KH. Wahab Hasbullah (Makalah) - Fiks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Pemikiran Tokoh – tokoh Pesantren “Sejarah KH. Wahab Hasbullah” Dosen Pengampu : Akmam Mutrofin, S.Sy.,M.Sy.



Disusun oleh : Nihayatus Sa’adah



(1794094003)



Khoirul Anam



(1794094019)



FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG JOMBANG 2019



i



Kata Pengantar Bismillahirrohmaanirrohiim Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allag SWT yang telah memberikan taufiq rahmat serta ridho-Nya kepada kita semua sehingga makalah kami dapat terselesaikan dengan judul “Sejarah KH. Wahab Hasbullah”.Makalah ini ditujukan untuk pembaca agar lebih memahami tentang materi yang akan kami bawakan. Dan tidak lupa kami ucapkan terimah kasih kepada Bapak Akmam Mutrofin, S.Sy.,M.Sy. selaku dosen mata kuliah Pemikiran Tokoh – tokoh Pesantren yang telah membimbing kami. Kami juga mengucapkan terimah kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini juga ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok. Kami hanya manusia biasa tempat dimana ada kesalahan-kesalahan, maka kami mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah yang kami buat ini.Semoga makalah kami ini dapat menambah pengetahuan kita semua.Untuk tercapainya kesempurnaan makalah ini kami mohon kritik dan saran dari teman-teman yang membacanya.



Jombang 31Maret, 2020



ii



Daftar Isi Cover........................................................................................................................i Kata Pengantar......................................................................................................ii Daftar isi................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................................2 C. Tujuan..........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Silsilah dan Latar Belakang KH. Abdul Wahab Hasbullah.........................3 B. Menikah dan Membina Rumah Tangga.......................................................5 C. Karya-karya KH. Abdul Wahab Hasbullah.................................................6 D. Pendidikan KH. Abdul Wahab Hasbullah...................................................7 E. Perjuangan politik KH. Abdul Wahab Hasbullah........................................8 F. Peranan Dalam Bidang Sosial Dan Kebangsaan........................................10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................12 Daftar Pustaka



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai pergerakan nasional yang muncul di kalangan pribumi lahir dari rasa persatuan dan kemanusiaan yang tinggi dari para golongan terpelajar yang pada saat itu mayoritas masyarakat Indonesia mengalami keterpurukan. Kebijaksanaan pemerintahan kolonial Belanda menyebabkan mereka terbelakang dalam segala bidang, baik dalam bidang sosial maupun ekonomi. Dalam bidang sosial, masyarakat pribumi golongan menengah ke bawah tidak dapat merasakan fasilitas belajar mengajar secara layak. Mereka bisa saja bersekolah, akan tetapi dalam jumlah tempat yang sangat terbatas. Berikut fasilitas belajar yang telah diberikan. Mereka hanya diajarkan bagaimana cara membaca, menulis dan berhitung. Hal ini sangat berbeda dengan masyarakat pribumi golongan bangsawan yang dapat menikmati fasilitas pendidikan yang lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat. Melihat fenomena tersebut maka muncullah berbagai ide dan inisiatif dari para golongan terpelajar, baik dari para ulama maupun tokoh-tokoh nasionalis. Sekitar tahun 1900-1942 banyak sekali berbagai organisasi yang muncul guna melawan keterpurukan yang telah dialami masyarakat dari ulah para penjajah. Sebagai contoh adalah organisasi Budi Utomo yang berdiri pada tahun 1908, Sarikat Islam yang didirikan oleh KH. Samanhudi di Solo pada tahun 1912, 1 Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912, Nahdlatul Ulama yang didirikan di Surabaya pada tahun 1926 oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah serta organisasiorganisasi lainnya yang telah tersebar di berbagai wilayah di Jawa. 1



Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia: 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980), 115. iv



Beberapa organisasi yang paling dominan adalah organisasi dalam bidang pendidikan. Salah satu organisasi tersebut adalah Taswirul Afkar. Perkumpulan diskusi ini dapat dikatakan sebagai pendahulu berdirinya Nahdlatul Ulama. Perkumpulan



ini



membahas



berbagai



permasalahan



keagamaan,



sosial



kemasyarakatan dan juga bagaimana mempertahankan sistem bermadhab. 2 Perkumpulan diskusi ini didirikan di Surabaya pada tahun 1914 oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH. Mas Mansur, dan KH. Achmad Dahlan Achyad. Untuk lebih jelasnya mengetahui pemikiran dan peran KH. Abdul Wahab Hasbullah dalam Taswirul Afkar maka dalam penelitian ini akan dibahas secara mendalam tentang pemikiran dan peranan KH. Abdul Wahab Hasbullah. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana riwayat hidup KH. Abdul Wahab Hasbullah ? 2. Bagaimana riwayat rumah tangga KH. Abdul Wahab Hasbullah ? 3. Apa saja karya – karya KH. Abdul Wahab Hasbullah ? 4. Bagaimana riwayat pendidikan KH. Abdul Wahab Hasbulla ? 5. Bagaimana perjuangan poitik KH. Abdul Wahab Hasbullah ? 6. Bagaimana peran KH. Wahab Hasbullah dalam bidang social dan kebangsaan ?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui riwayat hidup KH. Abdul Wahab Hasbullah. 2. Untuk mengetahui riwayat rumah tangga KH. Abdul Wahab Hasbullah. 3. Untuk mengetahui karya – karya KH. Abdul Wahab Hasbullah 4. Untuk mengetahui riwayat pendidikan KH. Abdul Wahab Hasbullah 5. Untuk mengetahui perjuangan poitik KH. Abdul Wahab Hasbullah 6. Untuk mengetahui peran KH. Abdul Wahab Hasbullah



2



Choirul Anam, Pertumbuhan & Perkembangan NU (Sala: PT. Duta Aksara Mulia, 2010), 31. v



BAB II PEMBAHASAN A. Silsilah dan Latar Belakang KH. Abdul Wahab Hasbullah Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah (lahir di Jombang, 31 Maret 1888 – meninggal 29 Desember 1971 pada umur 83 tahun) adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014. Beliau adalah pengarang syair "Ya Lal Wathon" yang banyak dinyanyikan dikalangan Nahdliyyin, lagu Ya Lal Wathon di karangnya pada tahun 1934. KH Maimun Zubair mengatakan bahwa syair tersebut adalah syair yang beliau dengar, peroleh, dan di nyanyikan saat masa mudanya di Rembang. Dahulu syair Ya Lal Wathon ini dilantangkan setiap hendak memulai kegiatan belajar oleh para santri. Ayah KH Abdul Wahab Chasbullah adalah KH Hasbulloh Said, Pengasuh Pesantren



Tambakberas



Jombang Jawa Timur, sedangkan



Ibundanya bernama Nyai Latifah. K.H. Wahab  Chasbullah berasal dari keturunan Raja Brawijaya IV dan bertemu dengan silsilah K.H. Hasyim Asy’ari pada datuk yang bernama Kiai Soichah. Wahab Chasbullah kecil banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan bersenang-senang layaknya anak-anak kecil masa itu. Semenjak kanak-kanak, Wahab  Chasbullah dikenal sebagai pemimpin dalam segala permainan.3 Selain itu, karena tumbuh di lingkungan pesantren ia juga mulai sejak dini diajarkan ilmu agama dan moral pada tingkat dasar. Termasuk, dalam hal ini tentu diajarkan seni Islam seperti kaligrafi, hadrah, barjanji, 3



https://www.laduni.id/post/read/58801/biografi-kh-wahab-chasbullah vi



diba’ dan shalawat. Kemudian, tak lupa diajarkan tradisi yang menghormati leluhur dan keilmuan para leluhur, yaitu dengann berziarah ke makammakan leluhur dan melakukan tawasul.4 KH. Abdul Wahab Hasbullah menjabat Rais Aam NU sampai akhir hayatnya.10 Muktamar NU yang ke-25 di Surabaya adalah muktamar terakhir yang diikutinya, sebagaimana doanya di hari-hari terakhir hidupnya untuk dapat memberikan suara pilihannya kepada partai NU dan mengikuti muktamar ini. Sebenarnya ia sudah dalam keadaan sakit. Khutbah iftitah mukhtamar yang lazim dilakukan oleh Rais Aam kemudian diserahkan kepada KH Bisri Syansuri yang biasaanya membantu dan menjalankan tugas sebagai Rais Aam untuk membacakannya. KH. Abdul Wahab Hasbullah meninggalkan mukhtamar dalam keadaan sakit yang akut. Hampir lima tahun ia menderita sakit mata dan menyebabkan kesehatannya menurun. Sejak mukhtamar yang pertama hingga ke-25, ia selalu hadir dan mengarahkan garis perjuangan partai. Demikian pula dalam Mukhtamar ke25, garis perjuangan NU sebagaimana yang telah sukses kepemimpinannya yang memperoleh dukungan bulat dari seluruh nahdliyin. Karena itu, tidak heran jika kepemimpinannya mendapatkan kepercayaan penuh. Tidak mengherankan pula mengapa suara bulat mukhtamar memilih kembali KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais Aam Partai Nahdlatul Ulama, sekalipun saat itu belum waktunya pemilihan pengurus besar.5 KH. Abdul Wahab Hasbullah, Rais ‘Aam Partai Nahdlatul Ulama, telah berpulang menghadap Allah Robbul ‘Izzah.12 Beliau wafat di hari Rabu 12 Dzulqo’dah 1391 H atau 29 Desember 1971 M di rumah kediamannya di Tambakberas, jombang.13 pukul 10:00 WIB dan di makamkan hari itu juga pada pukul 17:00.6



B. Menikah dan Membina Rumah Tangga 4



Muhammad Rifai, K.H Wahab Hasbullah Biografi Singkat 1888- 1971, (jogjakarta: garasi house of book, 2010), p. 24 5



Jamal Ghofir, Biografi Singkat Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah Pendiri Dan Penggerak NU (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2012), p. 160 6



Saifuddin Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah Kiai Nasionalis Pendiri NU ( Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010), p. 4 vii



Pada tahun 1914, Abdul Wahab Hasbullah, menikah dengan putri Kiai Musa yang bernama Maimunah. Sejak itu, ia tinggal bersama mertua di kampung Kertopaten, Surabaya. Namun pernikahan dan membina rumah tangga ini tidak berlangsung lama. Istrinya meninggal sewaktu mereka berdua menjalankan ibadah haji pada 1921.7 Sepeninggal Maimunah, ia menikah lagi dengan Alawiyah, putri dari KH Alwi Tamim. Dari perkawinan ini ia di karuniai seorang putri bernama



Khadijah yang kemudian menikah dengan Kiai



Abdul Mu’in dari Bangil. Kemudian Khadijah meninggal tahun 1987. Masih dalam perkawinan dengan Alawiyah, ia menikah lagi di Jombang dengan seorang perempuan bernama Rahmah, putri K. Abd.Sjukur. akan tetapi pernikahan dengan Rahmah ini tidak berlangsung lama, ia bercerai dan tidak mempunyai putra. Kemudian ia menikah lagi tiga kali, kemudian bercerai, dan tidak mempunyai anak. Untuk memudahkannya, penulis akan memberikan daftar nama istri dan jumlah putra beliau. 1.



Tahun 1914, beliau menikah dengan maimunah (putri Kiai Musa), meninggal dunia 1921, keduanya dikaruniai seorang putra bernama M. Wahib yang menjadi menteri Agama pada zaman Orde Lama.



2.



Selanjutnya menikah dengan alawiyah (putri Kiai Alwi Tamim) pernikahan ini di karuniai seorang putri bernama Khadijah.



3.



Kemudian menikah lagi dengan Rahmah (putri K. Abd. Sjukur).



4.



Menikah dengan Asnah (Putri Kiai Sai’id), mendapatkan empat anak, salah satunya bernama Kiai Najib yang sempat menjadi pengasuh pondok Pesantren Tambakberas.



5.



Menikah dengan Fatimah (putri H. Burhan) seorang janda yang mempunyai satu orang putra ber nama Ahmad Saichu.



7



6.



Menikah lagi dengan Aslihah mempunyai dua putri.



7.



Kemudian menikah lagi dengan Sa’diyah dan mempunyai lima putra.



Muhammad Rifai, K.H Wahab Hasbullah Biografi…, p. 29.



viii



8.



Menikah dengan Ashikah dan dikaruniai empat anak.8



C. Karya-karya KH. Abdul Wahab Hasbullah Seseorang tidak dapat di katakan sebagai tokoh jika tidak berkarya. Ukuran ketokohan KH A. Wahab Hasbullah bukanlah terletak pada buku karya ilmiahnya. KH A. Wahab Hasbullah tidak memiliki tulisan, baik artikel, buku, maupun karya kitab. Pikiran dan kemampuan ilmunya diuraikan di berbagai kesempatan dan peristiwa. Ide dan ilmunya tersebut dikembangbiakkan serta merta di luar kepala dan tidak sempat dibukukan. ia tidak pernah mempunyai seorang sekretaris pun untuk mendampingi harihari sibuknya.18 Beliau lebih menyukai menuliskan karyanya di atas tanah berupa perjuangan di berbagai organisasi, terutama di NU dan pembentukkan demokrasi di Indonesia pada masa Soekarno yang melewati transisi menuju awal pemerintahan Orde Baru Soeharto ketimbang menulis di atas kertas. Tentunya, kita bukan hanya harus menghormati akan hal tersebut karena bagaimana pun juga perjuangan beliau adalah karya yang tak kalah pentingnya dengan karya tulis.9 Maka, Kiai Wahab adalah sosok atau tokoh yang menuliskan karyanya bukan di atas kertas, melainkan di atas tanah. “karya” itu terlihat dari perannya dalam pendirian komite SI di Makkah, Tashwirul Afkar, Nahdlatul Watan, Nahdlatul Tujar, dan NU. Kemudian membawa NU menjadi partai mandiri. Belum lagi, kiprah dan sumbangsihnya dalam pembentukan laskar-laskar gerilyawan melawan penjajah, membela para kiai yang dipenjara, dan melobi untuk melepaskan mereka. Meskipun KH. Wahab Hasbullah tidak meninggalkan karya tulis, akan tetapi beliau meninggalkan sebuah karya yang begitu besar, Nahdlatul Ulama. KH. Wahab pendiri NU yang beliau perjuangan dengan harta, tenaga dan segenap daya upaya. Dengan duka dan derita, beliau membangun dan membesarkan Organisasi Nahdlatul Ulama.10



8



Jamal Ghofir, Biografi Singkat Ulama..., p. 119. Muhammad Rifai, K.H Wahab Hasbullah Biografi…, p. 62. 10 Amirul Ulum, The Founding Fathers of Nahdlatoel Oelama’ Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU, (Surabaya: Bina Aswaja, 2014), p. 57 9



ix



D. Pendidikan KH. Abdul Wahab Hasbullah Di sela-sela waktunya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren di Jawa, Kiai Wahab juga menuntut ilmu pendidikan Islam di Makah selama kurang lebih 5 tahun. Berguru langsung kepada ulama-ulama terkemuka di Tanah Suci, misalnya:11 a. Kiai Mahfudz dari Termas (ulama Indonesia pertama yang mengajar Shaih Bukhari di Makah. Syaikh Mahfudz adalah ahli dalam ilmu hadis).12 b. Kiai Muchtarom Banyumas. c. Syaikh



Ahmad



Khatib



(pemimpin



Tarekat Qadiriyyah-



Naqsyabandiyyah). d. Syaikh Sa’id Al-Yamani. e. Syaikh Ahmad Abu Bakri Shata. Sedangkan guru-guru beliau ketika nyantri adalah sebagai berikut: a. Kyai



Kholil



Bangkalan



(pemimpin



Pesantren kademangan



Bangkalan Madura). b. KH. Hasyim Asy’ari (pendiri pesantren Tebuireng). c. KH. Saleh Dan KH. Zainuddin Bangkalan-Madura. d. K.



Faqihuddin



Kediri



(pengasuh



Pesantren Branggahan



Kediri).13 Seperti halnya tradisi pendidikan santri yang selalu tidak berguru pada satu pesantren, K.H Wahab Hasbullah pun demikian, selama kurang lebih 20 tahun, ia secara intensif menggali pengetahuan keagamaan di beberapa pesantren. Hal itu merupakan hal jamak. Banyak santri yang juga melakukan praktik belajar ke beberapa pesantren karena satu pesantren dengan pesantren lainnya memiliki keistimewaan yang berbeda, bahas Arab maupun tasawuf. Dengan jalan seperti itulah diharapkan mereka memiliki beberapa pengetahuan, kemudian siap terjun dalam masyarakat. Di antara pesantren yang pernah disinggahi Wahab Hasbullah adalah sebagai berikut: 11



Saifuddin Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah Kiai Nasionalis …, p.138.



12



Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi KH. HasyimAsy’ari, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta Pelangi Aksara, 2008), p. 29. 13



Jamal Ghofir, Biografi Singkat Ulama..., p. 122.



x



1) Pesantren Langitan, Tuban. 2) Pesantren Mojosari, Nganjuk. Beliau melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Mojosari, Nganjuk di bawah pimpinan Kiai Sholeh. Di pesantren ini, KH. Wahab Hasbullah memperdalam hokum-hukum Islam. Salah satu kitab yang beliau kaji yaitu fathul-Mu’in. 3) Pesantren Cempaka. (di bawah asuhan Kiai Zainuddin) 4) Pesantren Tawangsari, Sepanjang. 5) Pesantren Kademangan Bangkalan, Madura, di bawah asuhan Kiai Kholil Bangkalan. 6) Pesantren Branggahan, Kediri. 7) Pesantren Tebuireng, Jombang di bawah asuhan K. H. Hasyim Asy’ari.14 Setelah lama belajar ke berbagai pesantren, seperti halnya kebanyakan santri Jawa saat itu, K.H Wahab Hasbullah pada umur 27 tahun juga memperdalam keilmuannya, terutama ilmu agama di Makkah. Beliau belajar di kota suci ini selama kurang lebih 5 tahun. Di makkah, ia bertemu dengan ulama terkemuka dan kemudian berguru pada mereka. Seperti yang telah di sebutkan di atas di antara guru-gurunya selama di Makkah adalah sebagai berikut: a. Kiai Mahfudz Termas. b. Kiai Muchtarom Banyumas. c. Syaikh Ahmad Khotib Minangkabau. d. Syaikh Sa’id Al-Yamani. e. Syaikh Ahmad Abu Bakri Sata.15 E. Perjuangan politik KH. Abdul Wahab Hasbullah Jika sosok KH. Wahid Hasyim daat dikategorikan sebagai tokoh dan teladan politisi NU, maka KH. Wahab Hasbullah daat dikatakan sebagai sosok kaum tua dari sederet kiai dalam organisasi tersebut. Beliau menjadi “Kiai Politik” NU pertama kali yang kiprahnya paling lama di pentas perpolitikan nasional hal itu disebabkan karena ia bukan hanya memasuki 14



Amirul Ulum, The Founding Fathers of…, p. 37.



15



Muhammad Rifai, K.H Wahab Hasbullah Biografi …,p. 24-29.



xi



dunia politik saja, melainkan juga berkiprah tanpa henti mengikuti tiga zaman, yaitu masa pergerakan sampai



merebut kemerdekaan, masa kepemimpinan Soekarno, dan masa kepemimpina Soeharto.16 Sosok yang gesit dan pekerja keras dapat dilihat dari kiprahnya dalam pembentukan beberapa organisasi sosial keagamaan di tanah air. Beliaulah yang mendirikan organisasi Sarekat Islam (SI) cabang makkah. Kemudian, beliau mendirikan kelompok diskusi Tashwirul Afkar, Nahdlatul Watan, dan Nahdlatul Tujar yang kesemuanya itu menjadi embiro berdirinya organisasi NU. Sementara itu, kiprahnya dalam pendirian organisasi NU sangatlah besar. Ia adalah salah satu sosok pendiri utama organisasi tersebut. Bahkan, beliaulah yang mendesakkan pembentukkan organisasi NU kepada KH. Hasyim Asy’ari. ia mendirikan komite hijaj sebagai bentuk respons atas proses “wahabisasi” di Arab yang memberi pengaruh pada persoalan kebebasan beribadah sesuai dengan kepercayaan.17 Di dalam politik pun tak kalah hebatnya. KH. Wahab Hasbullah ikut membidani perjuangan NU di tingkatan politik. Hal itu terait dengan proses perjuangan melawan penjajah tidak bisahanya memakai jalan perjuangan fisik. Beliau juga membidani lahirnya laskar-laskar, seperti Hizbullah. Dalam urusan politik ini, KH. Wahab Hasbullah memiliki insting yang kuat untuk menjadi seorang politisi tangguh, ulet, dan ahli melobi.18 Semangat



nasionalisme



kaum



muslimin



mulai



muncul



ke



permukaan di awali oleh berdirinya Sarekat Islam (SI) tanggal 11 November 1912. Semangat nasionalisme ini kemudian diikuti dengan berdirinya beberapa orgaisasi keagamaan, seperti Muhammadiyah tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta, Al-Irsyad tahun 1915, Persatuan Islam (Persis) tahun 1923, dan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi- organisasi ini merupakan cikal bakal terbentuknya perjuangan umat Islam yang di mulai 16 17



18



Muhammad Rifai, K.H Wahab Hasbullah Biografi …,p. 9. Muhammad Rifai, K.H Wahab Hasbullah Biografi …,p. 11 Muhammad Rifai, K.H Wahab Hasbullah Biografi …,p.12.



xii



pada abad ke-20. Di sini, NU sebagai salah satu organisasi keagamaan yang mempunyai anggota cukup banyak dan mampu menempati posisi penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menarik untuk dikaji. Pada periode ini pula lahir tokoh gerakan pemuda Islam, KH. A. Wahab Hasbullah. Pada periode berikutnya, masa kependududkan Jepang di Hindia Belanda KH A. Wahab Hasbullah seagaimana kebanyakan ulama memeperoleh posisi di dalam pemerintahan. Tahun 1943 ia diangkat sebagai Shu Sangi Kai atau dewan penasehat di Surabaya. 19 F. Peranan Dalam Bidang Sosial Dan Kebangsaan KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah pelopor kebebasan berpikir di kalangan ummat Islam Indonesia, khususnya di lingkungan Nahdhiyyin. Beliau merupakan seorang ulama besar Indonesia yang menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama kebebasan berpikir dan berpendapat. Untuk itu KH. Abdul Wahab membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran) di Surabaya pada tahun 1914 M. Mula-mula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas. Tetapi berkat prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat yang diterapkan



dan



topik-topik



yang



dibicarakan



mempunyai



jangkauan



kemasyarakatan yang luas, dalam waktu singkat kelompok ini menjadi sangat populer dan menarik perhatian di kalangan pemuda. Banyak tokoh Islam dari berbagai kalangan bertemu dalam forum itu untuk memperdebatkan dan memecahkan permasalahan pelik yang dianggap penting. Tashwirul Afkar tidak hanya menghimpun kaum ulama pesantren. Ia juga menjadi ajang komunikasi dan forum saling tukar informasi antar tokoh nasional sekaligus jembatan bagi komunikasi antara generasi muda dan generasi tua. Karena sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresivitas berpikir dan bertindak, maka jelas pula kelompok diskusi ini juga menjadi forum pengkaderan bagi kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik. 19



Jamal Ghofir, Biografi Singkat Ulama...,p. 128.



xiii



Kebebasan berpikir dan berpendapat yang dipelopori KH. Abdul Wahab Hasbullah dengan membentuk Tashwirul Afkar merupakan warisan terpenting



beliau



kepada



kaum



muslimin



Indonesia.



Beliau



telah



mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat dapat dijalankan dalam nuansa keberagamaan yang kental. Prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat tidak akan mengurangi ruh spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim. Dengan prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat, kaum muslim justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan analisis keislaman.20



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Daripembahasan makalah tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, kyai wahab merupakan bapak pendiri Nu setelah 20



https://panutanmuslim.wordpress.com/tag/biografi-k-h-abdul-wahab-hasbullah/



xiv



hadratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Selain itu juga perna menjadi panglima lascar mujahidin (Hisbullah) ketika melawan penjajah jepang.beliau juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantara. Tahun 1914 mendirikan kursus bersama “tashwirul afkar” KH. Wahab Hasbulah adalah pelopor kebebasa berpikir dikalangan umat islam Indonesia,khususnya di lingkingan nahdhiyyin. KH. Wahab hasbullah merupakan seorang ulama besar Indonesia. Beliau merupakan seorang ulama yang menekankan pentingnya kebebasan dalamkebeagamaan terutama kebebasan berpikir dan berpendapat. Untuk itu kyai Abdul Wahab Hasbullah membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran ) di Surabayapada 1914.



Daftar Pustaka Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia: 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980) Choirul Anam, Pertumbuhan & Perkembangan NU (Sala: PT. Duta Aksara Mulia, 2010) https://www.laduni.id/post/read/58801/biografi-kh-wahab-chasbullah Muhammad Rifai, K.H Wahab Hasbullah Biografi Singkat 1888- 1971, (jogjakarta: garasi house of book, 2010). xv



Jamal Ghofir, Biografi Singkat Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah Pendiri Dan Penggerak NU (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2012). Saifuddin Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah Kiai Nasionalis Pendiri NU ( Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010). Amirul Ulum, The Founding Fathers of Nahdlatoel Oelama’ Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU, (Surabaya: Bina Aswaja, 2014), p. 57 Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi KH. HasyimAsy’ari, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta Pelangi Aksara, 2008).



https://panutanmuslim.wordpress.com/tag/biografi-k-h-abdul-wahab-hasbullah/



xvi