12 0 476 KB
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS TUMOR GASTER
DI BUAT OLEH : MOHAMAD EDO KURNIAWAN (1921013)
DOSEN PEMBIMBING: NINIK AMBARSARI S.Kep.,Ns.,M.Kep
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH SURABAYA TA. 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI Tumor merupakan sel sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Tumor gaster adalah penyakit yang terjadi di lambung, dimana penyakit ini di duga dipicu karena adanya ladang lambung yang di biarkan . Tumor gaster biasanya bersifat jinak, namun apabila tidak segera di atasi maka bisa menyebabkan tumor gaster yang ganas . Tumor jinak dibagi atas ,tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak di temukan adalah tumor otot polos salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil ,berkapsul,aktivitas,mitolik, yang rendah dan tidak di temukan nekrosis (Rubenstein,2012)
2. ANATOMI
Sumber : (Aanatmoi lambung antonius, 2006)
3. FISIOLOGI
Lambung terletak dibagian kiri atas abdomen tepat dibawah diafragma. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, badan, dan antrum pilorikum atau pilorus. Sebelah kanan lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Kapasitas normal lambung sebesar 1-2 L (Lewis, 2011). Volume lambung akan meningkat pada saat makan, dan menurun pada saat cairan lambung (kimus) masuk ke dalam usus halus. Pada saat lambung menglami relaksasi (kosong), mukosa masuk ke dalam lipatan yang disebut rugae. Rugae merupakan tempat sementara dari pembesaran lambung. Pada saat lambung di isi, maka rugae menyempit dan pada saat lambung penuh maka rugae menghilang (simon, 2013). Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi, sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung. Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami stenosis (penyempitan pilorus yang menyumbat) sebagai komplikasi dari penyakit tukak lambung. Stenosis pilorus atau pilorospasme terjadi bila serat-serat otot di sekelilingnya mengalami hipertrofi atau spasme sehingga sfingter gagal berelaksasi untuk mengalirkan makanan dari lambung ke dalam duodenum. Tidak seperti pada daerah gastrointestinal lain, bagian otot-otot lambung tersusun dari tiga lapis dan buka dua lapis otot polos: 1. Lapisan longitudinal dibagian luar 2. Lapisan sirkulasi di tengah 3. Lapisan oblik di bagian dalam Susunan saraf otot yang unik akan memungkinkan berbagai macam kombinasi kontraksi yang akan diperlukan untuk memecahkan makanan menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung, lalu mendorongnya ke arah duodenum. Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum di hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mencabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik, dan seliaka. Persarafan simpatis adalah melalui saraf splanknikus
mayor dan ganglia seliakum. Serabut-serabut aferan menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh perengangan, kontraksi otot, dan peradangan, serta dirasakan didaerah epigastrium. Serabutserabut aferen simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesenterikus (Auerbach) dan submukosa (Meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan mengoordinasi aktivitas motorik dan sekresi mukosa lambung. Seluruh suplai darah dilambung dan pankreas (serta hati, empedu, dan limpa) terutama berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliakus, yang mempercabangkan cabang-cabang yang menyuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang mmperdarahi yaitu arteri gastroduodenalis dan arteri pankreatikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri ini dan menyebabkan perdarahan.
Fungsi lambung: Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara 1. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi seacara gerak periistaltik setiap 20 detik. 2. Imiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim enzim tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain pepsin asam garam,renin dan lapisan lambung. a. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar dapat diabsorbsi di intestinum minor. b.
Asam
garam (HCL) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan disenfektan
yang masuk kedalam makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana asam. c. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membetuk kasein dab kaseinogen dari protein.
d. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang sekresi getah lambung. Sekresi
getah
lambung
mulai
terjadi
pada
awal
orang
makan
apabila
melihat,mencium,merasakan makanan maka sekresi lambung akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambumg melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung mengalami 3 fase yaitu: a. Fase serebral Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat ke otak ke nervus vagus sampai kelambung yang merupakan kelenjar yang terstimulasi untuk mensekresi hormon gastrin yang disekresi oleh membran mukosa kanalis pylorus yang menghsilkan getah lambung b. Fase gatric Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi. c. Fase intestinal Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi getah lambung membentuk lebih banyak gastrin.
4. ETIOLOGI Menurut brunner and Suddart (2013) penyebab tumor gaster di mulai dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia,premaglina telah di ketahui sebagai prekursor tumor gaster sejumlah mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H-pylori dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan menurunnya produksi asam secara bertahab. Menurut Rubenstein, yang menjadi penyebab tumor gaster adalah diet tinggi makanan asam , kurang buah buahan dan sayuran dapat meningkatkan resiko terhadap tumor lambung. Faktor risiko dari tumor lambung antara lain: 1. Infeksi Helicobacter pylori
Iinfeksi kronis bakteri Helicobacter pylori merupakan faktor risiko yang kuat terkena Tumor lambung. Beberapa studi menunjukkan bahwa bakteri ini mungkin penyebab untuk 90 persen Tumor lambung. a.
Umur
Penyakit ini jarang terjadi sebelum usia 40 tahun, tapi insiden penyakit ini meningkat terus setelahnya. b. Jenis Kelamin
Pria memiliki risiko dua kali lipat, dibandingkan dengan wanita.
c. Diet
Asupan makanan tinggi dari makanan asin, asap, dan acar diketahui meningkatkan risiko. Kadar garam tinggi dapat merusak selaput lender lambung dan usus.Asupan tinggi buah dan sayuran menurunkan risiko. d. Penyakit lambung
Riwayat gastritis kronis, anemia pernisiosa, atau gastrektomi parsial meningkatkan risiko.
5. MANIFESTASI KLINIS Pada tahap awal tumor lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida, dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi:
a. Nyeri b. Penurunan Berat badan c. Muntah d. Anoreksia e. Disfagi Proses penyaluran makan atau minuman dari mulut ke dalam lambung akan membutuhkan usaha lebih besar dan waktu lebih lama f.Nausea g. Kelemahan h. Hematemasis i.Regurgitasi j.Mudah kenyang k. Asites ( perut membesar) l.Keram abdomen m. Darah yang nyata atau samar dalam tinja n. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan. o. Dispepsia
6.PATHWAY
7. PATOFISOLOGI tumor lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai massa irregular dengan penonjolan ulserasi sentral ke lumen dan menyerang lumen dinding lambung. tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang paling sering di antrum. Infiltrasi dapat melebar keseluruh lambung, menyebabakan kantong tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yg sempit, tetapi hal ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar untuk membedakan dari polip benigna pada X-ray. Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya melibatkan permukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini jarang. Kira-kira 75% dari karsinom ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur local seperti bagian bawah dari esophagus, pancreas, kolon transversum dan peritoneum. Metastase timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.
8. KOMPLIKASI Menurut Sudayo (2006 : 351) komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai berikut : a. Perforasi Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik. b. Hematemesis. Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas lambung sehingga dapat menimbulkan anemia. c. Obstruksi. Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai keluhan mintah-muntah. d. Adhesi. Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini adalah endoskopi, endoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk mendiagnosa ca lambung. Endoskopi dengan resolusi tinggi dapat mendeteksi perubahan ringan pada warna, relief arsitektur dan permukaan mukosa gaster yang mengarah pada karsinoma dini gaster (Lumongga, 2008). B. Pemeriksaan sitologi Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologibrushing. Pada keadaan normal, tampak kelompok sel-sel epitel superfisial yang reguler membentuk gambaran seperti honey comb. Sel-sel ini mempunyai inti yang bulat dengan kromatin inti yang tersebar merata (Lumongga, 2008). Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma yang sedikit dan inti sedikit membesar.Pada karsinoma, sel-sel menjadi tersebar ataupun sedikit
berkelompok yang irreguler, inti sel membesarn hiperkromatin dan mempunyai anak inti yang multipel atau pun giant nukleus (Lumongga, 2008). a. Pemeriksaan sitologi brushing ini jika dilakukan dengan benar, mempunyai nilai
keakuratan sampai 85% tetapi bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan biopsi lambung maka nilai keakuratannya dapat mencapai 96% (Lumongga, 2008). C. Pemeriksaan makroskopis b. Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi atas dua
golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm disebut dengan minute dan tumor dengan ukuran 6 – 10 mm disebut dengansmall (Lumongga, 2008). c. Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum (50-60%),
curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor (12%). d. CT Staging pada karsinoma lambung
1. Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan dinding. 2. Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm. 3. Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya. 4.
Stage IV : Penyakit telah bermetastase.
D. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati,teraba hati hati yang ireguler, dan kadang kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
E. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan sebagai evaluasi praoperatif dan untuk melihat stadium dengan dan penyebaran ekstrak lambung yang penting untuk penentuan intervensi bedah radikal dan pemberian informasi prabedah pada pasien. F. Pemeriksaan darah pada tinja Pada ca lambung sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood) untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes benzidin.
10. PENATALAKSAAN MEDIS a. Pencegahan tumor lambung dapat dicegah dengan cara-cara anatara lain a) Makan lebih banyak buah dan sayuran. b) Mengurangi jumlah makanan diasap dan asin yang dikonsumsi. c) Berhenti merokok. b. Pengobatan a) Kemoterapi dan terapi radiasi
Bila karsinoma telah menyebar ke luar dari lambung, tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup. Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala. b). Reseksi bedah Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan. Pembedahan sudah dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif. c). Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin) Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, fluorosil, mitomisin C, doksorubisin, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil 18 – 30 %. d). Hiperalimentasi (nutrisi intravena). Nutrisi intravena yag disuntikan melalui intravena yang berfunsi untuk menggantikan nutrisi karena kanker lambung ini. Karena tumor lmbung proses penyerapan nutrisi yang terjadi di lambung terganggu dan mengakibatkan kekurangan
nutrisi
hiperalimentasi ini.
dari
kebutuhan
yang
diperlukan.
Maka
diberikan
Perawatan 1. Klien dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai beberapa hari setelah tanda dan gejala terjadi, dan 7 hari setelah dilakukan operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. 2. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan-perubahan posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik.
Diet 1. Pada mulanya klien diberikan makanan diet cair atau bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman kepada klien.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Menurut doenges (2014) dasar data pengkajian pasien antara lain: 1. Aktivitas Gejala: kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiaasaan tidur malam hari,keterbatasan partisipasi dalam hobi, tingkat stress tinggi 2. Sirkulasi Gejala: palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja Tanda: perubahan pada TD 3. Integritas Ego
Gejala: masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, kehlangan control, depresi 4. Eliminasi Gejala: perubahan pola BAB, perubahan eliminasi urinarius Tanda: perubahan pada usus, distensi abdomen 5. Makanan dan cairan Gejala: kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi makanan, perubahan pada BB, berkurangnya masa otot Tanda: perubahan pada kelembapan atau turgor kulit 6. Neurosensori Gejala: pusing, sinkope 7. Nyeri atau kenyamanan Gejala: tidak ada nyeri atau derajad bervariasi 8. Pernafasan Gejala: merokok, pemajanan abses 9. Keamanan Gejala: pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi 10. Seksualitas Gejala: masalah seksual, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini 11. Interaksi Sosial Gejala: ketidakadekuatan atau kelemahan system pendukung masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat perkawinan 12. Penyuluhan atau Pembelajaran
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat pengobatan, pemeriksaan diagnostik a. Scan dan Ultrasound: identifikasi metastatik dan evaluasi respon pengobatan b. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum) : untuk menggambarkan pengobatan. c. Penanda tumor untuk monitor kanker dan membantu mendiagnosis kanker d. Tes kimia skrining misalnya elektrolit, tes ginjal, tes hepar, tes tulang e. JDL dengan diferensial dan trombosit: menunjukkan anemia
Asuhan Keperawatan Penyakit (secara teori)
a) Pengkajian Data Umum Penderita Tumor gaster banyak ditemukan pada orang tua (50-70 tahun). Perbandingan laki-laki dengan wanita yaitu 2:1 Keluhan Utama Pasien mengatakan Nyeri P: saat beraktivitas Q: seperti ditusuk-tusuk R: abdomen sinistra atas S: 5 (sedang ) T: hilang timbul Riwayat Penyakit Sekarang Pasien saat di rumah mengeluh nyeri perut tak kunjung sembuh. Riwayat PenyakitDahulu Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit dahulu Riwayat PenyakitKeluarga Pasien
Pemeriksaan Fisik 1. Tanda – Tanda Vital: 110/80 2. Sistem Pernapasan (B1) Inspeksi : bentuk dada pasien normochest, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada otot bantu nafas tambahan, tidak ada sputum, kemampuan batuk efektif baik, tidak terpasang selang WSD, palpasi : teraba jelas di daerah paru kanan, auskultasi : irama nafas reguler pernafasan 20x/menit (normal 1820x/menit), pola nafas eupnea, suara nafas vesikuler, tidak ada sesak nafas, tidak ada suara nafas tambahan seperti stridor, ronchi, rales, crowing, dan gargling, perkusi : perkusi dada sonor.
3. Sistem Kardiovaskuler (B2: Inspeksi : tidak ada nyeri dada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpasi : CRT