pada pola BAB, perubahan eliminasi urinarius. Tanda : Perubahan pada usus, distensi abdomen. 5. Makanan atau cairan Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi makanan, perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot. Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit. 6. Neurosensori Gejala : Pusing, sinkope. 7. Nyeri atau kenyamanan Gejala : Tidak ada nyeri atau derajad bervariasi. 8. Pernafasan Gejala : Merokok, pemajanan asbes. 9. Keamanan Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama. Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi. 10. Seksualitas Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini. 11. Interaksi social Gejala : Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat perkawinan. 12. Penyuluhan atau pembelajaran Gejala : Riwayat tumor pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat pengobatan. Pemeriksaan diagnostik a. Scan dan ultrasound : identifikasi metastatik dan evaluasi respon pengobatan. b. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum) : untuk menggambarkan pengobatan. c. Penanda tumor untuk monitor tumor dan membantu mendiagnosis tumor. d. Tes kimia skrining misalnya elektrolit, tes ginjal, tes hepar, tes tulang. e. JDL dengan diferensial dan trombosit : menunjukkan anemia
J. Diagnosa Keperawatan 1.
Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhdengan anoreksia.
3.
Nyeri akut berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal.
4.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
6.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
K. Intervensi Keperawatan No 1
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Ansietas
NOC :
NIC :
Definisi :
Anxiety control
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Perasaan gelisah yang tak jelas
Coping
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
dari
ketidaknyamanan
atau Kriteria Hasil :
ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau
tidak
diketahui
oleh
Klien mampu mengidentifikasi dan Mengidentifikasi, dan
disebabkan
mengontol cemas
terhadap
bahaya.
antisipasi Sinyal
ini
merupakan peringatan adanya
untuk 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Vital sign dalam batas normal
5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
memungkinkan individu untuk
menunjukkan
mengambil
kecemasan
menyetujui terhadap tindakan
selama prosedur
tehnik
tubuh
untuk
mengungkapkan
menunjukkan
ancaman yang akan datang dan
langkah
pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
mengungkapkan gejala cemas
individu); perasaan keprihatinan dari
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
dan
tindakan prognosis
aktivitas 6. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan berkurangnya
tingkat
7. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 8. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi 9. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
2
Ketidakseimbangan nutrisi
NOC :
NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak
Kriteria Hasil :
1. Kaji adanya alergi makanan
cukup untuk keperluan
Adanya peningkatan berat badan sesuai
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
metabolisme tubuh.
dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda tanda malnutrisi Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 5. Berikan substansi gula 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 7. Berikan
makanan
yang
terpilih
(
sudah
membuat
catatan
dikonsultasikan dengan ahli gizi 8. Ajarkan
pasien
bagaimana
makanan harian. 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 10. Monitor mual dan muntah 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht 12. Monitor makanan kesukaan 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan 14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi 16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
3
Nyeri akut
NOC :
NIC :
Defenisi :
Pain Level,
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dan
pain control,
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
emosional tidak menyenangkan
comfort level
kualitas dan faktor presipitasi
Pengalaman
sensori
yang muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil: jaringan actual atau potensial
Mampu
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
mengontrol
nyeri
atau yang digambarkan sebagai
penyebab
kerusakan, awitan yang tiba-tiba
menggunakan tehnik nonfarmakologi 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
atau
untuk mengurangi nyeri, mencari
lambat,
dari
intensitas
ringan sampai berat dengan akhir yang
dapat
diantisipasi
atau
nyeri,
(tahu 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan mampu
bantuan)
diprediksi
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan dengan
menggunakan
manajemen
nyeri
menemukan dukungan
Mampu
intervensi 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
mengenali
nyeri
(skala,
relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah 9. Tingkatkan istirahat nyeri berkurang
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
Tanda vital dalam rentang normal
nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
Tidak mengalami gangguan tidur
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
4
Resiko tinggi infeksi
NOC :
NIC :
Definisi : Peningkatan resiko
Immune Status
Infection Control (Kontrol infeksi)
masuknya organisme patogen
Knowledge : Infection control
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko :
Risk control
2. Pertahankan teknik isolasi
Prosedur Infasif
Kriteria Hasil :
3. Batasi pengunjung bila perlu
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan
Klien bebas dari tanda dan gejala 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung infeksi
patogen
Mendeskripsikan proses penularan
Trauma Kerusakan peningkatan
jaringan
dan
paparan
lingkungan Ruptur membran amnion
meninggalkan pasien
penyakit, factor yang mempengaruhi 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan penularan serta penatalaksanaannya, Menunjukkan
kemampuan
untuk
mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal
kperawtan 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Agen
farmasi
Malnutrisi
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
Peningkatan
paparan
Imonusupresi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Ketidakadekuatan
imum Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
buatan adekuat
sekunder
pertahanan
(penurunan
Leukopenia,
Hb,
penekanan
utuh,
adekuat
pertahanan
primer (kulit trauma
tidak
jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh
statis,
perubahan
sekresi
pH,
perubahan
peristaltik) Penyakit kronik
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. Monitor hitung granulosit, WBC 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi 4. Batasi pengunjung
respon inflamasi)
tubuh
infeksi kandung kencing 11. Tingkatkan intake nutrisi
lingkungan patogen
Tidak
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
(imunosupresan)
Tidak
Menunjukkan perilaku hidup sehat
5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular 6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko 7. Pertahankan teknik isolasi kalau perlu 8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema 9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase 10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah 11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan 13. Dorong istirahat 14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 16. Ajarkan cara menghindari infeksi 17. Laporkan kecurigaan infeksi 18. Laporkan kultur positif 5
Kurang Pengetahuan
NOC :
NIC :
Definisi :
Kowlwdge : disease process
Teaching : disease Process
Tidak adanya atau kurangnya
Kowledge : health Behavior
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
informasi kognitif sehubungan Kriteria Hasil : dengan topic spesifik.
Pasien
pasien tentang proses penyakit yang spesifik
dan
keluarga
menyatakan
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
pemahaman
tentang
penyakit,
hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
program
dengan cara yang tepat.
kondisi,
prognosis
dan
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
pengobatan Pasien
dan
melaksanakan
keluarga prosedur
mampu yang
dan
keluarga
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
dijelaskan secara benar Pasien
pada penyakit, dengan cara yang tepat
mampu
yang tepat
menjelaskan dijelaskan lainnya
kembali perawat/tim
apa
yang
kesehatan
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7. Hindari harapan yang kosong 8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit 10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 11. Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat 13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat 14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan
pada
pemberi
kesehatan, dengan cara yang tepat
perawatan
6
Intoleransi aktivitas
NOC :
NIC :
Definisi : Ketidakcukupan energi
Energy conservation
Energy Management
secara
Self Care : ADLs
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
fisiologis
psikologis
untuk
maupun
meneruskan Kriteria Hasil : aktifitas
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
yang diminta atau aktifitas sehari
tanpa disertai peningkatan tekanan
hari.
darah, nadi dan RR
atau
menyelesaikan
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
melakukan aktivitas 2. Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan 4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan 6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas 7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy 1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat. 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan 5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek 6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan 11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, L dan Suddarth, D. 2013.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC. Doengoes, Marilynn. Dkk. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC Rubenstain, David, dkk. 2007. Lecture notes: Kedokteran klinis. Jakarta: Erlangga Schmitz & Martin. 2008. Internal Medicine: Just the Facts. McGraw Hill Professional Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Ed.Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu Widjaja, dr. harijadi. 2007. Anatomi Abdomen. Jakarta : EGC
KRITIK JURNAL PENELITIAN
Disusun oleh:
OKVI MAWARNI NIM: 1911438067
Preseptor Akademik : Ns. Safri, M.Kep., Sp.Kep.MB Preseptor Klinik
: Ns. Liza Imelda, S.Kep
Fasilitator
: Ns. Yuliana, S.Kep
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS B2019 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2020
KRITIK JURNAL A. Jurnal Utama Judul
: Penerapan Teknik Relaksasi Guided Imagery Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Tumor Gaster Post Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Penelitian Oleh
: Erwin Budhiana
Tujuan Penelitian
: Untuk Mengetahui Pengaruh Penerapan Teknik Relaksasi
Guided Imagery Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Tumor Gaster Post Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Metode
: Penelitian Kuantitatif dengan desain quasy experiment
Hasil yang diukur
: Penurunan intensitas nyeri
Sampel
: jumlah sampel sebanyak 30 orang
Hasil
: p value 0,014 < α
Kesimpulan
: Penerapan Teknik Relaksasi Guided Imagery Berpengaruh
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Tumor Gaster Post Operasi Laparatomi Kritik -
:
Jika ada singkatan cukup dijelaskan diawal dan seterusnya menggunakan singkatan saja
-
Ada beberapa kata bahasa inggris yang tidak ditulis secara miring
-
Jika ingin menggunakan singkatan sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu didepan supaya pembaca bisa mengerti
B. Jurnal Terkait 1. Judul
: Hubungan Usia Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita
Tumor Lambung Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian Oleh
: Rori hamzah
Tujuan Penelitian
: Menganalisis Hubungan Antara Usia Dengan Kualitas Hidup
Pada Penderita Tumor Lambung Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Metode : Kuantitatif Korelatif dengan Pendekatan Cross Sectional Hasil yang diukur : Hubungan Antara Usia Dan Jenis Kelamin Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita tumor lambung Sampel
: 60 penderita tumor lambung
Hasil
: Hubungan Usia dan Kualitas Hidup Pada Penderita Tumor
Lambung. Hasil uji kendall tau menunjukkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,001
Kesimpulan
: Adanya hubungan yang signifikan antarausia dan jenis
kelamin dengan kualitas hidup pada penderita tumor lambung di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Kritik
:
Sebaiknya menggunakan sumber referensi yang terbaru atau paling tidak 10 tahun terakhir Jika ingin menggunakan singkatan sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu baru untuk seterusnya bisa menggunakan singkatan 2. Judul
: Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping
Pada Pasien Tumor Gaster Di RSU Pandan Arang Boyolali Penelitian Oleh
: Atina Inayah Ihdaniyati
Tujuan Penelitian
: untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan
mekanisme koping pada pasien Tumor Gaster di RSU Pandan Arang Boyolali Metode
: penelitian kuantitatif dengan desain penelitian mengunakan
rancangan deskriptif korelatif Hasil yang diukur : Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Tumor Gaster Sampel
: 40 pasien
Hasil
: Hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme
koping pada pasien Tumor Gaster diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,745 dengan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping Pada Pasien Tumor Gaster di RSU Pandan Arang Boyolali Kritik : -
Sumber yang dipakai sebaiknya menggunakan jurnal dan artikel Penulisan sumber referensi masih ada beberapa yang tidak sesuai dengan APA style Untuk penggunaan sumber sebaiknya sumber yang terbaru atau paling tidak 10 tahun terakhir Untuk pembuatan tabel mungkin bisa lebih dirapikan dan disamakan antar setiap tabel Ada beberapa kata yang ditemukan masih typo Ada beberapa kata bahasa inggris yang tidak dimiringkan
SOP EVIDENCE BASED NURSING
Disusun oleh:
OKVI MAWARNI NIM: 1911438067
Preseptor Akademik : Ns. Safri, M.Kep., Sp.Kep.MB Preseptor Klinik
: Ns. Liza Imelda, S.Kep
Fasilitator
: Ns. Yuliana, S.Kep
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS B2019 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2020
SOP TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN POST LAPARATOMY TUMOR GASTER
Pengertian
Guided imagery merupakan teknik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu. Teknik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang (Rahmayati, 2010).
Tujuan
Menurunkan intensitas nyeri pada pasien post laparatomy tumor gaster
Alat dan Bahan
- Alat tulis - Kuisioner penilaian intensitas nyeri - Leaflet
Kebijakan
Prosedur ini dilakukan oleh peneliti dalam pemberian terapi yang digunakan kepada yang mengalami nyeri pasa post laparatomy tumor gaster
Prosedur
1. Ciptakan lingkungan yang tenang 2. Jaga privasi pasien 3. Usahakan tangan dan kaki pasien alam keadaan rileks, 4. Minta pasien untuk memejamkan mata dan usahakan agar pasien berkonsentrasi 5. Minta pasien menarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan sambil menghitung dalam hati “hirup, dua, tiga”, 6. Selama pasien memejamkan mata kemudian minta pasien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan, 7. Minta pasien untuk menghembuskan udara melalui mulut dan membuka mata secara perlahan-lahan sambil menghitung dalam hati “hembuskan, dua, tiga”, 8. Minta pasien untuk mengulangi lagi sama seperti prosedur sebelumnya sebanyak tiga kali selama lima menit.
Unit Terkait
Ruangan ICU RSUD Arifin Achmad
CONCEPT MAP TUMOR GASTER
Disusun oleh:
OKVI MAWARNI NIM: 1911438067
Preseptor Akademik : Ns. Safri, M.Kep., Sp.Kep.MB Preseptor Klinik
: Ns. Liza Imelda, S.Kep
Fasilitator
: Ns. Yuliana, S.Kep
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS B2019 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2020
CONCEPT MAP TUMOR GASTER Definisi : Tumor gaster adalah penyakit yang terjadi di lambung, dimana Penyakit ini diduga dipicu karena adanya radang lambung yang dibiarkan.Tumor gaster biasanya bersifat jinak, namun apabila tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan tumor gaster yang ganas. Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot polos. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak ditemukan nekrosis (Rubenstein, 2003) Etiologi : Tumor gaster dimulai dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia premaligna, telah diketahui sebagai prekursor tumor gaster. Sejumlah mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H-pylori dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan menurunnya produksi asam secara bertahap. Menurut Rubenstein, yang menjadi penyebab tumor gaster adalah diet tinggi makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan risiko terhadap tumor lambung. Faktor lain yang berhubungan dengan insiden tumor lambung mencakup inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H. pylori, keturunan dan golongan darah A. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang Ketidakseimbangan nutrisi kurang Nyeri akut berhubungan dengan Resiko tinggi infeksi berhubungan diantisipasi
dari
kebutuhan
tubuhdengan adanya sel epitel abnormal.
anoreksia.
dengan
prosedur
ketidakadekuatan
invasif
dan
pertahanan
sekunder. NOC : - Kontrol Ansietas - Mekanisme kopng
NOC : - Status nutrisi : monitoring intake dan output
NOC : - Level nyeri dalam rentang normal - Kontrol nyeri
NIC : - Penurunan kecemasan
NIC : - Manajemen nutrsi - Monitoring nutrisi
NIC : - Manajemen nyeri
NOC : - Status imun baik - Tingkat pengetahuan tentang kontrol infeksi baik - Manajemen pencegahan resiko infeksi NIC : - Kontrol infeksi - Proteksi terhadap infeksi